Anda di halaman 1dari 42

IV.

DAKTILITAS KURVATUR DAN FAKTOR JENIS STRUKTUR

1. URAIAN UMUM

Berdasarkan pengalaman-pengalaman tnasa lalu,

pada umumnya perencanaan struktur bangunan terhadap

gempa-gempa sedang dan kuat yang didasarkan pada

cara '' FULLY ELASTIC" tidaklah ekonomis. Dalam

rangka mengatasi hal tersebut, harus dapat dijamin

bahwa keruntuhan in-elastis yang terjadi selama

suatu gempa sedang dan kuat, terbatas pada daerah

sendi plastis daktil dalam balok-balok. Hal ini

dapat dicapai jika struktur mempunyai daktilitas

dan kapasitas deformasi inelastis yang cukup.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perlu

dihitung daktilitas kurvatur (0u/0y) penampang

struktur beton pada sendi-sendi plastis dalam

balok dengan menggunakan program komputer. Hal ini

dimaksudkan untuk memperoleh suatu nilai daktilitas

displacement struktur tertentu (m.), yang hantinya

akan digunakan untuk mendapatkan faktor jenis

struktur K yang akan dipakai didalam desain dan

perencanaan struktur beton pratekan dan beton

pratekan parsial.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka

diperlukan pembatasan-pembatasan tertentu didalam


analisa penampang untuk beton pratekan dan beton

pratekan parsial.

2. PENGERTIAN DAKTILITAS DAN TINGKAT DAKTILITAS

Daktilitas adalah kemampuan suatu struktUL-

atau unsur struktur itu untuk mengalami simpangan-

simpangan plastis secara berulang dan bolak-balik

diatas titik leleh pertama sambil mempertahankan

sebagian besar dari kemampuan awal-nya dalam memi-

kul beban dan dapat dinyatakan sebagai ratio antara

perubahan bentuk inelastis total dari struktur atau

unsur struktur sebelum runtuh dan perubahan ben-

tuknya pada batas elastis [5].

Untuk menjamin perilaku struktur yang tetap

memuaskan setelah melampaui batas elastis, maka

mekanisme terjadinya sendi-sendi plastis harus

dikendalikan sehingga sendi-sendi plastis tersebut

diusahakan terjadi pada tempat-tempat yang direnca-

n ak a n . Supaya kondisi ini tercapai maka mekanisme

keruntuhan yang dikehendaki harus selalu diusahakan

agar terjadi pelelehan pada balok-baloknya (Beam

Sidesways Mechanism) dan bukan pada kolom-kolomnya

(Column Sidesways Mechanism).

Gambar 4.1
PugrajTi m o
m «n Icntur
kol om

(«)

Gambar 4.1. (a) Column sidesway mechanism ; (b)

Beam Sidesways Mechanism

Mekanisme goyang dengan sendi-sendi plastis

yang terbentuk pada kolom-kolom pada umumnya dise-

babkan oleh penggunaan balok-balok yang kuat dan

kaku (gambar 4.1a). Mekanisme goyang seperti ini

hanya dapat diizinkan untuk struktur-struktur

rendah[5], karena alasan-alasan berikut :

a. Pemencai-an energi yang terjadi terpusat didalam

jumlah kecil kolom-kolom struktur, yang mungkin

tidak memiliki cukup daktilitas karena besarnya

gaya-gaya aksial yang bekerja padanya.

b. Daktilitas yang dituntut dari kolom-kolom untuk

mencapai daktilitas struktur (displacement

ductility) sebesar 4 akan sangat tinggi sehingga

sulit dicapai.
28

c. Simpangan yang besar yang terjadi pada struktur

menyebabkan terjadinya efek P-delta, yang

merupakan bahaya ketidakstabilan struktur. Yang

dimaksud dengan efek P-delta adalah pembesaran

pengaruh P (gaya aksial) yang bekerja pada

kolom-kolom karena pembesaran eksentrisitas

gaya-gaya aksial tersebut akibat adanya

simpangan (delta) pada struktur.

Mekanisme goyang dengan sendi-sendi plastis

yang terjadi pada balok-baloknya (gambar 4.1b),

akibat penggunaan kolom-kolom kuat dan kaku adalah

merupakan mekanisme yang harus diusahakan, karena

hal tersebut menguntungkan yaitu :

a. Pemencaran energi terjadi di dalam banyak unsur.

b. Bahaya ketidakstabilan akibat efek P-delta

kecil.

c. Memungkinkan terjadinya rotasi plastis yang

besar bila sendi-sendi plastis pada balok

berfungsi dengan baik.

d. Daktilitas struktur (displacement ductility)

sebesar 4 yang harus dipenuhi balok-baloknya

mudah d ipenu h i .

Berdasarkan hal diatas maka suatu struktur

haruslah direnoanakan dengan jumlah kekuatan kolom

yang lebih besar daripada jumlah kekuatan balok-

baloknya yang dikenal dengan prinsip STRONG COLUMN


29

WEAK BEAM.

