Anda di halaman 1dari 217

BAB 1

KALIBRASI ALAT

1.1 Teori Dasar


Kalibrasi alat hidrolika adalah perbandingan antara debit bacaan dengan debit
terukur. Menurut ISO/IEC Guide And Vocabulary of International Metrology
(VIM) adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara lain nilai
yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran atau nilai yang
mewakili oleh bahan ukur atau dengan nilai yang sudah diketahui kebenarannya.
Dengan kata lain, konvensional nilai petunjuk alat ukur dan bahan ukur dengan cara
membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur ke standar nasional
untuk satuan ukur dan internasional.

Kalibrasi pada umumnya merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau


indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar
yang digunakan dalam akurasi tertentu. Kalibrasi biasanya dilakukan dengan
membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun
standar internasional dan bahan-bahan acuan terverifikasi.

Tujuan kalibrasi adalah alat untuk mencapai ketelusuran pengukuran. Kalibrasi alat
hidrolika adalah perbandingan antara debit bacaan dengan debit terukur. Debit air
adalah kecepatan aliran zat cair per satuan waktu. Satuan debit digunakan dalam
pengawasan kapasitas atau daya tampung air di sungai agar dapat dikendalikan.
Tujuan penggunaan debit adalah untuk mengetahui banyaknya air yang mengalir
pada suatu sungai dan seberapa cepat air tersebut mengalir dalam satu detik. Cara
mengetahui aliran tersebut dengan memakai cara Turbullen yaitu dengan melihat
bagaimana air tersebut mengalir dengan membentuk gelombang-gelombang.

Di Indonesia terdapat 2 jenis kalibrasi yaitu kalibrasi teknis dan kalibrasi legal.
Kalibrasi teknis adalah kalibrasi peralatan ukur yang tidak berhubungan langsung
dengan dunia perdagangan, dilakukan oleh laboratoriun kalibrasi terakreditasi
dan(diakui secara nasional).
BAB 1 KALIBASI ALAT

Nilai ketidakpastian pada pengukuran kalibrasi harus lebih kecil dari pada toleransi
yang diberikan untuk benda atau produk yang diukur, idealnya nilai ketidakpastian
pengukuran besarnya sepersepuluh dari toleransi atau dalam kondisi terburuk nilai
ketidakpastian pengukuran diharapkan tidak lebih dari sepertiga toleransi.

Hasil toleransi antara lain:


a. Nilai objek ukur.
b. Nilai koreksi atau penyimpangan.
c. Nilai ketidakpastian pengukuran.
d. Sifat metrologi lain yaitu faktor kalibrasi atau kurva kalibrasi.

Manfaat Kalibrasi adalah:


a. Menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan
spesifikasinya.
b. Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai industri pada
peralatan laboratorium dan produksi yang dimiliki.
c. Bisa mengetahui perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan harga
yang ditunjukkan oleh alat ukur.

Prinsip Dasar Kalibrasi adalah:


a. Obyek Ukur (Unit Under Test).
b. Standar Ukur (Alat standar kalibrasi, Prosedur / Metode standar (Mengacu ke
standar kalibrasi internasional atau prosedur yang dikembangkan sendiri oleh
laboratorium yang sudah teruji (diverifikasi).
c. Operator / teknisi (Dipersyaratkan operator / teknisi yang mempunyai
kemampuan teknis kalibrasi bersertifikat).
d. Lingkungan yang dikondisikan.

Hasil Kalibrasi antara lain:


a. Nilai Objek Ukur.
b. Nilai Koreksi / Penyimpangan.
c. Nilai Ketidakpastian Pengukuran (Besarnya kesalahan yang mungkin terjadi
dalam pengukuran, dievaluasi setelah ada hasil pekerjaan yang diukur &

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 2


BAB 1 KALIBASI ALAT

analisis ketidakpastian yang benar dengan memperhitungkan semua sumber


ketidakpastian yang ada di dalam metode perbandingan).
d. Sifat metrologi lain seperti faktor kalibrasi, kurva kalibrasi.

Persyaratan Kalibrasi:
a. Standar acuan yang mampu telusur ke standar Nasional / Internasional.
b. Metoda kalibrasi yang diakui secara Nasional / Internasional.
c. Personil kalibrasi yang terlatih, yang dibuktikan dengan sertifikasi dari
laboratorium yang terakreditasi.
d. Ruangan / tempat kalibrasi yang terkondisi, seperti suhu, kelembaban, tekanan
udara, aliran udara, dan kedap getaran.
e. Alat yang dikalibrasi dalam keadaan berfungsi baik / tidak rusak.

Adapun beberapa rumus yang digunakan untuk menghitung kalibrasi alat yaitu :
a. Kecepatan aliran (V) :
V = √2 × g × hpitot (1.1)

Keterangan :
V = Kecepatan aliran (m/s)
g = Gravitasi bumi (9,81 m/s
Hpitot = Tinggi aliran pada tabung pitot (m)

b. Debit terukur (Qt) :


Qt = A V (1.2)

Keterangan :
Qt = Debit terukur (m3/s)
A= Luas aliran (m/s)
V = Kecepatan aliran (m/s)

c. Angka Froud (Fr) :


V
Fr = (1.3)
g×H

Keterangan :
Fr = Angka Froud
V = Kecepatan aliran (m/s)

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 3


BAB 1 KALIBASI ALAT

g = Gravitasi bumi (9,81 m/s


H = Tinggi aliran (m)

d. Kalibrasi alat :
Qb
Kalibrasi = (1.4)
Qt

Keterangan :
Qb = Debit bacaan(m3/s)
Qt = Debit terukur (m3/s)

1.2 Maksud dan Tujuan


Pelaksanaan praktikum ini mempunyai maksud dan tujuan tertentu seperti yang
diuraikan dibawah ini:
a. Memahami teori dan praktek penggunaan serta pemeliharaan alat hidrolika.
b. Mengetahui cara kalibrasi alat hidrolika.

1.3 Alat-alat yang Digunakan


Adapun alat-alat yang digunakan untuk melakukan praktikum kalibrasi alat ialah
sebagai berikut:
a. Alat Hidrolika;
b. Tabung Pitot;
c. Jangka sorong/penggaris;
d. Stopwatch.

1.4 Langkah Kerja


Adapun Langkah kerja yang dilakukan pada percobaan kalibrasi alat ialah sebagai
berikut:
a. Menyalakan alat hidrolika;
b. Menyentriskan alat hidrolika yang diisi oleh air (samakan tinggi air pada saluran
yang ada di hulu dan di hilir);
c. Mengukurlah lebar saluran terlebih dahulu dengan jangka sorong/alat
pengukur;
d. Membaca debit pada alat hidrolika yang dijadikan sebagai debit bacaan selama
60 detik;

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 4


BAB 1 KALIBASI ALAT

e. Kemudian, membaca kecepatan arus aliran dan tinggi permukaan air yang
lewat, yang divariasikan hanya debitnya saja;
f. mengamati dan catat data-data yang diperlukan dalam praktikum ini.(Debit
bacaan (Qb), tinggi aliran (H) dan tinggi aliran di tabung pitot (hpitot)
menggunakan metode 3 titik;
g. Mengulangi prosedur diatas untuk kemiringan yang berbeda, variasikan
kemiringannya untuk mengambil data pada lokasi yang berbeda (pada hulu,
tengah, dan hilir), dan mengulang prosedur 1-7 hingga memperoleh 3 data di
setiap lokasi

1.5 Diagram Alir


Berikut ini adalah diagram alir pengukuran kalibrasi alat:

Mulai

Menyalakan alat hidrolika

Menyentriskan alat hidrolika yang diisi oleh air.

Mengukur lebar saluran dengan jangka sorong/alat pengukur.

Membaca debit pada alat hidrolika yang


dijadikan sebagai debit bacaan selama 60 detik.

Membaca kecepatan arus aliran dan tinggi permukaan air yang


lewat, yang divariasikan hanya debitnya saja.

Mengamati dan mencatat data yang diperlukan dalam praktikum ini.

Mengulangi prosedur diatas untuk kemiringan yang berbeda, variasikan


kemiringannya untuk mengambil data pada lokasi yang berbeda, dan
mengulangi prosedur 1-7 hingga memperoleh 3 data disetiap lokasi.

Selesai

Gambar 1.1 Diagram Alir Percobaan Kalibrasi Alat


(Sumber: Modul Praktikum Hidrolika, 2022)

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 5


BAB 1 KALIBASI ALAT

1.5 Data Pengamatan dan Data Perhitungan


1.5.1 Data Pengamatan
Tabel 1.2 Data Pengamatan Kalibrasi Alat (Terlampir).
1.5.2 Data Perhitungan
Percobaan 1 Bagian Hulu (Prosedur alat sentris)
Diketahui :
Debit Bacaan (Qb) = 112 lt/menit
112
=
60000
= 0,001867 m3/s
Lebar Saluran (B) = 9,3 cm
= 0,093 m
Tinggi Aliran (H) = 7,3 cm
= 0,073 m
Tinggi Aliran Tabung Pitot (hpitot)
(hpitot)0,6 = 0,018 m
(hpitot)0,2 = 0,015 m
(hpitot)0,8 = 0,012 m
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s2
Ditanya :
a. Luas Aliran (A)
b. Kecepatan Aliran (V)
c. Debit terukur (Qt)
d. Froude
e. Kalibrasi
Jawab :
a. Luas Aliran (A) =BxH
= 0,093 x 0,073
= 0,0068 m2
b. Kecepatan Aliran (V)
V0,6 = √2.g.hpitot

= √2 x 9,81 x 0,018

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 6


BAB 1 KALIBASI ALAT

= 0,5943 m/s
V0,2 = √2.g.hpitot

= √2 x 9,81 x 0,015
= 0,5425 m/s
V0,8 =√2.g.hpitot

= √2 x 9,81 x 0,012
= 0,4852 m/s
V0,6 +V0,2 +V0,8
Vrata-rata =
3
0,5943+0,5425+0,4852
=
3
= 0,5407 m/s
c. Debit terukur (Qt) =AxV
= 0,0068 x 0,5407
= 0,00367 m3/s
v
d. Froude =
√g.H
0,5407
=
√9,81 x 0,073

= 0,6389 < 1 Subkritis


Qb
Kalibrasi =
Qt

0,001867
=
0,00367
= 0,5086

Percobaan 2 bagian Hulu (Prosedur alat diputar 3x)


Diketahui :
Debit Bacaan (Qb) = 113 lt/menit
113
=
60000
= 0,001867 m3/s

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 7


BAB 1 KALIBASI ALAT

Lebar Saluran (B) = 9,3cm


= 0,093 m
Tinggi Aliran (H) = 6 cm
= 0,06 m
Tinggi Aliran Tabung Pitot (hpitot)
(hpitot)0,6 = 0,015 m
(hpitot)0,2 = 0,016 m
(hpitot)0,8 = 0,017 m
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s2
Ditanya :
a. Luas Aliran (A)
b. Kecepatan Aliran (V)
c. Debit terukur (Qt)
d. Froude
e. Kalibrasi
Jawab :
a. Luas Aliran (A) =BxH
= 0,093 x 0,06
= 0,0056 m2
b. Kecepatan Aliran (V)
V0,6 = √2.g.hpitot

= √2 x 9,81 x 0,015
= 0,5425 m/s
V0,2 = √2.g.hpitot

= √2 x 9,81 x 0,016
= 0,5603 m/s
V0,8 = √2.g.hpitot

= √2 x 9,81 x 0,017
= 0,5775 m/s

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 8


BAB 1 KALIBASI ALAT

V0,6 +V0,2 +V0,8


Vrata-rata =
3
0,5425+0,5603+0,5775
=
3
= 0,5601 m/s
c. Debit terukur (Qt) =AxV
= 0,0056 x 0,5601
= 0,00313 m3/s
v
d. Froude =
√g.H
0,5601
=
√9,81 X 0,06

= 0,7301 < 1 Subkritis


Qb
e. Kalibrasi =
Qt

0,0018667
=
0,00313
= 0,5973

Percobaan 3 bagian Hulu (Prosedur alat diputar lagi 3x)


Diketahui :
Debit Bacaan (Qb) = 111 lt/menit
111
=
60000
= 0,001867 m3/s
Lebar Saluran (B) = 9,3 cm
= 0,093 m
Tinggi Aliran (H) = 4,5 cm
= 0,045 m
Tinggi Aliran Tabung Pitot (hpitot)
(hpitot)0,6 = 0,027 m
(hpitot)0,2 = 0,03 m
(hpitot)0,8 = 0,026 m
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s2

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 9


BAB 1 KALIBASI ALAT

Ditanya :
a. Luas Aliran (A)
b. Kecepatan Aliran (V)
c. Debit terukur (Qt)
d. Froude
e. Kalibrasi
Jawab :
a. Luas Aliran (A) =BxH
= 0,093 x 0,045
= 0,0042 m2
b. Kecepatan Aliran (V)
V0,6 = √2.g.hpitot

= √2 x 9,81 x 0,027
= 0,7278 m/s
V0,2 = √2.g.hpitot

= √2 x 9,81 x 0,03
= 0,7672 m/s
V0,8 = √2.g.hpitot

= √2 x 9,81 x 0,026
= 0,7142 m/s
V0,6 +V0,2 +V0,8
Vrata-rata =
3
0,7278+0,7672+0,7142
=
3
= 0,7364 m/s

c. Debit terukur (Qt) =AxV


= 0,0042 x 0,7364
= 0,00308 m3/s
v
d. Froude =
√g.H

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 10


BAB 1 KALIBASI ALAT

0,7364
=
√9,81 x 0,045

= 1,1084 > 1 Superkritis


Qb
e. Kalibrasi =
Qt

0,001867
=
0,00308
= 0,6057

Percobaan 1 bagian Tengah (Prosedur alat sentris)


Diketahui :
Debit Bacaan (Qb) = 112 lt/menit
112
=
60000
= 0,001867 m3/s
Lebar Saluran (B) = 9,9 cm
= 0,099 m
Tinggi Aliran (H) = 6,4 cm
= 0,064 m
Tinggi Aliran Tabung Pitot (hpitot)
(hpitot)0,6 = 0,015 m
(hpitot)0,2 = 0,019 m
(hpitot)0,8 = 0,02 m
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s2
Ditanya :
a. Luas Aliran (A)
b. Kecepatan Aliran (V)
c. Debit terukur (Qt)
d. Froude
e. Kalibrasi
Jawab :
a. Luas Aliran (A) =BxH
= 0,099 x 0,064

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 11


BAB 1 KALIBASI ALAT

= 0,0063 m2

b. Kecepatan Aliran (V)


V0,6 = √2.g.hpitot

= √2 x 9,81 x 0,015
= 0,5425 m/s

V0,2 = √2.g.hpitot

= √2 x 9,81 x 0,019
= 0,6106 m/s

V0,8 = √2.g.hpitot

= √2 x 9,81 x 0,02
= 0,6264 m/s
V0,6 +V0,2 +V0,8
Vrata-rata =
3
0,5425+0,6106+0,6264
=
3
= 0,5932 m/s

c. Debit terukur (Qt) =AxV


= 0,0063 x 0,5932
= 0,00376 m3/s
v
d. Froude =
√g.H
0,5932
=
√9,81 x 0,064

= 0,7486 < 1 Subkritis


Qb
e. Kalibrasi =
Qt

0,001867
=
0,00376
= 0,4967

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 12


BAB 1 KALIBASI ALAT

Percobaan 2 bagian Tengah (Prosedur alat diputar 3x)


Diketahui :
Debit Bacaan (Qb) = 113 lt/menit
113
=
60000
= 0,001867 m3/s
Lebar Saluran (B) = 9,9 cm
= 0,099 m
Tinggi Aliran (H) = 5,3 cm
= 0,053 m
Tinggi Aliran Tabung Pitot (hpitot)
(hpitot)0,6 = 0,018 m
(hpitot)0,2 = 0,019 m
(hpitot)0,8 = 0,018 m
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s2
Ditanya :
a. Luas Aliran (A)
b. Kecepatan Aliran (V)
c. Debit terukur (Qt)
d. Froude
e. Kalibrasi
Jawab :
a. Luas Aliran (A) =BxH
= 0,099 x 0,053
= 0,0052 m2
b. Kecepatan Aliran (V)
V0,6 = √2.g.hpitot

= √2 x 9,81 x 0,018
= 0,5943 m/s
V0,2 = √2.g.hpitot

= √2 x 9,81 x 0,019

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 13


BAB 1 KALIBASI ALAT

= 0,6106 m/s
V0,8 = √2.g.hpitot

= √2 x 9,81 x 0,018
= 0,5943 m/s
V0,6 +V0,2 +V0,8
Vrata-rata =
3
0,5943+0,6106+0,5943
=
3
= 0,5997 m/s
c. Debit terukur (Qt) =AxV
= 0,0052 x 0,5997
= 0,00315 m3/s
v
d. Froude =
√g.H
0,5997
=
√9,81 x 0,053

= 0,8317 < 1 Subkritis


Qb
e. Kalibrasi =
Qt

0,001867
=
0,00315
= 0,5932

Percobaan 3 bagian Tengah (Prosedur alat diputar lagi 3x)


Diketahui :
Debit Bacaan (Qb) = 111 lt/menit
111
=
60000
= 0,001867 m3/s
Lebar Saluran (B) = 9,9 cm
= 0,099 m
Tinggi Aliran (H) = 4,4 cm
= 0,044 m

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 14


BAB 1 KALIBASI ALAT

Tinggi Aliran Tabung Pitot (hpitot)


(hpitot)0,6 = 0,024 m
(hpitot)0,2 = 0,028 m
(hpitot)0,8 = 0,017 m
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s2
Ditanya :
a. Luas Aliran (A)
b. Kecepatan Aliran (V)
c. Debit terukur (Qt)
d. Froude
e. Kalibrasi
Jawab :
a. Luas Aliran (A) =BxH
= 0,099 x 0,044
= 0,0044 m2
b. Kecepatan Aliran (V)
V0,6 = √2.g.hpitot

