Sistem struktur
Bangunan yang detail tipe A
Bangunan yang detail tipe B
Bangunan yang detail tipe D
Sistem Dinding Penumpu
Sistem Rangka Gedung.
Sistem Rangka Pemikul Momen ( SRPM ).
Sistem Ganda ( Dual System ).
STRUKTUR JENIS A
Struktur Jenis A adalah portal-portal beton bertulang
dengan tembok sebagai panel-panel pengisi yang
direncanakan untuk ikut “menahan beban gempa" melalui
"aksi komposit", gambar 1
Tembok penahan beban lateral direncanakan untuk
menahan beban gempa "elastik" pada waktu terjadi
gempa sedang atau kuat,
Tetapi akan rusak berat pada waktu terjadi gempa yang
sangat kuat.
Dalam keadaan ini beban gempa akan dipikul hanya
oleh "portal-portalnya“.
Untuk struktur jenis A, pada waktu terjadi gempa kuat
tembok-tembok penahan beban lateral akan mengalami
kerusakan yang berat, dalam keadaan ini beban gempa
hanya dipikul oleh portal portalnya.
Tetapi karena portal-portal telah direncanakan untuk
menahan beban gravitasi tanpa memperhitungkan
adanya tembok pengisi, maka walaupun portal-portal
tela rusak berat, kemungkinan untuk runtuh adalah
sangat terbatas.
Dengan pola keruntuhan yang ditentukan dan suatu
angka daktilitas tertentu maka dapatlah dihitung berapa
"curvature ductility yang dibutuhkan atau harus
disediakan elemen-elemen strukturnya.
pola keruntuhan yang diharapkam, terjadi adalah
"beam sideway mechanism" (lihat gambar C.1.) atau
sidesway mechanism" (lihat gambar C.2.) dengan
angka datilitas struktur µ = 5,5 s/d 7.
STRUKTUR JENIS B
tulangan
tarik
POT I-I
s' c-d'
c a=C Cc = 0,85f'c.a.b
d
d-0.5a
d-c
s
s> =As.fy
bw
600.𝑑
𝑎 ≥ 𝛽1 jika tulangan Tarik leleh………………...6.3b
600+𝑓𝑦
𝑎 ≤ 0,75𝑎𝑏 …………………………………………………….6.3c
Jiak kondisi ini terpenuhi maka Mn dapat dicari dengan
rumus
𝑎
𝑀𝑛 = 𝐶𝑐 𝑑 − + 𝐶𝑠 . 𝑑 − 𝑑′ ……………………………....6.4
2
Keruntuhan Tarik – Tulangan Tekan Elastis
Jika pada perhitungan sebelumnya, asumsi yang
diambil tidak benar maka hitungan harus di ulang
dengan asumsi yang lain, misalnya tulangan tekan
belum leleh (elastis) sehingga
Tulangan tekan s’ < y karen 0 ≤fs’ < fy
Tulangan tarik s > y karena fs = fy
Tulangan tekan belum leleh sehingga tegangannya
harus dicari dahulu, yaitu dengan perbandingan
segitiga dari regangannya:
cu = 0,003 f'c
d' s' d' Cs
s' c-d'
c a=C Cc = 0,85f'c.a.b
d
d-0.5a
d-c
s
s> =As.fy
bw
𝑑′ 𝑑′
𝜀′𝑠 = 𝜀𝑐𝑢 1 − 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝜀′𝑠 = 𝜀𝑐𝑢 1 − 𝛽1 Untuk a = 1.C
𝐶 𝑎
Dengan tegangan tekan baja dihitung dengan rumus.
𝑑′
𝑓′𝑠 = 𝜀′𝑠 . 𝐸𝑠 = 𝜀𝑐𝑢 1 − 𝛽1 𝐸𝑠
𝑎
Maka gaya2 resultan dapat dihitung
𝑑′
𝐶𝑠 = 𝐴′𝑠 𝑓′𝑠 = 𝐴′𝑠 . 𝜀𝑐𝑢 . 𝐸𝑠 1 − 𝛽1 ………………6.5a
𝑎
𝐶𝑐 = 0,85. 𝑓′𝑐 . 𝑎. 𝑏………………………………….6.5b
𝑇𝑠 = 𝐴𝑠 . 𝑓𝑦
Pada penampang ultimit terjadi keseimbangan gaya
Ts = Cs + Cc
𝑑′
𝐴𝑠 . 𝑓𝑦 = 𝐴′𝑠 . 𝜀𝑐𝑢 . 𝐸𝑠 1 − 𝛽1 + 0,85. 𝑓′𝑐 . 𝑎. 𝑏
𝑎
0,85𝑓 ′ 𝑐. 𝑏 𝑎2 + 𝐴′𝑠 . 𝜀𝑐𝑢 𝐸𝑠 − 𝐴𝑠. 𝑓𝑦 𝑎
− 𝐴′ 𝑠 . 𝜀𝑐𝑢 . 𝐸𝑠 𝛽1 𝑑 ′ = 0
Jika cu = 0,003 dan Es = 200000MPa maka
0,85𝑓 ′ 𝑐. 𝑏 𝑎2 + 600. 𝐴′𝑠 − 𝐴𝑠. 𝑓𝑦 𝑎
− 600. 𝐴′ 𝑠 . 𝛽1 𝑑 ′ = 0
Sehingga nilai a dapat dicari dengan persamaan
kuadrat
𝐴 = 0,85𝑓 ′ 𝑐. 𝑏………………………………………..6.6a
𝐵 = 600𝐴′ 𝑠 − 𝐴𝑠. 𝑓𝑦……………………………..6.6b
𝐶 = −600𝐴′ 𝑠. 𝛽1. 𝑑′……………………………….6.6c
−𝐵± 𝐵2 −4𝐴𝐶
𝑎 = ……………………………………..6.6d
2𝐴
Nilai
a yang diperoleh harus sesuai dengan asumsi
yang digunakan maka harus dicek dengan
persamaan 6.3 a,b,c. jika memenuhi persyaratan
maka dilanjutkan dengan menghitung momen
nominal dengan persamaan 6.4
Keruntuhan Tekan-Tulangan Tarik Elastis
Keruntuhan tekan terjadi jika serat tekan beton
c = cu = 0,003 sedangkan seat tarik baja s < y
(tulangan masih dalam kondisi elastis). Oleh karena
itu keruntuhan akan dimulai dari beton terlebih
dahulu karena tegangan tarik pada baja masih
elastis (fs<fy). Sifat keruntuhan yang terjadi adalah
getas (brittel) khususnya bila beton tidak diberi
tulangan pengekangan yang cukup. Dalam
perencanaan tipe seperti ini tidak diperkenankan.
