Anda di halaman 1dari 30

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG

REKAYASA
GEMPA
RIZQI RAHAYU | 211003222011534 | KELAS RPL
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PERILAKU
STRUKTUR
TERHADAP GEMPA
Page 3

PENDAHULUAN
Perencanaan struktur bangunan tahan gempa yang baik
memerlukan pengetahuan tentang bagaimana perilaku dari
struktur tersebut saat terjadi gempa. Banyak faktor yang
mempengaruhi respon dari struktur pada saat terjadi gempa.
Page 4

Gambar 3.1 menunjukkan hubungan antara beban horisontal akibat gempa yang arahnya
bolak-balik dengan perpindahan yang terjadi dari dua struktur portal (frame structure) yang
dengan perilaku yang berbeda.
Struktur pada Gambar 3.1.a menunjukkan perilaku ketahanan gempa yang buruk. Pada
struktur ini, setelah tercapainya kekuatan batas (ultimate) dari struktur (Hu), akan terjadi
penurunan kekuatan yang sangat signifikan akibat beban gempa yang berulang.
Dari kurva siklus histeresis yang terbentuk terlihat bahwa struktur pada Gambar 3.1.a
mempunyai kapasitas disipasi energi yang kecil atau terbatas, dengan demikian struktur ini
tidak mempunyai kemampuan daya dukung yang baik di dalam menahan beban gempa.
Struktur-struktur seperti ini pada umumnya bersifat getas (brittle).

Struktur pada Gambar 3.1.b mempunyai perilaku yang baik didalam memikul beban gempa. Kurva siklus histeresis yang terbentuk pada struktur ini lebih
besar dibandingkan dengan struktur yang pertama.
Hal ini menunjukkan bahwa struktur mempunyai kapasitas disipasi energi yang besar, sehingga struktur mempunyai kemampuan daya dukung yang baik di
dalam menahan beban gempa.
Struktur-struktur seperti ini pada umumnya bersifat daktil (ductile). Perilaku daktail dari struktur merupakan hal yang sangat penting di dalam merencanakan
struktur bangunan tahan gempa.
Page 5

PERILAKU MATERIAL DAN


ELEMEN STRUKTUR
Perilaku Struktur Beton Prategang
1 Beton 5
(Prestressed Concrete)

2 Baja 6 Perilaku Struktur Baja

Perilaku Struktur Beton Bertulang Perilaku Struktur Pasangan Batu Bata


3 7

4 Interaksi Beton dan Tulangan 8 Perilaku Struktur Kayu


Page 6

1 Beton
Kuat tekan beton biasanya didapat dari pengujian tekan benda uji berbentuk silinder berukuran tinggi 30 cm dan diameter 15 cm.

Gambar 3.2 menunjukkan bentuk parabolik dari kurva atau diagram tegangan (f’c) - regangan (ԑ) untuk benda uji beton berbentuk silinder.

Modulus Young atau modulus elastisitas beton (Ec) bisa diambil sebesar 4730 MPa, dimana f’c merupakan kuat tekan beton dalam Mpa. Nilai

regangan beton pada tegangan maksimum kira-kira 0,002 untuk semua mutu beton. Bentuk penurunan percabangan kurva tegangan-regangan

bervariasi sesuai tulangan melintang yang terpasang.

Untuk keperluan desain, pada umumnya dilakukan penyederhanaan atau

idealisasi dari bentuk Diagram fc-ԑ yang sebenarnya.

Gambar 3.2.b menunjukkan model Diagram fc-ԑ yang diusulkan oleh

Hognestad (1952) yang terdiri parabola dan garis lurus.

Gambar 3a menunjukkan hubungan antara tegangan dan regangan beton

yang didapat dari hasil eksperimen untuk pembebanan berulang.


Page 7

1 Beton

Gambar 3.3.b menunjukkan idealisasi Diagram fc-ԑ dari Gambar 3.3.a (Blakeley dan Park,1973).

Modulus retak dari beton dapat diperoleh dari pengujian lentur. Besarnya modulus retak dapat diperkirakan dengan rumus 0,62 MPa.

Besarnya tegangan tarik dari beton berkisar antara 50-75% dari modulus retaknya.
Page 8

2 Baja
Hubungan antara tegangan regangan sebenarnya untuk material
baja yang didapat dari pengujian tarik diperlihatkan pada Gambar
3.4.

Untuk keperluan desain biasanya dipergunakan Diagram fc-ԑ


yang sudah diidealisasikan dengan bentuk garis bilinear seperti
pada Gambar b.

