Anda di halaman 1dari 14

ANALISA PARAMETER LAPANGAN

Disampaikan Oleh :
Sri Hartini
Sun City Hotel Sidoarjo
Tanggal 27 - 29 November 2013

PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JASA TIRTA I


Jl. Surabaya 2A, Malang Telp. (0341) 551971 Faks (0341) 551976
Email:
mlg.@jasatirta1.go.id ; jtlc_jasatirta@yahoo.com
I. Latar Belakang
Salah satu hal yang cukup penting dalam pengolahan sumber daya air
adalah bagaimana mengetahui besarnya debit aliran yang terjadi di
suatu sungai, baik kondisi sesaat, rata-rata harian, bulanan, tahunan,
bahkan secara berkelanjutan (time series).
Untuk mengetahui berapa besarnya debit disuatu lokasi untuk tujuan
sesaat biasanya cukup dilakukan pengukuran pada saat kondisi
tersebut diperlukan dengan cara mengukur langsung, tetapi apabila
data debit yang diperlukan merupakan data debit historis, maka perlu
diupayakan adanya pemantauan terus-menerus dengan teknis
tertentu
Pengukuran debit sesaat dapat dilakukan dengan menggunakan
2(dua) cara masing-masing adalah:
a. Dengan mengukur luas penampang basah sungai dan mengukur
kecepatan aliran dengan menggunakan alat ukur kecepatan arus
(current meter).
b.menggunakan pelampung apabila kecepatan aliran terlalu tinggi
(banjir) yang tidak memungkinkan mengunakan current meter
ataupun pada malam hari.

Pengukuran debit berkelanjutan juga dapat dilakukan dengan 2(dua)


cara masing-masing adalah:
a. Dengan menempatkan/ mendirikan banguna ukur standart yang
dilengkapi sarana pengamatan / pemantau tingi muka air secara
manual (papan duga) atau pengamatan tingi muka aira secara
otomatis yang lebih dikenal dengan AWLR (Automatic Water
Level Recorder).
b. Cara yang lain adalah cukup dengan memasang papan duga atau
AWLR di lokasi yang diperlukan ditambah serangkaian kegiatan
pengukuran debit yang dilakukan secara periodik dan sesaat guna
mendapatkan Tabel/ Kurva-HQ
II. Pemilihan Lokasi
Pemilihan Lokasi dimana pengukuran debit yang dilakukan merupakan
pertimbangan yang cukup penting karena data debit yang dihasilkan dari
hasil pengukuran ini diharapkan mempunyai tingkat akurasi yang cukup
baik

2.1. Penempatan Bangunan Ukur Permanen


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi penepatan
bangunan ukur ini adalah:

a. Tidak jauh dari banguna pengamilan (intake).

b. Alur yang lurus (garis aliran lurus).

c. Profil sungai yang stabil (tidak banyak mengalami perubahan).

d. Aliran bebas/ normal (tidak ada pengaruh aliran baik/ back water).

e. Tuntutan sifat hidrolika/ aliran yang ada(sesuai formulasi yang berlaku).

2.2. Penenpatan Pos Pemantau Tinggi Muka Air


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi penepatan
peralatan pemantau debit/ tinggi muka air adalah:

a. Alur yang lurus (garis aliran lurus).

b. Profil sungai yang stabil (tidak banyak mengalami perubahan).

c. Aliran bebas/ normal (tidak ada pengaruh aliran baik/ back water).

d. Didekat lokasi terdapat lokasi yang memungkinkan ditentukan

pengukuran debit langsung baik dengan pelampung maupun current

meter.
2.3 Lokasi Pemilihan Debit Sesaat
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi pengukuran debit
sesaat adalah:
a. Alur yang lurus.
b. Sepanjang tertentu memilikai garis aliran yang lurus.
c. Dan lain-lain.