cu = 0,003 f'c
d' s' d' Cs
d
d-0.5a
s
s< =As.fy
bw
d
d-0.5a
s
s< =As.fy
bw
𝑑
𝜀𝑠 = 𝜀𝑐𝑢 −1 karena fs = s.Es
𝐶
𝑑
𝑓𝑠 = 𝜀𝑐𝑢 − 1 . 𝐸s
𝐶
𝑑
𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑓𝑠 = 𝜀𝑐𝑢 𝛽1 − 1 𝐸𝑠
𝑎
Selanjutnya resultan gaya tarik sebagai fungsi tinggi blok
tekan adalah
𝑑
𝑇𝑠 = 𝐴𝑠. 𝑓𝑠 = 𝐴𝑠. 𝜀𝑐𝑢 𝛽1 − 1 𝐸𝑠
𝑎
Ditinjau penampang dalam kondisi keseimbangan, maka
resultan gaya2 harus memenuhi
Ts = Cs + Cc
𝑑
𝐴𝑠. 𝜀𝑐𝑢 𝛽1 − 1 𝐸𝑠 = A′ s. fy + 0,85. f ′ c. a. b
𝑎
0,85𝑓 ′ 𝑐. 𝑏 𝑎2 + 𝐴′𝑠 . 𝑓𝑦 + 𝐴𝑠. 𝜀𝑐𝑢 𝐸𝑠 𝑎
− 𝐴𝑠 . 𝜀𝑐𝑢 . 𝐸𝑠 𝛽1 𝑑 = 0
Jika cu = 0,003 dan Es = 200000MPa maka
0,85𝑓 ′ 𝑐. 𝑏 𝑎2 + 𝐴′𝑠 . 𝑓𝑦 + 600𝐴𝑠 𝑎
− 600. 𝐴𝑠 . 𝛽1 𝑑 ′ = 0
Sehingga nilai a dapat dicari dengan persamaan kuadrat
𝐴 = 0,85𝑓 ′ 𝑐. 𝑏………………………………………..6.7a
𝐵 = 𝐴𝑠. 𝑓𝑦 + 600𝐴𝑠……………………………...6.7b
𝐶 = −600𝐴𝑠. 𝛽1. 𝑑………………………………...6.7c
−𝐵± 𝐵2 −4𝐴𝐶
𝑎 = ……………………………………..6.7d
2𝐴
Nilai
a yang diperoleh harus sesuai dengan asumsi
yang digunakan maka harus dicek dengan
persamaan 6.3 a,b,c. jika memenuhi persyaratan
maka dilanjutkan dengan menghitung momen
nominal dengan persamaan 6.4
Gaya-gaya penampang :
Mn = Mn1 + Mn2
T1 = As1 .fy = C1
As1 = As – As’
𝑎 𝑎 𝑎
𝑀𝑛 = 𝑇1 𝑑 − = 𝐴𝑠1 . 𝑓𝑦 𝑑 − = 𝐴𝑠 − 𝐴𝑠′ . 𝑓𝑦 𝑑 −
2 2 2
𝐴𝑠1 .𝑓𝑦 𝐴𝑠 −𝐴𝑠′ .𝑓𝑦
𝛼= =
0,85.𝑓′𝑐 .𝑏 0,85.𝑓′𝑐 .𝑏
As’ = As2 = (As-As1)
T2 = As2 . fy → Mn2 = As . fy (d – d’)
𝑎
𝑀𝑛 = 𝑀𝑛1 + 𝑀𝑛2 = 𝐴𝑠 − 𝐴𝑠′ 𝑓𝑦 . 𝑑 − + 𝐴𝑠′ . 𝑓𝑦 . 𝑑 − 𝑑′
2
𝑎
𝑀𝑢 = 𝜙𝑀𝑛 = 𝜙 𝐴𝑠 − 𝐴𝑠′ . 𝑓𝑦 𝑑 − + 𝐴𝑠′ . 𝑓𝑦 . 𝑑 − 𝑑′
2
Keserasian regangan
𝜀𝑐 𝜀𝑠+𝜀𝑐
=
𝐶 𝑑
𝜀𝑐 𝜀𝑠′ 𝑑′
= →→ 𝜀𝑠′ = 0,003 1 −
𝐶 𝐶−𝑑 2
As = 1415
mm2
As’ = 402
mm2
Jawab :
Data Perencanaan :
b = 400 mm; h = 600 mm
d = 550 mm; d’ = 25 mm
fc’ = 30 Mpa; fy = 400 MPa
As = 1415 mm2; As’ = 402 mm2
Analisa penampang :
As1 = As – As’ = 1415 – 402 = 1013 mm2
As1. fy 1013 .400
α= = = 39,73 mm
0,85. fc'.b 0,85.30.400
39,73
C= = = 4674 mm
1 0.85
d' 25
εs’ = 0,003 1 − = 0,003 1 − = 0,0014
c 4674
fy 400
εs’ = 0,0014 < = 6
= 0.002 → tulangan tekan belum leleh
Es 2.10
a 39,73
Mn1 = As1 . fy d − = 1013 . 400 550 − = 214,81 kNm
2 2
Mn2 = As’.fs (d - d’) = 402 (0,0014 . 2.106) (550 – 25) = 59,09 kNm
Mn = Mn1 + Mn2 = 214,81 + 59,09 = 273,9 kNm
CONTOH
CONTOH
Analisa Pelat Satu Arah
Elemen pelat merupakan salah satu elemen yang dominant
menerima beban lentur. Pada kondisi tertentu secara struktur pelat
tersebut menerima beban satu arah jika bentang memanjang
besarnya lebih dari 2 kali bentang pendek (Lx).
Sehingga struktur pelat satu arah :
qx
sendi - sendi
Lx
qx
Ly jepit -jepit
Lx
Lx
Struktur sendi – sendi jika balok yang ditumpu relatif kecil, sehingga pelat dan balok
berotasi bersama-sama.
Struktur jepit – jepit jika balok yang ditumpu relatif besar (kaku), sehingga balok tidak
berotasi.
100 cm
Cara penulisan tulangan pelat : Ø 10 – 200
Artinya dipasang tulangan pelat Ø 10 sebanyak 5 buah untuk 100 cm lebar pelat. Jika
1 buah tulangan Ø 10 mempunyai luas = 79 mm2, maka Ø 10 -200 mempunyai besar
tulangan As = 390 mm2.
Pemasangan tulangan pelat satu arah
tulangan pembagi
tulangan utama
10 - 200
6 - 200
1,4
Tulangan utama : ρmin =
fy
0,7
Tulangan pembagi ( tulangan susut ) : ρmin = > 0,0018
fy
Pelat satu arah sering ditemukan pada :
1. Lantai jembatan
2. Talang air
3. Box culvert
1. Pelat yang ditumpu balok anak
Perhitungan gaya dalam momen lentur untuk pelat satu arah dengan tumpuan lebih dari
dua diatur dalam SNI pasal 10.3.3.
2 batang
3 batang
Perencanaan pelat/slab 2 arah
pelat Lx
Ly
<2
Lx
Ly
cu
ce
cy
y
u
u
y
s
𝜑𝑢
𝜇𝜑 =
𝜑𝑦
𝜑𝑢=𝑘𝑢𝑟𝑣𝑎𝑡𝑢𝑟𝑒 𝑢𝑙𝑡𝑖𝑚𝑎𝑡𝑒
𝜑𝑦=𝑘𝑢𝑟𝑣𝑎𝑡𝑢𝑟𝑒 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑚𝑎 𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑙𝑒𝑙𝑒ℎ
• Prinsip desain :
• Kegagalan brittel harus dihindari artinya struktur akan
runtuh tiba2 tanpa peringatan terlebih dahulu,tetapi akan
memberikan deformasi yang besar saat mendekati beban
maksimum.
• Pada daerah intensitas gempa tinggi daktalitas sangat
penting karena : setelah gempa kuat terjadi perhatian
akan ditekankan pada kecukupan daktilitas untuk
mendapatkan struktur aman terhadap keruntuhan.
• Prinsip daktilitas terbagi 2
φu
• Curvature daktiliti = daktilitas penampang
φy
∆u
• Curvature daktiliti = daktilitas Struktur
∆y
1 𝜀𝑐 𝜀𝑠 𝜀𝑐 + 𝜀𝑠
=𝜑= = =
𝑅 𝑘𝑑 𝑑 1 − 𝑘 𝑑
ce
M 𝑀
𝐸𝐼 = 𝑀. 𝑅 =
𝜑
𝑑2𝑦 𝑀 𝐼
EI
= =
s
𝑑𝑥 2 𝐸𝐼 𝑅
• Untuk struktur under-reinforced dan over reinforced
mempunyai bentuk curvature yang berbeda
b b
Daktalitas lentur penampang balok
struktur beton bertulang
B C
crack y u
• Kondisi A
• Kondisi ini adalah batas elastis penampang sebelum
retak
𝑀
• 𝑓𝑟 = .𝑦 → 𝑓𝑟 = 0,7 𝑓 ′ 𝑐
𝐼𝑔
• Ig = penampang inersia bruto
•y = Jarak dari garis netral s/d serat tarik terluar
• Sehingga
fr×Ig
• Mcreck =
y y top
fr
• εcreck =
Ec
• φ frൗ
y bott
crack= y Ec
buttom
crack = fr/Ec
• Kondisi B
c
s'
fs'
y
fy
s=fy/Es
1
2 𝜌′ 𝑑′ 2
2 . 𝐸𝑠 𝐸𝑠
• 𝑘= 𝜌 + 𝜌′ +2× 𝜌+ .𝑛 − 𝜌 − 𝜌′
𝐸𝑐 𝑑 𝐸𝑐
• Maka
• My = As.fy.d d = lengan momen
fyൗ
Es
• φd =
d 1−k
• Kondsi C
• Bila As’ leleh
𝐴𝑠.𝑓𝑦−𝐴′ 𝑠.𝑓𝑦
•𝑎= c max
0,85.𝑓′ 𝑐.𝑏 s'
fs'
• Diman fy
𝑐−𝑑′
• 𝜀 ′𝑠 = × 𝜀𝑚𝑎𝑥
𝑐
𝑎
• 𝑀𝑢 = 0,85. 𝑓 ′ 𝑐. 𝑏. 𝑎. 𝑑 − + 𝐴′ 𝑠. 𝑓 ′ 𝑠. (𝑑 − 𝑑 ′ )
2
𝜀𝑐 𝑚𝑎𝑥 𝛽1. 𝜀𝑐𝑚𝑎𝑥
• 𝜑𝑛 = =
𝐶 𝑎
KAPASITAS LENTUR DAN GESER
KOMPONEN BETON BERTULANG
SEBAGAI BAGIAN DARI (SPBL),
sesuai SNI 2847:2013
KAPASITAS LENTUR DAN GESER KOMPONEN BETON
BERTULANG SEBAGAI BAGIAN DARI (SPBL)
Desain Penulangan balok akibat momen lentur.