Nilai modulus Young atau modulus elastisitas baja (Es) besarnya


dapat diambil sekitar 0,2 x 106 MPa untuk semua mutu baja.

Berbeda dengan material beton yang bersifat getas, baja merupakan material yang bersifat daktail. Baja mempunyai sifat elastis dan plastis. Dari

diagram fc-ԑ terlihat jelas batas antara sifat elastis dan plastis dari baja, yaitu pada titik leleh bahan.

Titik leleh bahan adalah titik dimana bahan mencapai tegangan lelehnya (fy) akibat pembebanan yang bekerja.
Page 9

2 Baja
Sifat daktail dari suatu material ditunjukkan oleh besarnya perbandingan atau rasio antara tegangan leleh (fy) dengan tegangan batasnya (fu).

Semakin besar nilai rasio antara (fy) dan (fu), akan semakin tinggi sifat daktilitas dari bahan. Dari diagram fc-ԑ untuk beton terlihat bahwa bahan

beton mempunyai rasio (fy) dan (fu) yang kecil, sehingga beton merupakan material yang tidak daktail atau getas.

Hubungan sebenarnya antara tegangan dan regangan dari material

baja akibat pembebanan berulang diperlihatkan pada Gambar 3.5.a.

Sedangkan Gambar 3.5.b, 3.5.c, dan 3.5.d memperlihatkan idealisasi

dari diagram fc-ԑ sebenarnya.


Page 10

3 Perilaku Struktur Beton Bertulang


Kerusakan struktur bangunan beton bertulang akibat gempa mempunyai ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan struktur yang terbuat
dari pasangan dinding bata. Struktur beton bertulang juga cukup ekonomis.

Seiring dengan berkurangnya kerusakan gempa pada struktur beton bertulang karena berkembangnya desain bangunan tahan gempa, berikut
adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan sebagai penyebab kerusakan yang potensial :

1. Kurangnya kekuatan geser dari struktur bangunan akibat 5. Torsi yang disebabkan karena adanya eksentrisitas antara
penggunaan kolom dan dinding geser yang terlalu sedikit, pusat massa dan pusat kekakuan dari struktur,
2. Retak pada kolom atau balok yang dikibatkan oleh gaya 6. Terpusatnya kerusakan pada lantai tertentu akibat distribusi
geser, kekakuan yang tidak merata sepanjang tingkat bangunan,
3. Retak pada kolom akibat komponen non structural, 7. Terlepasnya komponen sekunder seperti dinding akibat
4. Slip antara beton dan tulangan baja, atau kegagalan geser hubungan yang tidak baik.
pada pertemuan antara balok dan kolom,
Page 11

3 Perilaku Struktur Beton Bertulang


Faktor 1,5, dan 6 berhubungan dengan konsep perencanaan struktur. Hal ini dapat dihindarkan dengan merencanakan tata letak struktur yang

baik.

Sedangkan faktor 2,3,4, dan 7 dapat dihindari dengan melakukan detail penulangan, minimal sesuai yang disayaratkan di dalam peraturan.

Selain faktor-faktor tersebut di atas, kerusakan pada struktur bangunan beton bertulang dapat juga diakibatkan oleh mutu bahan dan mutu

pelaksanaan yang jelek

Gambar 3-6. Keruntuhan struktur bangunan beton bertulang akibat getaran gempa yang berulang
Page 12

4 Interaksi Beton dan Tulangan

Ikatan Antara Beton dan Tulangan


Kekuatan ikatan antara tulangan baja dan beton ditimbulkan karena adanya sifat adesi kimia dan friksi. Saat terjadi slip, maka ikatan
dapat ditimbulkan oleh friksi saja. Dalam prakteknya, terkelupasnya tulangan disertai dengan retaknya beton disekitarnya. Kekuatan
ikatan yang berhubungan dengan mekanisme kegagalan ini dapat ditingkatkan dengan penambahan ketebalan selimut beton dan
tulangan tranversal.