Disamping itu keruntuhan dari balok harus

diusahakan terjadi akibat lentur (ductile failure),

dan bukan disebabkan keruntuhan geser (brittle

failure), sehingga sebelum keruntuhan total dari

struktur terjadi, pada struktur sudah terjadi

perubahan bentuk (deformasi) yang memberikan peri-

ngatan bagi penghuni untuk menyelamatkan diri [5].

Dalam kaitannya dengan perencanaan bangunan

tahan gempa, PPTGIUG 1983 [6] telah menetapkan,

bahwa daktilitas struktur (displacement ductility)

\i yang tersedia di dalam struktur ditentukan mini­

mum sebesar 4. Hal ini berarti, bahwa akibat gempa

kuat dengan periode ulang 200 tahunan[6], struktur

harus mampu untuk tidak runtuh karena tersedianya

pelataran leleh (yield plateau) yang cukup panjang.

Dalam hal ini berarti struktur tersebut harus mampu

mengalami simpangan inelastis total minimum sebesar

4 kali simpangan pada batas elastiknya, yaitu pada

saat terbentuknya sendi plastis yang pertama[5].

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah

ini.

Gambar 4.2
Struktur dengan

Gambar 4.2. Diagram beban simpangan dan respons

spektrum .struktur dengan berbagai tingkat

daktilitas [5] .

Tingkat daktilitas dari suatu struktur beton

menurut SKSNI T-15-1991-03[l] dibagi dalam tiga

tingkat, yaitu :

(1). DAKTILITAS TINGKAT 1 :

Struktur beton diproporsikan sedemikian rupa,

sehingga memenuhi persyaratan penyelesaian

detail struktur yang ringan, struktur akan

berespons terhadap gempa kuat sepenuhnya


secara elastik. Beban geser dasar akibat gempa

untuk perancangan struktur beton dengan

daktilitas tingkat 1 harus ditentukan menurut

Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia

Untuk Gedung 1983 "[6] dengan ketentuan, bahwa

nilainya harus dihitung berdasarkan nilai

faktor jenis struktur sebesar K - 4.

(2). DAKTILITAS TINGKAT 2

Struktur beton diproporsikan sedemikian rupa,

sehingga dengan memenuhi persyaratan

penyelesaian detail struktur yang khusus,

struktur mampu berespons te'rhadap gempa kuat

secara inelastik tanpa raengalami keruntuhan

getas. Beban geser dasar akibat gempa untuk

perancangan struktur beton dengan daktilitas

tingkat 2 harus ditentukan menurut " Peraturan

Perencanaan Tahan Gempa Indonesia Untuk Gedung

1983 "[6] dengan ketentuan, bahwa nilainya

harus dihitung berdasarkan nilai faktor jenis

struktur sekurang-kurangnya sebesar K = 2

(tidak tertutup kemungkinan jenis strukturnya

sendiri menuntut nilai K yang lebih tinggi

dari 2, misalnya K = 2,5 pada portal dengan

ikatan diagonal).

(3). DAKTILITAS TINGKAT 3

Struktur beton diproporsikan sedemikian rupa,

sehingga dengan memenuhi persyaratan


penyelesaian detail khusus yang lebih

terperinci, struktur mampu berespons terhadap

gempa kuat secara inelastik sambil

mengembangkan sendi-sendi plastis dalam balok-

baloknya dengan kapasitas pemencaran energi

yang baik tanpa mengalami keruntuhan. Beban

geser dasar akibat gempa untuk perancangan

struktur beton dengan daktilitas tingkat 3

harus ditentukan sepenuhnya menurut "Peraturan

Perencanaan Tahan Gempa Indonesia Untuk Gedung

1983 ■■[6] .

3. ANALISA MOMENT-CURVATURE

3-1- iiMim.

Di dalam perencanaan suatu struktur terhadap

gempa haruslah dijamin bahwa keruntuhan in-elastis

yang terjadi selama suatu gempa kuat, terbatas pada

daerah-daerah sendi-sendi plastis daktil dalam

balok-balok dan haruslah dihindari keruntuhan

akibat : "soft storey column failure", "shear

failure" dan "bond failure".

Untuk mencapai suatu daktilitas yang dituntut

dari suatu daktilitas displacement tertentu, maka

perlu dihitung nilai daktilitas kurvatur dari

sendi-sendi plastis dalam balok-balok, sehingga

dapat dijamin struktur akan tetap aman jika


struktur dikenai suatu gaya gempa dengan periode

ulang tertentu.

Pada pasal ini disajikan suatu studi untuk

menghitung nilai daktilitas kurvatur dari penampang

beton dengan memakai teori analisa "moment-

curvature" yang didasarkan pada sifat-sifat baja

tulangan aktual dan baja prategang aktual yang

dilakukan pada bentuk penampang dan susunan

tulangan yang berbeda.