= √2 x 9,81 x 0,024
= 0,6862 m/s
V0,2 = √2.g.hpitot

= √2 x 9,81 x 0,028
= 0,7412 m/s
V0,8 = √2.g.hpitot

= √2 x 9,81 x 0,017
= 0,5775 m/s
V0,6 +V0,2 +V0,8
Vrata-rata =
3
0,6862+0,7412+0,5775
=
3
= 0,6683 m/s

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 15


BAB 1 KALIBASI ALAT

c. Debit terukur (Qt) =AxV


= 0,0044 x 0,6683
= 0,00291 m3/s
v
d. Froude =
√g.H
0,6683
=
√9,81 x 0,044

= 1,0172 > 1 Superkritis


Qb
e. Kalibrasi =
Qt

0,001867
=
0,00291
= 0,6412

Percobaan 1 bagian Hilir (Prosedur alat sentris)


Diketahui :
Debit Bacaan (Qb) = 112 lt/menit
112
=
60000
= 0,001867 m3/s
Lebar Saluran (B) = 9 cm
= 0,09 m
Tinggi Aliran (H) = 6,1 cm
= 0,061 m
Tinggi Aliran Tabung Pitot (hpitot)
(hpitot)0,6 = 0,017 m
(hpitot)0,2 = 0,016 m
(hpitot)0,8 = 0,02 m
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s2
Ditanya :
a. Luas Aliran (A)
b. Kecepatan Aliran (V)
c. Debit terukur (Qt)

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 16


BAB 1 KALIBASI ALAT

d. Froude
e. Kalibrasi
Jawab :
a. Luas Aliran (A) =BxH
= 0,09 x 0,061
= 0,0055 m2

b. Kecepatan Aliran (V)


V0,6 = √2.g.hpitot

= √2 x 9,81 x 0,017
= 0,5775 m/s
V0,2 = √2.g.hpitot

= √2 x 9,81 x 0,016
= 0,5603 m/s
V0,8 = √2.g.hpitot

= √2 x 9,81 x 0,02
= 0,6264 m/s
V0,6 +V0,2 +V0,8
Vrata-rata =
3
0,5775+0,5603+0,6264
=
3
= 0,5881 m/s
c. Debit terukur (Qt) =AxV
= 0,0055 x 0,5881
= 0,00323 m3/s
v
d. Froude =
√g.H
0,5881
=
√9,81 x 0,061

= 0,7602 < 1 Subkritis

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 17


BAB 1 KALIBASI ALAT

Qb
e. Kalibrasi =
Qt

0,001867
=
0,00323
= 0,5782

Percobaan 2 bagian Hilir (Prosedur alat diputar 3x)


Diketahui :
Debit Bacaan (Qb) = 113 lt/menit
113
=
60000
= 0,001867 m3/s
Lebar Saluran (B) = 9 cm
= 0,09 m
Tinggi Aliran (H) = 6,1 cm
= 0,061 m
Tinggi Aliran Tabung Pitot (hpitot)
(hpitot)0,6 = 0,022 m
(hpitot)0,2 = 0,019 m
(hpitot)0,8 = 0,016 m
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s2

Ditanya :
a. Luas Aliran (A)
b. Kecepatan Aliran (V)
c. Debit terukur (Qt)
d. Froude
e. Kalibrasi

Jawab :
a. Luas Aliran (A) =BxH
= 0,09 x 0,061
= 0,0055 m2
b. Kecepatan Aliran (V)

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 18


BAB 1 KALIBASI ALAT

V0,6 = √2.g.hpitot

= √2 x 9,81 x 0,022
= 0,6570 m/s

V0,2 = √2.g.hpitot

= √2 x 9,81 x 0,019
= 0,6106 m/s

V0,8 = √2.g.hpitot

= √2 x 9,81 x 0,016
= 0,5603 m/s
V0,6 +V0,2 +V0,8
Vrata-rata =
3
0,6570+0,6106+0,5603
=
3
= 0,6093 m/s

c. Debit terukur (Qt) =AxV


= 0,0055 x 0,6093
= 0,00334 m3/s
v
d. Froude =
√g.H
0,6093
=
√9,81 x 0,061

= 0,6960 < 1 Subkritis


Qb
e. Kalibrasi =
Qt

0,001867
=
0,00334
= 0,5581

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 19


BAB 1 KALIBASI ALAT

Percobaan 3 bagian Hilir (Prosedur alat diputar lagi 3x)


Diketahui :
Debit Bacaan (Qb) = 111 lt/menit
111
=
60000
= 0,001867 m3/s
Lebar Saluran (B) = 9 cm
= 0,09 m
Tinggi Aliran (H) = 6,5 cm
= 0,065 m
Tinggi Aliran Tabung Pitot (hpitot)
(hpitot)0,6 = 0,014 m
(hpitot)0,2 = 0,025 m
(hpitot)0,8 = 0,01 m
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s2

Ditanya :
a. Luas Aliran (A)
b. Kecepatan Aliran (V)
c. Debit terukur (Qt)
d. Froude
e. Kalibrasi

Jawab :
a. Luas Aliran (A) =BxH
= 0,09 x 0,065
= 0,0059 m2

b. Kecepatan Aliran (V)


V0,6 =√2.g.hpitot

= √2 x 9,81 x 0,014
= 0,5241 m/s

V0,2 =√2.g.hpitot

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 20


BAB 1 KALIBASI ALAT

= √2 x 9,81 x 0,025
= 0,7004 m/s

V0,8 = √2.g.hpitot

= √2 x 9,81 x 0,01
= 0,4429 m/s
V0,6 +V0,2 +V0,8
Vrata-rata =
3
0,5241+0,7004+0,4429
=
3
= 0,5558 m/s

c. Debit terukur (Qt) =AxV


= 0,0059 x 0,5558
= 0,00325 m3/s
v
d. Froude =
√g.H
0,5558
=
√9,81 x 0,065

= 0,6960 < 1 Subkritis

Qb
e. Kalibrasi =
Qt

0,001867
=
0,00325
= 0,5741

1.7 Grafik
1.7.1 Daftar Grafik
Gambar 1.2 Grafik Hubungan antara Debit Bacaan (Qb) dan Debit Terukur (Qt) di
Hulu (Terlampir)
Gambar 1.3 Grafik Hubungan antara Debit Bacaan (Qb) dan Debit Terukur (Qt) di
Tengah (Terlampir)

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 21


BAB 1 KALIBASI ALAT

Gambar 1.4 Grafik Hubungan antara Debit Bacaan (Qb) dan Debit Terukur (Qt) di
Hilir (Terlampir)

1.7.2 Analisis Grafik


Berdasarkan data hasil pengamatan didapatkan nilai Qb yang naik turun, maka
grafik percobaan kalibrasi alat didapatkan :
a. Berdasarkan Gambar 1.2, terlihat bahwa Grafik pada daerah Hulu, nilai Qt pada
kemiringan yang pertama mengalami penurunan sampai pada kemiringan yang
kedua, sedangkan pada kemiringan kedua berbanding lurus dengan yang ketiga.
b. Berdasarkan Gambar 1.3, terlihat bahwa Grafik pada daerah Tengah, nilai Qt
berbanding terbalik dengan nilai Qb, dimana Qt menurun seiring bertambahnya
nilai Qb.
c. Berdasarkan Gambar 1.4, terlihat bahwa Grafik pada daerah Hilir, nilai Qt pada
kemiringan yang pertama mengalami kenaikkan sampai pada kemiringan yang
kedua, sedangkan pada kemiringan kedua mengalami penurunan dengan yang
ketiga.

1.8 Kesimpulan dan Saran


1.8.1 Kesimpulan
Berikiut adalah data hasil analisis kalibrasi rata-rata yang diperoleh pada percobaan
ini.
Tabel 1.1 Data Nilai Kalibrasi Rata-rata
Nilai Kalibrasi
Prosedur
Hulu Tengah Hilir
Sentris 0,5086 0,4967 0,5782
Putar 3x Kiri 0,6026 0,5985 0,5630
Putar Lagi 3x Kiri 0,6003 0,6355 0,5690
Rata-Rata 0,5705 0,5769 0,5701
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Menurut literatur angka kalibrasi yang baik adalah 0,5 – 1. Dari percobaan diatas
menunjukan angka rata – rata kalibrasi adalah 0,5705 di hulu, 0,5769 di tengah, dan
0,5701 di hilir maka berarti termasuk kedalam kalibrasi yang baik. Beberapa hasil
angka Froude termasuk ke dalam aliran sub kritis karena angka froudenya < 1 dan
adapula yang termasuk superkritis karena angkanya froudenya > 1.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 22


BAB 1 KALIBASI ALAT

1.8.2 Saran
Setelah melakukan praktikum hidrolika kalibrasi alat ada beberapa saran yang harus
diperhatikan yaitu sebagai berikut:
a. Pada saat membaca debit yang ada pada alat hidrolika harus sesuai
pembacaannya pada waktu mulai ditentukan, karena nilai debit bacaan yang
ditentukan sangat berpengaruh pada grafik.
b. Lebih teliti melakukan praktikum sehingga data yang diperoleh akur.
c. Praktikan diharapkan memperhatikan setiap instruksi dan pembahasan yang
diberikan oleh asistan laboratorium.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 23


LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl, JendralSudirman KM,3 CilegonTlp, (0254) 395502 Ext, 19

BLANKO
KALIBRASI ALAT
Tabel 1.2 Data Pengamatan Kalibrasi Alat di Bagian Hulu

Qb B H A V V Qt Kalibrasi
Bagian No hpitot (m) Froude Kalibrasi Prosedur
(m3/s) (m) (m) (m2) (m/s) (m/s) (m3/s) Rata-Rata
0,6 0,018 0,5943
1 0,001867 0,073 0,0068 0,2 0,015 0,5425 0,5407 0,00367 0,6389 0,5086 Sentris
0,8 0,012 0,4852
0,6 0,015 0,5425
Diputar
Hulu 2 0,001883 0,093 0,06 0,0056 0,2 0,016 0,5603 0,5601 0,00313 0,7301 0,6026 0,5705
3x
0,8 0,017 0,5775
0,6 0,027 0,7278
Diputar
3 0,001850 0,045 0,0042 0,2 0,03 0,7672 0,7364 0,00308 1,1084 0,6003
lagi 3x
0,8 0,026 0,7142
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022) Mengetahui,
Asisten Laboratorium

Bella Rizka
NIM. 3336190043
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl, JendralSudirman KM,3 CilegonTlp, (0254) 395502 Ext, 19

BLANKO
KALIBRASI ALAT
Tabel 1.3 Data Pengamatan Kalibrasi Alat di Bagian Tengah

Bagian Qb B H A V V Qt Kalibrasi
No hpitot (m) Froude Kalibrasi Prosedur
(m3/s) (m) (m) (m2) (m/s) (m/s) (m3/s) Rata-Rata
0,6 0,015 0,5425
1 0,001867 0,064 0,0063 0,2 0,019 0,6106 0,5932 0,00376 0,7486 0,4967 Sentris
0,8 0,02 0,6264
0,6 0,018 0,5943
Diputar
Tengah 2 0,001883 0,099 0,053 0,0052 0,2 0,019 0,6106 0,5997 0,00315 0,8317 0,5985 0,5769
3x
0,8 0,018 0,5943
0,6 0,024 0,6862
Diputar
3 0,001850 0,044 0,0044 0,2 0,028 0,7412 0,6683 0,00291 1,0172 0,6355
lagi 3x
0,8 0,017 0,5775
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)
Mengetahui,
Asisten Laboratorium

Bella Rizka
NIM. 3336190043
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl, JendralSudirman KM,3 CilegonTlp, (0254) 395502 Ext, 19

BLANKO
KALIBRASI ALAT
Tabel 1.4 Data Pengamatan Kalibrasi Alat di Bagian Hilir

Bagian Qb B H A V V Qt Kalibrasi
No hpitot (m) Froude Kalibrasi Prosedur
(m3/s) (m) (m) (m2) (m/s) (m/s) (m3/s) Rata-Rata
0,6 0,017 0,5775
1 0,001867 0,061 0,0055 0,2 0,016 0,5603 0,5881 0,00323 0,7602 0,5782 Sentris
0,8 0,02 0,6264
0,6 0,022 0,6570
Diputar
Hilir 2 0,001883 0,09 0,061 0,0055 0,2 0,019 0,6106 0,6093 0,00334 0,7876 0,5630 0,5701
3x
0,8 0,016 0,5603
0,6 0,014 0,5241
Diputar
3 0,001850 0,065 0,0059 0,2 0,025 0,7004 0,5558 0,00325 0,6960 0,5690
lagi 3x
0,8 0,01 0,4429
(Sumber : Data Pribadi Kelompok 11, 2022)
Mengetahui,
Asisten Laboratorium

Bella Rizka
NIM. 3336190043
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. 081328278151

LAMPIRAN
KALIBRASI ALAT

Perb an d i n gan Deb i t B acaan Den gan


Deb i t Teru k u r Di H u l u
0,00370
DEBIT TERUKUR (QT)

y = 0,0031x - 3,922
0,00360
Hubungan
0,00350 Qb dan Qt
0,00340
0,00330 Linear
(Hubunga
0,00320
n Qb dan
0,00310 Qt)
0,00300
0,00184 0,00185 0,00186 0,00187 0,00188 0,00189
DEBIT BACAAN (QB)

Gambar 1.2 Grafik Hubungan antara Debit Bacaan (Qb) dan Debit Terukur (Qt) di Hulu
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Tabel 1.3 Nilai Regresi di Hulu

Debit Bacaan Debit Terukur


(Qb) (m³/det) (Qt) (m³/det)

0,001867 0,00367
0,001883 0,00313
0,001850 0,00308
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Analisis Gambar 1.2


Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa pada prosedur sentris, debit yang terbaca pada alat
adalah 0,001867 m3/s sedangkan pada perhitungan diperoleh debit sebesar 0,00367 m3/s. Pada
prosedur putar 3x kiri, debit yang terbaca pada alat adalah 0,001883 m3/s sedangkan pada
perhitungan 0,00313 m3/s. Adapun pada prosedur putar lagi 3x kiri, nilai debit pada alat
menunjukkan nilai 0,001850 m3/s dan pada perhitungan 0,00308 m3/s.
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. 081328278151

LAMPIRAN
KALIBRASI ALAT

Perb an d i n gan Deb i t B acaan Den gan


Deb i t Teru k u r Di Ten gah
0,00385
DEBIT TERUKUR (QT)

0,00365 y = -0,0019x + 4,972 Hubungan


Qb dan Qt
0,00345

0,00325 Linear
(Hubungan
0,00305 Qb dan Qt)
0,00285
0,00184 0,00185 0,00186 0,00187 0,00188 0,00189
DEBIT BACANN (QB)

Gambar 1.3 Grafik Hubungan antara Debit Bacaan (Qb) dan Debit Terukur (Qt) di Tengah
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Tabel 1.4 Nilai Regresi di Tengah

Debit Bacaan Debit Terukur


(Qb) (m³/det) (Qt) (m³/det)

0,001867 0,00376
0,001883 0,00315
0,001850 0,00291
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Analisis Gambar 1.3


Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa pada prosedur sentris, debit yang terbaca pada alat
adalah 0,001867 m3/s sedangkan pada perhitungan diperoleh debit sebesar 0,00376 m3/s. Pada
prosedur putar 3x kiri, debit yang terbaca pada alat adalah 0,001883 m3/s sedangkan pada
perhitungan 0,00315 m3/s. Adapun pada prosedur putar lagi 3x kiri, nilai debit pada alat
menunjukkan nilai 0,001850 m3/s dan pada perhitungan 0,00291 m3/s.
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. 081328278151

LAMPIRAN
KALIBRASI ALAT

Perb an d i n gan Deb i t B acaan Den gan


Deb i t Teru k u r Di H i l i r
0,00336
DEBIT TERUKUR (QT)

0,00334 Hubungan
Qb dan Qt
0,00332
0,00330 Linear
(Hubungan
0,00328 Qb dan Qt)
0,00326
0,00324 y = 0,0031x - 3,9217
0,00322
0,00184 0,00185 0,00186 0,00187 0,00188 0,00189
DEBIT BACAAN (QB)

Gambar 1.4 Grafik Hubungan antara Debit Bacaan (Qb) dan Debit Terukur (Qt) di Hilir
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Tabel 1.5 Nilai Regresi di Hilir

Debit Bacaan Debit Terukur


(Qb) (m³/det) (Qt) (m³/det)

0,001867 0,00323
0,001883 0,00334
0,001850 0,00325
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Analisis Gambar 1.4


Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa pada prosedur sentris, debit yang terbaca pada alat
adalah 0,001867 m3/s sedangkan pada perhitungan diperoleh debit sebesar 0,00323 m3/s. Pada
prosedur putar 3x kiri, debit yang terbaca pada alat adalah 0,001883 m3/s sedangkan pada
perhitungan 0,00334 m3/s. Adapun pada prosedur putar lagi 3x kiri, nilai debit pada alat
menunjukkan nilai 0,001850 m3/s dan pada perhitungan 0,00325 m3/s.
BAB 2
PENGUKURAN DEBIT DENGAN
TABUNG PITOT