Efek Ikatan Tulangan Geser


Saat tegangan silinder beton mencapai batas tegangan tekan, retak internal
terjadi secara progresif dan penampang beton. Jika zona tekan dibatasi dengan
tulangan geser spiral ataupun tulangan pengikat (hoop ties), daktilitas beton
akan meningkat seperti ditunjukkan pada Gambar 3.7. Jika digunakan tulangan
geser berbentuk persegi (beugel), maka beton seputar diagonalnya akan
terkekang dan hasil tegangan-regangan yang terjadi diperlihatkan pada Gambar
3.8, dimana kemiringan (slope) akan berkurang dengan penambahan jumlah
beugel (Kent and Park,1971 ;Sheik and Uzumeri,1980 ;sheik ,1982).
Page 13

4 Interaksi Beton dan Tulangan

Tekuk pada Tulangan


Tekuk pada tulangan memanjang atau longitudinal kolom yang tertekan dapat dihindari dengan mengurangi jarak antara tulangan
geser, atau memasang tulangan melintang tambahan kearah lateral.
Pada Gambar 3.9 diperlihatkan bahwa tulangan geser saja tidak efektif untuk mendukung tulangan longitudinal yang terletak pada
pertengahan antar titik sudut penampang, ketika tulangan geser membengkok keluar.
Untuk menghindari tertekuknya tulangan longitudinal kolom perlu dipasang tulangan geser tambahan seperti pada Gambar 3.9c.
Page 14

5 Perilaku Struktur Beton Prategang (Prestressed Concrete)


Perilaku struktur beton prategang terhadap beban berulang dapat dipelajari dari kurva histeresisnya. Gambar 3.10 menunjukkan skema
pengujian dari suatu balok beton prategang terhadap beban berulang atau siklis, serta kurva histeresis yang didapat dari hasil pengujian. Selama
proses pembebanan, balok beton prategang akan mengalami retak, tetapi akan tertutup kembali serta deformasi dari balok akan kembali
kebentuknya yang semula jika beban dilepas.
Kurva histeresis dari beban dan deformasi akan berbentuk S, dan kapasitas disipasi energinya kecil (Muguruma, Watanabe, dan Nagai,1978).
Dari hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa struktur beton prategang mempunyai perilaku yang kurang baik dalam hal memikul beban
gempa dibandingkan dengan struktur beton bertulang biasa, karena mempunyai tingkat daktilitas yang rendah
Page 15

5 Perilaku Struktur Beton Prategang (Prestressed Concrete)


Agar struktur beton prategang mempunyai kinerja yang baik untuk memikul beban gempa, maka dapat ditambah dengan tulangan biasa.
Adanya penambahan tulangan ini akan membuat perilaku beton prategang mirip dengan beton bertulang biasa, dan kapasitas daya dukungnya
terhadap beban gempa akan bertambah. Penggunaan beton prategang parsial juga efektif untuk memikul beban gempa.

Struktur portal yang terdiri dari elemen-elemen balok beton prategang dan kolombeton bertulang akan berperilaku lebih menyerupai portal
beton bertulang biasa, dari padaportal yang hanya terdiri dari elemen-elemen beton prategang saja. Sistem struktur yangterdiri dari elemen-
elemen gabungan antara beton prategang dengan dan beton bertulangbiasa akan mempunyai kemampuan yang baik di dalam memikul beban
gempa.
Page 16

6 Perilaku Struktur Baja


Baja merupakan material yang baik digunakan untuk struktur bangunan tahan gempa karena daktilitasnya yang tinggi, serta mempunyai rasio
yang tinggi antara kekuatan terhadap beratnya. Struktur baja juga masih mempunyai kekuatan cukup untuk memikul beban setelah terjadi
gempa. Meskipun struktur baja termasuk struktur yang paling baik di dalam hal ketahanannya terhadap gempa dibandingkan dengan struktur
beton bertulang, tetapi beberapa faktor yang berhubungan dengan ketidakstabilan struktur (instability) perlu mendapatkan perhatian. Beberapa
hal yang termasuk masalah ketidakstabilan pada struktur baja adalah :

 Tekuk lokal atau setempat dari elemen plat karena adanya rasio yang besar antara lebar dan tebalnya.
 Tekuk dari kolom atau batang-batang yang panjang akibat kelangsingan batang atau akibat gaya tekan yang besar.
 Tekuk lateral pada balok dan kolom yang mempunyai penampang tidak kompak
 Pengaruh P- pada struktur akibat simpangan dan pengaruh beban vertikal yang besar

Selain pengaruh ketidakstabilan, pada struktur baja perlu juga diperhatikan masalah retak (crack) dan masalah kelelahan bahan (fatigue). Retak
pada struktur baja dapat terjadi akibat kegagalan tarik pada sambungan baut atau paku keling, retak yang diakibatkan adanya konsentrasi
tegangan, retak atau robekan pada plat akibat momen. Kelelehan atau fatigue pada bahan dapat terjadi akibat beban siklik.
Page 17