Analisa "moment-curvature” pada penampang-

penampang meraungkinkan kapasitas lentur bagian-

bagian konstruksi yang melebihi batas-batas

"curvature" dihitung, dan meraungkinkan perubahan

dalam kapasitas moraen dengan sendi plastis di-

perkirakan.

"Curvature" dari suatu bagian konstruksi

didefinisikan sebagai rotasi persatuan panjang.

"Curvature" akan bervariasi sepanjang bagian-bagian

konstruksi dan akan sama dalam daerah-daerah momen

yang konstan, karena tarikan yang ditahan oleh

beton antara "crack-crack" akan menyebabkan

bervariasinya regangan-tegangan dan tinggi garis

netral. Penampang kritis adalah pada saat terjadi

"crack".
34

Dengan menggunakan notasi pada gambar 4.3,

"curvature” diberikan sebagai berikut :

1 eo Gs
(4.1)
R kd d(l - k)

Kurva "moment-curvature" untuk suatu penampang

balok yang umum dapat dicari dengan menggunakan

kesetimbangan regangan dan kesetimbangan gaya-gaya

dalam serta gaya pada strand untuk menentukan

"curvature" dari persamaan 4.1 yang sesuai dengan

besarnya momen yang ditingkatkan secara teratur.

Dalam daerah elastis, hubungan antara momen dan

"curvature" merupakan hubungan linier.

El = MR = M/0 (4.2)

dimana El adalah kekakuan lentur.

Gambar 4.3 Deformasi lentur pada balok[2]


35

Gambar 4.5. Hubungan "moment-curvature" untuk

balok [2],

Setelah terjadi "crack", kekakuan lentur dari

penampang akan berkurang dan terjadi pengurangan

keiniringan pada kurva M - 0. Melewati "crack” ,

perilaku penampang menjadi sangat bergantung pada

banyaknya baja tulangan dan baja prategang.

Untuk penampang-penampang beton bertulangan

ringan, perilaku M - (zi dari saat !'crack" sampai

terjadi leleh yang pertama pada umumnya agak linier

karena beton tidak mengalami tegangan yang tinggi.

Melewati leleh, terjadi peningkatan "curvature"

yang besar pada momen lentur mendekati konstan

sampai "strain hardening" baja tulangan dan baja

prategang yang menyebabkan peningkatan kapasitas

momen. Dalam hal ini yang berpengaruh paling besar


36

adalah "strain hardening" dari baja tulangan.

(lihat gambar 4.5a).

Untuk penampang beton bertulangan berat, kurva

M - 0 menjadi tidak linier karena perilaku

inelastis dari beton, dan akhirnya mungkin terjadi

keruntuhan getas jika beton tidak dikekang dengan

baik (lihat gambar 4.5b), tetapi dengan memakai

syarat penulangan yang berlaku maka dijamin akan

terjadi perilaku yang daktail.

Supaya penampang beton dapat menerima regangan

yang cukup besar maka perlu disediakan tulangan

sengkang yang cukup untuk mengekang penampang beton.

Sebagai akibatnya kapasitas momen juga dipengaruhi

oleh perbandingan kekangan karena pengaruh dari

kekangan akan menyebabkan peningkatan kekuatan

beton pada regangan yang sangat besar.

CimyATURE..

Analisa "moment-curvature" yang dilakukan

dalam studi ini didasarkan pada asumsi-asumsi

sebagai berikut ;

1. Penampang tetap datar sebelum dan sesudah

lenturan.

2. Hubungan tegangan-regangan untuk beton

"unconfined" dan "confined" sama seperti yang


37

diberikan dalam bab 3

3. Pada saat regangan tekan beton mencapai

regangan "spalling", selimut beton dianggap

tidak efektif dan tidak menambah kekuatan

pada penampang beton.

4. Jika tegangan tarik pada beton yang terjadi

melebihi kekuatan tarik beton yang diijinkan

maka dianggap telah terjadi "crack" dan tidak

dapat menerima beban tarik berikutnya.

5. Deformasi geser akibat "sliding shear" dan

crack diagonal diabaikan.

6. Pengaruh susut dan rangkak pada beton diabai­

kan .

7. Hubungan tegangan-regangan dari baja tulangan

dan baja prategang sama seperti yang diberi­

kan pada bab 2.

8. Tidak terjadi slip pada ikatan antara baja

dan beton.

Analisa"moment-curvature" penampang-penampang

beton pratekan dan beton pratekan parsial dalam

studi ini hanya roemperhitungkan lenturan pada satu

sumbu utama penampang tanpa adanya gaya aksial.

Besarnya gaya prategang pada strand yang

diasumsikan sebesar 0.6 f p u .