2.1 Teori Dasar


Debit aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses yang
terjadi di lapangan. iperlukan untuk mengetahui potensi sumber daya air di suatu
wilayah DAS. Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan
mengevaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumber daya
air permukaan yang ada. Istilah debit juga digunakan dalam bidang lain, misal
aliran gas, yang juga merupakan ukuran volumetrik per satuan waktu. Istilah debit
dalam hidrologi sinonim dengan debit aliran (stream flow) yang digunakan pakar
hidrologi sungai, dan debit keluaran (outflow) yang digunakan dalam sistem
penampungan air, namun berbeda dengan debit masukan (inflow). Pengukuran
debit air dapat dilakukan dengan mengukur kecepatan aliran air pada suatu wadah
dengan luas penampang area tertentu. Tujuan penggunaan debit adalah untuk
mengetahui banyak nya air yang mengalir pada suatu sungai dan seberapa cepat air
tersebut mengalir dalam satu detik. Debit adalah besaran yang menunjukkan
volume fluida atau cairan (m3 ) yang mengalir melalui suatu penampang per satuan
waktu (second). Debit dipengaruhi besar kecilnya aliran, volume dan besarnya
satuan waktu. Debit dapat dinyatakan dengan:

Q = A×V (2.1)
Keterangan:
A = Laju penampang (m2 )
V = Laju aliran atau cairan (m/s)

Tabung pitot adalah instrumen yang digunakan untuk melakukan pengukuran


tekanan pada aliran fluida. Tabung pitot telah digunakan secara luas untuk
menentukan kecepatan dari pesawat terbang dan mengukur kecepatan udara dan
gas pada aplikasi industri. Tabung pitot sederhana terdiri dari tabung yang
mengarah secara langsung kearah aliran fluida. Tabung ini berisi fluida sehingga
BAB 2 PENGUKURAN DEBIT DENGAN TABUNG PITOT

tekanan bisa diukur dengan perubahan tinggi dari fluida tersebut. Tekanan stagnansi
dari fluida disebut juga tekanan total atau tekanan pitot. Tekanan stagnansi yang
terukur tidak bisa digunakan untuk menentukan kecepatan fluida. Tekanan stagnasi
dari fluida disebut juga dengan tekanan total atau tekanan pitot. Pengukuran
dilakukan dengan membagi kedalam sungai menjadi beberapa bagian fengan lebar
permukaan yang berbeda. Pada tabung pitot sederhana, terdiri dari tabung yang
mengarah secara langsung ke aliran fluida. Tabung pitot berisi fluida, sehingga
tekanan bisa diukur dengan perubahan tinggi dari fluida tersebut. Tabung pitot
terdiri dari dua pipa yaitu:
a. Static Tube
Merupakan pipa yang digunakan untuk mengukur tekanan statis. pipa ini
membuka secara tegak lurus sampai ke aliran sehingga dapat diketahui tekanan
statisnya. Tekanan statis (fluida diam) ditinjau ketika fluida yang sedang diam
atau berada dalam keadaan setimbang.
b. Dynamic Tube
Merupakan pipa yang digunakan untuk mengukur tekanan dinamis. tekanan
dinamis atau fluida ideal merupakan fluida yang mengalir (bergerak) ciri umum
dari fluida ideal. Prinsip kerja tabung pitot yaitu udara akan masuk melalui
lubang yang berlawanan dengan arah laju gas, kemudian udara yang masuk akan
menekan air raksa yang muka-mula seimbang sampai ketinggian tertentu.

Tabung pitot digunakan untuk mengukur kecepatan aliran air. Dengan


menggunakan persamaan Bernoulli akan diperoleh kecepatan aliran air dalam
saluran:
V = √2.g.hpitot (2.2)
Keterangan:
V = Kecepatan (m/s)
g = Gravitasi (m/s2 )
hpitot = Tinggi Tabung Pitot (m)

Pengukuran aliran adalah sebuah ilmu yang membahas koefisien karena kita
umumnya menerapkan persamaan Bernoulli unutk aliran zat cair dan persamaan
energi aliran steady untuk aliran gas isotropic (dalam kasus fluida diandalkan tanpa

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 25


BAB 2 PENGUKURAN DEBIT DENGAN TABUNG PITOT

gesekan) dan kemudian membandingkan perilaku fluida sejati (viscous) dengan


fluida ideal melalui perbandingan koefisien-koefisien kecepatan atau debit.

Kecepatan rata-rata aliran pada setiap penampang pias berdasarkan atas sejumlah
titik pengukuran adalah sebagai berikut:
a. Metode 1 titik pengukuran (kecepatan diukur pada 0,6 kedalaman air)
vi = v0,6 (2.3)
b. Metode 2 titik pengukuran (kecepatan diukur pada 0,2 dan 0,8 kedalaman air)
vi = (v0,2 + v0,8) / 2 (2.4)
c. Metode 3 titik pengukuran (kecepatan diukur pada 0,2; 0,6; dan 0,8 kedalaman
air)
vi = (v0,2 + v0,6 + v0,8) / 3 (2.5)

2.2 Maksud dan Tujuan


Pelaksanaan praktikum ini mempunyai maksud dan tujuan tertentu seperti yang
diuraikan dibawah ini:
a. Untuk mengetahui cara pemakaian alat pengukur kecepatan arus;
b. Mahasiswa memahami cara mengukur kecepatan di sungai, atau saluran besar
melalui pengukuran sederhana di dasar saluran;
c. Dengan mengukur kecepatan aliran dengan alat ukur tabung pitot serta dimensi
saluran yang dapat diketahui, maka besarnya debit aliran pada saluran tersebut
dapat diketahui.

2.3 Alat-alat yang Digunakan


Berikut adalah alat-alat yang digunakan dalam praktikum pengukuran debit dengan
tabung pitot:
a. Flume;
b. Tabung pitot;
c. Jangka sorong/alat pengukur berupa penggaris.

2.4 Langkah Kerja


Berikut adalah langkah kerja dari praktikum pengukuran debit dengan tabung pitot:
a. Menyalakan pompa air;

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 26


BAB 2 PENGUKURAN DEBIT DENGAN TABUNG PITOT

b. Terlebih dahulu mengukur ketinggian muka air saluran (H) dan lebarnya aliran
(B) dengan jangka sorong/alat pengukur;
c. Mengukur kedalaman alat yang akan ditempatkan di permukaan air dengan
menggunakan metode 2 titik;
d. Menempatkan Tabung pitot pada kedalaman yang telah ditentukan;
e. Mengukur ketinggian air di dalam Tabung pitot (hpitot) sampai batas permukaan
air pada saluran;
f. Mencatat dan amati data data yang dibutuhkan. (H, hpitot dan B);
g. Mengulang percobaan diatas untuk beberapa tinggi muka air (H) sesuai dengan
perubahan aliran yang ditentukan;
h. Melakukan prosedur pengukuran ini untuk setiap perubahan debit aliran
percobaan (3 debit).

2.5 Diagram Alir


Berikut adalah diagram alir dari pengukuran debit dengan tabung pitot:

Mulai

Menyalakan pompa air

Mengukur ketinggian muka air saluran (H) dan lebarnya


aliran (B) dengan jangka sorong/alat pengukur

Mengukur kedalaman alat yang akan ditempatkan di


permukaan air dengan menggunakan metode 2 titik

Menempatkan tabung pitot pada


kedalaman yang telah ditentukan

Mengukur ketinggian air di dalam tabung pitot


(hpitot) sampai batas permukaan air pada saluran

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 27


BAB 2 PENGUKURAN DEBIT DENGAN TABUNG PITOT

Mencatat dan mengamati data-data yang


dibutuhkan (H, hpitot dan B)

Mengulang percobaan untuk beberapa tinggi muka air


(H) sesuai dengan perubahan aliran yang ditentukan

Melakukan prosedur pengukuran ini dilakukan untuk


setiap perubahan debit aliran percobaan (3 debit)

Selesai
Gambar 2.1 Diagram Alir Pengukuran Debit dengan Tabung Pitot
(Sumber: Modul Praktikum Hidrolika, 2022)

2.5 Data Pengamatan dan Perhitungan


2.5.1 Data Pengamatan
Tabel 2.2 Data Pengamatan Pengukuran Debit dengan Tabung Pitot (Terlampir).

2.5.2 Data Perhitungan


a. Percobaan 1 (Debit Terbesar)
Diketahui:
Tinggi saluran (H) =7 cm = 0,07 m
Lebar saluran (B) = 9,3 cm = 0,093 m
Tinggi aliran tabung pitot 1 (h0,6) (hpitot1) = 1,3 cm = 0,013 m
Tinggi aliran tabung pitot 2 (h0,2) (hpitot2) = 1,4 cm = 0,014 m
Tinggi aliran tabung pitot 3 (h0,8) (hpitot3) = 1,4 cm = 0,014 m
Percepatan gravitasi (g) = 9,81 m/s2
Ditanya:
Luas penampang
Kecepatan rata-rata aliran penampang pias
Debit aliran penampang
Debit aliran rata-rata

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 28


BAB 2 PENGUKURAN DEBIT DENGAN TABUNG PITOT

Jawab:
Luas penampang (A) =H×B
= 0,07 × 0,093
= 0,00651 m2
Kecepatan 1 (V0,6) = √2 . g . h1

= √2 . 9,81 . 0,013
= 0,50503 m/s
Kecepatan 2 (V0,2) = √2 . g . h2

= √2 . 9,81 . 0,014
= 0,52409 m/s
Kecepatan 3 (V0,8) = √2 . g . h3

= √2 . 9,81 . 0,014
= 0,52409 m/s
Kecepatan rata-rata (V1) = V0,6
= 0,50503 m/s
V0,2 + V0,8
Kecepatan rata-rata (V2) =
2
0,52409 + 0,52409
=
2
= 0,52409 m/s
V0,2 + V0,8 + V0,6
Kecepatan rata-rata (V3) =
3
0,52409 + 0,52409 + 0,50503
=
3
= 0,51773 m/s
Debit 1 (Q1) = A × V1
= 0,00651× 0,50503
= 0,00328 m3/s
Debit 2 (Q2) = A × V2
= 0,00651 × 0,52409
= 0,00341 m3/s
Debit 3 (Q2) = A × V3

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 29


BAB 2 PENGUKURAN DEBIT DENGAN TABUNG PITOT

= 0,00651 × 0,51773
= 0,00337 m3/s
0,00328 + 0,00341 + 0,00337
Debit Rata-rata (Q Rata-rata) =
3
= 0,00335 m3/s
b. Percobaan 2 (Debit Sedang)
Diketahui:
Tinggi saluran (H) = 5,5 cm = 0,055 m
Lebar saluran (B) = 9,3 cm = 0,093 m
Tinggi aliran tabung pitot 1 (h0,6) (hpitot1) = 1,4 cm = 0,014 m
Tinggi aliran tabung pitot 2 (h0,2) (hpitot2) = 1,1 cm = 0,011 m
Tinggi aliran tabung pitot 3 (h0,8) (hpitot3) = 1,2 cm = 0,012 m
Percepatan gravitasi (g) = 9,81 m/s2
Ditanya:
Luas penampang
Kecepatan rata-rata aliran penampang pias
Debit aliran penampang
Debit aliran rata-rata
Jawab:
Luas penampang (A) =H×B
= 0,055 × 0,093
= 0,00511 m2
Kecepatan 1 (V0,6) = √2 . g . h1

= √2 . 9,81 . 0,014
= 0,52409 m/s
Kecepatan 2 (V0,2) = √2 . g . h2

= √2 . 9,81 . 0,011
= 0,46456 m/s
Kecepatan 3 (V0,8) = √2 . g . h3

= √2 . 9,81 . 0,012
= 0,48522 m/s

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 30


BAB 2 PENGUKURAN DEBIT DENGAN TABUNG PITOT

Kecepatan Rata-Rata (V1) = V0,6


= 0,52409 m/s
V0,2 + V0,8
Kecepatan Rata-Rata (V2) =
2
0,46456 + 0,48522
=
2
= 0,47489 m/s
V0,2 + V0,8 + V0,6
Kecepatan Rata-Rata (V3) =
3
0,46456 + 0,48522 + 0,52409
=
3
= 0,49129 m/s
Debit 1 (Q1) = A × V1
= 0,00511× 0,52409
= 0,00267 m3/s
Debit 2 (Q2) = A × V2
= 0,00511 × 0,47489
= 0,00242 m3/s
Debit 3 (Q2) = A × V3
= 0,00511 × 0,49129
= 0,00251 m3/s
0,00267 + 0,00242 + 0,00251
Debit Rata-rata (Q Rata-rata) =
3
= 0,00253 m3/s
c. Percobaan 3 (Debit Terkecil)
Diketahui:
Tinggi saluran (H) = 4,6 cm = 0,046 m
Lebar saluran (B) = 9,3 cm = 0,093 m
Tinggi aliran tabung pitot 1 (h0,6) (hpitot1) = 1,3 cm = 0,013 m
Tinggi aliran tabung pitot 2 (h0,2) (hpitot2) = 1,1 cm = 0,011 m
Tinggi aliran tabung pitot 3 (h0,8) (hpitot3) = 1,3 cm = 0,013 m
Percepatan gravitasi (g) = 9,81 m/s2
Ditanya:

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 31


BAB 2 PENGUKURAN DEBIT DENGAN TABUNG PITOT

Luas penampang
Kecepatan rata-rata aliran penampang pias
Debit aliran penampang
Debit aliran rata-rata
Jawab:
Luas penampang (A) =H×B
= 0,046 × 0,093
= 0,00427 m2
Kecepatan 1 (V0,6) = √2 . g . h1

= √2 . 9,81 . 0,013
= 0,50503 m/s
Kecepatan 2 (V0,2) = √2 . g . h2

= √2 . 9,81 . 0,011
= 0,46456 m/s
Kecepatan 3 (V0,8) = √2 . g . h3

= √2 . 9,81 . 0,013
= 0,50503 m/s
Kecepatan Rata-Rata (V1) = V0,6
= 0,50503 m/s
V0,2 + V0,8
Kecepatan Rata-Rata (V2) =
2
0,46456 + 0,50503
=
2
= 0,48479 m/s
V0,2 + V0,8 + V0,6
Kecepatan Rata-Rata (V3) =
3
0,46456 + 0,50503 + 0,50503
=
3
= 0,49154 m/s
Debit 1 (Q1) = A × V1
= 0,00427 × 0,50503
= 0,00215 m3/s

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 32


BAB 2 PENGUKURAN DEBIT DENGAN TABUNG PITOT

Debit 2 (Q2) = A × V2
= 0,00427 × 0,48479
= 0,00207 m3/s
Debit 3 (Q2) = A × V3
= 0,00427 × 0,49154
= 0,00209 m3/s

0,00215 + 0,00207 + 0,00209


Debit Rata-rata (Q Rata-rata) =
3
= 0,0021 m3/s

2.6 Kesimpulan dan Saran


2.6.1 Kesimpulan
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Pengukuran Debit dengan Tabung Pitot
Kecepatan Kecepatan Rata-rata Q Rata-rata
Percobaan Q (m3/s)
(m/s) (m/s) (m³/s)
0,50503 0,50503 0,00328
1 0,52409 0,51773 0,00341 0,00335
0,52409
0,52409 0,00337
0,52409 0,52409 0,00267
2 0,46456 0,49129 0,00242 0,00253
0,47489
0,48522 0,00251
0,50503 0,50503 0,00215
3 0,46456 0,49154 0,00207 0,0021
0,48479
0,50503 0,00209
(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Dari percobaan dan perhitungan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
percobaan pertama dengan debit terbesar memiliki nilai kecepatan rata-rata metode
1, 2, dan 3 titik secara berturut turut 0,50503 m/s, 0,52409 m/s, dan 0,51773 m/s,
serta debit rata-rata bernilai 0,00335 m³/s. Percobaan kedua dengan debit sedang
memiliki nilai kecepatan rata-rata metode 1, 2, dan 3 titik secara berturut turut
0,52409 m/s, 0,47489 m/s, dan 0,49129 m/s, serta debit rata-rata bernilai 0,00253
m³/s. Percobaan ketiga dengan debit terkecil memiliki nilai kecepatan rata-rata
metode 1, 2, dan 3 titik secara berturut turut 0,50503 m/s, 0,48479 m/s, dan 0,49154
m/s, serta debit rata-rata bernilai 0,0021 m³/s.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 33


BAB 2 PENGUKURAN DEBIT DENGAN TABUNG PITOT

2.6.2 Saran
Setelah melakukan percobaan diatas diperoleh beberapa saran yang didapatkan
diantaranya sebagai berikut.
a. Praktikan diharapkan untuk memahami dan menghafal prosedur sehingga dapat
melaksanakan praktikum dengan lancar dan benar;
b. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam mengukur ketinggian air dalam tabung
pitot.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 34


LAMPIRAN
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. 081287301294

BLANKO PERCOBAAN
PENGUKURAN DEBIT MENGGUNAKAN TABUNG PITOT

Tabel 2.2 Data Pengamatan Penguran Debit Menggunakan Tabung Pitot

Kedalaman Alat hpitot Kecepatan Kecepatan Q Rata-rata


Percobaan H (m) B (m) A (m²) Q (m³/s)
(m) (m) (m/s) Rata-rata (m/s) (m³/s)
0,6 0,042 0,013 0,50503 0,50503 0,00328
1 0,07 0,2 0,014 0,014 0,52409 0,51773 0,00651 0,00341 0,00335
0,52409
0,8 0,056 0,014 0,52409 0,00337
0,6 0,033 0,014 0,52409 0,52409 0,00267
2 0,055 0,093 0,2 0,011 0,011 0,46456 0,49129 0,00511 0,00242 0,00253
0,47489
0,8 0,044 0,012 0,48522 0,00251
0,6 0,0276 0,013 0,50503 0,50503 0,00215
3 0,046 0,2 0,0092 0,011 0,46456 0,49154 0,00427 0,00207 0,0021
0,48479
0,8 0,0368 0,013 0,50503 0,00209
(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)
Mengetahui:
Asisten Laboratorium

Bella Rizka
NIM 3336190043
BAB 3
PENGALIRAN LEWAT SALURAN TERTUTUP (POMPA)

3.1 Teori Dasar


Saluran tertutup merupakan jenis saluran yang alirannya tidak dipengaruhi secara
langsung oleh tekanan udara selain tekanan hidrolik. Pipa merupakan saluran
tertutup yang umumnya berpenampang lingkaran yang berguna dalam mengalirkan
fluida dengan tampang aliran penuh. Fluida yang mengalir melalui pipa dapat
berupa zat cair ataupun gas dan tekanan dapat lebih besar atau lebih kecil dari
tekanan atmosfer. Dalam penggunaannya pipa banyak digunakan oleh masyarakat
umum dan perusahaan-perusahaan. Seperti halnya kebutuhan air rumah tangga,
pipa seperti ini umumnya digunakan untuk penyediaan air bersih dan sanitasi. Hal
ini dikarenakan pipa merupakan alat distribusi fluida yang murah, memiliki
berbagai ukuran dan bentuk penampang yang bermacam. Penampang pipa dapat
berbentuk lingkaran maupun kotak. Bahan material pipa juga bermacam-macam,
seperti baja, plastic, PVC, tembaga, kuningan, dan sebagainya.