Desain Penulangan balok akibat Geser Balok.
Desain Pemutusan Tulangan Balok.
Desain Komponen pemikul lentur dan aksial (kolom)
Desain Pertemuan balok dan kolom.
PERSYARATAN DESAIN BETON
BERTULANG TERHADAP BEBAN GEMPA
Komponen Lentur Pada SRPMK,
A. Syarat dimensi penampang, sesuai SNI 2847:2013, pasal 21.5.1.2 s/d 21.5.1.4.
a) Gaya tekan aksial terfaktor Pu tidak lebih dari Ag.fc/10, (Pu Ag.f/10), pasal 21.5.1.1
b) Panjang bentang bersih Ln, harus lebih besar dari 4 kali tinggi efektifnya, pasal
21.5.1.2
c) Lebar penampang, bw, tidak kurang dari 0,3 kali tinggi penampang namun tidak
boleh diambil kurang dari 250 mm (bw 0.3h atau 250 mm) pasal 21.5.1.3
d) Lebar penampang, bw, tidak boleh melebihi lebar kolom pendukung ditambah
nilai terkcil dari lebar kolom atau ¾ kali dimensi kolom dalam arah sejajar
komponen lentur, pasal 21.5.1.4
Persyaratan tulangan lentur sesuai SNI 2847:2013, pasal 21.5.2
a) Jumlah tulangan lentur baik sebelah atas maupun bawah penampang (As), tidak boleh
kurang dari, pasal 21.5.2.1
0.25 × 𝑓 ′ 𝑐
× 𝑏𝑤 × 𝑑
𝑓𝑦
≥ 𝐴𝑠 ≥ 0.025. 𝑏𝑤. 𝑑
1.4
× 𝑏𝑤 × 𝑑
𝑓𝑦
Sedikitnya harus disediakan dua buah tulangan menerus, baik sisi atas taupun sisi bawah
penampang.
b) Kuat lentur positif komponen struktur lentur pada muka kolom tidak boleh lebih keil dari
setengah kuat lentur negatifnya pada muka tersebut, pasal 21.5.2.2
1
𝜙𝑀𝑛 𝑘𝑖 ≥ 𝜙𝑀𝑛−𝑘𝑖 𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 𝑘𝑖𝑟𝑖
+
2
1
𝜙𝑀𝑛+𝑘𝑎 ≥ 𝜙𝑀𝑛+𝑘𝑎 𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛
2
c) Sambungan lewatan tulangan lentur diizinkan hanya jika tulangan sengkang atau spiral
disediakan sepanjang panjang sambungan. Spasi tulangan transversal yang melingkupi
batang tulangan yang disambung lewatkan tidak boleh melebihi yang lebih kecil dari d/4
dan 100 mm. Sambungan lewatan tidak boleh digunakan: pasal 21.5.2.3
a) Dalam joint;
b) Dalam jarak dua kali tinggi komponen struktur dari muka joint; dan
c) Bila analisis menunjukkan pelelehan lentur diakibatkan oleh perpindahan lateral inelastis
rangka.
0.25 × 𝑓 ′ 𝑐 1.4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = × 𝑏𝑤 × 𝑑 atau × 𝑏𝑤 × 𝑑
𝑓𝑦 𝑓𝑦
1 1
𝜙𝑀𝑛+𝑘𝑖 ≥ 𝜙𝑀𝑛−𝑘𝑖 𝜙𝑀𝑛+𝑘𝑎 ≥ 𝜙𝑀𝑛−𝑘𝑎
2 2
1
(𝜙𝑀𝑛+ 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝜙𝑀𝑛− ) ≥ (𝜙𝑀𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑑𝑖 𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘
4
SKETSA PERSYARATAN TULANGAN LENTUR SRPMK
SAMBUNGAN LEWATAN DILETAKAN DI LUAR
DAEARAH YANG BERPOTENSI TERBENTUK
SENDI PLASTIS
SPIRAL ATAU
2h SENGKANG TERTUTUP
2h
d/2
50mm
Gaya geser desain tulangan transversal untuk SRPMK, Ve, harus ditentukan dari peninjauan
gaya statis pada bagian komponen struktur antara muka-muka joint. Harus diasumsikan
bahwa momen-momen dengan tanda berlawanan yang berhubungan dengan kekuatan
momen lentur yang mungkin, Mpr, bekerja pada muka-muka joint dan bahwa komponen
struktur dibebani dengan beban gravitasi tributari terfaktor sepanjang bentangnya (Gambar
S21.5.4). Pasal 21.5.4.1
+ − −
qu +
𝑀𝑝𝑟 + 𝑀𝑝𝑟 𝑞𝑢 × 𝑙𝑛 𝑀𝑝𝑟 𝑘𝑖 𝑀𝑝𝑟 𝑘𝑎
𝑉𝑘𝑎 = −
𝑙𝑛 2
Goyang Ke
− + 𝑀+
𝑀𝑝𝑟 𝑝𝑟 𝑞𝑢 × 𝑙𝑛 Kiri
𝑉𝑘𝑖 = +
𝑙𝑛 2 𝑉𝑘𝑖 𝑉𝑘𝑎
+
𝑀𝑝𝑟
qu −
𝑀𝑝𝑟
𝑘𝑖 𝑘𝑎
Goyang Ke
Kanan
𝑉𝑘𝑖 𝑉𝑘𝑎
Dimana
Vki, Vka = gaya geser rencana pada ujung kiri dan kanan komponen struktur lentur.
Mpr = kuat momen lentur di ujung balok yang ditentukan dengan menganggap kuat
Tarik tulangan memanjang sebesar minimum 1,25 fy dan fektor reduksi = 1
Ln = panjang bentangan bersih komponen struktur lentur.