6 Perilaku Struktur Baja

Tekuk Lokal
Elemen dinding atau pelat baja dengan rasio antara lebar dan tebal yang besar, tidak akan mampu mencapai tegangan lelehnya karena
adanya tekuk setempat lokal. Walaupun tegangan lelehnya dapat dicapai, tetapi daktilitasnya sangat rendah. Untuk itu diperlukan
adanya pembatasan rasio antara lebar dan tebal plat. Beberapa batasan mungkin lebih diperlukan untuk struktur tahan gempa dengan
daktilitas tinggi, dari pada untuk struktur yang hanya menahan beban vertikal saja. Gambar 3.11 menunjukkan tekuk lokal pada pipa
baja persegi. Untuk panjang yang sama, kekuatan pipa menahan tekuk tergantung dari perbandingan antara lebar (B) dan tebal pipa (t).
Page 18

6 Perilaku Struktur Baja

Tekuk Lokal
Gambar 3-12 menunjukkan kurva hubungan antara momen (M) – rotasi () yang didapat dari hasil pengujian elemen balok-kolom
profil H yang dilakukan oleh Mitani, Makino, dan Matsui, pada 1977. Terlihat dari kurva M- bahwa kekuatan dan daktilitasnya dari
profil baja H tergantung pada nilai rasio antara lebar (b) dan tebal sayap (t). (Mitani, Makino, and Matsui,1977).
Page 19

6 Perilaku Struktur Baja

Tekuk Lokal
Gambar 3-13 menunjukkan kurva histeresis yang menunjukkan hubungan antara beban dan defleksi dari elemen balok-kolom yang
menerima beban horisontal siklik. Pada percobaan ini dilakukan pengujian pada tiga benda uji, masing-masing dengan nilai rasio yang
berbeda antara lebar (b) dan tebal sayap (t), yaitu b/t=8, b/t=11, dan b/t=15. Dari kurva histeresis terlihat bahwa kekuatan dan
daktilitas dari elemen akan berkurang jika rasio antara lebar dan tebal sayap, besar.
Page 20

7 Perilaku Struktur Pasangan Batu Bata


Pasangan batu bata biasaya digunakan sebagai dinding penyekat, sedangkan struktur utama menggunakan beton bertulang dan baja.
Karena mudah pemeliharaannya, harganya yang ekonomis, serta mudah pelaksanaannya, konstruksi pasangan batu bata masih banyak
digunakan untuk konstruksi bangunan perumahan di daerah rawan gempa. Pada Gempa San Fransisco (1906), Gempa Kanto(1923) dan Gempa
Hawke’s Bay (1931), banyak bangunan dari struktur pasangan batu bata yang mengalami karusakan. Sejak itu dinding batu bata tidak lagi
digunakan di negara seperti Jepang.

Beberapa faktor yang membuat konstruksi pasangan dinding bata kurang baik digunakan untuk bangunan di daerah rawan gempa adalah :
1. Materialnya getas dan mudah retak, sehingga mempunyai kekuatan yang rendah untuk memikul beban gempa yang sifatnya bolak-balik /
siklik.
2. Karena cukup berat, maka beban gempa yang merupakan gaya inersia juga akan besar
3. Karena kaku, struktur pasangan batu bata mempunyai waktu getar yang pendek, sehingga gaya gempa yang bekerja akan menjadi besar.
4. Kekuatannya bervariasi tergantung dari kualitas konstruksi
Page 21

7 Perilaku Struktur Pasangan Batu Bata


Material batu bata bervariasi mulai dari material batu bata biasa sampai material yang tahan terhadap gempa dan beton block. Agar dapat tahan
terhadap pengaruh gempa, konstruksi dari pasangan batu bata perlu diberi perkuatan dengan grouting beton dan tulangan.

Gambar 3-14. Pola retak pada dinding non struktural sebuah apartemen di jepang,

yang disebabkan oleh Gempa Miyagiken-Oki pada 1978


Page 22

7 Perilaku Struktur Pasangan Batu Bata


Pada Gambar 3.15 diperlihatkan metode perkuatan dari konstruksi pasangan dinding batu bata, yaitu (a) Reinforced grouted mansory dan (b)
Reinforced hollow mansory. Pada Reinforced grouted mansory, tulangan baja ditempatkan diantara dua lapisan pasangan bata, kemudian ruang
antara diisi dengan beton. Sedangkan pada Reinforced hollow mansory, pada lubang-lubang dari beton block diberi tulangan vertikal dan
horisontal, kemudian diisi mortar.

