Anda di halaman 1dari 36

Pengukuran dan Perhitungan

Debit Sungai / Saluran Air

1
Pengukuran dan Perhitungan
Debit Sungai / Saluran Air
“Proses pengukuran dan penghitungan kecepatan
aliran, kedalaman dan lebar serta luas penampang
basah. Sehingga dengan rumus tersebut diatas dapat
diitung debit di sungai/saluran terbuka.” Luas
penampang basah diukur secara bersamaan pada saat
pengukuran kecepatan.
Pengukuran debit secara tidak langsung
digunakan tiga cara:
1) Velocity Area Methods
2) Slope Area Methods
3) Dilution Methods
2
1) Velocity Area Methods
• Pada prinsipnya untuk mengetahui debit suatu
sungai/saluran dilakukan pengukuran
kecepatan aliran dan penampang
sungai/saluran. Rumus umum untuk
menghitung debit adalah:
Q=A.V
• Q : debit (m3/det)
• A : luas penampang basah (m2)
• V : kecepatan aliran rata-rata (m/det)

3
Pengukuran kecepatan aliran dapat dilakukan
dengan dua cara:
a. Pengukuran dengan Pelampung
b. Pengukuran dengan Currentmeter

Pelampung Currentmeter
4
Lokasi Pengukuran Kecepatan Aliran
Lokasi pengukuran debit pada setiap pos duga air perlu ditetapkan lokasi untuk
pelaksanaan pekerjaan pengukuran debit secara rutin dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

Dasar/pertimbangan yang perlu diambil pada saat menetapkan lokasi antara


lain :
a. Berada pada bagian sungai yang lurus
b. Profil sungai tidak berindikasi terpengaruh oleh arus pasang surut
c. Aliran sungai laminar tidak terbulen
d. Pada saat banjir tidak terjadi luapan pada penampang sungai
a. Pengukuran Kecepatan Aliran dengan Pelampung
Bila kecepatan aliran diukur dengan pelampung,
maka diperoleh persamaan debit sebagai
berikut:

Q=A.k.u
• Q : debit (m3/det)
• A : luas penampang basah (m2)
• k : koefisien pelampung
• u : kecepatan pelampung
• Nilai “k” tergantung dari jenis pelampung yang
dipakai.
6
• Nilai “k” tersebut dapat dihitung dengan
persamaan (menurut YB Francis) adalah

( 1 − λ − 0,1)
sebagai berikut:
k = 1 − 0,116

• k : koefisien pelampung
• λ : kedalaman tangkai (h) per kedalaman air
(d)
• λ : h/d
• Pada angka-angka λ yang tertentu, koefisien k
dapat dihitung:

7
Gambar Pelampung Tongkat

MA

d h

8
• λ 0,75 0,80 0,85 0,90 0,95 0,99
• k 0,954 0,961 0,968 0,975 0,981 1,000

• Pada kementerian konstruksi di Jepang, jenis


pelampung, dalamnya air dan kedalaman
tangkai ditentukan sebagai berikut:
Pelampng No. 1 No. 2 No. 3 No. 4 No.5
d (m) < 0,70 0,70-1,30 1,30-2,60 2,60-5,40 > 5,20
h (m) 0,0 0,50 1,0 2,0 4,0
k 0,85 0,88 0,91 0,94 0,96

9
Ilustrasi Pelaksanaan Pengukuran
11
Contoh Perhitungan Debitnya
b. Pengukuran dengan Currentmeter
• Kecepatan aliran biasanya diukur dengan
menggunakan alat ukur Currentmeter (alat
ukur kecepatan aliran yang berbentuk
propeler). Alat berbentuk propeler tersebut
dihubungkan dengan kotak pencatat (alat
monitor yang akan mencatat jumlah putaran
selama propeler tersebut berada di dalam air)
kemudian dimasukkan ke dalam sungai yang
akan diukur kecepatan alirannya. Bagian ekor
alat tersebut menyerupai sirip dan akan
berputar karena gesekan aliran air sungai.

13
• Pengukuran biasanya dilakukan dengan
membagi kedalaman sungai menjadi
beberapa bagian dengan lebar permukaan
yang berbeda. Kecepatan aliran sungai pada
setiap bagian diukur sesuai dengan
kedalaman, misalnya pada kedalaman 0,6 atau
kedalaman rata-rata antara 0,2 dan 0,8.
• Kecepatan aliran dihitung berdasarkan jumlah
putaran baling-baling (cup) per waktu
putarannya (n).
• Persamaan kecepatan aliran adalah sebagai
berikut:

14
V=a.n+b

V : kecepatan aliran (m/det)


a & b : konstanta alat
n : jumlah putaran per waktu

Pemilihan jumlah vertikal yang akan diukur


pada prinsipnya didasarkan atas:
a. Bentuk dan ukuran penampang sungai
b. Sifat aliran
c. Waktu yang disediakan