3.4. KQMPUTER

Kemampuan sendi-sendi plastis untuk berotasi

sebelum runtuh dinyatakan sebagai daktilitas kurva-

tur (curvature ductility), yaitu merupakan ratio

antara kurvatur elasto-plast is total pada sendi

plastis (0u) dan kurvatur pada batas elastik di

titik tersebut (0y) atau dengan kata lain ratio

antara kurvatur pada saat ultimate dan kurvatur

pada saat leleh pertama[7].

Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan

bahwa faktor-faktor terpenting yang mempengaruhi

daktilitas dari beton bertulang dan baton pratekan

ad a 1a h :

- Banyaknya tulangan tarik.

- Banyaknya tulangan tekan.

- Pengekangan beton oleh tulangan lateral.

- Kekuatan tekan dan hubungan tegangan-regangan

dari beton ( yang mana diakibatkan oleh besarnya

pengekangan ).

- Kekuatan tarik dan hubungan tegangan-regangan

dari baja.

- Besarnya beban aksial dalam kombinasi beba n.

- Bentuk dari penampang, selimut beton dan strain

hardening dari baja.


39

Langkah-langkah analisa dengan menggunakan

program komputer untuk mendapatkan nilai daktilitas

kurvatur adalah sebagai berikut[2] :

Pertama, penampang beton dibagi atas beberapa

sub penampang yang berlainan dan masing-masing sub

penampang dibagi lagi atas beberapa strip, paralel

ke sumbu netral penampang. Masing-masing strip

mengandung luasan penutup beton d.an inti beton.

Dengan cara yang sama, baja tulangan memanjang dan

baja prategang diperhitungkan dalam beberapa

lapisan berbeda, paralel ke sumbu netral, dimana

masing-masing lapisan mengandung luasan tulangan

dan strand yang telah diketahui.

Analisa kemudian dilanjutkan dengan menghitung

momen lentur ideal dengan bentuk hubungan tegangan

regangan yang diasumsikan bilinear seperti

ditunjukkan pada gambar 4.6.

Momen lentur ideal dihitung dengan menggunakan

asumsi-asumsi sebagai berikut :

1. Distribusi tegangan tekan beton aktual dapat

digantikan dengan bentuk persegi empat ekwivalen

dengan tegangan rata-rata sebesar 0.85 f'c dan

tinggi = a, dimana a adalah suatu harga bersya-

rat.

2. Regangan tekan beton pada serat terluar = 0.003

3. Baja tulangan memanjang mempunyai hubungan

tegangan regangan yang bilinear.


40

4. Baja prategang mempunyai hubungan tegangan-

regangan seperti dijelaskan dalam bab 2.

Gambar 4.6. Idealisasi hubungan tegangan-

regangan bilinear dari baja

tulangan[2].

Remudian analisa dilanjutkan dengan menghitung

momen leleh dan "curvature leleh" 0y yang

didefinisikan sebagai berikut ;

Mi
0y (4.3)
My

dimana My adalah momen perlawanan saat baja

tulangan meman,jang mencapai leleh yang pertama, 0y

adalah "curvature" yang sesuai dengan My dan Mi


41

dihitung dengan menggunakan asumsi-asumsi seperti

yang dijelaskan sebelumnya untuk momen lentur

ideal. Garabar 4.7 dibawah ini menunjukkan

bagaimana 0y diperoleh.

Gambar 4.7. Respons moment-curvature dan definisi

dari curvature leleh.[2]

Perhitungan selanjutnya adalah dengan

memperbesar regangan tekan beton pada serat terluar

dari penampang secara berangsur-angsur dengan

kenaikan yang kecil.


47

Untuk masing-masing harga regangan tekan pada

serat terluar, baik dalam menentukan momen ideal,

momen leleh dan momen maksimum, tinggi sumbu netral

diperoleh diperoleh dengan menggunakan teknik

"iterasi bisection", yaitu tinggi sumbu netral

diatur sampai gaya-gaya dalam pada baja dan beton

jumlahnya sama dengan nol atau mendekati nol

(dengan faktor toleransi 0.5%) untuk suatu

penampang balok, sehingga momen perlawanan M yang

sesuai dengan regangan serat terluar diperoleh

dari gaya-gaya dalam pada penampang. Perhitungan

ini dilanjutkan hingga tercapainya momen perlawanan

maks imum.

Nilai daktilitas kurvatur, 0u/0y diperoleh

untuk setiap kenaikan regangan serat terluar sampai

salah satu batasan-batasan dibawah ini tercapai:

1. Momen M yang diperoleh dari tambahan regangan

yang terakhir mempunyai nilai kurang dari 0.8 Mi,

sehingga dianggap sudah tidak dapat dipertanggung-

jawabkan atau dianggap telah runtuh.

2. Regangan tekan batas beton telah lebih besar

daripada regangan maksimum dari beton yaitu :

emaks = espall + 0.04 (K - 1) ............. (4.4)

dimana K = f'cc/f'c

Persamaan diatas merupakan batasan yang dianjurkan


43

oleh Mander[3], yang didasarkan pada suatu

penaksiran hasil-hasil percobaan sehingga tidak

dapat digunakan sebagai batasan yang pasti,

meskipun demikian nilai itu tetap dipakai sebagai

batasan untuk regangan maksimum dari beton.