qu = beban merata terfaktor (qu = 1.2D + 1.6L)
Besarnya nilai Mpr, dapat dihitung dengan mengunakan persamaan
𝑎
𝑀𝑝𝑟 = 𝐴𝑠 × 1,25. 𝑓𝑦 × 𝑑 −
2
𝐴𝑠 × 1,25. 𝑓𝑦
𝑎=
0,85 × 𝑓𝑐′ × 𝑏
Tulangan transversal
Tulangan transversal sepanjang panjang yang diidentifikasi dalam 21.5.3.1 harus
diproporsikan untuk menahan geser dengan mengasumsikan Vc = 0 bilamana keduanya (a)
dan (b) terjadi: pasal 21.5.4.2
(a)Gaya geser yang ditimbulkan gempa yang dihitung sesuai dengan 21.5.4.1 mewakili
setengah atau lebih dari kekuatan geser perlu maksimum dalam panjang tersebut;
(b) Gaya tekan aksial terfaktor, Pu, termasuk pengaruh gempa kurang dari Ag.f’c/20
CONTOH
Rencanakan balok AB pada lantai ketiga dari struktur portal suatu gedung. Bangunan merupakan
struktur rangka beton bertulang pemikul momen khusus yang difungsikan sebagai rumah sakit,
berlokasi pada daerah dengan nilai Ss = 1,5 dan S1 = 0,6 serta kelas situs SB. Data lain yang
dikethui adalah :
Material
a) Mutu beton f’c = 25 Mpa
b) Mutu baja fy = 400 Mpa
Ukuran penampang
a) Balok, 450 x 650 mm
b) Kolom, 600 x 600 mm
c) Tebal pelat lantai = 150 mm
Beban
a) qd = 20 kN/m’
b) ql = 15 kN/m’
Dari hasil nalisa struktur dan kombinasi benan maksimum telah dilakukan diperoleh momen
maksimum pada balok AB, adalah sebasar
Tumpuan negative Mu- = 588,50 kNm
Tumpuan positif Mu+ = 303, 07 kNm
Lapangan Mu = 138, 31 kNm
a) Periksa persyaratan umum untuk komponen lentur bagian dari SRPMK:
Ln ≥ 4d
D = h – selimut beton – diameter sengkan – db/2
D = 650 – 40 – 10 – 25/2 = 587,5 mm
Ln = 9000 – 600 = 8400 mm 4d ( 4 x 587.5 = 2350 mm )…………………………………..oke
b) Bw ≥ 0,3h atau 250 mm
Bw ≥ 450 mm 250 mm ………………………………………………………………………….oke
0,3h = 0,3 x( 650 ) = 195 mm bw = 450 ……………………………………………………...oke
c) Lebar penampang, bw, tidak boleh melebihi lebar kolom ditambah jarak tiap sisi kolom yang
sama atau lebih kecil dari nilai terkecil antara lebar kolom atau ¾ kali tinggi kolom, maka
Bw = 450 mm < 600 + 2 x (3/4 x 600) = 1500 mm ……………………………………………oke
4. PERENCANAAN ELEMEN PRIMER BALOK Momen maksimum yang terjadi pada Balok Lantai I
4.I. DATA PERENCANAAN - Mu- maks tumpuan = 55850.00 kg.m
4.1.1 Muru Material - Mu+ maks tumpuan = 30307.00 kg.m
fy = 400 Mpa fy = 400 Mpa, (Tulagan Logitudinal) 13831.00 kg.m
- Mu maks lapangan =
fy = 240 MPa fy = 240 Mpa, (Tulangan Sengkang)
Momen maksimum yang terjadi pada Ring Balok
f'c = 25 MPa
- Mu- maks tumpuan = 736.10 kg.m
Es = 200000 Mpa
Bj.btn = 24 kN/m3 - Mu+ maks tumpuan = 368.05 kg.m
Kategori Gedung Asrama Mahasiswa Pegunungan Bintang - Mu maks lapangan = 238.34 kg.m
4.2. Beban Hidup
Lantai Tipical = 359 kg/m2 - Perhitungan Tulangan Tumpuan BALOK UTAMAA
Lantai Atap = 100 kg/m2 Mu maks tumpuan = 55850.0 kg.m = 558500000 N.mm
4.3. Beban Mati Mu 558500000
Spesi = 21 kg/m2 Mn = = = 620555556 N.mm
Ø 0.90
Keramik = 25 kg/m2
Koefisien tahanan Rn :
Plafon + Pengantung = 18 kg/m2
Plumbing = 30 kg/m2 Mn 620555555.56
Rn = = = 3.26 N/mm2
Berat Dinding = 1700 kg/m2 b.d2 450 x 597.5^2
4.4. Dimensi Komponen Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) : Rn = ρ x fy x ((1 - 0.59 (ρ x fy / f'c))
Balok Induk = 450 x 650 mm = ρ x 400 x ((1 - 0.59 (ρ x 400 / 25))
Balok Anak = 200 x 300 mm 3.26 = 400 ρ - 3776 ρ^2
Tebal Lantai Typical = 130 mm = 3776.ρ^2 - 400.ρ + 3.26.c = 0
Tebal Tangga = 170 mm Nilai ρ diselesaikan dengan menggunakan rumus ABC
Kolom 35/35 = 350 x 350 mm
ρ1 = 0.097023
ρ2 = 0.008909
PERENCANAAN BALOK PORTAL.EV10, A10-H10 (ARAH X)
Pembatasan nilai ρ :
0.85 f'c. β1 600 0.85 x 25 x 0.85 600
ρb = x = x
fy 600 + fy 400 600 + 400
= 0.02709375 Mpa
ρmaks = 0.75 x ρb = 0.75 x 0.02709 = 0.02032
ρmin = 1.4 / fy = 1.4 / 400 = 0.00350
penentuan rasio tulangan = jeka ρmin < ρperlu < rmax, maka diambil ρperlu, jika tidak maka diambil rmin
= 0.0035 > 0.00891 < 0.02032 oke
Ambil ρ = 0.00350
Luas Tulangan :
As = ρ xb xd = 0.00891 x 450 x 597.5
= 2395.4371 mm2
Gunakan Tul 7 Ø 25 As aktual = 3436.1170 mm2
= 694639770.0 N.mm
= 0.85 x 25 x 39.63 x 450
Gunakan Tul. 3 Ø 25 As aktual = 1472.6216 mm2 = 378993.17 N
ϕMn > Mu ada → 694639770.03 N.mm > 620555555.56 N.mm .......OK Hitung nilai ρ akibat As aktual Hitung momen nominal :
As 1472.62 Mn = Cc . (d - a/2) + Cs . (d - d')
ρ = = = 0.005477 < ρb (OK)
b xd 450 x 597.5 = 378993.17 x (597.5 - 39.63/2) + 589048.62 x (597.5 - 30)
Lengan Momen : = 326774723.4 N.mm
As . fy 1472.62 x 400 ϕMn > Mu ada → 326774723.36 N.mm > 138310000 N.mm .......OK
a = = = 61.600
0.85 . f'c . b 0.85 x 25 x 450
Periksa persyaratan untuk tulangan lentur
Persyaratan terhadap luas tulangan minimum dan maksimum
As min = 1,4/fy x bw x d = 1,4/400 x 450 x 587,5 = 925,31 mm2
As maks = 0,025 x bw x d = 0,025 x ( 450 x 587,5 ) = 6609 mm2
Disetiap potongan penampang balok kedua syarat ini sdh terpenuhi
Kuat lentur positif pada muka kolom ≥ ½ kuat lentur negative pada muka tersebut;
Mn+ ( 385,62 kNm ) > ½ Mn- =( ½ x 636,86 = 318,43 ) ……………………………………….oke
Mn+ atau Mn- ≥ ¼ ( Mn terbesar di setiap titik)
Mn = 200,04 kNm > ¼ x 636,86 = ( 159,22 kNm)………………………………………………oke
Perhitungan kebutuhan tulangan transferal
Gayageser rencana dihitung berdasarkan persamaan
− + 𝑀+
𝑀𝑝𝑟 𝑝𝑟 𝑞𝑢 × 𝑙𝑛
𝑉𝑘𝑖 = +
𝑙𝑛 2
+ + 𝑀−
𝑀𝑝𝑟 𝑝𝑟 𝑞𝑢 × 𝑙𝑛
𝑉𝑘𝑎 = −
𝑙𝑛 2
Nilai Mpr dihitung sebagai berikut
Untuk tulangan 7D25 di sisi atas
Dengan
Mnc = jumlah kuat lentur nominal kolom yang merangka pada suatu hubungan balok
kolom (HBK). Kuat lentur kolom harus dihitung untuk gaya aksial terfaktor yang sesuai
dengan arah gaya-gaya lateral yang ditinjau yang menghasilkan nilai-nilai kuat lentur yang
terkecil.
Mnb = jumlah kuat lentur nominal balok yang meranka pada satu hubungan balok kolom
(HBK)
Pendekatan ini disebut sebagai konsep kolom kuat-balok lemah (strong column-weak
beam), dengan konsep ini berarti kolom tidak boleh gagal terlebih dahulu sebelum balok.
Sehinga rasio tulang harus dipilih antara 0,01 rg 0,06.