15
Vs
0,2d V0,2
d d

0,6d V0,6
0,8d V0,8
Vb
Gambar: Distribusi Kecepatan Aliran

16
Pemilihan jumlah vertikal yang akan diukur
pada prinsipnya didasarkan atas:
a) Bentuk dan ukuran penampang sungai,
b) Sifat aliran,
c) Waktu yang tersedia.
Pada sungai yang konfigurasi dasarnya tidak
teratur sebaiknya lebih rapat dari pada yang
teratur. Dari hasil pengukuran kecepatan
aliran pada masing-masing vertikal, dihitung
debit aliran pada masing-masing seksi. Debit
total (debit sungai) merupakan total debit
seksi.
17
Buat sketsa pengukuran kecepatan aliran pada masing-
masing jalur vertical yang dilakukan pada beberapa
kedalaman sebagaimana sket di bawah ini (sekedar
contoh) :
Pengukuran debit dapat dilakukan dengan cara
Mid-Section (Gambar-1) dan Mean-Section
(Gambar-2).
n-1 n n+1
bn bn+1
dn-1
dn dn+1

Gambar-1 Cara Mid-Section


19
a n = dn x b
 b n + b n +1 
a n = dn   
 2 
qn = a n  vn
Q = q1 + q2 + q3 +……. + qn
Lebar satu sub-seksi ditentukan oleh setengah
jarak di sebelah kiri dan setengah di sebelah
kanan dari pengukuran vertikal.

20
Gambar-2. Cara Mean-section

n-1 n n+1
bn bn+1

dn-1 dn
dn+1

21
 d n + d n +1 
an =    b n +1
 2 

 v n + v n +1 
qn = an   
 2 
Q n = q1 + q 2 + q 3 + ....... + q n
Lebar satu sub-seksi ditentukan oleh dua
pengukuran vertikal yang bersebelahan (dn dan
dn+1)

22
CONTOH BLANGKO PENGUKURAN LAPANGAN

23
CONTOH PENGISIAN BLANGKO PENGUKURAN LAPANGAN

24
CONTOH PENGISIAN BLANGKO PENGUKURAN LAPANGAN (Lanjutan...)
26
Dokumentasi
METODE PENGUKURAN

Merawas

Kereta Gantung
27
2. Slope Area Method
• Prakiraan besarnya debit dengan pendekatan
slope-area method akan memberikan hasil
yang memadai apabila pemilihan badan air
yang akan diprakirakan kecepatan airnya
memiliki aliran yang kurang lebih seragam.
Artinya: lebar dan kedalaman aliran,
kecepatan aliran, kedalaman dasar sungai, dan
kemiringan dasar permukaan sungai/saluran
air relatif seragam atau tidak berubah secara
mencolok (Asdak, 2002)
29
Cara ini mendasarkan pada rumus Manning:
1 2/3 1/2
V= R S
n

Q = AV

1 2/3 1/2
Q=A R S
n
Q : debit sungai (m3/detik)
A : luas penampang basah (m2)

30
R : merupakan perbandingan antara luas
penampang melintang basah (A) dengan keliling
(perimeter basah (p)

A
R=
p

n : koefisien
S : gradien permukaan air (slope)
V : kecepatan aliran rata-rata (m/det)

31
3. Metode Larutan (Delution Methods)
Pengukuran debit dengan menggunakan bahan-
bahan kimia, pewarna atau radioaktif sering
digunakan untuk jenis sungai yang aliran airnya
tidak beraturan (turbulent). Menurut Church,
(1974) dalam Gordon et al., (1992) dalam
Asdak, (2002), untuk maksud-maksud
pengukuran hidrologi, bahan-bahan tersebut di
atas seyogyanya dalam bentuk:
a) Mudah larut dalam air sungai,
b) Bersifat stabil,
32
c) Mudah dikenali dalam konsentrasi rendah,
d) Tidak meracuni biota perairan dan tidak
menimbulkan dampak negatif yang
permanen pada badan perairan,
e) Relatif tidak mahal.

• Metode larutan dilakukan pada sungai yang


dangkal, berbatu, dan sungai yang memiliki
derajat turbulensi tinggi, sehingga tidak
mungkin menggunakan currentmeter.
33
• Metode larutan didasarkan pada perhitungan
perbedaan konsentrasi ion yang terkandung
dalam air dan menggunakan alat Electric
Conductivity Meter (EC-Meter). Dalam pengu-
kuran digunakan garam dapur (NaCl), yang
mudah didapat dan tidak berpengaruh
terhadap tanaman maupun ikan.

34
Ada dua cara perhitungan debit Metode Larutan:
➢ Metode Injeksi tetap.

Q=q
(c1 + c 2 )
(c 2 − c0 )
Q : debit sungai (m3/detik)
q : debit injeksi larutan
c0 : konsentrasi air sungai awal (tanpa larutan)
c1 : konsentrasi larutan
c2 : konsentrasi sungai setelah bercampur larutan
35
➢ Metode Injeksi Sesaat

 V  c1 
Q =   
 T  c 2 
Q : debit sungai (m3/detik)
V : volume larutan
T : waktu
c1 : konsentrasi larutan
c2 : konsentrasi air sungai setelah
bercampur larutan
36

Anda mungkin juga menyukai