3. Regangan maksimum baja tulangan memanjang telah

mencapai regangan ultimate, €s >= 6 s u .

4. Regangan maksimum baja prategang* telah raencapai

regangan ultimate, 6p >= epu .

Pada analisa terakhir akan diperoleh nilai

daktilitas kurvatur, 0u/0y yang sesuai dengan

desain untuk struktur tersebut.

Berikut ini akan digambarkan diagram alir dari

analisa "moment-curvature" dengan program komputer.


Dxagraiij aJ-j.r a.na.lisE moinen^kurvatur
45
46

© 0
A pa^v
telah
seim bang

Ya Tidak
1

H itung besarnya H ilung perkiraan


M o m en Leleh (M Y) tinggi garis
& Curvature Leleh netral yg baru
(«iy) dari gaya dalam dengan tekn ik
pada penam pang iterasi bisection

M enghitung M om en M a ksim u m
(M M and) & C uivalure ( ^ )
dengan m e nggunakan diagram
tegangan-regangan yang sebenar-
nya & regangan te ka n pada beton
pada serat terluar yang ditingkat-
kan secara le ra lu r dari ke cil ke
besar

A m b il suatu harga
regangan teka n
beton pada serat
terluar yang cukup
ke cil (0.0001)

M isa lk a n suatu
harga tinggi
garis netral

Hitung gaya dalam beton


dengan m e m perhatlkan
ba tasan-batasan
regangan yang
d iten tukan , kekuatan
tarik beton tidak sam a
dengan 0.0

H itung gaya dalam


baja tulangan
m em anjang & baja
prategang dengan
nnem perhatikan
batasan -ba tasan
regangan

© © ©
-^■'7
4S

4. HUBUNGAN ANTARA DISPLACEMENT DUCTILITY DENGAN

CURVATURE DUCTILITY.

4.1.UMUM

Untuk suatu struktur yang direncanakan memikul

beban gempa, maka elemen struktur tersebut harus

direncanakan mempunyai kapasitas rotasi yang cukup

sehingga elemen struktur tersebut dapat mendesipa-


*
sikan energi gempa dalam struktur tersebut. Untuk

suatu struktur yang direncanakan terhadap suatu

"displacement ductility" tertentu maka pada penam-

pang tersebut harus disediakan "curvature ductility"

yang tertentu pula, sehingga akan terdapat hubungan

yang erat antara "displacement ductility" dan

"curvature ductility".

Rodriguez [8] telah melakukan suatu penelitian

mengenai hal ini, yang merupakan suatu

penyederhanaan yang lebih sistimatis dari perumusan

yang digunakan oleh Park dan Paulay [9].

4-2. DAKTILITAS YAMG DIPERLUKAM UNTUK COLUMN

SIDESWAYS MECHANISM

Pada gambar dibawah ini adalah suatu portal

dengan n lantai dan tinggi antar lantai Ic, terjadi

mekanisme column sidesways pada lantai ke-i.

Defleksi lateral pada puncak struktur relatif

terhadap dasar struktur dinyatakan dengan 5y, dapat

dicari dengan perumusan Park dan Paulay sebagai


49

berikut :

5y r l c V 6 [ 0 c l ( 2 . 2 5 r - l / 2 ) + 0 ^ 2 < 2 - 2 / 3 ) + 0j,3 + 0 c4+

^05”^ ..... ............................. (4.5)

dimana :

0^]^ = kurvatur kolom bawah pada lantai ke-i

Titik belok pada kolom dasar diasumsikan terjadi

pada 0.8 I c . sedang untuk lantai 2 terjadi 0.6 Ic

dan untuk lantai 3 dan seterusnya terjadi pada 0.5

Ic.

\ ^ ^1^ » Plastic-
hinge

Gambar 4.8a. Column Sidesways Mechanism [8].

Faktor daktilitas kurvatur kolom. (^uc/*^yci

untuk mekanisme column sidesways yang terjadi pada

lantai ke i diberikan oleh Park dan Paulay [9]

sebagai berikut;
50

6y
. .(4.6)
^ycl-lpc^dc/lpc-l)

dimana ;

^uci “ Kurvatur pada saat ultimate dari kolom

lantai ke-i.

0y^i = Kurvatur pada saat leleh dari kolom

lantai ke-i.

Ipp = panjang sendi plastis kolom

(j. = faktor displacement ductility

Dengan mengkombinasikan kedua persamaan diatas

dan mengasumsikan bahwa penampang kritis pada kolom

mencapai leleh yang pertama bersamaan dengan

kurvatur yang sama dengan 0yc > sehingga kita

dapatkan :

dc/lpc)^^

C Ipc" ^ ^
..... (4.7)

4.3.