Terdapat perbedaan yang mendasar antara aliran pada saluran terbuka dan aliran
pada pipa yaitu pada saluran terbuka terdapat permukaan yang bebas (hampir
selalu) berupa udara. Oleh karena itu, apabila pada pipa alirannya tidak penuh maka
akan terdapat rongga yang berisi udara sehingga sifat dan karakteristik alirannya
pun akan sama dengan aliran pada saluran terbuka. Salah satu contohnya yaitu pada
aliran air di gorong-gorong. Ketika kondisi saluran penuh dengan air, maka
desainnya harus mengikuti kaidah aliran pada pipa. Namun, apabila aliran air yang
berada di dalam gorong-gorong didesain tidak penuh, maka sifat alirannya akan
termasuk kedalam aliran dengan kondisi saluran terbuka. Selain perbedaan tersebut,
terdapat perbedaan lain yaitu saluran terbuka mempunyai kedalaman air (ɣ),
sedangkan pada pipa kedalaman air berupa (Ρ/ ɣ). Dengan demikian, konsep
analisis aliran pada pipa ini harus dalam kondisi pipa yang terisi penuh dengan air.
BAB 3 PENGALIRAN LEWAT SALURAN TERTUTUP (POMPA)

Terdapat beberapa macam tipe aliran fluida dalam pipa, diantaranya:

a. Aliran Laminar
Aliran laminar merupakan aliran fluida yang ditunjukkan dengan gerak partikel-
partikel fluidanya sejajar dan garis garis arusnya halus. Aliran laminar mengikuti
hukum newton tentang viskositas yang menghubungkan tegangan geser dengan
laju perubahan bentuk sudut. Akan tetapi Ketika viskositas yang rendah dan
kecepatan yang tinggi, aliran laminar tidak stabil dan berubah menjadi aliran
turbulen. Dengan demikian, dapat dikatakan aliran laminar memiliki ciri ciri yaitu
fluida bergerak mengikuti garis lurus, kecepatan fluidanya rendah, viskositasnya
tinggi dan lintasan gerak fluida teratur antara satu dengan yang lain.

b. Aliran Turbulen
Ketika kecepatan aliran relative besar akan menghasilkan aliran yang tidak
laminar melainkan komplek. Ciri-ciri dari aliran turbulen yaitu tidak adanya
keteraturan dalam lintasan fluidanya, aliran banyak bercampur, kecepatan fluida
tinggi, Panjang skala aliran besar dan viskositasnya rendah. Karakteristik dari
aliran turbulen dapat ditunjukkan oleh terbentuknya pusaran-pusaran dalam aliran,
yang menghasilkan pencampuran secara terus menerus antara partikel-partikel
cairan diseluruh penampang aliran.

c. Aliran Transisi
Aliran transisi adalah aliran udara dengan bentuk peralihan dari aliran laminar ke
aliran turbulen. Keberadaan aliran transisi diakibatkan dari perbedaan sifat antara
aliran laminar dan aliran turbulen. Aliran transisi dapat terbentuk Ketika nilai
bilangan Reynolds mengalami peningkatan. Rentang nilai aliran transisi
dipengaruhi oleh tingkat ketidaksempurnaan sistem aliran udara atau fluida
beserta dengan tingkat gangguan lainnya.

Pada percobaan pengaliran lewat saluran tertutup (pompa) dilakukan dengan


asumsi bahwa aliran dalam pipa bersifat “steady uniform flom”. Sedangkan
kehilangan energi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Mayor losses (pada pipa).
b. Minor losses (pada perubahan pipa, belokan, dan sebagainya).
Dalam hal ini, perhitungan debit yang melewati pipa dapat dirumuskan:

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 36


BAB 3 PENGALIRAN LEWAT SALURAN TERTUTUP (POMPA)

H = ∑ni=1 hfi = hf1+hf2+...hfn (3.1)


Keterangan :
H = Beda tinggi muka air di hulu dan di hilir pipa
Hfi = Kehilangan energi ke-i

Untuk menghitung tinggi pompa (Hp) dapat menggunakan rumus:

(Hp) = Hf + Hst (3.2)

Apabila Hpompa adalah sama denagan Hstatis ditambah total kehilangan energi,
maka daya pompa dapat dirumuskan:

Q × Hp
P= ×γw (3.3)
ŋ

Keterangan :
γw = berat jenis air
ŋ = efisiensi alat
Kehilangan energi Panjang aliran dapat disebabkan oleh gesekan atau perubahan
penampang aliran oleh gangguan lokal kehilangan energi pada masing-masing
tempat dibagi beberapa bentuk, yaitu kehilangan energi pada awal pipa
(pemasukan), ujung pipa (akhir), dan pada perubahan pipa (penyempitan,
pelebaran, dan belokan). Kehilangan energi pada pipa dapat dirumuskan:
v² v²
Hf = 0,05 +1 (3.4)
2g 2g
Keterangan:
Hf = kehilangan energi
v = kecepatan
g = gravitasi

3.2 Maksud dan Tujuan


Pelaksanaan praktek hidrolika mempunyai maksud dan tujuan tertentu seperti
yang diuraikan dibawah ini:
a. Untuk mengetahui kehilangan energi yang terjadi di awal pipa (pemasukan)
dan kehilangan energi yang terjadi diakhir pipa (ujung pipa).
b. Untuk menghitung besarnya daya pompa yang diperlukan.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 37


BAB 3 PENGALIRAN LEWAT SALURAN TERTUTUP (POMPA)

3.3 Alat-Alat yang Digunakan


Adapun alat-alat yang akan digunakan dalam pengujian pengaliran lewat saluran
tertutup (pompa) adalah:
a. Alat hidrolika;
b. Tabung pitot;
c. Jangka sorong/alat pengukur berupa penggaris;
d. Meteran.

3.4 Cara Pengujian


Cara pengujian dari praktikum pengaliran lewat saluran tertutup (pompa) adalah
sebagai berikut:
a. Menyalakan alat hidrolika;
b. Mengukur ketinggian muka air saluran dan lebarnya dengan jangka
sorong/alat pengukur;

c. Mengukur ketinggian air di dalam tabung pitot (hpitot) sampai batas


permukaan air pada saluran dengan menggunakan tabung pitot, tinggi muka
air tabung pitot digunakan untuk mencari kecepatan (v);

d. Mengukur ketinggian aliran (H) di hulu dan ketinggian statis (H st) di hilir;
e. Mengamati dan mencatat data-data yang diperlukan dalam praktikum ini;
f. Mengulangi prosedur diatas untuk debit dan kemiringan yang berbeda
sebanyak 3 kali percobaan.

3.5 Diagram Alir


Diagram alir praktikum pengaliran lewat saluran tertutup (pompa).

Mulai

Menyalakan alat hidrolika

Mengukur ketinggian muka air saluran dan lebar saluran

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 38


BAB 3 PENGALIRAN LEWAT SALURAN TERTUTUP (POMPA)

Mengukur ketinggian air didalam tabung pitot (hpitot)

Mengukur ketinggian aliran (H) dihulu dan ketinggian statis (Hst) di hilir.

Mengamati dan mencatat data yang diperlukan

Mengulangi prosedur untuk debit dan kemiringan yang berbeda

Selesai
Gambar 3.1 Diagram alir praktikum pengaliran lewat saluran tertutup (pompa)
(Sumber: Modul Praktikum Hidrolika, 2022)

3.6 Data Pengamatan dan Perhitungan


3.6.1 Data Pengamatan
Tabel 3.3 Data pengamatan debit tetap kemiringan berubah (Terlampir)
Tabel 3.4 Data pengamatan debit berubah kemiringan tetap (Terlampir)
3.6.2 Data Perhitungan
Dari percobaan pengaliran lewat saluran tertutup (pompa) diperoleh data
perhitungan sebagai berikut.
a. Untuk debit tetap, kemiringan berubah:
Percobaan 1 (Kemiringan 1/sentris)
Lebar saluran (B) = 9,3 cm = 0,093 m
Tinggi air (H) = 7,3 cm = 0,073 m
Tinggi pitot (hpitot 0,6) = 1,8 cm = 0,018 m

(hpitot 0,2) = 1,5 cm = 0,015 m

(hpitot 0,8) = 1,2 cm = 0,012 m


Beda tinggi muka air statis (Hst) = 96 cm = 0,96 m
Efisiensi alat (ŋ) = 90%

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 39


BAB 3 PENGALIRAN LEWAT SALURAN TERTUTUP (POMPA)

Kecepatan (V0,6) = √2 × g × hpitot

= √2 × 9,81 × 0,018
= 0,594 m/s

Kecepatan (V0,2) = √2 × g × hpitot

= √2 × 9,81 × 0,015
= 0,542 m/s

Kecepatan (V0,8) = √2 × g × hpitot

= √2 × 9,81 × 0,012
= 0,485 m/s
(V0,6 + V0,2 + V0,8)
Kecepatan rata-rata (V̅) =
3
(0,594 + 0,542 + 0,485)
=
3
= 0,541 m/s

V² V²
Kehilangan energi (Hf) = 0,05 × +1
2g 2g

0,541² 0,541²
= 0,05 × +1
2×9,81 2 × 9,81
= 0,016 m

Tinggi pompa (Hp) = Hf + Hst


= 0,016 + 0,96
= 0,976 m

Q × Hp
Daya pompa (P) = ×γw
ŋ
(lebar × tinggi × v) × Hp
= ×γw
90%
(0,093 × 0,073 × 0,541) × 0,976
= × 1000
90%
= 3,9791 Nm/s

Percobaan 2 (kemiringan 2/putar 3 kali ke kiri)


Lebar saluran (B) = 9,3 cm = 0,093 m

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 40


BAB 3 PENGALIRAN LEWAT SALURAN TERTUTUP (POMPA)

Tinggi (H) = 6 cm = 0,06 m


Tinggi pitot (hpitot 0,6) = 1,5 cm = 0,015 m

(hpitot 0,2) = 1,6 cm = 0,016 m

(hpitot 0,8) = 1,7 cm = 0,017 m


Beda tinggi muka air statis (Hst) = 92 cm = 0,92 m
Efisiensi alat (ŋ) = 90%

Kecepatan (V0,6) = √2 × g × hpitot

= √2 × 9,81 × 0,015
= 0,542 m/s

Kecepatan (V0,2) = √2 × g × hpitot

= √2 × 9,81 × 0,016
= 0,560 m/s

Kecepatan (V0,8) = √2 × g × hpitot

= √2 × 9,81 × 0,017
= 0,578 m/s
(V0,6 + V0,2 + V0,8)
Kecepatan rata-rata (V̅) =
3
(0,542 + 0,560 + 0,578)
=
3
= 0,560 m/s

V² V²
Kehilangan energi (Hf) = 0,05 × +1
2g 2g
0,560² 0,560²
= 0,05 × +1
2 × 9,81 2 × 9,81

= 0,017 m

Tinggi pompa (Hp) = Hf + Hst


= 0,017 + 0,92
= 0,937 m

Q × Hp
Daya pompa (P) = ×γw
ŋ

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 41


BAB 3 PENGALIRAN LEWAT SALURAN TERTUTUP (POMPA)

(lebar × tinggi × v) × Hp
= ×γw
90%
(0,093 × 0,060 ×0,560 ) × 0,937
= × 1000
90%
= 3,2531 Nm/s

Percobaan 3 (Kemiringan 3/diputar 3 kali ke kiri)


Lebar saluran (B) = 9,3 cm = 0,093 m
Tinggi (H) = 4,5 cm = 0,045 m
Tinggi pitot (hpitot 0,6) = 2,7 cm = 0,027 m

(hpitot 0,2) = 3 cm = 0,030 m

(hpitot 0,8) = 2,6 cm = 0,026 m


Beda tinggi muka air statis (Hst) = 88 cm = 0,88 m
Efisiensi alat (ŋ) = 90%

Kecepatan (V0,6) = √2 × g × hpitot

= √2 × 9,81 × 0,027
= 0,728 m/s

Kecepatan (V0,2) = √2 × g × hpitot

= √2 × 9,81 × 0,030
= 0,767 m/s

Kecepatan (V0,8) = √2 × g × hpitot

= √2 × 9,81 × 0,026
= 0,714 m/s
(V0,6 + V0,2 + V0,8)
Kecepatan rata-rata (V̅) =
3
(0,728 + 0,767 + 0,714)
=
3
= 0,736 m/s

V² V²
Kehilangan energi (Hf) = 0,05 × +1
2g 2g
0,736² 0,736²
= 0,05 × +1
2 × 9,81 2 × 9,81

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 42


BAB 3 PENGALIRAN LEWAT SALURAN TERTUTUP (POMPA)

= 0,029 m

Tinggi pompa (Hp) = Hf + Hst


= 0,029 + 0,88
=0,909 m

Q × Hp
Daya pompa (P) = ×γw
ŋ
(lebar × tinggi × v) × Hp
= ×γw
90%
(0,093 × 0,045 × 0,736) × 0,909
= ×1000
90%
= 3,1128 Nm/s

b. Untuk debit berubah, kemiringan tetap:


Percobaan 1 (Debit terbesar)
Lebar saluran (B) = 9,3 cm = 0,093 m
Tinggi (H) = 7 cm = 0,07 m
Tinggi pitot (hpitot 0,6) = 1,3 cm = 0,013 m

(hpitot 0,2) = 1,4 cm = 0,014 m

(hpitot 0,8) = 1,4 cm = 0,014 m


Beda tinggi muka air statis (Hst) = 93 cm = 0,93 m
Efisiensi alat (ŋ) = 90%

Kecepatan (V0,6) = √2 × g × hpitot

= √2 × 9,81 × 0,013
= 0,505 m/s

Kecepatan (V0,2) = √2 × g × hpitot

= √2 × 9,81 × 0,014
= 0,524 m/s

Kecepatan (V0,8) = √2 × g × hpitot

= √2 × 9,81 × 0,014
= 0,524 m/s

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 43


BAB 3 PENGALIRAN LEWAT SALURAN TERTUTUP (POMPA)

(V0,6 + V0,2 + V0,8)


Kecepatan rata-rata (V̅) =
3
(0,505 + 0,524 + 0,524)
=
3
= 0,518 m/s

V² V²
Kehilangan energi (Hf) = 0,05 × +1
2g 2g
0,518² 0,518²
= 0,05 × +1
2 × 9,81 2 × 9,81

= 0,014 m

Tinggi pompa (Hp) = Hf + Hst


= 0,014 + 0,93
= 0,944 m

Q × Hp
Daya pompa (P) = ×γw
ŋ
(lebar × tinggi × v) × Hp
= ×γw
90%
(0,093 × 0,07 × 0,518) × 0,944
= ×1000
90%
= 3,5366 Nm/s
Percobaan 2 (Debit sedang)
Lebar saluran (B) = 9,3 cm = 0,093 m
Tinggi (H) = 5,5 cm = 0,055 m
Tinggi pitot (hpitot 0,6) = 1,4 cm = 0,014 m

(hpitot 0,2) = 1,1 cm = 0,011 m

(hpitot 0,8) = 1,2 cm = 0,012 m


Beda tinggi muka air statis (Hst) = 91 cm = 0,91 m
Efisiensi alat (ŋ) = 90%

Kecepatan (V0,6) = √2 × g × hpitot

= √2 × 9,81 × 0,014
= 0,524 m/s

Kecepatan (V0,2) = √2 × g × hpitot

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 44


BAB 3 PENGALIRAN LEWAT SALURAN TERTUTUP (POMPA)

= √2 × 9,81 × 0,011
= 0,465 m/s

Kecepatan (V0,8) = √2 × g × hpitot

= √2 × 9,81 × 0,012
= 0,485 m/s
(V0,6 + V0,2 + V0,8)
Kecepatan rata-rata (V̅) =
3
(0,524 + 0,465 + 0,485)
=
3
= 0,491 m/s

V² V²
Kehilangan energi (Hf) = 0,05 × +1
2g 2g
0,491² 0,491²
= 0,05 × +1
2 × 9,81 2 × 9,81

= 0,013 m

Tinggi pompa (Hp) = Hf + Hst


= 0,013 + 0,91
= 0,923 m

Q × Hp
Daya pompa (P) = ×γw
ŋ
(lebar × tinggi × v) × Hp
= ×γw
90%
(0,093 × 0,055 × 0,491) × 0,923
= ×1000
90%
= 2,577 Nm/s
Percobaan 3 (Debit terkecil)
Lebar saluran (B) = 9,3 cm = 0,093 m
Tinggi (H) = 4,6 cm = 0,046 m
Tinggi pitot (hpitot 0,6) = 1,3 cm = 0,013 m

(hpitot 0,2) = 1,1 cm = 0,011 m

(hpitot 0,8) = 1,3 cm = 0,013 m


Beda tinggi muka air statis (Hst) = 90 cm = 0,9 m

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 45


BAB 3 PENGALIRAN LEWAT SALURAN TERTUTUP (POMPA)