Mnc a Mnc a
Mnb ka Mnb ki
Mnb ki Mnb ka
Mnc b Mnc b
𝑠 × 𝑏𝑐 × 𝑓′𝑐 𝐴𝑔
0,3 × × −1 Dengan
𝑓𝑦𝑡 𝐴𝑐ℎ S = jarak antara tulangan transversal
𝐴𝑠ℎ ≥ bc = ukuran inti penampang diukur tegak lurus terhadap kaki sengkang Ash
𝑠 × 𝑏𝑐 × 𝑓′𝑐
0,09 ×
𝑓𝑦𝑡
c) Jika tebal selimut beton di luar tulangan transversal melebihi 100 mm, meka perlu dipasang
tulangan transfersal tambahan dengan jarak tidak lebih dari 300 mm, tebal selimut di luar
tulangan transversal tidak boleh melebihi 100 mm
d) Jarak tulangan transversal pada daerah sepanjang lo, harus diambil tidak melebihi nilai
terkecil dari
- ¼ x dimensi terkecil komponen struktur
- 6 x diameter tulangan memanjang
350−ℎ𝑥
- 100 𝑚𝑚 ≥ 𝑠𝑜 = 100 + ≥ 150 𝑚𝑚
3
Besar hx merupakan jarak antara pengikat silang atau kaki sengkang dalam suatu penampang
melintang komponen struktur, yang tidak boleh diambil lebih dari 350 mm, seperti pada gambar
serta Ash dan bc seperti persamaan di atas
e) Diluar daerah sepanjang lo dari hubungan balok kolom jarak sengkang tertutup diambil tidak
melebihi nilai terkecil antara 6 x diameter tulangan longitudinal atau 150 mm, sedangkan
untuk tulangan spiral jarak antara lilitan diambil tidk lebih dari 75 mm, namun tidak perlu
kurang dari nilai terkecil dari 25 mm atau 4/3 x ukuran agregat terbesar.
f) Tulangan transversal harus didesai untuk memikul gaya geser rencana Ve, yang ditentukan
mengunakan momen maksimum, Mpr dari komponen struktur tersebut yang terkait dengan
rentang beban-beban aksial terfaktor yang bekerja, Pu
Dua pengikat silang yang mengikat tulangan
longitudinal yang sama harus mempunya kait
90o yang dipasang selang seling
𝑀𝑝𝑟𝑐 𝑎 + 𝑀𝑝𝑟𝑐 𝑏
𝑉𝑒 =
𝑙𝑐
Indeks a dan b menyatakan sisi atas dan bawah dari kolom yang ditinjau sedangkan lc,
adalah panjang dari kolom tersebut, gaya geser rencana tersebut tidak perlu lebih
besar daripada gaya geser rencana maksimum, Mpr, dari komponen struktur balok
yang merangka pada hubungan balok kolom tersebut, gaya geser rencana Ve, tidak
boleh lebih kecil dari geser tervaktor yang dihasilkan melalui perhitungan Analisa struktur
f) Tulangan sepanjang lo dapat direncanakan untuk memikul gaya geser rencana
Ve, dengan menganggap Vc = 0
- Gaya geser akibat gempa yang dihitung sesui dengan Mpr, mewakili ½ atau lebih
dari kuat geser perlu maksimum pada bagian sepanang lo
- Gaya tekan aksial terfaktor termasuk akibat pengaruh gempa tidak melebihi
Ag.f’c/20
Gambar dibawah merangkum persyaratan detailing untuk komponen struktur kolom
dengan tulangan transversal bentuk spiral atau sengkang tertutup persegi.
o 1/4 ( h1 dan h2 )
o terbesar antara h1 dan h2 = o 6db
o 1/6 bentangan bersih lo o so
o 450 mm
s/2
lo
o 75 mm
= o 25 mm atau
o 450 mm = s< 6db atau 150 mm
s x bc x f'c Ag
h1 0,3 1
fyt Ach
Ash
f'c s x bc x f'c
0,12 0,09
fyt fyt
rs h2
Ag f'c
0,45 1
Ach fyt 350 - hx
100 mm So = 100 + 150 mm
3
Rencanakan kolom BC pada lantai ke 3 dari struktur pada gedung yang ditunjkan pada
gambar, hasil Analisa struktur yang dilakukan memberikan
Untuk goyangan kekanan, kuat lentur dari ujung balok (tumpuan) pada titik atas kolom BC,
diperoleh dari nilai Mn yang telah dihitung dan dibagi dengan factor = 0,9
Mnc a
Mnc b
1.2σ 𝑀𝑛𝑏 = 1.2 707,62 + 428,46 = 1363,3 𝑘𝑁𝑚
Untuk kombinasi U2, beban aksial kolom BD adalah sebear 3704 kN, nilai Mn yang
bersesuaian dengan gaya aksial tersebut adalah Mn = 517 kNm. Sedangkan pada
kolom yang akan didesain (kolom BC ), gaya aksial sebesar 4076 kN, bersesuaian
dengan Mn = 474 kNm, untuk keduanya nilai = 0,65 sehingga untuk hubungan balok
kolom disebelah atas kolom BC nilai Mc adalah
517 + 474
𝑀𝑛𝑐 = = 1524.615 𝑘𝑁𝑚 > 1.2 𝑀𝑛𝑏 = 1363,3 𝑘𝑁𝑚 … … … … … … … … … … … … … … . 𝑜𝑘𝑒
0,65
Diagram interaksi kolom
BD Bawah (dihitung
dengan program
SPColumn v.5.1)
Diagram interaksi kolom
BC Atas (dihitung
dengan program
SPColumn v.5.1)
Diagram interaksi kolom
CE Atas (dihitung
dengan program
SPColumn v.5.1)
Untuk kolom CE kolom dibawah, beban aksil 4424 kN bersesuain dengan Mn = 428 kNm,
sehingga untuk hubungan balok kolom disebelah bawa kolom BC nilai Mc adalah
428 + 474 6
𝑀𝑛𝑐 = = 1387,692 𝑘𝑁𝑚 > 𝑀𝑛𝑏 = 1363,3 𝑘𝑁𝑚 … … … … … … … … … … … … … … . 𝑜𝑘𝑒
0,65 5
Dengan
Bc = ukuran inti penampang diukut hingga sisi terluar sengkang tertutup 600 – 2 x (40) = 520 mm
Ach = luas inti penampang = 520 x 520 = 270400 mm2
Maka nilai Ash/s dihitung dari kedua persamaan diatas adalah
𝐴𝑠ℎ 520 × 25 600 × 600 𝑚𝑚2
= 0,3 × × −1 = 3,23
𝑠 400 270400 𝑚𝑚
𝐴𝑠ℎ 520 × 25
= 0,09 × = 2,93 𝑚𝑚2/𝑚𝑚
𝑠 400
350 − ℎ𝑥
𝑠𝑜 = 100 + ≥ 150 𝑚𝑚
3
Nilai hx dapat diperkirakan sebesar 1/3 hc = (1/3 x 520 = 173,3)
Yang lebih kecil dari syarat yaitu 350 mm, sehinga so adalah:
350 − 173,3
𝑠𝑜 = 100 + = 158,90 𝑚𝑚
3
Sehinga jarak maksimum tulangan transfersal yang dapt di ambil adalah 150 mm,
maka luas tulangan sengkang tertutup adalah ash = 3,23 x 150 = 484,5 mm2. missal
digunakan sengkang tertutup diameter 13 mm, maka dibutuhka 4 kaki D13 ( Ash =
530,92 mm2), atau jika jarak antara sengkang tertutup disediakan sebesar 100 mm,
maka Ash = 3,23 x 100 = 323 mm2. dapat dipasang sengkang tertutup 3 kaki D13 –
100 mm (Ash = 398,19 mm2), sengkang tertutup ini dapat dipasang hingga jarak lo,
diukur dari hubungan balok kolom, di mana lo diambil dari nilai terbesar antara:
Tinggi penampang komponen struktur pada muka hubungan balok kolom = 600 mm
1/6 dari bentangan bersi komponen struktur = 1/6 x 3500 = 583,3 mm
450 mm
Jadi sepanjang 600 mmdari muka hubungan balok kolom harus disediakan
sengkang tertutup 3 kski D13 – 100 mm. sedangkan diluar daerah dipasang
sengkang tertutup berrjarak 150 m.
