Disampaikan Oleh :
Sri Hartini
Sun City Hotel Sidoarjo
Tanggal 27 - 29 November 2013
d. Aliran bebas/ normal (tidak ada pengaruh aliran baik/ back water).
c. Aliran bebas/ normal (tidak ada pengaruh aliran baik/ back water).
meter.
2.3 Lokasi Pemilihan Debit Sesaat
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi pengukuran debit
sesaat adalah:
a. Alur yang lurus.
b. Sepanjang tertentu memilikai garis aliran yang lurus.
c. Dan lain-lain.
Pada umumnya bangunan ukur ini sudah distandardkan baik tipe/ bentuk maupun
ukurannya antara lain:
a. Drempel (Ambar Lebar)
Umumnya dibuat dari pasangan batu kali/ merah dengan permukaan dihaluskan
dan dibuat dengan ukuran tertentu, biasanya dapat digunakan untuk mengukur
debit sampai 10 m /dt (saluran primer / sekunder).
b. Thompson (V-Notch)
Merupakan pelimpah ambang tajam yang lebih dikenal dengan nama V-Notch,
karena bentuk pelimpahannya berbentuk huruf V, biasanya dapat digunakan
untuk mengukur debit yang relatif kecil (tersier, rembesan/ seepage bendungan,
dll).
c. Cipoletti (Penampang trapesium)
Merupakan peilimpah ambang tajam dengan penampang trapesium biasanya
digunakan untuk mengukur debit ditingkat tersier/skunder(head cukup tinggi).
d. Pharshall Flump
merupakan pelimpah ambang lebar, ada yang menyebut leher angsa
karena bentuknya, biasanya digunakan untuk mengukur debit yang
cukup besar dengan tidak tersedia head yang cukup tinggi (ditingkat
primer/ skunder).
e. Masih terdapat banyak lagi jenis bngunan ukur misalnya Khafagi-Venturi
Flumps, Okis, dan lain- lain.
Parameter yang digunakan untuk menghitung debit dalam bangunan ukur
ini umumnya sama, dengan rumus sebagai berikut:
Formula :
Q=C x B x H3/2 m3/dt
dimana: Q = Debit ( m3/dt ).
C = Koefisien debit yang besarnya tergantung dari jenis bangunan
ukur yang ada.
B = Lebar ambang pelimpah (m).
H = Tinggi muka air di hulu (m).
Ada banyak alat ukur kecepatan arus, satu jenis alat ukur yang sering
digunakan adalah alat ukur arus air dengan listrik (Jenis Price) yang terdapat
beberapa mangkok atau baling-baling, dimana jumlah putaran baling-baling
ini menunjukan tingginya kecepatan, dengan kata lain semakin banyak
jumlah putaran semakin tinggi pula kecepatan alirannya.
agar kedudukan alat ukur bisa lebih stabil (tidak hanyut) maka alat
ukur perlu diberi pemberat,sedangkan pada bagian yang berputar dilengkapi
dengan bel yang berbunyi yang dapat diatur putarannya, sehingga kecepatan
aliran dapat diukur dengan menghitung waktu yang diperlukan untuk jumlah
putaran tertentu
V= an + b
Saat ini banyak terdapat alat ukur kecepatan arus tipe digital, sehingga hasil
yang didapatkan sudah merupakan kecepatan rata-rata di titik yang diukur.
B. Perhitungan Kecepatan Rata-Rata
Kecepatan rata-rata yang diharapkan dapat mewakili masing-masing
penampang yang dapat diilustrasikan seperti gambar berikut
D D D d2=0,6D
d2= 0,8D
d3= 0,8 D
(a). Cara satu titik (b). Cara dua titik (c). Cara tiga titik
D 1,00m 1,00< D 2,00m D 2,00m
Vm= V0.6 Vm= 0,5(V0,2+ V0,8) Vm= 0,25( V0,2+V0,6+V0,8 )
Banyaknya 3 4 5 6 7 8
penampang
D. Standart Interval Garis Pengukuran
C d e
Fd = 2 x b x(c+2d+e)/4
Qd = Fd x Vd
20m 50-100m
Y = V/
= 1-0,116(1-)- 0,1))
Dimana: Y = koefisien
V = kecepatan rata-rata
Q = ah+b atau
Q = A(h+B) 2
kwadrat terkecil
1
2
3
dst