Efisiensi alat (ŋ) = 90%

Kecepatan (V0,6) = √2 × g × hpitot

= √2 × 9,81 × 0,013
= 0,505 m/s

Kecepatan (V0,2) = √2 × g × hpitot

= √2 × 9,81 × 0,011
= 0,465 m/s

Kecepatan (V0,8) = √2 × g × hpitot

= √2 × 9,81 × 0,013
= 0,505 m/s
(V0,6 + V0,2 + V0,8)
Kecepatan rata-rata (V̅) =
3
(0,505 + 0,465 + 0,505)
=
3
= 0,492 m/s

V² V²
Kehilangan energi (Hf) = 0,05 × +1
2g 2g
0,492² 0,492²
= 0,05 × +1
2 × 9,81 2 × 9,81

= 0,013 m

Tinggi pompa (Hp) = Hf + Hst


= 0,013 + 0,90
= 0,913 m

Q × Hp
Daya pompa (P) = ×γw
ŋ
(lebar × tinggi × v) × Hp
= ×γw
90%
(0,093 × 0,046 × 0,492) × 0,913
= × 1000
90%
= 2,133 Nm/s

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 46


BAB 3 PENGALIRAN LEWAT SALURAN TERTUTUP (POMPA)

3.7 Kesimpulan dan Saran


3.7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapat dari percobaan pengaliran lewat saluran tertutup
(pompa) dapat disimpulkan:

Tabel 3.1 Data kesimpulan percobaan debit tetap, kemiringan berubah


No V̅ (m/s) Hf (m) Hp (m) P (Nm/s)
1 0,541 0,016 0,976 3,9791
2 0,560 0,017 0,937 3,2531
3 0,736 0,029 0,909 3,1128
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Tabel 3.2 Data kesimpulan percobaan debit berubah, kemiringan tetap


No V̅ (m/s) Hf (m) Hp (m) P (Nm/s)
1 0,518 0,014 0,944 3,5366
2 0,491 0,013 0,923 2,577
3 0,492 0,013 0,913 2,133
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Dari hasil pengujian pada debit tetap dengan kemiringan berubah, percobaan
pertama didapatkan nilai kehilangan energi sebesar 0,016 dengan daya pompa
sebesar 3,9791 Nm/s, kemudian pada percobaan kedua didapatkan nilai
kehilangan energi sebesar 0,017 m dengan daya pompa sebesar 3,2531 Nm/s, dan
pada percobaan ketiga didapatkan nilai kehilangan energi sebesar 0,029 m dengan
daya pompa sebesar 3,1128 Nm/s. lalu pada pengujian dengan debit berubah dan
kemiringan tetap, didapatkan pada percobaan pertama nilai kehilangan energi
sebesar 0,014 m dengan daya pompa sebesar 3,5366 Nm/s, lalu pada percobaan
kedua didapatkan nilai kehilangan energi sebesar 0,013 m dengan daya pompa
sebesar 2,577 Nm/s, dan pada percobaan ketiga didapatkan nilai kehilangan energi
sebesar 0,013 m dengan daya pompa sebesar 2,133 Nm/s.
3.7.2 Saran
Setelah melaksanakan praktikum pengaliran lewat saluran tertutup (pompa)
diperoleh beberapa saran, diantaranya:
a. Mengetahui prosedur percobaan dan melakukan pengujian dengan baik dan
benar.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 47


BAB 3 PENGALIRAN LEWAT SALURAN TERTUTUP (POMPA)

b. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan dan memeriksa kondisi alat


tersebut.
c. Membaca dan mencatat data pengukuran dengan teliti untuk mendapatkan
data yang akurat.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 48


LAMPIRAN
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON - SURVEYING - INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Hp. 081287301294

BLANKO
PENGALIRAN LEWAT SALURAN TERTUTUP (POMPA)

a. Debit tetap, kemiringan berubah


Tabel 3.3 Data pengamatan debit tetap kemiringan berubah

Lebar Tinggi hpitot v V̅ Hst Hf Hp P


No
(m) (m) (m) (m/s) (m/s) (m) (m) (m) (Nm/s)
0,018 0,594
1 0,093 0,073 0,015 0,542 0,541 0,96 0,016 0,976 3,9791
0,012 0,485
0,015 0,542
2 0,093 0,060 0,016 0,560 0,560 0,92 0,017 0,937 3,2531
0,017 0,578
0,027 0,728
3 0,093 0,045 0,030 0,767 0,736 0,88 0,029 0,909 3,1128
0,026 0,714
(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

b. Debit berubah, kemiringan tetap


Tabel 3.4 Data pengamatan debit berubah kemiringan tetap

Lebar Tinggi hpitot v V̅ Hst Hf Hp P


No
(m) (m) (m) (m/s) (m/s) (m) (m) (m) (Nm/s)
0,013 0,505
1 0,093 0,070 0,014 0,524 0,518 0,93 0,014 0,944 3,5366
0,014 0,524
0,014 0,524
2 0,093 0,055 0,011 0,465 0,491 0,91 0,013 0,923 2,5770
0,012 0,485
0,013 0,505
3 0,093 0,046 0,011 0,465 0,492 0,90 0,013 0,913 2,1330
0,013 0,505
(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Mengetahui,
Asisten Laboratorium

Bella Rizka
NIM. 33336190043
BAB 4
PINTU SORONG

4.1 Latar Belakang


Pintu sorong merupakan bangunan hidraulik yang sering digunakan untuk mengatur
debit pada embung atau saluran irigasi. Dalam sistem irigasi, pintu sorong biasanya
ditempatkan pada bagian pengambilan dan bangunan bagi sadap, baik itu sekunder
maupun tersier. Pintu sorong dalam system irigasi berfungsi untnuk mengatur debit
yang dialirkan dari bendung ke dalam saluran irigasi yang ada dibelakangnya.
Koefisien debit pada pintu sorong merupakan fungsi dari geometri saluran dan
parameter hidrolis.

Aliran yang mengalir di bawah pintu sorong dimulai dari aliran superkritis
kemudian berubah menjadi aliran subkritis. Di lokasi yang lebih hilir terjadi
peristiwa yang disebut air loncat atau lompatan hidraulik (hydraulic jump). Pada
aliran super kritis kedalam air kecil dengan kecepatan besar, sedangkan pada aliran
sub kritis kedalaman aliran besar dengan kecepatan kecil, hal ini menyebabkan
terjadinya pelepasan energi yang mengakibatkan terbentuknya loncat air. Terdapat
tiga jenis aliran pada saluran terbuka berdasarkan bilangan froude, yaitu :
a. Aliran kritis, yaitu aliran yang mengalami gangguan di permukaan. Suatu aliran
bisa dikategorikan aliran kritis jika memiliki bilangan froude sama dengan 1
(Fr=1).
b. Aliran subkritis, dalam aliran ini kedalaman aliran biasanya lebih besar dari
pada kecepatan aliran. Suatu aliran bisa dikategorikan aliran subkritis jika
memiliki bilangan froude lebih kecil dari 1 (Fr < 1).
c. Aliran super kritis, pada aliran ini kedalaman aliran relative lebih keci dan
kecepatannya relative tinggi. Suatu aliran bisa dikategorikan sebagai aliran
super kritis jika memiliki angka froude lebih dari 1 (Fr > 1).

Persamaan dasar yang digunakan pada analisa percobaan pintu sorong adalah
persamaan kontinuitas dan persamaan bernoulli dengan bentuk seperti berikut :
BAB 4 PINTU SORONG

a. Persamaan Kontinuitas
Persamaan yang menghubungkan kecepatan fluida dari satu tempat ke tempat
lain. Pada umumnya, fluida yang mengalir masuk kedalam suatu volume yang
dilingkupi permukaan di titik tertentu akan ke luar di titik lain. Karena sifat
fluida yang inkonpresibel atau massa jenisnya tetap, maka persamaan nya
menjadi seperti berikut.
Q = A.V (4.1)

A1.V1 = A2.V2 (4.2)

Keterangan :
Q = Debit Aliran (𝑚3 /s)
A = Luas Penampang (𝑚2 )
V = Kecepatan Aliran (m/s)
b. Persamaan Bernoulli
Persamaan bernoulli dapat diterapkan hanya dalam kasus dimana kehilangan
energi diabaikan dari suatu potongan ke potongan yang lain, atau bila mana
kehilangan energi sudahh diketahui.
P1 V12 P2 V2
Z1+ + =Z2+ + 2g (4.3)
γ 2g γ

Keterangan :
Z = Tinggi Elevasi (m)
P/𝛾 = Tinggi Tekanan (m)
𝑣 2 /2g = Tinggi Kecepatan (m/s)
𝛾 = Berat Jenis Air (kg/ml)

Terdapat dua gaya yang bekerja pada pintu sorong, yaitu gaya hidrostatis dan gaya
dorong pintu. Gaya dorong yang terjadi pada percobaan pintu sorong harus
diperhatikan. Berikut rumus untuk gaya dorong pintu.
2
1 2 H0 ρQ2 H1
Fq = ρgH1 ( - 1) - (1 - ) (4.4)
2 H21 b H12
H0

Keterangan :
Fq = Gaya Dorong Pintu (N)
𝜌= Berat Jenis Air (kg/𝑚3 )
H = Tinggi Bukaan Pintu (m)

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 50


BAB 4 PINTU SORONG

B = Lebar Penampang (m).


Sedangkan persamaan untuk gaya hidrostatis adalah seperti berikut :
1
𝐹𝐻 = 𝜌𝑔(𝐻0 − 𝑎)2 (4.5)
2
𝐻1
Cc = (4.6)
𝑎
𝐻1
𝑄√
𝐻1 +1
Cv = 𝐵𝐻 (4.7)
1 √2𝑔 𝐻0

Dimana:
FH = gaya dorong hidrostatik (N)
H0 = tinggi permukaan air awal (m)
a = ketinggian alat
Cc = koefisien kontraksi
Cv = koefisien kekentalan tanah

4.2 Maksud dan Tujuan


Pelaksanaan praktikum ini mempunyai maksud dan tujuan tertentu seperti yang
diuraikan dibawah ini:
a. Mahasiswa mengerti dan mengenal alat-alat ukur debit pada bangunan-
bangunan saluran terbuka;
b. Mahasiswa dapat menggunakan alat-alat pengukur debit pada saluran terbuka;
c. Mahasiswa mengerti dan dapat mengatasi kesulitan-kesulitan dalam mengukur
debit pada saluran terbuka;
d. Mahasiswa dapat mengukur debit saluran terbuka dengan memakai pintu
sorong;
e. Mahasiswa dapat menghitung gaya dorong pintu sorong.

4.3 Alat-Alat yang Digunakan


Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan pintu sorong ialah sebagai
berikut:
a. Alat Hidrolika;
b. Pintu Sorong;
c. Jangka Sorong/Penggaris;
d. Klemp Penjepit.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 51


BAB 4 PINTU SORONG

4.4 Langkah Kerja


Adapun langkah kerja dalam percobaan ini ialah sebagai berikut :
a. Memasang pintu sorong antara rel-relnya dan jagalah agar susunan ini tetep
vertikal dengan bantuan klemp penjepit;
b. Menyalakan alat hidrolika;
c. Mengatur ketinggian alat (a);
d. Mengukur lebar saluran (B);
e. Ukur ketinggian permukaan air sebelum (Y0) dan sesudah (Y1) pintu sorong;
f. Amati dan catat data-data yang diperlukan dalam praktikum ini (a, B, Y0, dan
Y1);
g. Ulangi prosedur diatas untuk tinggi alat yang berbeda sebanyak 3 kali.

4.5 Diagram Alir


Adapun diagram alir pada percobaan pintu sorong ialah sebagai berikut :

Mulai

memasang pintu sorong dan klemp penjepit pada flume

Menyalakan pompa air

Mengukur ketinggian alat (a)

Mengukur lebar saluran (B)

Mengukur ketinggian permukaan air sebelum (Y0)


dan sesudah (Y1) pintu sorong

Mengamati dan catat data-data yang diperlukan

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 52


BAB 4 PINTU SORONG

Mengulangi percobaan sebanyak 3 kali untuk debit


dan kemiringan yang berbeda

Selesai

Gambar 4.1 Diagram Alir Pintu Sorong


(Sumber : Modul Praktikum Hidrolika, 2022)

4.6 Data Pengamatan dan Data Perhitungan


4.6.1 Data Pengamatan
Tabel 4.2 Data Pengamatan Pintu Sorong (Terlampir).
4.6.2 Data Perhitungan
Percobaan 1
Diketahui:
Tinggi alat pintu sorong (a) = 0,038 m
Lebar saluran (B) = 0,084 m
Permukaan air sebelum pintu sorong (H0) = 0,118 m
Ketinggian air sesudah pintu sorong (H1) = 0,078 m
Kalibrasi percobaan sentris di hulu (Cd) = 0,5086
Ditanya :
a. Kecepatan aliran (V)?
b. Debit aliran (Q)?
c. Gaya dorong pintu sorong (Fq)?
d. Gaya dorong hidrostatis (FH)?
e. Koefisien kontraksi (Cc)?
f. Koefisien kekentalan tanah (Cv)?
Penyelesaian :
a. Kecepatan aliran (V) =√2 × g × H0

= √2 × 9,81 × 0,118
= 1,522 m/s

b. Debit aliran (Q) = Cd × b × a × V

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 53


BAB 4 PINTU SORONG

= 0,5086 × 0,084 × 0,038 × 1,522


= 2,5 x 10-3 m3/s = 0,0025 m3/s

1 H20 ρQ2 H1
c. Gaya dorong pintu sorong (Fq) = ρgH21 ( - 1) - (1 - )
2 H21 2
b H1 H0
1
= × 1000 × 9,81 × 0,078 2 ×
2

0,118 2 1000 × 0,0025 2


( - 1) - × (1 -
0,078 2 0,0842 × 0,078
0,078
0,118
)
= 34,697 N
1
d. Gaya dorong hidrostatis (FH) = 2 × ρ × g × (H0 - a)2
1
= 2 × 1000 × 9,81 × (0,118 - 0,038)2

= 31,392 N

H1
e. Koefisien kontraksi (Cc) =
a
0,078
=
0,038

= 2,053

H1
Q√
H1 + 1
f. Koefisien kekentalan tanah (Cv) =
B × H1 × √ 2 × g × H0

0,078
0,0025 × √
0,078 + 1
=
0,084× 0,078 × √2 × 9,81 × 0,118

= 0,067
Percobaan 2
Diketahui:
Tinggi alat pintu sorong (a) = 0,048 m
Lebar saluran (B) = 0,084 m
Permukaan air sebelum pintu sorong (H0) = 0,101 m
Ketinggian air sesudah pintu sorong (H1) = 0,077 m
Kalibrasi percobaan sentris di hulu (Cd) = 0,5086
Ditanya :

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 54


BAB 4 PINTU SORONG

a. Kecepatan aliran (V)?


b. Debit aliran (Q)?
c. Gaya dorong pintu sorong (Fq)?
d. Gaya dorong hidrostatis (FH)?
e. Koefisien kontraksi (Cc)?
f. Koefisien kekentalan tanah (Cv)?
Penyelesaian :
a. Kecepatan aliran (V) =√2 × g × H0

= √2 × 9,81 × 0,101
= 1,408 m/s

b. Debit aliran (Q) = Cd × b × a × V


= 0,5086 × 0,084 × 0,048 × 1,408
= 2,9 x 10-3 m3/s = 0,0029 m3/s

1 H20 ρQ2 H1
c. Gaya dorong pintu sorong (Fq) = ρgH21 ( - 1) - (1 - )
2 H21 2
b H1 H0
1
= × 1000 × 9,81 × 0,077 2 ×
2

0,101 2 1000 × 0,0029 2


( - 1) - × (1 -
0,077 2 0,0842 × 0,077

0,077
0,101
)
= 17,310N
1
d. Gaya dorong hidrostatis (FH) = 2 × ρ × g × (H0 - a)2
1
= 2 × 1000 × 9,81 × (0,101 - 0,048)2

= 13,778 N

H1
e. Koefisien kontraksi (Cc) =
a
0,077
=
0,048

= 1,604

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 55


BAB 4 PINTU SORONG

H1
Q√
H1 + 1
f. Koefisien kekentalan tanah (Cv) =
B × H1 × √ 2 × g × H0

0,077
0,0029 × √
0,077 + 1
=
0,084× 0,077 × √2 × 9,81 × 0,101

= 0,085
Percobaan 3
Diketahui:
Tinggi alat pintu sorong (a) = 0,049 m
Lebar saluran (B) = 0,084 m
Permukaan air sebelum pintu sorong (H0) = 0,100 m
Ketinggian air sesudah pintu sorong (H1) = 0,080 m
Kalibrasi percobaan sentris di hulu (Cd) = 0,5086
Ditanya :
a. Kecepatan aliran (V)?
b. Debit aliran (Q)?
c. Gaya dorong pintu sorong (Fq)?
d. Gaya dorong hidrostatis (FH)?
e. Koefisien kontraksi (Cc)?
f. Koefisien kekentalan tanah (Cv)?
Penyelesaian :
a. Kecepatan aliran (V) =√2 × g × H0

= √2 × 9,81 × 0,100
= 1,401 m/s

b. Debit aliran (Q) = Cd × b × a × V


= 0,5086 × 0,084 × 0,049 × 1,401
= 2,9 x 10-3 m3/s = 0,0029 m3/s
1 H20 ρQ2 H1
c. Gaya dorong pintu sorong (Fq) = ρgH21 ( - 1) - (1 - )
2 H21 2
b H1 H0

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 56


BAB 4 PINTU SORONG

1
= 2 × 1000 × 9,81 × 0,080 2 ×

0,100 2 1000 × 0,0029 2


( 2 - 1) - × (1 -
0,080 0,0842 × 0,080
0,080
0,100
)
= 14,612 N
1
d. Gaya dorong hidrostatis (FH) = 2 × ρ × g × (H0 - a)2
1
= 2 × 1000 × 9,81 × (0,100 - 0,049)2

= 12,758 N

H1
e. Koefisien kontraksi (Cc) =
a
0,080
=
0,049

= 1,633

H1
Q√
H1 + 1
f. Koefisien kekentalan tanah (Cv) =
B × H1 × √ 2 × g × H0

0,080
0,0029 × √
0,080 + 1
=
0,084× 0,080 × √2 × 9,81 × 0,100

= 0,085
4.7 Grafik
4.7.1 Daftar Grafik
Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara Cc vs a/H0 (Terlampir).
Gambar 4.3 Grafik Hubungan antara Cv vs a/H0 (Terlampir).
Gambar 4.4 Grafik Hubungan antara Fq vs FH (Terlampir).
Gambar 4.5 Grafik Hubungan antara Fq/FH vs a/H0 (Terlampir).
Gambar 4.6 Grafik Hubungan antara Fq vs a (Terlampir).
Gambar 4.7 Grafik Hubungan antara FH vs a (Terlampir).
Gambar 4.8 Grafik Hubungan antara a vs Q (Terlampir).
Gambar 4.9 Grafik Hubungan antara a vs V (Terlampir).