Desain tulangan geser terhadap gaya geser yang bekerja pada kolom. Gaya geser Ve harus
diambil sebagai berikut
Gaya geser yang berhubungan dengan sendi plastis di kedua ujung kolom.
Nilai Ve dari langka a) dan b), tidak boleh kurang dari gaya geser terfaktor hasil Analisa,
Ve = 175 kN, sehingga dari ketiga nilai Ve, diambil Ve = 394,09 kN, selanjutnya dengan
mengasumsi kuat geser yang disumbangkan oleh beton, Vc = 0 maka
𝑉𝑢 394,09
𝑉𝑠 = = = 525,45 𝑘𝑁
𝜙 0,75
𝑉𝑠 𝑉𝑠 525,45 × 103
= = = 2,44 𝑚𝑚2 /𝑚𝑚
𝑠 𝑓𝑦𝑡 × 𝑑 400 × 537,5
Untuk s = 100 mm, maka Av = 2,44 x (100) = 244 mm2. sudah disediakan sengkang tertutup yaitu
3D13 – 100 (Ash = 398,19 mm2 …………………………………………………………………………oke
𝑁𝑢
𝑉𝑐 = 0,71 × 1 + × 𝜆 × 𝑓 ′ 𝑐 × 𝑏𝑤 × 𝑑
14𝐴𝑔
Untuk daerah di luar lo maka Vc ditentukan berdasarkan.
𝑁𝑢
𝑉𝑐 = 0.17 × 1 + 𝜆 × 𝑓𝑐′ × 𝑏𝑤 × 𝑑
14 × 𝐴𝑔
Nilai Nu diambil dari nilai gaya aksial terfaktor terkecil pada kolom yang didesain, yaitu 2221 kN,
sehinga :
2221 × 1000
𝑉𝑐 = 0.17 × 1 + × 1 × 25 × 600 × 537,5 = 394924 𝑁 = 394,92 𝑘𝑁
14 × 600 × 600
Krena Vc sudah melebihi Vu = 175 kN, diluar panjang lo, maka pada daerah diluar lo, dapat
dipasang tulangan sengkang dengan jarak d/2 = 537,5/2 = 268,75 mm = 250 mm. namun
persyaratan jarak tulangan transfersal diluar lo menyatakan bahwa jarak antara tulangan tidak
boleh melebihi 150 mm, sehinga tetap harus dipasang tulangan maksiman 150 mm.
Detail Penulangan Kolom BC
HUBUNGAN BALOK KOLOM
Daerah pertemuan balok dan kolom atau disebut
hubungan balok kolom (HBK) merupakan derah
yang harus di detail dengan baik,
Syarat umum ( SNI 2847 2013 pasal 21.7.2 )
1) Gaya pada tulangan longitudinal balok di muka
HBK harus ditentukan dengan menganggap
bahwa tegangan pada tulangan Tarik lentur
adalah 1,25fy
2) Tulangan longitudinal balok yang berhenti pada
suatu kolom harus memiliki Panjang penyaluran
yang cukup hingga mencapai sisi jauh dari inti
kolom terkekang.
3) Jika tulangan longitudinal balok diteruskan
melewati HBK, maka dimensi kolom dalam arah
parallel terhadap tulangan longitudinal balok
tidak boleh kurang dari 20 kali diameter
tulangan longitudinal terbesar balok. Untuk
beton ringan, maka dimensi tersebut tersebut
tidak boleh kurang dari 26 kali diameter
tulangan longitudinal terbesar balok.
Persyaratan tulangan transfersal ( SNI 2847:2013 Pasal 21.7.3 )
Lu Lu
0,7 Lu < k.lu 0,5 Lu < k.lu
< Lu < 0,7Lu
dimana :
𝐼 + M1ns < M2ns -
• r = jari-jari girasi dari kolom 𝑟 =
𝐴
M2ns M2ns
= 0,288h 3h (kolom persegi)
= 0,25 h (kolom bulat)
• h = tinggi kolom
• M1ns dan M2ns = momen pada ujung-ujung kolom akibat beban
gravitasi dimana M1ns < M2ns
𝑀1𝑛2
• = 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑏ila singel curvatur dan negatif bila double curvatur
𝑀2𝑛𝑠
Keruntuhan kolom
Region I
Minimum Eccsentricity
Pn(max) = 0,8 Po (untuk sengkang)
Pn(max) = 0,85 Po (untuk spiral)
Region II
compresion controlled section
e=eb
rectangular Section
• Berdasarkan gambar di samping
𝑋𝑏 0,003
• = 𝑓𝑦
𝑑 0,003+
𝐸
d''
• Maka
d
h 0,003
• 𝑋𝑏 = 𝑓𝑦 ×𝑑
0,003+
𝐸
xb
600
y=fys
• 𝑋𝑏 = ×𝑑
600+𝑓𝑦
c =
y'
• Kesetimbangan gaya
• Pb = Cc + Cs – T
xb
• Dimana
• Cc = 0,85.f’c.b.a
0, 85f'c
• Cc = 0,85.f’c.1.Xb.b
T=As. fy
• T = As.fy
Cc Cs • = A’s . (fy – 0,85.f’c)
Maka didapat
Dimana
= setengah dari total presentase tulangan
𝑓𝑦
• 𝑚=
0,85.𝑓′ 𝑐
′ ℎ
• 𝑒 =𝑑− +𝑒
2
𝑑′
• ≈ 0,1
𝑑
Sehingga
• Pu = Pn
Dimana
• = faktor reduksi kekuatan kolom
Flowchar Design Kolom Braced Frame
Flowchar Design Kolom Unbraced Frame
KOLOM BIAKSIAL
• Kolom biaksial adalah kolom yang menerima
beban aksial tekan P (Po), dan lentur dalam
dua arah, lentur arah x (Mx) dan lentur arah y
(My), yang bekerja secara bersamaan pada
kedua sumbu dan tidak sama besar, sehingga
didapat ex dan ey
Kontur beban
• Metode kontur beban – cara bresler
𝛼
𝑀𝑛𝑥 𝛼 𝑀𝑛𝑦
• + =1
𝑀𝑜𝑥 𝑀𝑜𝑦
• Dimana:
• Mnx = Pn.ey dan Mny = Pn.ex
• Mox = Mnx pada suatu Beban
aksial Pn saat ex = 0
• Moy = Mny pada suatu beban
aksial Pn saat ey = 0
• = eksponen yang tergantung pada dimensi
penampang, jumlah tulangan serta penempatannya,
kekuatan tekan beton, kuat leleh baja dan selimut beton
Parme approach
𝑀𝑛𝑦 𝑀𝑜𝑦
• =
𝑀𝑛𝑥 𝑀𝑜𝑥
Atau:
• 𝑀𝑛𝑥 = 𝛽 × 𝑀𝑜𝑥 ; 𝑀𝑛𝑦 = 𝛽 × 𝑀𝑜𝑦
• = konstanta dari unaksial momen berkisar antara 0,55 – 0,7
biasanya dalam desain trial awal dianjurkan 0,65
• Sehingga persamaan bresler menjadi
𝛼
𝛽×𝑀𝑜𝑥 𝛼 𝛽×𝑀𝑜𝑦
• + =1
𝑀𝑜𝑥 𝑀𝑜𝑦
1
• 𝛽𝛼 = Atau persamaan bresler menjadi
2
log 0,5 log 0,5
• 𝛼 log 𝛽 = log 0,5
𝑀𝑛𝑥 log 𝛽 𝑀𝑛𝑦 log 𝛽
log 0,5 + =1
• 𝛼= 𝑀𝑜𝑥 𝑀𝑜𝑦
log 𝛽
Untuk tujuan desain
• Bila Mny/Moy lebih besar dari Mnx/Mox maka
𝑀𝑛𝑦 𝑀𝑛𝑥 1−𝛽
• + = 1………………………1
𝑀𝑜𝑦 𝑀𝑜𝑥 𝛽
𝑀𝑛𝑥 𝑀𝑛𝑦 1−𝛽
• + = 1………………………2
𝑀𝑜𝑥 𝑀𝑜𝑦 𝛽