Gambar 3-15. Metode perkuatan konstruksi pasangan dinding batu bata :

a) Reinforced grouted mansory, b) reinforced hollow masonry


Page 23

8 Perilaku Struktur Kayu


Struktur kayu merupakan struktur yang ringan serta mempunyai kekuatan dan daktilitas yang tinggi, sehingga sangat baik digunakan
untuk konstruksi bangunan di daerah rawan gempa. Karena termasuk konstruksi ringan, maka struktur kayu dapat digunakan sebagai
konstruksi rumah tinggal tanpa perlu perhitungan struktural. Jika akan digunakan sebagai konstruksi yang harus tahan terhadap gempa,
maka struktur kayu perlu diperiksa kekuatannya dan diberi perkuatan-perkuatan struktural, serta perlu detil konstruksi yang baik.

Struktur kayu tahan gempa biasanya terdiri elemen-elemen balok, kolom, diafragma dan dinding. Material yang sering digunakan untuk
dinding adalah, panel yang diselubungi plywood, dinding kayu ditutup plaster, gypsum tertutup papan, dan papan-fiber.
Page 24

8 Perilaku Struktur Kayu


Gambar 3.16 menunjukkan hasil pengujian yang dilakukan oleh
Watanabe dan Kawashima (1971) untuk berbagai macam dinding
kayu yang mendapat pengaruh gaya geser. Dari diagram beban
(P) dan defleksi () yang didapat dari percobaan terlihat bahwa
dinding kayu mempunyai daktilitas yang besar. Perilaku dinding
kayu terhadap pembebanan berulang terlihat pada Gambar 17
(Medearis, 1966).

Meskipun material kayu mempunyai kemampuan yang baik dalam hal


menahan pengaruh gempa, tapi berdasarkan pengamatan di lapangan banyak
struktur kayu yang mengalami kerusakan berat pada saat terjadi gempa.
Hal ini disebabkan karena struktur kayu tidak dirancang dengan baik, serta
tidak adanya perkuatan dan detail konstrusi yang baik.
Page 25

8 Perilaku Struktur Kayu


Beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan dari bangunan kayu pada saat terjadi
gempa adalah :
1. Kurangnya dinding kayu yang dipasang pada bangunan.
2. Pengaruh torsi akibat penempatan dinding yang tidak teratur (eksentris).
3. Atap yang terlalu berat.
4. Penjepitan yang kurang baik antara kolom dan pondasi.
5. Detail sambungan yang tidak baik antara elemen-elemen struktur
Gambar 3-18. keruntuhan struktur bangunan kayu
6. Tanah longsor atau problem tanah lainnya
akibat getaran gempa yang berulang

Gambar 3-19. Keruntuhan Bangunan Konstruksi Kayu

akibat Tanah Longsor yang Disebabkan Gempa


Page 26

Kesimpulan
Perencanaan struktur bangunan tahan gempa yang baik memerlukan pengetahuan tentang bagaimana perilaku dari struktur tersebut saat terjadi
gempa. Banyak faktor yang mempengaruhi respon dari struktur pada saat terjadi gempa.

Perilaku material dan elemen struktur :


1. Beton
Kuat tekan beton biasanya didapat dari pengujian tekan benda uji berbentuk silinder berukuran tinggi 30 cm dan diameter 15 cm. Untuk
keperluan desain, pada umumnya dilakukan penyederhanaan atau idealisasi dari bentuk Diagram fc-ԑ yang sebenarnya.
2. Baja
Hubungan antara tegangan regangan sebenarnya untuk material baja yang didapat dari pengujian tarik. Berbeda dengan material beton yang
bersifat getas, baja merupakan material yang bersifat daktail. Baja mempunyai sifat elastis dan plastis.
Sifat daktail dari suatu material ditunjukkan oleh besarnya perbandingan atau rasio antara tegangan leleh (fy) dengan tegangan batasnya (fu).
Semakin besar nilai rasio antara (fy) dan (fu), akan semakin tinggi sifat daktilitas dari bahan
3. Perilaku struktur beton bertulang
Kerusakan struktur bangunan beton bertulang akibat gempa mempunyai ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan struktur yang
terbuat dari pasangan dinding bata. Struktur beton bertulang juga cukup ekonomis.
Page 27