EEAtLiilllESj^AYS MECHAMISH-

Mekanisme dari beam sidesways dapat dilihat

pada gambar dibawah in-i. Dimana persamaan untuk n

pada puncak dari struktur pada mekanisme beam

sidesways menurut Park dan Paulay [9] sebagai


5 .1.

berikut

(b )

Gambar 4.8b. Beam Sidesways Mechanism [8].

^ = 1 + r l^.lb/1.8pb/5y ..........(4-8)

dimana :

1 = bentang bersih balok

lb = jarak antara sendi plastis pada balok

Sehingga rotasi plastis pada balok, 0pb, dapat

dicari dengan persamaan sebagai berikut :

®pb - ( *^ub “ ^ ^pb ...........(4.9)


dimana :

= Kurvatur pada saat ultimate pada

penampang kritis dari balok.

0yl^ = Kurvatur pada saat leleh pertama

lp[^ = Panjang sendi plastis dari balok


Sedangkan untuk penampang kritis pada kolom

(dimana terjadi sendi plastis) diasumsikan

mempunyai kurvatur pada saat leleh pertama 0^^^ dan

dengan mengkombinasikan persamaan (4.5), (4.8) dan

(4.9) kita dapatkan :

a
^ub/^yb = 1 + ----- (n-l)(4.25r-19/6)l/lb.lc/lpb
6 .r

(4.10)

dimana :

^cr
a = ....... .... (4.11)
^yb

Daktilitas kurvatur kolom dasar pada penampang

kritis untuk mekanisme beam sidesway didapat dengan

cara yang sama seperti mendapatkan persamaan (4.7),

dengan mengganti beberapa notasi sehingga didapat :

(H-1) Ic
S^ucl/^ycl = 1 + ----- ----- (4.25r-19/6) Q
6r Ip,

.......................(4.12)

d imana

^ = ^cr/S^ycl ............... (4.13)

0 ^ p 1 = kurvatur ultimate yang dihitung

dari kolom dasar.

0 ypl = kurvatur leleh pada penampang yang

d it inj a u .
4.4. KKRIJTIJHAN DAKTILITAS KURVATUR PAPA PORTAL

BETQN SEHUBUHGAH DENGAH TUMTUTAH DISPLACEMEH.T

Suatu pendekatan untuk mengetahui rata-rata

faktor displacement ductility dari suatu portal

didapat dengan mendefinisikan bahwa faktor

displacement ductility pada separuh dari tinggi

struktur [9], sehingga didapatkan :

r = 0.5 n ........................ (4.14)

Panjang sendi plastis pada kolom, pada

penelitian yang dilakukan diambil sebesar Ipc = 0.5

he [10] dimana he adalah tinggi penampang kolom,

nilai-nilai lain yang dipakai Ic = 5 he dan Ic = 3

ho, yang mana nilai-nilai tersebut merupakan

batasan yang sering ditemui pada portal beton.

Sedangkan ratio Ic/lpc diambil sama dengan 10 dan

6. Untuk panjang sendi plastis pada balok diambil

Ipb = 2/3 hb, sedangkan ratio 1/lb diasumsikan =

4/3 dan hb/hc = 1 sehingga ratio Ic/lpb menjadi

antara 4.5 dan 7.5.

Nilai-nilai untuk a dan Q diambil sama dengan

1. Pada persamaan (4.12) dapat dilihat bahwa Jika

diambil nilai a yang lebih tinggi akan didapat

kebutuhan daktilitas yang lebih tinggi.

Berikut ini akan disajikan beberapa grafik

yang menunjukkan hubungan antara suatu displacement


54

ductility tertentu dengan curvature ductility

diinana untuk mendapatkan curvature ductility

tersebut dipengaruhi oleh jumlah tingkat dari

struktur, panjang sendi plastis dari balok dan

kolomnya, bentang bersih balok, jarak antara sendi

plastis pada balok, tinggi antar tingkat, faktor a

dan faktor Q.

Nu m be r of Storeys (n)

Gambar 4.9. Daktilitas yang dibutuhkan dalam meka-

nisme "column sidesway"[8]


f^yb

(•1 )

N u m b e r o f Storeys (n )

f>yb

( b)

N u m b e r o f Storeys ( n )

Gambar 4.10. Daktilitas yang dibutuhkan pada balok

untuk mekanisme "beam sidesway"[8]


56

uc

yc

(a)

Num ber o f Storeys (n)

^yc

(b )

Num be r o f Storeys i n )

Gambar 4.11. Daktilitas yang dibutuhkan pada kolom

dasar untuk mekanisme "beam sidesway"[8]


d7

5. FAKTOR JENIS STRIJKTUR K

5.1. UMllM

Faktor K atau faktor jenis struktur

adalah suatu konstanta yang menggambarkan kemampuan

respons inelastik struktur akibat bekerjanya beban

gempa, yang merupakan fungsi dari tipe struktur dan

kemampuan daktilitas bahan dari komponen struktur

yang berfungsi sebagai pemencar energi[6],

Faktor jenis struktur K dimaksudkan untuk

menampung perbedaan dalam perilaku terhadap gempa

dari sistem struktur gedung yang berbeda. Faktor K

menyediakan kekuatan arah lateral yang cukup untuk

memastikan bahwa tuntutan daktilitas tidak melebihi

daktilitas yang tersedia dalam gempa-gempa kuat.