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 57


BAB 4 PINTU SORONG

4.7.2 Analisa Grafik


Berdasarkan data hasil pengamatan didapatkan maka berikut ini adalah analisa
grafik dari percobaan pintu sorong :
a. Berdasarkan Gambar 4.2, grafik menunjukan bahwa semakin kecil nilai
a
koefisien kontraksi maka semakin besar nilai , dan sebaliknya berbanding
H0

terbalik. Pada grafik dapat dilihat bahwa grafik sedikit kurang mendekati grafik
ketentuan, maka grafik ini termasuk memiliki nilai yang kurang baik.
b. Berdasarkan Gambar 4.3, grafik menunjukkan bahwa semakin kecil faktor
a
kekentalan (Cv) maka semakin besar nilai H , dan sebaliknya. Pada grafik dapat
0

dilihat bahwa grafik sangat mendekati grafik ketentuan, maka grafik ini
termasuk memiliki nilai yang baik.
c. Berdasarkan Gambar 4.4, grafik menunjukan bahwa nilai Fg berbanding lurus
dengan FH, Semakin kecil gaya dorong pintu (Fg) maka semakin kecil pula gaya
dorong hidrosatisnya (FH), dan sebaliknya. Pada grafik dapat dilihat bahwa
grafik sangat mendekati grafik ketentuan, maka grafik ini termasuk memiliki
nilai yang baik.
Fg
d. Berdasarkan Gambar 4.5, grafik menunjukan bahwa nilai berbanding lurus
FH

a Fg a
dengan nilai , Semakin besar nilai maka semakin besar nilai , dan
H0 FH H0

sebaliknya. Pada grafik tersebut terlihat bahwa grafik tidak sesuai dengan
ketentuan, maka grafik tersebut termasuk memiliki nilai yang tidak baik.
e. Berdasarkan Gambar 4.6, grafik menunjukan bahwa nilai a berbanding lurus
dengan Fg, Semakin tinggi bukaan pada pintu sorong (a) maka semakin besar
gaya dorong pintunya (Fg), dan sebaliknya. Pada grafik dapat dilihat bahwa
grafik sangat mendekati grafik ketentuan, maka grafik ini termasuk memiliki
nilai yang baik.
f. Berdasarkan Gambar 4.7, grafik menunjukan bahwa nilai a berbanding terbalik
dengan FH, Semakin tinggi bukaan pada pintu sorong (a) maka semakin kecil
gaya dorong hidrosatisnya (FH), dan sebaliknya. Pada grafik dapat dilihat bahwa
grafik sangat mendekati grafik ketentuan, maka grafik ini termasuk memiliki
nilai yang baik.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 58


BAB 4 PINTU SORONG

g. Berdasarkan Gambar 4.8, grafik menunjukan bahwa nilai a berbanding terbalik


dengan Q, Semakin tinggi bukaan pada pintu sorong (a) maka semakin kecil
debit alirannya (Q), dan sebaliknya Pada grafik tersebut terlihat bahwa grafik
tidak sesuai dengan ketentuan, maka grafik tersebut termasuk memiliki nilai
yang tidak baik.
h. Berdasarkan Gambar 4.9, grafik menunjukan bahwa nilai a berbanding terbalik
dengan v, semakin tinggi bukaan pada pintu sorong (a) maka semakin kecil
kecepatannya (v). Sebaliknya, semakin rendah bukaan pada pintu sorong maka
semakin tinggi kecepatanya. Pada grafik dapat dilihat bahwa grafik sangat
mendekati grafik ketentuan, maka grafik ini termasuk memiliki nilai yang baik.

4.8 Kesimpulan dan Saran


4.8.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan di atas dapat dinyatakan bahwa semakin kecil kecepatan
aliran, maka semakin kecil pula debit tersebut. Dan untuk daya dorong pintu sorong
meningkat ketika debit air tersebut juga mempunyai peningkatan. Maka didapatkan
kesimpulan yaitu berdasarkan hasil perhitungan diatas didapat debit dan gaya
dorong pada pintu sorong yang didapat pada percobaan ini adalah sebesar :

Tabel 4.1 Data Pengamatan Percobaan Pintu Sorong


V Q Fq FH
No a (m) Cc Cv
(m/s) (m³/s) (N) (N)
1 0,038 1,522 0,0025 34,697 31,392 2,053 0,067
2 0,048 1,408 0,0029 17,310 13,778 1,604 0,085
3 0,049 1,401 0,0029 14,612 12,758 1,633 0,085
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

a. Pada percobaan 1
Q = 0,0025 m3/s
FH = 31,392 N
b. Pada percobaan 2
Q = 0,0029 m3/s
FH = 13,778 N
c. Pada percobaan 3
Q = 0,0029 m3/s
FH = 12,758 N

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 59


BAB 4 PINTU SORONG

4.8.2 Saran
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh beberapa saran untuk kedepannya
dalam melakukan percobaan, yaitu :
a. Menggunakan alat-alat praktikum dengan hati-hati agar tidak terjadi kerusakan
pada peralatan praktikum.
b. Saat melakukan praktikum, lakukan dengan teliti agar angka yang didapatkan
benar.
c. Mempersiapkan alat-alat praktikum agar praktikum berjalan dengan lancar dan
tepat waktu.
d. Membersihkan kembali alat-alat praktikum dan bereskan kembali jika
praktikum telah selesai.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 60


LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl, JendralSudirman KM,3 CilegonTlp, (0254) 395502 Ext, 19

BLANKO
PINTU SORONG

Tabel 4.2 Data Pengamatan Percobaan Pintu Sorong

No a (m) B (m) H0 (m) H1 (m) V (m/s) Q (m³/s) Fq (N) FH (N) Cc Cv


1 0,038 0,084 0,118 0,078 1,522 0,0025 34,697 31,392 2,053 0,067
2 0,048 0,084 0,101 0,077 1,408 0,0029 17,310 13,778 1,604 0,085
3 0,049 0,084 0,100 0,080 1,401 0,0029 14,612 12,758 1,633 0,085
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Mengetahui,
Asisten Laboratorium

Bella Rizka
NIM. 3336190043
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. 081328278151

LAMPIRAN
PINTU SORONG

Hubungan antara Cc dan a/H0


0,8000
0,6000
a/H0

0,4000
0,2000 y = -0,4636x + 1,2775
R² = 0,786
0,0000
0,0000 0,5000 1,0000 1,5000 2,0000 2,5000
Cc
Series1 Linear (Series1)

a
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Antara Cc dengan y
0

(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

a
Tabel 4.3 Hubungan Antara Cc dengan y
0
Cc a/H0 y=a+bx
2,0526 0,3220 0,1670
1,6042 0,4752 0,4112
1,6327 0,5833 0,3957
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Analisis Gambar 4.2


Berdasarkan Gambar 4.2, grafik menunjukan bahwa semakin kecil nilai koefisien
a
kontraksi maka semakin besar nilai , dan sebaliknya berbanding terbalik. Pada
H0

grafik dapat dilihat bahwa grafik sedikit kurang mendekati grafik ketentuan, maka
grafik ini termasuk memiliki nilai yang kurang baik.
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. 081328278151

LAMPIRAN
PINTU SORONG

Hubungan antara Cv dengan a/H0


0,6000

0,4000
a/H0

0,2000
y = 8,8586x - 0,2684
R² = 0,9938
0,0000
0,0000 0,0200 0,0400 0,0600 0,0800 0,1000
Cv

series1 Linear (series1)

a
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Antara Cv dengan y
0

(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

a
Tabel 4.4 Hubungan Antara Cv dengan y
0

Cv a/H0 y=a+bx
0,0667 0,3220 0,1326
0,0848 0,4752 -0,1712
0,0848 0,4900 -0,1714
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Analisis Gambar 4.3


Berdasarkan Gambar 4.3, grafik menunjukkan bahwa semakin kecil faktor
a
kekentalan (Cv) maka semakin besar nilai , dan sebaliknya. Pada grafik dapat
H0

dilihat bahwa grafik sangat mendekati grafik ketentuan, maka grafik ini termasuk
memiliki nilai yang baik.
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. 081328278151

LAMPIRAN
PINTU SORONG

Hubungan antara Fg dan FH


40,0
30,0
FH

20,0
y = 0,9583x - 1,9705
10,0
R² = 0,9943
0,0
0,0 10,0 20,0 30,0 40,0
Fg

series 1 Linear (series 1)

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Antara Fg dengan FH


(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Tabel 4.5 Hubungan Antara Fg dengan FH


Fg FH y=a+bx
34,6970 31,3920 26,6196
17,3095 13,7781 14,2536
14,6116 12,7579 12,3349
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Analisis Gambar 4.4


Berdasarkan Gambar 4.4, grafik menunjukan bahwa nilai Fg berbanding lurus
dengan FH, Semakin kecil gaya dorong pintu (Fg) maka semakin kecil pula gaya
dorong hidrosatisnya (FH), dan sebaliknya. Pada grafik dapat dilihat bahwa grafik
sangat mendekati grafik ketentuan, maka grafik ini termasuk memiliki nilai yang
baik.
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. 081328278151

LAMPIRAN
PINTU SORONG

Hubungan antara Fg/FH dan a/H0


0,6000

0,4000
a/H0

0,2000 y = 0,7684x - 0,4691


R² = 0,4178
0,0000
1,0500 1,1000 1,1500 1,2000 1,2500 1,3000
Fg/FH

Series1 Linear (Series1)

Fg a
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Antara F dengan y
H 0

(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Fg a
Tabel 4.6 Hubungan Antara F dengan y
H 0

Fg/Fh a/H0 y= a+bx


1,1053 0,3220 0,1705
1,2563 0,4752 0,2249
1,1453 0,4900 0,1849
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Analisis Gambar 4.5


Fg
Berdasarkan Gambar 4.5, grafik menunjukan bahwa nilai berbanding lurus
FH
a Fg a
dengan nilai H , Semakin besar nilai F maka semakin besar nilai H , dan sebaliknya.
0 H 0

Pada grafik tersebut terlihat bahwa grafik tidak sesuai dengan ketentuan, maka
grafik tersebut termasuk memiliki nilai yang tidak baik.
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. 081328278151

LAMPIRAN
PINTU SORONG

Hubungan antara Fg dan a


0,0600

0,0400
a

0,0200 y = -0,0006x + 0,0574


R² = 0,9983
0,0000
0,0000 10,0000 20,0000 30,0000 40,0000
Fg

Series1 Linear (Series1)

Gambar 4.6 Grafik Hubungan Antara Fg dengan a


(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Tabel 4.7 Hubungan Antara Fg dengan a


Fg a y=a+bx
34,6970 0,0380 0,0323
17,3095 0,0480 0,0393
14,6116 0,0490 0,0404
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Analisis Gambar 4.6


Berdasarkan Gambar 4.6, grafik menunjukan bahwa nilai a berbanding lurus
dengan Fg, Semakin tinggi bukaan pada pintu sorong (a) maka semakin besar gaya
dorong pintunya (Fg), dan sebaliknya. Pada grafik dapat dilihat bahwa grafik sangat
mendekati grafik ketentuan, maka grafik ini termasuk memiliki nilai yang baik.
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. 081328278151

LAMPIRAN
PINTU SORONG

Hubungan antara FH dengan a


0,0600

0,0400
a

0,0200 y = -0,0006x + 0,0562


R² = 0,9989
0,0000
0,0000 10,0000 20,0000 30,0000 40,0000
FH

series1 Linear (series1)

Gambar 4.7 Grafik Hubungan Antara FH dengan a


(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Tabel 4.8 Hubungan Antara FH dengan a


FH a y=a+bx
31,3920 0,0380 0,0282
13,7781 0,0480 0,0370
12,7579 0,0490 0,0375
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Analisis Gambar 4.7


Berdasarkan Gambar 4.7, grafik menunjukan bahwa nilai a berbanding terbalik
dengan FH, Semakin tinggi bukaan pada pintu sorong (a) maka semakin kecil gaya
dorong hidrosatisnya (FH), dan sebaliknya. Pada grafik dapat dilihat bahwa grafik
sangat mendekati grafik ketentuan, maka grafik ini termasuk memiliki nilai yang
baik.
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. 081328278151

LAMPIRAN
PINTU SORONG

Hubungan antara a dan Q


0,0030
y = 0,0419x + 0,0009
R² = 0,9999
0,0028
Q

0,0026

0,0024
0,0000 0,0100 0,0200 0,0300 0,0400 0,0500 0,0600
a

Series1 Linear (Series1)

Gambar 4.8 Grafik Hubungan Antara a dengan Q


(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Tabel 4.9 Hubungan Antara a dengan Q


a Q y=a+bx
0,0380 0,0025 0,0016
0,0480 0,0029 0,0014
0,0490 0,0029 0,0014
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Analisis Gambar 4.8


Berdasarkan Gambar 4.8, grafik menunjukan bahwa nilai a berbanding terbalik
dengan Q, Semakin tinggi bukaan pada pintu sorong (a) maka semakin kecil debit
alirannya (Q), dan sebaliknya. Pada grafik dapat dilihat bahwa grafik sangat
mendekati grafik ketentuan, maka grafik ini termasuk memiliki nilai yang baik.
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. 081328278151

LAMPIRAN
PINTU SORONG

Hubungan antara a dan V


1,5500
1,5000
1,4500
y = -11,149x + 1,945
1,4000
v

R² = 0,9991
1,3500
0,0000 0,0100 0,0200 0,0300 0,0400 0,0500 0,0600
a

Series1 Linear (Series1)

Gambar 4.9 Grafik Hubungan Antara a dengan v


(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Tabel 4.10 Hubungan Antara a dengan v


a v y=a+bx
0,0380 1,5216 0,7208
0,0480 1,4077 0,4031
0,0490 1,4007 0,3714
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Analisis Gambar 4.9


Berdasarkan Gambar 4.9, grafik menunjukan bahwa nilai a berbanding terbalik
dengan v, semakin tinggi bukaan pada pintu sorong (a) maka semakin kecil
kecepatannya (v). Sebaliknya, semakin rendah bukaan pada pintu sorong maka
semakin tinggi kecepatanya. Pada grafik dapat dilihat bahwa grafik sangat
mendekati grafik ketentuan, maka grafik ini termasuk memiliki nilai yang baik.
BAB 5
PELUAP SEGITIGA (PELUAP THOMPSON)

5.1 Teori Dasar


Debit merupakan suatu besaran yang menyatakan banyaknya air yang mengalir dari
suatu sumber dalam satuan waktu. Dalam sistem satuan SI, besar debit dinyatakan
dalam satuan meter kubik per detik (m3/detik), dan dilambangkan dengan Q. salah
satu fungsi dari debit yaitu sebagai alat yang digunakan untuk melakukan
monitoring atau evaluasi neraca air disuatu daerah, dengan metode pendekatan
potensi pada sumber daya air permukaan. Dalam penerapaannya, ada beberapa
faktor yang mempengaruhi besarkecilnya debit aliran, yaitu meliputi intensitas
hujan, penggundulan hutan, evaporasi dan transpirasi, dan juga intersepsi.

Untuk mengetahui besaran debit yang terjadi membutuhkan alat pengukuran debit.
Manfaat dilakukannya pengukuran debit adalah untuk mengetahui seberapa besar
air yang mengalir di suatu tempat dan seberapa cepat air itu mengalir persatuan
detik. Hasil dari pengukuran debit umumnya digunakan untuk alat monitoring serta
evaluasi neraca air di suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumber daya air
permukaan yang tersedia. Terdapat beberapa metode pengukuran debit aliran,
namun yang umumnya digunakan dalam mengukur debit aliran untuk percobaan
adalah metode weir and flume. Pengukuran debit aliran pada saluran, alat yang
umum digunakan adalah ambang lebar, Thompson, pintu sorong, dan ambang
tajam.

Peluap merupakan sebuah bukaan yang ada pada salah satu sisi kolam atau tangki,
sehingga zat cair di dalam kolam tersebut melimpah diatas peluap. Peluap ini serupa
dengan lubang besar yang elevasi permukaan zat cair di sebelah hulu terlihat lebih
rendah dibandingkan sisi atas lubang. Fungsi dari peluap ialah untuk mengukur
debit aliran yang mengalir pada suatu kolam. Dalam penerapannya, yaitu pada
bangunan irigasi, peluap diletakkan pada saluran irigasi yang memiliki fungsi untuk
mengukur debit aliran melalui saluran. Tinggi peluap adalah lapisan zat cair yang
melimpah di atas ambang peluap.
BAB 5 PELUAP SEGITIGA

Alat ukur peluap segitiga (Thompson) merupakan alat ukur yang berbentuk
segitiga sama kaki terbaalik, dengan sudut puncak dibawah. Sudut puncak pada
peluap segitiga dapat berupa sudut siku-siku ataupun sudut lain, seperti sudut 60º
atau sudut 30º. Alat ukur Thompson umumnya digunakan untuk mengukur debit-
debit yang kecil yaitu sekitar 200 lt/detik. Ambang pada peluap segitiga
merupakan suatu pelipah sempurna yang melewati ambang tipis.