• Persamaan 1 dan 2 dapat ditulis
𝑀𝑜𝑦 𝑀𝑛𝑦 𝑀𝑜𝑦
• 𝑀𝑛𝑦 + 𝑀𝑛𝑥 = 𝑀𝑜𝑦 ; 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 ≥ … .3
𝑀𝑜𝑥 𝑀𝑛𝑥 𝑀𝑜𝑥
𝑀𝑜𝑥 𝑀𝑛𝑦 𝑀𝑜𝑦
• 𝑀𝑛𝑥 + 𝑀𝑛𝑦 = 𝑀𝑜𝑥 ; 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 ≤ … .4
𝑀𝑜𝑦 𝑀𝑛𝑥 𝑀𝑜𝑥
• Apabila di dekati
𝑀𝑜𝑦 𝑏
• ≈ maka
𝑀𝑜𝑥 ℎ
𝑏 𝑀𝑛𝑦 𝑀𝑜𝑦
• 𝑀𝑛𝑦 + 𝑀𝑛𝑥 = 𝑀𝑜𝑦 ; 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 ≥ … .5
ℎ 𝑀𝑛𝑥 𝑀𝑜𝑥
ℎ 𝑀𝑛𝑦 𝑀𝑜𝑦
• 𝑀𝑛𝑥 + 𝑀𝑛𝑦 = 𝑀𝑜𝑥 ; 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 ≤ … .6
𝑏 𝑀𝑛𝑥 𝑀𝑜𝑥
Prosedur desain
1) Tentukan dimensi kolom b ; h
2) Tentukan
• Pu ; beban gravitasi ; M2nx ; M2ny
Beban gempa/angin ; M2sx ; M2sy
3) Hitung M2x dan M2y, kolom Unbrace frame dan base frame
• M2x = M2nx + s.M2sx
• M2y = M2ny + s.M2sy
4) Hitung
𝑀2𝑥
• 𝑀𝑛𝑥 =
𝜙
𝑀2𝑦
• 𝑀𝑛𝑦 =
𝜙
• = 0,6
5) Trial nilai dan tentukan
𝑀𝑛𝑦 𝑏 𝑏
• 𝑎𝑝𝑎𝑘𝑎 ≥ 𝑎𝑡𝑎𝑢 ≤
𝑀𝑛𝑥 ℎ ℎ
Untuk menentukan rumus 5 atau 6 yang akan dipakai
untuk menentukan Moy atau Mox
𝑀𝑛𝑦 𝑏 𝑀𝑛𝑦
6.a) Bila rumus 5 yang dipakai ≥ hitung
𝑀𝑛𝑥 ℎ 𝑀𝑜𝑥
𝑀𝑛𝑦
dari grafik berdasarkan nilai 𝑑𝑎𝑛 𝛽
𝑀𝑜𝑦
• Cek dengan persamaan 1
𝑀𝑛𝑦 𝑀𝑛𝑥 1−𝛽
• 𝑀𝑜𝑦
+
𝑀𝑜𝑥 𝛽
= 1………………………1
Bila tidak, trial kembali nilai dan lakukan perhitungan nilai 6.a
Bila ya ; tetapkan nilai Moy
𝑀𝑛𝑦 𝑏 𝑀𝑛𝑥
6.b Bila rumus 6 yang dipakai ≤ hitung
𝑀𝑛𝑥 ℎ 𝑀𝑜𝑥
Dimana nilai Mox didasarkan pada nilai 𝛽 yang diambil
Hitung nilai
𝑀𝑛𝑥
𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘 1
𝑀𝑜𝑥
Check dengan persamaan 2
𝑀𝑛𝑥 𝑀𝑛𝑦 1 − 𝛽
+ = 1………………………2
𝑀𝑜𝑥 𝑀𝑜𝑦 𝛽
Bila tidak, trial kembali nilai dan lakukan perhitungan
nilai 6.b Bila ya ; tetapkan nilai Mox
Hitung ex atau ey berdasarkan Mox atau Moy
poin 6
𝜙.𝑀𝑜𝑥 𝜙.𝑀𝑜𝑥
• 𝑒𝑥 = ; 𝑒𝑦 = ; 𝜙 = 0,6
𝑃𝑛 𝑃𝑛
Tentukan eb dan check
a) ex atau ey ≤ emin ≥
b) emin < ex atau ey ≤ eb (compresion control)
c) ex atau ey ≥ eb (tension control)
Lakukan perhitungan penulangan seperti di
kolom uniaksial.
Desain kolom berdasarkan sni 2012
• Menurut Ps 7.5.3, (Prosedur kombinasi
orthogonal) untuk memperhitungkan arah
pengaruh gempa rencana yang sembarangan,
pengaruh gempa dalam arah utama
• harus dianggap terjadi bersamaan dengan
30% pengaruh pembebanan dalam arah tegak
lurus pada arah utama pembebanan tadi
• Tapi untuk menggunakan ketentuan ini, akan
dimanfaatkan pengecualian efek orthogonal
ini sesuai UBC Section 1633.1 yang berbunyi:
efek orthogonal tidak diperhitungkan bila
beban aksial oleh salah satu arah beban
gempa < 20% beban aksial maximal kolom
yang bersangkutan.
• Syarat dimensi kolom menurut Pasal 23.4(1)
harus dipenuhi bila:
• kolom sebagai bagian SPBL
• menerima beban aksial berfaktor lebih besar
dari Ag.fc’/10
• Sesuai filosofi “Capacity Design”, maka Pasal
23.4(2) mensyaratkan Me> 6/5 Mg Perlu
dipahami bahwa Me harus dicari dari gaya
aksial terfaktor yang menghasilkan kuat lentur
terendah, konsisten dengan arah gempa yang
ditinjau. Dalam hal ini hanya kombinasi beban
dengan beban gempa yang dipakai untuk
memeriksa syarat strong column-weak beam
ini.
Pengekangan Kolom
• Memenuhi Pasal 28.4(4(4)), ujung-ujung
kolom sepanjang lo harus dikekang dengan
spasi sesuai Pasal 23.4(4(2)) oleh tulangan
tranversal(Ash)
• lo ≥ h = 750 mm
• ≥ 1/6 ln = 467 mm
• ≥ = 450 mm
• dengan s memenuhi ketentuan berikut:
• ¼ x 750 mm = 187 mm
• 6 x D = 6 x 20 = 120 mm
• 100 mm
• sehingga s diambil = 100 mm.
• Ash min sesuai Pasal 23.4 (4(1)) diperoleh dari
nilai lebih besar dari hasil 2 rumus berikut ini:
• Ash = 0,3 (s hc fc’/ fyh) (Ag/ Ach –1)
• Ash = 0,09 (s hc fc’/ fyh)
Penulangan Transversal untuk beban
geser
• Gaya geser rencana, Ve, untuk menentukan kebutuhan tulangan
geser kolom menurut Pasal 23.4(5(1)) harus ditentukan dari kuat
momen max, Mpr, dari setiap ujung komponen struktur yang
bertemu di HBK ybs. Mpr ini ditentukan berdasarkan rentang beban
aksial terfaktor yang mungkin terjadi dengan =1,0. Mpr ini diambil
sama dengan momen balance diagram interaksi dari kolom ybs
namun pakai fs = 1,25fy. Namun pasal tersebut diatas juga
membatasi bahwa gaya geser tak perlu lebih besar dari gaya geser
rencana ditentukan dari kuat HBK berdasarkan pada Mpr balok-
balok melintang dan tidak boleh diambil kurang dari gaya geser
terfaktor hasil analisa struktur.
• Dengan bantuan Gambar diagram interaksi 8-12, Mpr = Mb Bila
dianggap Mpr untuk kolom tengah diatas dan dibawah lantai 2
sama besar maka
• Ve = (2 x Mpr)/hn
• Dengan anggapan momen lentur di atas dan
di bawah kolom penyangga lantai 2 sama,
maka gaya geser desain berdasarkan Mpr
positif dan negatip dari balok-balok yang
bertemu di HBK.
• Mpr - + Mpr +
• Vu = ----------------------
• hn
• Disini = tinggi bersih kolom tengah. Ternyata Ve > Vu tapi jelas
lebih besar dari hasil analisa struktur.