III. Pengukuran Debit


Pengukuran debit dimaksudkan untuk mengetahui berapa ketinggian air dan
besarnya debit yang mengalir dan pada saat diperlukan pengukuran, sehingga
dengan adanya data hasil pengukuran debit yang cukup (jumlah maupun variasinya)
selanjutnya dapat dibuatkan grafik hubungan antara tinggi muka air dengan debit
(Kurva-HQ).

3.1. Pengukuran Debit Melalui Bangunan Ukur


Untuk mengetahui besarnya debit yang mengalir melalui bangunan ukur cukup
dengan melihat berapa ketinggian air yang melimpah melalui bangunan tersebut,
kemudian menghitungnya berdasarkan formulasi yang berlaku.

Pada umumnya bangunan ukur ini sudah distandardkan baik tipe/ bentuk maupun
ukurannya antara lain:
a. Drempel (Ambar Lebar)
Umumnya dibuat dari pasangan batu kali/ merah dengan permukaan dihaluskan
dan dibuat dengan ukuran tertentu, biasanya dapat digunakan untuk mengukur
debit sampai 10 m /dt (saluran primer / sekunder).
b. Thompson (V-Notch)
Merupakan pelimpah ambang tajam yang lebih dikenal dengan nama V-Notch,
karena bentuk pelimpahannya berbentuk huruf V, biasanya dapat digunakan
untuk mengukur debit yang relatif kecil (tersier, rembesan/ seepage bendungan,
dll).
c. Cipoletti (Penampang trapesium)
Merupakan peilimpah ambang tajam dengan penampang trapesium biasanya
digunakan untuk mengukur debit ditingkat tersier/skunder(head cukup tinggi).
d. Pharshall Flump
merupakan pelimpah ambang lebar, ada yang menyebut leher angsa
karena bentuknya, biasanya digunakan untuk mengukur debit yang
cukup besar dengan tidak tersedia head yang cukup tinggi (ditingkat
primer/ skunder).
e. Masih terdapat banyak lagi jenis bngunan ukur misalnya Khafagi-Venturi
Flumps, Okis, dan lain- lain.
Parameter yang digunakan untuk menghitung debit dalam bangunan ukur
ini umumnya sama, dengan rumus sebagai berikut:
Formula :
Q=C x B x H3/2 m3/dt
dimana: Q = Debit ( m3/dt ).
C = Koefisien debit yang besarnya tergantung dari jenis bangunan
ukur yang ada.
B = Lebar ambang pelimpah (m).
H = Tinggi muka air di hulu (m).

3.2 Perhitungan Debit Dengan Mengukur Kecepatan Arus Dan Luas


Penampang Aliran
Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan besarnya kecepatan
air sungai melalui pengukuran kecepatan arus secara langsung, yaitu
pengukuran kecepatan arus dengan alat ukur arus (current meter) dan
dengan pelampung.
sedangkan pengukuran penampang aliranya dapat dilakukan melalui
penjajakan dengan menggunakan tongkat atau menggunakan tali yang
diberi pemberat. Namun ada kalanya kita menemui kendala pada saat
kondisi banjir ,karena cepatnya arus sehingga tidak dapat dilakukan
penjajakan dengan tongkat maupun tali. Pada kondisi seperti ini
pendekatan yang dilakukan adalah pengukuran penampang melintang
sebelum musim banjir pada seluruh lokasi pengukuran debit atau lokasi
pengukuran tinggi muka air. (AWLR)
A. Pengukuran Aliran Dengan Current Meter
cara ini biasanya digunakan untuk mengukur kecepatan arus pada saat
kondisi normal (tidak banjir), yaitu pada saat kecepatan aliranya tidak terlalu
tinggi ,karena pada saat terjadi banjir (kecepatan arus tinggi) akan mengalami
kesulitan dalam menempatkan alat ukur (current meter) pada posisi yang
diharapkan (hanyut). Disamping itu alat ukur ini umumnya cocok untuk
mengukur kecepatan arus antara 0.30 m s/d 3.00 m/detik.