Ambang merupakan salah satu jenis bangunan air yang biasanya digunakan untuk
menaikkan tinggi muka air dan untuk menentukan debit aliran. Umumnya, aliran
air yang melewati suatu tempat harus diketahui sifat dan karakteristiknya apabila
dalam penerapannya hendak merencanakan bangunan air. Oleh karena itu,
pengetahuan mengenai ambang sangatlah perlu dalam merancang bangunan air
untuk proses distribusi ataupun pengaturan sungai. berdasarkan bentuk
puncaknya, peluap dibedakan menjadi dua jenis yaitu ambang tipis dan ambang
lebar. Peluap dapat dikatakan sebagai ambang tipis apabila tebal dari peluap
adalah t < 0,5 H. sedangkan peluap dikatakan ambang lebar apabila tebal peluap
adalah t > 0,66 H. Namun, dalam realita yang terjadi, umummnya terjadi kondisi
dimana 0,5 < t < 0,66 H. apabila demikian, maka dapat dikatakan keadaan aliran
tersebut adalah tidak stabil, sehingga dapat terjadi aliran melalui peluap ambang
tipis ataupun peluap ambang lebar.

Berdasarkan elevasi muka air di hilir, peluap dapat dibedakan menjadi dua jenis
yaitu peluap terjunan (sempurna) dan peluap terendam (tidak sempurna). Peluap
dikatakan sebagai peluap terjunan apabila muka air hilir berada dibawah puncak
peluap, sedangkan dikatakan peluap terendam apabila muka air hilid diatas
puncak peluap. Peluap dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu peluap segitiga,
peluap segiempat, dan peluap trapesium. Terdapat dua macam jenis ambang yang
umumnya digunakan dalam pengukuran karakteristik aliran, diantaranya:

a. Ambang Lebar
Ambang lebar merupakan salah satu bangunan aliran atas atau umumnya disebut
sebagai over flow. Model ambang lebar ini yaitu tinggi energi yang terdapat di
hulu aliran lebih kecil dibandingkan panjang mercu itu sendiri. Syarat peluap
dikatakan sebagai ambang lebar apabila t > 0,66 H.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 62


BAB 5 PELUAP SEGITIGA

b. Ambang Tajam
Ambang tajam merupakan salah satu bangunan pengukur debit yang biasanya
ditemukan di saluran-saluran irigasi ataupun laboratorium hidraulika. Syarat dari
ambang tajam adalah t < 0,5 H.

Debit aliran yang melimpah diatas mercu ambang tajam segitiga, dapat dihitung
menggunakan rumus berikut:
5
8 θ
Q= Cd tan √2 g Hef2 (5.1)
15 2

Keterangan :
Q = debit (m2/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)

Hef = tinggi energi efektif (m)


Cd = koefisien debit

Tinggi energi efektif dapat dirumuskan sebagai berikut:

Hef = h + 𝛿Ht (5.2)


Keterangan:

Hef = tinggi energi efektif (m)

Ht = koreksi pengaruh efek kombinasi dari viskositas dan tegangan

Apabila sudut θ = 90º dan Cd = 0,6; dengan percepatan gravitasi nya adalah 9,81
m/s2. Maka debit aliran dapat dirumuskan sebagai berikut:
5
Q= 1,417 Hef2 (5.3)
Rumus angka froud yang digunakan adalah:
√2 g h
F= (5.4)
√g Hef

Kelebihan dari alat ukur Thompson yaitu:


a. Alat yang digunakan lebih sederhana dan mudah dibuat
b. Dalam biaya pelaksanaan tidak mahal

Kekurangan dari alat ukur Thompson yaitu:


a. Peluap Thompson hanya dapat digunakan pada debit aliran yang kecil (< 100
l/d).

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 63


BAB 5 PELUAP SEGITIGA

b. Penggunannya sering kurang optimal karena gejolak aliran yang melalui sekat
terlampau besar (sangat turbulen) dan jarak dari ambang ke saluran di hulunya
tidak memenuhi syarat.
c. Pengukuran debit tidak bisa dilakukan jika muka air hilir naik diatas elevasi
ambang bangunan ukur.

5.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari praktikum peluap segitiga adalah:
a. Untuk menyelidiki volume pengaliran/debit yang melalui peluap segitiga
(peluap Thompson)
b. Menghitung debit dan kondisi aliran yang terjadi.
c. Mengetahui bentuk puncak peluap segitiga dari hasil perhitungan.

5.3 Alat-Alat yang Digunakan


Adapun alat-alat yang akan digunakan dalam pengujian peluap segitiga (peluap
Thompson) adalah:
a. Alat hidrolika (open chanel);
b. Peluap segitiga;
c. Penggaris;

5.4 Cara Pengujian


Cara pengujian dari praktikum peluap segitiga (peluap Thompson) adalah sebagai
berikut:
a. Mengukur dimensi peluap segitiga;
b. Menempatkan peluap segitiga pada saluran air;
c. Menyalakan alat hidrolika;
d. Membiarkan sebentar agar muka air naik hingga tepi peluap segitiga,
usahakan jangan sampai muka air meluap dari peluap segitiga;
e. Mengukur ketinggian aliran (h) diatas segitiga dan lebar saluran (B);
f. Mengamati dan mencatat data-data yang diperlukan dalam praktikum peluap
segitiga (peluap Thompson) yaitu (h, p, dan B);
g. Mengulangi percobaan untuk debit sebanyak 3 kali percobaan.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 64


BAB 5 PELUAP SEGITIGA

5.5 Diagram Alir


Diagram alir praktikum peluap segitiga (peluap Thompson).

Mulai

Mengukur dimensi peluap segitiga

Menempatkan peluap segitiga pada saluran air

Menyalakan alat hidrolika

Membiarkan sebentar agar muka air naik hingga tepi peluap segitiga

Mengukur ketinggian aliran (h) diatas segitiga dan lebar saluran (B)

Mengamati dan mencatat data yang diperlukan

Mengulangi prosedur untuk debit sebanyak 3 kali

Selesai
Gambar 5.1 Diagram alir praktikum peluap segitiga (peluap Thompson)
(Sumber: Modul Praktikum Hidrolika, 2022)

5.6 Data Pengamatan dan Perhitungan


5.6.1 Data Pengamatan
Tabel 5.2 Data pengamatan peluap segitiga (peluap Thompson) (Terlampir).
5.6.2 Data Perhitungan
Dari percobaan peluap segitiga (peluap Thompson) diperoleh data perhitungan
sebagai berikut.
Diketahui :

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 65


BAB 5 PELUAP SEGITIGA

7,3 cm

7 cm

3,3 cm

Gambar 5.2 Grafik Tinggi Koreksi Energi


(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

x = 7,3 cm = 0,073 m
y = 7 cm = 0,07 m
p = 3,3 cm = 0,033 m

1
×x
2
Mencari sudut =2 tan-1
y-p
1
× 0,073
-1 2
= 2 tan
0,037
= 89,22º

Mencari koreksi tinggi energi (𝛿Ht) = 0,8 mm = 0,0008 m

0,8 mm

Gambar 5.3 Grafik Tinggi Koreksi Energi


(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)
Percobaan 1 (Debit terbesar)
Lebar saluran (B) = 7,8 cm = 0,078 m
Tinggi peluap (h) = 2,5 cm = 0,025 m
P = 3,3 cm = 0,033 m

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 66


BAB 5 PELUAP SEGITIGA

Koefisien debit (Cd) = 0,578 (Kalibrasi alat hilir sentris)


Sudut (α) = 89,22º
Gravitasi (g) = 9,81 m/s2

𝛿Ht = 0,8 mm = 0,0008 m

Tinggi energi efektif (Hef) = h + δHt


= 0,025 + 0,0008
= 0,0258 m
5
8 θ
Debit air (Q) = 15 Cd tan √2 g Hef2
2
5
8 89,22º
= × 0,578 tan √2 × 9,81 0,02582
15 2
3
= 0,000144 m /s
√2 g h
Angka froud (F) =
√g Hef

√2 × 9,81 × 0,025
=
√9,81 × 0,0258

= 1,392 (Super kritis)


Bentuk peluap segitiga :
Tebal peluap = 7,3 cm = 0,073 m
Tinggi muka air terukur 1 = 2,5 cm = 0,025 m
Rata-rata h (H) = 0,025 m
Ambang tipis (t < 0,5H) = H × 0,5
= 0,025 × 0,5
= 0,0125 m
Ambang lebar (t > 0,66H) = H × 0,66
= 0,025 × 0,66
= 0,0165 m
Karena tebal peluap diperoleh nilai 0,0125 m dan 0,0165 m memenuhi syarat nilai
t < 0,5H, maka bentuk puncak peluap segitiga yang diujicobakan merupakan
peluap segitiga ambang tipis.

Percobaan 2 (Debit sedang)


Lebar saluran (B) = 7,8 cm = 0,078 m

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 67


BAB 5 PELUAP SEGITIGA

Tinggi peluap (h) = 2,3 cm = 0,023 m


P = 3,3 cm = 0,033 m
Koefisien debit (Cd) = 0,578 (Kalibrasi alat hilir sentris)
Sudut (α) = 89,22º
Gravitasi (g) = 9,81 m/s2

𝛿Ht = 0,8 mm = 0,0008 m

Tinggi energi efektif (Hef) = h + δHt


= 0,023 + 0,0008
= 0,0238 m
5
8 θ
Debit air (Q) = 15 Cd tan √2 g Hef2
2
5
8 89,22º
= 15 × 0,578 tan √2 × 9,81 0,02382
2
3
= 0,000118 m /s
√2 g h
Angka froud (F) =
√g Hef

√2 × 9,81 × 0,023
=
√9,81 × 0,0238

= 1,39 (Super kritis)


Bentuk peluap segitiga :
Tebal peluap = 7,3 cm = 0,073 m
Tinggi muka air terukur 1 = 2,3 cm = 0,023 m
Rata-rata h (H) = 0,023 m
Ambang tipis (t < 0,5H) = H × 0,5
= 0,023 × 0,5
= 0,0115 m
Ambang lebar (t > 0,66H) = H × 0,66
= 0,023 × 0,66
= 0,0152 m
Karena tebal peluap diperoleh nilai 0,0115 m dan 0,0152 m memenuhi syarat nilai
t < 0,5H, maka bentuk puncak peluap segitiga yang diujicobakan merupakan
peluap segitiga ambang tipis.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 68


BAB 5 PELUAP SEGITIGA

Percobaan 3 (Debit terkecil)


Lebar saluran (B) = 7,8 cm = 0,078 m
Tinggi peluap (h) = 2 cm = 0,02 m
P = 3,3 cm = 0,033 m
Koefisien debit (Cd) = 0,578 (Kalibrasi alat hilir sentris)
Sudut (α) = 89,22º
Gravitasi (g) = 9,81 m/s2

𝛿Ht = 0,8 mm = 0,0008 m

Tinggi energi efektif (Hef) = h + δHt


= 0,02 + 0,0008
= 0,0208 m
5
8 θ
Debit air (Q) = 15 Cd tan √2 g Hef2
2
5
8 89,22º
= × 0,578 tan √2 × 9,81 0,02082
15 2

= 0,000084 m3/s
√2 g h
Angka froud (F) =
√g Hef

√2 × 9,81 × 0,020
=
√9,81 × 0,0208

= 1,387 (Super kritis)


Bentuk peluap segitiga :
Tebal peluap = 7,3 cm = 0,073 m
Tinggi muka air terukur 1 = 2,0 cm = 0,02 m
Rata-rata h (H) = 0,02 m
Ambang tipis (t < 0,5H) = H × 0,5
= 0,02 × 0,5
= 0,01 m
Ambang lebar (t > 0,66H) = H × 0,66
= 0,02 × 0,66
= 0,0132 m

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 69


BAB 5 PELUAP SEGITIGA

Karena tebal peluap diperoleh nilai 0,01 m dan 0,0132 m memenuhi syarat nilai t
< 0,5H, maka bentuk puncak peluap segitiga yang diujicobakan merupakan peluap
segitiga ambang tipis.

5.7 Kesimpulan dan Saran


5.7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapat dari percobaan peluap segitiga (peluap Thompson)
dapat disimpulkan:

Tabel 5.1 Data kesimpulan percobaan peluap segitiga (peluap Thompson)


Bentuk
No Hef (m) α (º) Cd Q (m3/s) F Keterangan
Pemuncak
Super Ambang
1 0,0258 0,578 0,000144 1,392
Kritis Tipis
Super Ambang
2 0,0238 82,38º 0,578 0,000118 1,39
Kritis Tipis
Super Ambang
3 0,0208 0,578 0,000084 1,387
Kritis Tipis
(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Dari hasil pengujian pada peluap segitiga (peluap Thompson), percobaan pertama
didapatkan nilai tinggi energi efektif sebesar 0,0258 m dengan debit air sebesar
0,000144 m3/s dan angka froud sebesar 1,392, kemudian pada percobaan kedua
didapatkan nilai tinggi energi efektif sebesar 0,0238 m dengan debit air sebesar
0,000118 m3/s dan angka froud sebesar 1,39, dan pada percobaan ketiga
didapatkan nilai tinggi energi efektif sebesar 0,0208 m dengan debit air sebesar
0,000084 m3/s dan angka froud sebesar 1,387. Dari ketiga percobaan
menunjukkan tipe aliran super kritis dengan bentuk pemuncak ambang tipis.

5.7.2 Saran
Setelah melaksanakan praktikum peluap segitiga (peluap Thompson) diperoleh
beberapa saran, diantaranya:
a. Mengetahui prosedur percobaan dan melakukan pengujian peluap segitiga
dengan baik dan benar.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 70


BAB 5 PELUAP SEGITIGA

b. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan dan memeriksa kondisi alat


tersebut.
c. Membaca dan mencatat data pengukuran dengan teliti untuk mendapatkan
data yang akurat.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 71


LAMPIRAN
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON - SURVEYING - INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Hp. 081287301294

BLANKO
PELUAP SEGITIGA (PELUAP THOMPSON)

Tabel 5.2 Data pengamatan peluap segitiga (peluap Thompson)


B h ϴ g Hef Q Angka
No 2
δh (m) Cd 3
(m) (m) (º) (m/s ) (m) (m /s) Froud
1 0,078 0,025 0,0258 0,000144 1,392
2 0,078 0,023 89,22º 9,81 0,0238 0,0008 0,578 0,000118 1,39
3 0,078 0,02 0,0208 0,000084 1,387
(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Mengetahui,
Asisten Laboratorium

Bella Rizka
NIM. 33336190043
BAB 6
PELUAP SEGI EMPAT (REHBOCH)

6.1 Teori Dasar


Peluap adalah sebuah bukaan yang terdapat pada salah satu sisi kolam atau tangka
sehingga zat cair di dalam kolam tersebut melimpah di atas peluap. Adapun peluap
ini serupa dengan lubang besar dimana elevasi permukaan zat cair di sebelah hulu
terlihat lebih rendah dari sisi atas lubang. Lapis zat cair yang melimpah di atas
ambang peluap disebut dengan tinggi peluapan. Fungsi peluap ini adalah untuk
mengukur debit aliran yang mengalir pada suatu kolam. Dalam penerapannya, yaitu
mengukur debit pada bangunan irigasi atau bendungan.

Berdasarkan bentuk puncaknya, peluap dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
ambang tipis dan ambang lebar. Peluap dapat dikatakan sebagai ambang tipis
apabila tebal dari peluap adalah t < 0,5 H. Peluap dapat dikatakan sebagai ambang
lebar apabila tebal peluap adalah t > 0,66 H. Dalam realita yang terjadi di lapangan,
biasanya terjadi kondisi dimana 0,5 H < t < 0,66 H. Jika demikian, maka dapat
dikatakan keadaan aliran tersebut adalah tidak stabil, sehingga dapat terjadi aliran
melalui peluap ambang tipis ataupun peluap ambang lebar.

Sementara itu, untuk bentuk peluap dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu peluap
segiempat, trapesium, dan segi tiga. Peluap dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
peluap terjunan (sempurna) dan peluap terendam (tidak sempurna). Peluap
dikatakan sebagai peluap terjunan apabila muka air hilir berada di bawah puncak
peluap, sedangkan dikatakan peluap terendam apabila muka air hilir di atas puncak
peluap.

Gambar 6.1 Peluap Segi Empat


(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)
BAB 6 PELUAP SEGI EMPAT (REHBOCH)

Dengan menggunakan persamaan Bernoulli untuk titik 1 dan titik 2 (pada pias)
maka:
P1 V1² P2 V2²
Z1 + ɤ + = Z2 + + (6.1)
2g ɤ 2g
Dimana:
ɤ = Berat jenis air.
v = Kecepatan aliran (m/s).
g = Percepatan gravitasi (m/s2).