Besarnya nilai K yang diisyaratkan pertama-

tama memperhitungkan kemampuan dari sistem struktur

dan bahan bangunan yang bersangkutan untuk

memencarkan energi didalam sejumlah siklus

pembebanan[6], yaitu memperhitungkan dakti1itasnya

dan keduanya memperhitungkan derajat kehiperstatis-

an struktur dengan anggapan bahwa sebagian besar

dari unsur-unsur pemencar energi yang telah dipilih

didalam sistem penahan gempa dari jenis struktur

yang diberikan akan berpartisipasi dalam pemencaran


58

energi gempa.

Sebagaimana didalam perencanaan struktur

terhadap gempa, adalah tidak ekonomis bahwa suatu

struktur direncanakan terhadap gempa yang maksimum

dengan tingkat kerusakan yang kecil, sehingga

ditetapkan suatu taraf gempa yang lebih rendah,

untuk menjamin struktur gedung tidak -rusak pada

gempa-gempa sedang. Sedang terhadap gempa yang kuat

struktur tidak akan runtuh dan mampu berperilaku

secara daktil untuk mengimbangi selisih dalam

pengaruh gempa antara yang terjadi dalam struktur

elastik pada gempa yang sangat kuat dan yang

ditentukan sebagai pengaruh gempa rencana didalam

peraturan. Oleh karena itu, di dalam perencanaan

terhadap gempa, besarnya taraf gempa disesuaikan

dengan umur bangunan yang direncanakan.

Gambar berikut menunjukkan hubungan antara

spektrum respons untuk gempa kuat terhadap spektrum

respons gempa rencana, dimana samakin kecil daktil-

itas (a/b) yang tersedia, semakin besarlah perban-

dingan b/c (faktor K) yang harus diberikan sebagai

pengimbangnya.

Gambar 4.12
Gambar 4.12. Hubungan antara spektrum respons untuk

gempa kuat terhadap spektrum respons

gempa rencana[6].

5 . 2 . JEERHITMGM FMTQR JEHIS .S.T.RU1TUR K

Maksud dari ditetapkannya faktor jenis

struktur K adalah untuk mendapatkan sejumlah

perbedaan yang diharapkan dalam perilaku dari

bermacam-macam tipe struktur dan material dalam

gempa-gempa kuat.

Dalam Indonesian Earthquake Study Volume

4[11], perhitungan faktor jenis struktur K

ditetapkan sebagai berikut :

(1). Menetapkan faktor ua (displacement ductility)

(2). Menghitung faktor reduksi R(|ia) sebagai

berikut :
R(ua) = /(2.|i - 1 ) .................... (4.15)

untuk T < 0.5 detik

R(ua) = ua ............................ (4.16)

untuk T > 0.5 detik

dimana :

T = waktu getar alami.

(3). Mengurangi respons elastis dari gempa rencana

dengan membagi dengan R dan mengalikan koefisien

gempa dasar C dengan fl yaitu faktor overstrength.

(4). Sehingga nilai E/R atau "reduced response

level" lebih besar dari fl x C.

(5). Jika tidak, faktor K dihitung sebagai berikut:

E l E
K = ----- ------ = ............ ..........(4. 17)
R flxC f l x C x R

Sebagai ilustrasi dapat dilihat dari gambar

4.13 berikut ini :

Gambar 4 . 13
61

A '.)% Damping

(-la s tic rcv;ponsi?

L
<0
Q)
r
07
Q)

10
(0
CD

4->
c
0)
r-l
<0
>
JL
3
cr n
ui

Basic Scir,rnlc C o e fficie nt p lu s


— overt . l rengl t i s ( Cx ( ^ )
-— - B a s ic ficir-rnic C o e ffic ie n l(C l

Structural Period

Gambar 4.13. Ilustrasi penetapan faktor jenis struk-

tur K[ll].

5.3. EEHamSAZL-J

Beberapa pembatasan dalam perhitungan faktor

jenis struktur K diperlukan mengingat banyaknya

variasi parameter dalam penentuan faktor jenis

struktur K dalam hubungannya dengan daktilitas.


ij.a (displacement ductility factor), menurut

Indonesian Earthquake Study vol. 4[11]. untuk

rangka daktail diharapkan bernilai 7 atau lebih.