Ada banyak alat ukur kecepatan arus, satu jenis alat ukur yang sering
digunakan adalah alat ukur arus air dengan listrik (Jenis Price) yang terdapat
beberapa mangkok atau baling-baling, dimana jumlah putaran baling-baling
ini menunjukan tingginya kecepatan, dengan kata lain semakin banyak
jumlah putaran semakin tinggi pula kecepatan alirannya.

agar kedudukan alat ukur bisa lebih stabil (tidak hanyut) maka alat
ukur perlu diberi pemberat,sedangkan pada bagian yang berputar dilengkapi
dengan bel yang berbunyi yang dapat diatur putarannya, sehingga kecepatan
aliran dapat diukur dengan menghitung waktu yang diperlukan untuk jumlah
putaran tertentu

Besaranya kecepatan arus dapat dihitung berdasarkan rusmus berikut:

V= an + b

dimana: V = kecepatan aliran (m/detik)


n = jumlah putaran dalam waktu tertentu
a,b = Konstante dari hasi pemeriksaan/ kalibrasi

Saat ini banyak terdapat alat ukur kecepatan arus tipe digital, sehingga hasil
yang didapatkan sudah merupakan kecepatan rata-rata di titik yang diukur.
B. Perhitungan Kecepatan Rata-Rata
Kecepatan rata-rata yang diharapkan dapat mewakili masing-masing
penampang yang dapat diilustrasikan seperti gambar berikut

d= 0,6D d1= 0,2D


d1=0,2 D

D D D d2=0,6D
d2= 0,8D
d3= 0,8 D

(a). Cara satu titik (b). Cara dua titik (c). Cara tiga titik
D 1,00m 1,00< D 2,00m D 2,00m
Vm= V0.6 Vm= 0,5(V0,2+ V0,8) Vm= 0,25( V0,2+V0,6+V0,8 )

C. Interval Pengukuran Kecepatan Aliran


semakin dekat interval garis pengukuran kecepatan semakin baik, tetapi
apbila dihadapkan pada saat banjir akan mengakibatkan adnya perubahan
muka air yang cepat, ini yang akan menyulitakn evakuasinya, untuk itu
sebagai gambaran standart interval garis pengukuran adalah seperti tabel
berikut

Lebar Kurang Antara Antara Antara Antara Lebih dari


Sungai (m) dari 50 50-100 100-200 200-400 400-800 800

Banyaknya 3 4 5 6 7 8
penampang
D. Standart Interval Garis Pengukuran

Lebar Interval Garis Interval Garis


Permukan Air Pengukuran Pengukur
(B,m) Dalamnya Air kecepatan
(m) aliran
(m)
Kurang dari 0,1 B - 0,15 B -
10
10-20 1 2
20-40 2 4
40-60 3 6
60-80 4 8
80-100 5 10
100-150 6 12
150-200 10 20
Lebih dari 15 30
200

E.Interval Pengukuran Air


Untuk memudahkan perhitungan luas pengampang yang diwakili oleh 1
garis pengukuran, sebaiknya interval pengukuran kedalaman airnya dibuat
2kali kelipatan banyaknya garis pengukur.
b b

Garis pengukuran kecepatan aliran

Garis pengukuran kedalaman air

C d e

Fd = 2 x b x(c+2d+e)/4
Qd = Fd x Vd

Dimana: Fd= Luas penampang melintang antara garis dalamnya


air c dan e
c,d, dan e = Kedalaman air yang diukur
vd = Kecepatan aliran rata-rata pada garis pengukuran
pengaliran d
3.3. Pengukuran Kecepatan Dengan Pelampung