• Kemudian mengingat beban aksial terfaktor kolom tengah ini
lebih besar dari Ag.fc’/20 maka Vc diambil sesuai Pasal 13.3
(1(2))
• Vc = (1 + Nu ) fc' bw.d
14 Ag 6
• Berdasarkan Av s terpasang = 100 mm (lihat
tulangan pengekangan)
• Vs = A s f y d
s
• Maka:
• (Vs + Vc) = > Vu ………(OK)
• Ini berarti Ash terpasang berdasarkan persyaratan
(Pasal 23.4(4(1)) di sudah cukup untuk menahan
geser.
• Sisa panjang kolom tetap harus tulangan
transversal dengan
• s ≥ 6 db tulangan memanjang = 120 mm atau
• ≥ 150 mm
Tugas
G H
20/40
F’c = 22 Mpa
30/40 30/40 Fy = 400 MPa
D E F
30/40 25/45
M1 M1 M1
M2 M2 M2
A B C
𝜋2 𝐸𝐼
• 𝑃𝑐 =
𝑘.𝑙𝑢/𝑟 2
• Pu kiri = 0,75(1,2PDL+1,6PDLL+1,6PE)
• Pu kanan = 0,75(1,2PDL+1,6PDLL+1,6PE)
• Pu tengah= 0,75(1,2PDL+1,6PDLL+1,6PE)
4. Chek
𝐿𝑢 35
• > 𝑃𝑢
𝑟
𝑓′ 𝑐.𝐴𝑔
5. Hitung Mc
• Mc = 𝛿𝑛𝑠 . 𝑀2
𝐶𝑚
• 𝛿𝑛𝑠 = 𝑃𝑢
1−
0,75.𝑃𝑐
6. Hitung eksentrisitas
𝑀𝑐
• 𝑒=
𝑃𝑛
7. Hitung eksentrisitas balance (eb)
• Asumsi kolom dipasang tulangan simetris
• Pb = 0,85.f’c.b.1.Xb………..(Xb=0,6d)
𝑃𝑢
• 𝑃𝑛 =
𝜙
• Bila Pb Pn maka
• Asumsi bahwa d = 0,9d maka
• b.h=Ag
• Cat:
• Bila A ada > A balance -------(e > eb)
• Bila A.ada < Abalance -------(e < eb)
8. Pilih desain untuk daerah region berapa
TERIMA KASIH
Desain hubungan balok kolom
By DOMINGGUS BAKARBESSY, MT
6D19
4D19
3800 mm Diketahui :
Tinggi Kolom atas – bawah = 3,8 m
Mutu Beton (fc’) = 30 MPa
500 mm
Mutu Baja (fy) = 400 MPa
ø Tulangan Memanjang (dp) = 22 mm
500 mm ø Tulangan Begel (ø) = 12 mm
As 6 D 19 = 1701.02 mm2
As 4 D 19 = 1134 mm2
Dimensi Kolom = 550 x 550 mm
a. Perencanaan Tulangan Memanjang Kolom
Diketahui :
fy = 400 MPa ; Mu = 452 kNm
Pu = 620 kN ; fc’ = 30 MPa
2,99
Jumlah Tulangan Perlu As = ρ x Ag = 2,7 % x 5502 = 8167,5 mm2
Dipasang 22 D 22 As = 8363 mm2 (ok)
20 D 22
550 mm
550 mm
b. Pemeriksaan persyaratan “strong column weak beam”
Nilai adalah jumlah Mg+ dan Mg- balok yang menyatu dengan
kolom
y
6 D 19
d bawah d atas
4 D 19
600 mm 600 mm
1134x 400
a= = 44.47mm
0.85 x 30 x 400
2831x 400
a= = 111,02mm
0.85 x 30 x 400
500mm
500mm
Dengan:
S = spasi tulangan transversal pada arah longitudinal (mm)
hc = dimensi penampang inti kolom dihitung dari sumbu-sumbu
tulangan pengekang (mm)
Ag = luas bruto penampang (mm2)
Ach = luas penampang komponen struktur dari sisi luar ke sisi
luar tulangan transversal luas bruto penampang (mm2)
Dengan jarakbegel, s = 100 mm diperoleh
Ash = 0,3[100(500 – (2x40) – 12) 30/400][(5002/(500-2x40)2) – 1]
= 382,806mm2 (menentukan)
Atau
a
M pr = As (1, 25 f y ) d −
2
A (1, 25 f y )
a= s
0,85 f 'c b
55.59
M pr + = 1134 (1.25 x400)(538.5 − 2
) = 289569735 Nmm = 289 .57 KNm
a)Kebutuhan tulangan geser
Gaya geser yang bekerja di sepanjang bentang kolom (Vu) ditentukan dari Mpr+
dan Mpr-balok yang menyatu dengan kolom tersebut.
Mpr balok dihitung dengan rumus berikut
a
M pr = As (1, 25 f y ) d −
2
As (1, 25 f y )
a=
0,85 f 'c b
Perhitungan Mpr+ dengan tulangan 6 D 19 (As = 1700.31 mm2)
2 xMpr 2 x546
Ve = = = 341.25kN
ln (3,8 − 0,6)
- 50% x Ve > Vu
- Pu < Ag f’c/20
Sehingga Vc 0
Untuk komponen yang kena beban aksial berlaku Vc (Pasal 13.3(1(2)));
Nu f 'c 620 x10 3 30 22
Vc = (1 + )( )bw * d = 1 +
2
x500 x 500 − 40 − 12 −
14 Ag 6 14 x500 6 2
= 234800,32N = 234,8kN
Jadi
(Vc + Vs) = 0,75(234,8 + 790,8)
= 769,2 kN > Vu = 222,46 kN (OK)
Sisa panjang kolom di luar sendi plastis, dipasang begel sesuai ketentuan Pasal 23.4(4(6)).
< 6 db = 6 x 22 = 132 mm
Atau < 150 mm
Jadi begel di luar sendi plastis digunakan 4 dp 12 – 150 mm
Panjang lewatan pada sambungan tulangan kolom
Sambungan tulangan kolom yang diletakkan di tengah tinggi kolom harus memenuhi ketentuan
panjang lewatan yang ditentukan Pasal 14.2.2 yang dihitung dengan rumus:
d 9 fy
=
db 10 f 'c ( c + Ktr )
db
dimana: = 1,0 ; = 1,0 ; = 1,0 ; = 1,0
c = 40 + 12 + 22/2 = 63 mm
1 2
22 400
=
Atr f yt 4
K tr = = 25,33
10 sn 10 x100 x6
c + K tr 31,17 + 25,33
= = 2,57
db 22
c + K tr tidak boleh > 2,5 (nilai maksimum)
Diambil nilai
db
d 9 f 'y 9 x 400 1x1x1x1
Jadi = = = 25,78
db 10 f ' c c + K tr 10 30 2,55
db
d = 25,78 x db = 25,78 x 22 = 567,2 mm
Karena seluruh tulangan pada panjang lewatan di sambung, maka sambungan lewatan termasuk
kelas B (Pasal 14.15.1 dan 2].
Panjang lewatan = 1,3 d = 1,3 x 567,2 = 737,36 740 mm
Agar lebih mudah mula-mula digambar gaya-gaya yang bekerja pada HBK tengah tersebut
Mu =355.97 kNm
Vh = 222.481 kN
6 D19
C2 = T2 T1 = 850.155 kN
T2 = 566.77 kN C1 = T1
4 D19
Vh = 222.481kN
Mu = 355.97 kNm
1700,31(1.25 x400)
a= = 83.35mm
0.85 x30 x400
2 xM u 2 x355,97
Vh = = = 222,481knm
ln (3,8 − 0,6)
Jadi Vx-x = T1 + T2 - Vh
= 850,155 + 566,77 – 222,481 = 1194,44 kN
Besarnya Vx-xtersebut harus dibandingkan dengan kuat geser nominal HBK tepi sebagaimana
diatur pada pasal 23.5.3
Vc = 1,7 f 'c Aj = 0,75 1,7 x 30 x400 x600 = 1676,03kN 1194,44kN
Penulangan geser di daerah HBK tidak perlu dihitung, asalkan tulangan begel sepanjang sendi
plastis (o) diteruskan pada HBK tersebut.
TERIMA KASIH