Team "Indonesian Counterpart" telah menyatakan

bahwa tuntutan |ia yang terdapat dalam Indonesian

Earthquake Study terlalu tinggi dan dibatasi sampai

5.5. Sedangkan dalam SKSNI nilai jia untuk tingkat

daktilitas 3 diambil = 4. Sehingga nilai (la yang

dipakai dalam studi ini adalah 5.5 dan 4 yang mana

didasarkan pada nilai E sebesar 0.47 g dan 0.34 g

yaitu gempa 160 dan 100 tahun, dengan anggapan

bahwa nilai E untuk ua = 7 adalah 0.55 g atau gempa

200 tahunan untuk wilayah gempa (zone) 4.

Nilai fl ditetapkan sebesar 1.7, dimana nilai

fl yang mungkin adalah 1.7 - 2.5[11].

Hubungan antara nilai "displacement ductility"

(n) dengan daktilitas kurvatur (curvature

ductility) yang dituntut dari struktur adalah

menggunakan grafik dan persamaan dari Rodriguez

sebagaimana dibahas dalam bab sebelumnya.

Untuk perhitungan nilai.K, ditetapkan bahwa

nilai K diambil dalam suatu "range” yaitu bernilai

1 sampai suatu nilai tertentu dengan anggapan bahwa

masing-masing nilai K tersebut diambil untuk

"displacement ductility" (iia) sebesar 4 dan 5.5.


6. PEMBATASAN-PEMBATASAN DAN PERSYARATAN-PERSYARATAN

KHUSUS DALAM ANALISA MOMENT-CURVATURE UNTUK

STRUKTUR BETON PRATEKAN

Perencanaan suatu portal dengan balok-balok

yang diberi prategangan harus memperhatikan

persyaratan daktilitas. Beberapa persyaratan dan

pembatasan tersebut diambil baik dari SKSNI maupun

dari beberapa referensi sebagai berikut:

(1). Setiap kelebihan luasan baja pratekan Aps,

akan menurunkan daktilitas penampang dan kekuatan

lentur yang diperbesar akan menghasilkan kegagalan

karena geser. Menurut SKSNI T-15-1991-03 dan

beberapa referensi seperti dari Naaman dan Harajli,

tingkat daktilitas untuk struktur rangka dengan

balok-balok pratekan index tulangan global (w) dari

balok-baloknya menurut persamaan berikut :

w = wp + w - w' ...........................................( 4 . 18)

dengan :

wp = (Aps.fps)/(b.d.fc-) ................ (4.19)

w = (A s .f y )/(b .d .f c ') .................. (4.20)

w' = (As' .fy)/(b.d.fc') ................... (4.21)


64

dimana ;

Aps = luas tulangan baja prategang

As = luas tulangan tarik

As' = luas tulangan tekan

fy = tegangan leleh nominal dari baja tulangan

fps = tegangan tarik dalam baja prategang pada

momen nominal[7].

fc' = kuat tekan bet on .

b = lebar penampang balok atau lebar flens

dalam hal penampang T yang tertekan flens-

nya.

d = tinggi efektif penampang diukur dari

titik tangkap resultants gaya-gaya tarik

baja tulangan sampai tepi penampang terte­

kan ,

Nilai d ini berhubungan dengan PPR (Partially

Presetressing Ratio), yaitu :

d PPR.dp + (l-PPR).ds .................... (4.22)

dimana ;

PPR = Aps .fps/(Aps .fps + As.fs) ............ (4.23)


(2). Untuk balok pratekan yang direncanakan beban

gravitasi,menurut ACI 318-77[12] tulangan memanjang

untuk kekuatan lentur harus memenuhi :

wp = (Aps .fps)/(b .d .fc ') < 0 . 3 ............. (4.24)

Sedangkan untuk memastikan daktilitas yang cukup

pada perencanaan gempa disarankan nilai 0.3 pada

ruas kanan diganti 0.2 [13], sehingga :

<Aps .fps )/(b .d .f c ') < 0.2 ................ (4.25)

(3). Untuk dapat melakukan redistribusi momen

tumpuan negatif dari balok-balok struktur, index

tulangan global (w) < 0.2 [1].

(4). Setiap balok portal yang diberi prategangan

selalu harus diberi tulangan tekan didaerah sendi

plastis dengan index tulangan tekan minimum (w')

sebesar 0.1, tanpa- mengabaikan batasan index

tulangan global (w) diatas[l].

(5). Persyaratan penulangan yang dianjurkan oleh

Tadros[14], yang dipakai untuk menguji secara awal

apakah penampang tersebut cukup daktil atau tidak

yaitu : c/h < 0.36

dimana c = tinggi garis netral

h = tinggi total penampang

(6). Persyaratan pemasangan tulangan menurut SKSNI

[1] adalah bahwa jarak maksimum tulangan transver­


sal pada ujung-ujung kolom (daerah sendi plastis)

tidak boleh melebihi :

- 1/4 dimensi komponen struktur terkecil

- 8 kali diameter tulangan memanjang

- 100 mm.

Anda mungkin juga menyukai