Pengukuran kecepatan dengan pelampung dapat dilakukan dengan 2 cara,


yaitu dengan pelampung permukaan dan pelampung tangkai, cara ini dapat
dengan mudah dilakukan meskipun permukaan air sungai cukup tinggi atau
adanya material yang terbawa oleh arus.
Tempat yang harus dipilih adalah pada bagian sungai yang lurus dengan
panjang yang cukup, lebar tidak banyak berubah serta memiliki kemiringan
dasar sungai yang relatif stabil.
Biasanya digunakan 3 buah pelampung yang dialirkan melalui 3 garis
kemiringan sedangkan kecepatannya dihitung dengan bantuan stopwatch.
Sketsa berikut adalah gambaran bagaimana pengukuran dilakukan:

20m 50-100m

grs pelepasan grs pengelihatan pertama grs pengelihatan kedua


pelampung
A. Pengukuran Dengan Pelampung Permukaan
Digunakan sepotong kayu dengan panjang antara 15 s/d 30 cm, tebal
5cm atau bisa dengan bahan jerami diikat, botol dan bahan lain yang
memungkinkan.
Pengukuran ini bisa dilakukan para saat malam hari, pada saat terjadi
banjir ataupun pada saat diperlukan segera
hasil dari pengukuran ini tentunya tidak seteliti bila dibandingkan
dengan menggunakan current meter, kecepatan aliran rata-rata pada
penampang sungai yang diukur ini masih harus dikoreksi dengan
mengalihkan suatu koefisien yang besarnya berkisar antara 0,70 s/d
0,90, Dr. Basin menyarankan dengan koefisien sebesar 0,86.

B. Pengukuran Dengan Pelampung Tangkai


Digunakan sepotong kayu atau bambu yang diberi pemberat pada
ujung bawahnya, pemberat dibuat dari kerikil atau pasir yang
dibungkus kain dan diikatkan pada ujung bawah/ pangkal tangkai.
Sama seperti halnya pengukuran dengan pelampung permukaan,
hasilnya masih harus dikaitkan dengan suatu koefisien. Menurut Dr.Y.B.
Francis, besarnya koefisien ini dapat didiekati dengan rumus sebagai
berikut:

Y = V/
= 1-0,116(1-)- 0,1))

Dimana: Y = koefisien

V = kecepatan rata-rata

= kecepatan pelampung tangkai

= (kedalaman tangkai)/ (kedalaman air)


IV. PEMBUATAN KURVA- HQ
Berdasarkan sekumpulan data hasil pengukuran yang telah dilakukan,
maka dapatlah dibuatkan kurva hubungan antara tinggi muka air (H)
dengan debit (Q) yang lebih sering disebut HQ- Curve atau Kurva-HQ.
selanjutnya dengan bantuan grafik yang dibuat ini, maka dengan
mengetahui tinggi muka air besarnya debit langsung dapat diperkirakan/
dihitung.

Agar didapatkan Kurva-HQ yang baik diperlukan data pengukuran yang


cukup, baik jumlah maupun variasi ketinggian permukaan airnya.

berikut adalah formulasi yang biasa digunakan dalam Kurva-HQ yang


pembuatanya dilakukan dengan metode kuadrat terkecil

Q = ah+b atau
Q = A(h+B) 2

dimana: Q = Debit aliran (m3/dt)

h = Tinggi muka air (m)

A,B = Konstante yang besarnya dihitung dengan cara

kwadrat terkecil

Dengan fasilitas komputer yang banyak alternatif yang ditawarkan dalam


pembuatan kurva mulai dari yang linier, polinominal sampai dengan pangkat
lima, logaritmis dan ekponensial.
TABEL PERHITUNGAN KURVA-HQ STASIUN:..

n h(m) h^2 Q(m3/dt) VQ hVQ

1
2
3
dst

Total T(1) T(2) T(3) T(4) T(5)

1). a= { n x T(4)} {T(1) -T(3)}


{ n x t(2)} - {T(1)2 }

2). b= { T(2) x T(4)} {T(1) T(5)}


{ n x t(2)} - {T(1)2 }

Persamaan Kurva-HQ : Q= a2 ( H + b/a)

Anda mungkin juga menyukai