Kesimpulan
Perilaku material dan elemen struktur :
4. Interaksi beton dan tulangan
Kekuatan ikatan antara tulangan baja dan beton ditimbulkan karena adanya sifat adesi kimia dan friksi. Saat terjadi slip, maka ikatan dapat
ditimbulkan oleh friksi saja. Dalam prakteknya, terkelupasnya tulangan disertai dengan retaknya beton disekitarnya. Kekuatan ikatan yang
berhubungan dengan mekanisme kegagalan ini dapat ditingkatkan dengan penambahan ketebalan selimut beton dan tulangan tranversal.
Tekuk pada tulangan memanjang atau longitudinal kolom yang tertekan dapat dihindari dengan mengurangi jarak antara tulangan geser, atau
memasang tulangan melintang tambahan kearah lateral.
Pada Gambar 3.9 diperlihatkan bahwa tulangan geser saja tidak efektif untuk mendukung tulangan longitudinal yang terletak pada
pertengahan antar titik sudut penampang, ketika tulangan geser membengkok keluar. Untuk menghindari tertekuknya tulangan longitudinal
kolom perlu dipasang tulangan geser tambahan seperti pada Gambar 3.9c.
Page 28

Kesimpulan
Perilaku material dan elemen struktur :
5. Perilaku struktur beton prategang (prestressed concrete)
Agar struktur beton prategang mempunyai kinerja yang baik untuk memikul beban gempa, maka dapat ditambah dengan tulangan biasa.
Penggunaan beton prategang parsial juga efektif untuk memikul beban gempa.
Struktur portal yang terdiri dari elemen-elemen balok beton prategang dan kolombeton bertulang akan berperilaku lebih menyerupai portal
beton bertulang biasa, dari padaportal yang hanya terdiri dari elemen-elemen beton prategang saja. Sistem struktur yangterdiri dari elemen-
elemen gabungan antara beton prategang dengan dan beton bertulangbiasa akan mempunyai kemampuan yang baik di dalam memikul beban
gempa.
6. Perilaku struktur baja
Baja merupakan material yang baik digunakan untuk struktur bangunan tahan gempa karena daktilitasnya yang tinggi, serta mempunyai
rasio yang tinggi antara kekuatan terhadap beratnya. Tetapi beberapa faktor yang berhubungan dengan ketidakstabilan struktur (instability) perlu
mendapatkan perhatian.
Selain pengaruh ketidakstabilan, pada struktur baja perlu juga diperhatikan masalah retak (crack) dan masalah kelelahan bahan (fatigue).
Retak pada struktur baja dapat terjadi akibat kegagalan tarik pada sambungan baut atau paku keling, retak yang diakibatkan adanya konsentrasi
tegangan, retak atau robekan pada plat akibat momen. Kelelehan atau fatigue pada bahan dapat terjadi akibat beban siklik.
Page 29

Kesimpulan
7. Perilaku struktur pasangan batu bata
Material batu bata bervariasi mulai dari material batu bata biasa sampai material yang tahan terhadap gempa dan beton block. Agar dapat
tahan terhadap pengaruh gempa, konstruksi dari pasangan batu bata perlu diberi perkuatan dengan grouting beton dan tulangan.
8. Perilaku struktur kayu
Struktur kayu merupakan struktur yang ringan serta mempunyai kekuatan dan daktilitas yang tinggi, sehingga sangat baik digunakan untuk
konstruksi bangunan di daerah rawan gempa. Meskipun material kayu mempunyai kemampuan yang baik dalam hal menahan pengaruh gempa,
tapi berdasarkan pengamatan di lapangan banyak struktur kayu yang mengalami kerusakan berat pada saat terjadi gempa. Hal ini disebabkan
karena struktur kayu tidak dirancang dengan baik, serta tidak adanya perkuatan dan detail konstrusi yang baik. Beberapa faktor yang
menyebabkan kerusakan dari bangunan kayu pada saat terjadi gempa adalah :
a. Kurangnya dinding kayu yang dipasang pada bangunan,
b. Pengaruh torsi akibat penempatan dinding yang tidak teratur (eksentris),
c. Atap yang terlalu berat,
d. Penjepitan yang kurang baik antara kolom dan pondasi,
e. Detail sambungan yang tidak baik antara elemen-elemen struktur,
f. Tanah longsor atau problem tanah lainnya
Thank You
RIZQI RAHAYU | 211003222011534 | KELAS RPL

Anda mungkin juga menyukai