Apabila disebelah hulu peluap berupa kolam besar sehingga V1 = 0, dan tekanan
pada pias adalah atmosfer maka:
V2²
Z1 + 0 + 0 = Z 2 + 0 + (6.2)
2g

V2 = √2.g (Z1 – Z2) = √2.g.h (6.3)

Luas pias adalah:


dA = b.dh (6.4)

Debit melalui pias:


dQ = V2 . dA = √2.g. h1/2 dh (6.5)

Dengan merumuskan koefisien debit, maka debit aliran:


dQ = Cd . b√2.g. h1/2 dh (6.6)

Debit total melalui seluruh peluap dapat dihitung dengan mengintegralkan


persamaan diatas dari h = 0 pada muka air sampai h = H pada puncak ambang.
Q = 2/3 Cd b √2.g. H3/2 (6.7)

Apabila air yang mempunyai peluap mempunyai kecepatan awal maka dalam
rumus debit tersebut tinggi peluapan harus ditambah dengan tinggi kecepatan ha =
v2/2g sehingga debit aliran menjadi:
Q = 2/3 Cd b √2.g.( (H +ha)3/2 – ha3/2 (6.8)

Pada aliran zat cair melalui lubang terjadi kehilangan tenaga sehingga beberapa
parameter aliran akan lebih kecil dibanding pada aliran zat cair ideal. Berkurangnya
parameter aliran tersebut dapat ditunjukkan oleh beberapa koefisien, yaitu:

PRAKTIKUM HIDROLIKA KELOMPOK 11 || 2022 73


BAB 6 PELUAP SEGI EMPAT (REHBOCH)

a. Koefisien kontraksi
Koefisien kontraksi (Cc) didefinisikan sebagai perbandingan antara luas
tampang aliran pada vena kontrakta (ac) dan luas lubang (a) yang sama dengan
tampang aliran zat cair ideal. Koefisien kontraksi tergantung pada tinggi energi,
bentuk dan ukuran lubang dan nilai reratanya adalah sekitar Cc = 0,64.
b. Koefisien kecepatan
Koefisien kecepatan (Cv) adalah perbandingan antara kecepatan nyata aliran
pada vena kontrakta (Vc) dan kecepatan teoritis (V). Nilai koefisien kecepatan
tergantung pada bentuk dari sisi lubang (lubang tajam atau dibulatkan) dan
tinggi energi. Nilai rerata dari koefisen kecepatan adalah Cv = 0,97.
c. Koefisien debit
Koefisien debit (Cd) adalah perbandingan antara debit nyata dan debit teoritis.
Nilai koefisien debit tergantung pada nilai Cc dan Cv, yang nilai reratanya
adalah 0,6. Dengan demikian didapat rumus kecepatan teoritis, kecepatan nyata
dan kecepatan debit aliran.

6.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan debit aliran melalui
peluap segi empat (Rehboch).

6.3 Alat-alat yang digunakan


Adapun alat-alat yang digunakan untuk melakukan praktikum peluap segi empat
(Rehboch) ialah sebagai berikut:
a. Alat Hidrolika;
b. Peluap Segi Empat (Rehboch);
c. Penggaris.

6.4 Langkah Kerja


Adapun langkah kerja yang dilakukan pada percobaan peluap segi empat (Rehboch)
ialah sebagai berikut:
a. Tempatkan peluap segi empat pada hilir saluran air;
b. Nyalakan alat hidrolika;
c. Biarkan sebentar agar muka air naik hingga tepi peluap segi empat terendam;

PRAKTIKUM HIDROLIKA KELOMPOK 11 || 2022 74


BAB 6 PELUAP SEGI EMPAT (REHBOCH)

d. Ukur ketinggian aliran di atas peluap segi empat (H), kedalaman aliran (h), lebar
peluap (b) dan tinggi peluap (P);
e. Amati dan catat data-data yang diperlukan dalam praktikum (P, b, H dan h);
f. Lakukan prosedur dengan debit yang berbeda sebanyak 3 kali percobaan.

6.5 Diagram Alir


Diagram alir pengukuran peluap segi empat (Rehboch) ialah sebagai berikut:

Mulai

Menempatkan peluap segi empat pada hilir saluran.air.

Menyalakan alat hidrolika.

Membiarkan sebentar agar muka air naik


hingga tepi peluap segi empat terendam.

Mengukur ketinggian aliran di atas peluap segi empat (H),


kedalaman aliran (h), lebar peluap (b) dan tinggi peluap (P)

Mengamati dan catat data-data yang diperlukan


dalam praktikum (P, b, H dan h).

Melakukan prosedur dengan debit yang berbeda sebanyak 3 kali


percobaan.

Selesai

Gambar 6.2 Diagram Alir Peluap Segi Empat (Rehboch)


(Sumber: Modul Praktikum Hidrolika)

6.6 Data Pengamatan dan Pehitungan


6.6.1 Data Pengamatan
Tabel 6.2 Data Pengamatan Peluap Segiempat (Terlampir)

PRAKTIKUM HIDROLIKA KELOMPOK 11 || 2022 75


BAB 6 PELUAP SEGI EMPAT (REHBOCH)

6.6.2 Data Perhitungan


a. Percobaan 1
Diketahui:
Lebar Peluap (b) = 7,8 cm = 0,078 m
Tinggi Muka Air (h) = 11,6 cm = 0,116 m
Tinggi Peluap (P) = 5,6 cm = 0,056 m
Tinggi Peluapan (H) = 5 cm = 0,05 m
Koefisien Debit (Cd) = 0,58
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s²
Ditanya:
Debit Aliran (Q) = …?
Penyelesaian:
2
Debit Aliran (Q) = . Cd . b . √2 . g . H3/2
3
2
= . 0,58 . 0,078 . √2 . 9,81 . 0,053/2
3
= 0,00149 m³/s
b. Percobaan 2
Diketahui:
Lebar Peluap (b) = 7,8 cm = 0,078 m
Tinggi Muka Air (h) = 10 cm = 0,1 m
Tinggi Peluap (P) = 5,6 cm = 0,056 m
Tinggi Peluapan (H) = 3,5 cm = 0,035 m
Koefisien Debit (Cd) = 0,58
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s²
Ditanya:
Debit Aliran (Q) = …?
Penyelesaian:
2
Debit Aliran (Q) = . Cd . b . √2 . g . H3/2
3
2
= . 0,58 . 0,078 . √2 . 9,81 . 0,0353/2
3
= 0,00087 m³/s

PRAKTIKUM HIDROLIKA KELOMPOK 11 || 2022 76


BAB 6 PELUAP SEGI EMPAT (REHBOCH)

c. Percobaan 3
Diketahui:
Lebar Peluap (b) = 7,8 cm = 0,078 m
Tinggi Muka Air (h) = 6,8 cm = 0,068 m
Tinggi Peluap (P) = 5,6 cm = 0,056 m
Tinggi Peluapan (H) = 0,7 cm = 0,007 m
Koefisien Debit (Cd) = 0,58
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s²
Ditanya:
Debit Aliran (Q) = …?
Penyelesaian:
2
Debit Aliran (Q) = . Cd . b . √2 . g . H3/2
3
2
= . 0,58 . 0,078 . √2 . 9,81 . 0,0073/2
3
= 0,00007 m³/s

6.7 Grafik dan Analisa Grafik


6.7.1 Daftar Grafik
Gambar 6.2 Grafik Hubungan antara Tinggi Muka Air (h) dengan Debit (Q)
(Terlampir).
Gambar 6.3 Grafik Hubungan antara Tinggi Peluapan (H) dengan Debit (Q)
(Terlampir).

6.7.2 Analisa Grafik


Berdasarkan grafik percobaan peluap segiempat (Rehboch) didapat:
a. Berdasarkan gambar 6.3 yang menunjukan hubungan antara tinggi muka air (h)
dengan debit aliran (Q), diperoleh persamaan regresi y' = 0,0289x - 0,0019.
Grafik tersebut menunjukan nilai h berbanding lurus dengan nilai Q, semakin
tinggi muka air (h) maka semakin besar debit alirannya (Q). Sebaliknya, semakin
rendah tinggi muka air (h) maka semakin kecil pula debit alirannya (Q). Grafik
yang dihasilkan belum linear sempurna, hal ini mungkin terjadi adanya
ketidaktelitian saat percobaan.

PRAKTIKUM HIDROLIKA KELOMPOK 11 || 2022 77


BAB 6 PELUAP SEGI EMPAT (REHBOCH)

b. Berdasarkan gambar 6.4 yang menunjukan hubungan antara tinggi peluapan (H)
dengan debit aliran (Q), diperoleh persamaan regresi y' = 0,0318x - 0,0002.
Grafik tersebut menunjukan nilai H berbanding lurus dengan nilai Q, semakin
tinggi peluapan (H) maka semakin besar debit alirannya (Q). Sebaliknya,
semakin rendah tinggi peluapan (H) maka semakin kecil pula debit alirannya
(Q). Grafik yang dihasilkan belum linear sempurna, hal ini mungkin terjadi
adanya ketidaktelitian saat percobaan.

6.8 Kesimpulan dan Saran


6.8.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan, didapatkan nilai debit aliran (Q) melalui peluap segi empat
(Rehboch) pada percobaan pertama sebesar 0,00149 m³/s, pada percoban kedua
sebesar 0,00087 m³/s dan pada percobaan ketiga sebesar 0,00007 m³/s. Data
tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 6.1 Kesimpulan Percobaan Peluap Segiempat (Rehboch).


Percobaan Q (m³/s)

1 0,00149

2 0,00087

3 0,00007
(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

6.8.2 Saran
Adapun saran pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
a. Saat melakukan praktikum, lakukan dengan teliti agar angka yang didapatkan
benar;
b. Ketika mengukur tinggi peluapan (H), usahakan jangan terlalu menekan agar
peluap tidak turun;
c. Lebih memfokuskan diri dalam praktikum ditengah kebisingan yang
ditimbulkan dari mesin alat hidrolika.

PRAKTIKUM HIDROLIKA KELOMPOK 11 || 2022 78


LAMPIRAN
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH –HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. (0254) 395502 Ext. 19

BLANGKO PERCOBAAN
PELUAP SEGI EMPAT (REHBOCH)

Tabel 6.2 Data Pengamatan Peluap Segiempat

No b (m) h (m) P (m) H (m) Cd Q (m³/s)


1 0,116 0,05 0,00149
2 0,078 0,1 0,056 0,035 0,58 0,00087
3 0,068 0,007 0,00007
(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Mengetahui:
Asisten Laboratorium

Bella Rizka
NIM 3336190043
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH –HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. (0254) 395502 Ext. 19

LAMPIRAN PERCOBAAN
PELUAP SEGI EMPAT (REHBOCH)
y = 0,0289x - 0,0019
h vs Q R² = 0,9864
0,0016
0,0014
0,0012
Debit (Q)

0,001
0,0008
h vs Q
0,0006
0,0004 Regresi
0,0002
0
0 0,05 0,1 0,15
Tinggi Aliran (h)

Gambar 6.3 Grafik Hubungan Antara h dan Q


(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Tabel 6.3 Hubungan Antara h dan Q


h (x) Q (y) Rumus Regresi y = a +bx
0,116 0,00149 0,00145
y' = 0,0289x -
0,1 0,00087 0,00099
0,0019
0,068 0,00007 0,00006
(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Berdasarkan gambar 6.3 yang menunjukan hubungan antara tinggi muka air (h)
dengan debit aliran (Q), diperoleh persamaan regresi y' = 0,0289x - 0,0019. Grafik
tersebut menunjukan nilai h berbanding lurus dengan nilai Q, semakin tinggi
muka air (h) maka semakin besar debit alirannya (Q) dan sebaliknya. Grafik yang
dihasilkan belum linear sempurna, hal ini mungkin terjadi adanya ketidaktelitian
saat percobaan.
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH –HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. (0254) 395502 Ext. 19

LAMPIRAN PERCOBAAN
PELUAP SEGI EMPAT (REHBOCH)
y = 0,0318x - 0,0002
H vs Q R² = 0,9896
0,0016
0,0014
0,0012
Debit (Q)

0,001
0,0008
H vs Q
0,0006
0,0004 Regresi
0,0002
0
0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06
Tinggi Peluapan (H)

Gambar 6.4 Grafik Hubungan Antara H dan Q


(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Tabel 6.4 Hubungan Antara H dan Q


H (x) Q (y) Rumus Regresi y = a + bx
0,05 0,00149 0,00139
y' = 0,0318x -
0,035 0,00087 0,00091
0,0002
0,007 0,00007 0,00002
(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Berdasarkan gambar 6.4 yang menunjukan hubungan antara tinggi peluapan (H)
dengan debit aliran (Q), diperoleh persamaan regresi y' = 0,0318x - 0,0002. Grafik
tersebut menunjukan nilai H berbanding lurus dengan nilai Q, semakin tinggi
peluapan (H) maka semakin besar debit alirannya (Q) dan sebaliknya. Grafik yang
dihasilkan belum linear sempurna, hal ini mungkin terjadi adanya ketidaktelitian
saat percobaan.
BAB 7
VENTURIMETER

7.1 Teori Dasar


Fluida adalah zat yang dapat mengalir. Fluida terbagi menjadi dua bagian yakni
fluida statis yaitu fluida yang berada dalam fase tidak bergerak (diam) dan fluida
dinamis adalah fluida (bisa berupa zat cair, gas) yang bergerak.

Venturimeter adalah sebuah alat pengukur debit aliran melalui pipa. Bentuk paling
sederhana dari venturimeter ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pipa mengecil
(konvergen), leher, dan bagian pipa membesar (divergen). Venturimeter ini
merupakan alat primer dari pengukuran aliran yang berfungsi untuk mendapatkan
beda tekanan. Sedangkan alat untuk menunjukan besaran aliran fluida yang diukur
atau alat sekundernya adalah manometer pipa U. Venturimeter ini dapat dibagi 3
bagian utama yaitu:
a. Bagian Inlet. Yaitu bagian yang berbentuk lurus dengan diameter yang sama
seperti diameter pipa atau cerobong aliran. Lubang tekanan awal ditempatkan
pada bagian ini;
b. Inlet Cone. Yaitu bagian yang berbentuk seperti kerucut, yang berfungsi untuk
menaikkan tekanan fluida;
c. Throat (leher). Yaitu bagian tempat pengambilan beda tekanan akhir bagian ini
berbentuk bulat datar. Hal ini dimaksudkan agar tidak mengurangi atau
menambah kecepatan dari aliran yang keluar dari inlet cone.

Jenis alat ukur aliran fluida yang paling banyak digunakan diantaranya alat ukur
lainnya adalah alat ukur fluida jenis laju aliran. Hal ini dikarenakan oleh
konstruksinya yang sederhana dan pemasangannya yang mudah. Alat ukur aliran
fluida jenis ini dibagi empat jenis yaitu:
a. Venturimeter;
b. Nozzle;
c. Pitot tubes;
d. Flat orifice.
BAB 7 VENTURIMETER

Pada Venturimeter ini fluida masuk melalui bagian inlet dan diteruskan ke bagian
outlet cone. Pada bagian inlet ini ditempatkan titik pengambilan tekanan awal. Pada
bagian inlet cone fluida akan mengalami penurunan tekanan yang disebabkan oleh
bagian inlet cone yang berbentuk kerucut atau semakin mengecil kebagian throat.
Kemudian fluida masuk kebagian throat inilah tempat-tempat pengambilan tekanan
akhir dimana throat ini berbentuk bulat datar. Lalu fluida akan melewati bagian
akhir dari venturimeter yaitu outlet cone. outlet cone ini berbentuk kerucut dimana
bagian kecil berada pada throat, dan pada outlet cone ini tekanan kembali normal.

Penurunan tekanan pada inlet cone akan dipulihkan dengan sempurna pada outlet
cone. Gesekan tidak dapat ditiadakan dan juga kehilangan tekanan yang permanen
dalam sebuah meteran yang dirancangan dengan tepat. Dengan menggunakan
persamaan Bernoulli untuk pipa mendatar (zo = zc) didapat:

Po Vo ² Pc Vc ²
+ = + (7.1)
ɤ 2g ɤ 2g

Apabila kecepatan aliran yang melalui penampang lebih besar adalah v1 dan
kecepatan aliran yang melalui pipa sempit adalah v2, maka kecepatan yang lewat
pipa sempit akan memiliki laju yang lebih besar (v1 < v2). Dengan cara demikian
tekanan yang ada pada bagian pipa lebih sempitakan menjadi lebih kecil daripada
tekanan pada bagian pipa yang berpenampang lebih besar. Debit aliran melalui pipa
dapat diukur dengan menggunakan alat Venturimeter. Alat ini dapat dipakai untuk
mengukur laju aliran fluida, misalnya menghitung laju aliran air atau minyak yang
mengalir melalui pipa. Menurut hukum kontinuitas dengan:

π . Do 2
Ao = (7.2)
4

π . Dc 2
Ao = (7.3)
4

Dimana:
Ao = Luas penampang lintang pipa (m²)
Ac = Leher Venturimeter (m²)

PRAKTIKUM HIDROLIKA KELOMPOK 11 || 2022 80


BAB 7 VENTURIMETER

Subsitusi kedua nilai tersebut kedalam persamaan diatas, maka:

Po Q² Pc Q²
+ = + (7.4)
ɤ 2gA2o ɤ 2gA2c

Setelah dilakukan penyederhanaan akhirnya didapat nilai Q dalam bentuk berikut


ini:

√2g . Ac . C γc − γo
Q= .√Δh (7.5)
2 γo
√1 - (Ac )
Ao

Dimana:
C = Koefisien debit (0,97)
Δh = Beda tinggi air dengan Air raksa (m)
γc = Massa jenis air raksa (13600 kg/m3)
γo = Massa jenis air (1000 kg/m3)

Nilai Q dapat dihitung karena Do dan Dc diketahui dan (Po-Pc)/y diukur dengan
manometer. Untuk zat cair rill, debit yang diperoleh harus dikalikan dengan
koefisien C (sekitar 0,97) untuk memperhitungkan kehilangan tenaga karena
penyempitan pipa dan distribusi kecepatan yang tidak merata.

7.2 Maksud dan Tujuan


Pelaksanaan praktikum venturimeter ini mempunyai maksud dan tujuan tertentu
seperti yang diuraikan dibawah ini:
a. Menentukan debit aliran melalui pipa dengan menggunakan venturimeter;
b. Untuk mengetahui perbedaan tekanan air pada dua buah titik yang mewakili
masing-masing penampang.

7.3 Alat-alat yang digunakan


Adapun alat-alat yang digunakan untuk melakukan praktikum venturimeter ialah
sebagai berikut:
a. Alat Hidrolika;
b. Jangka sorong;
c. Perangkat venturimeter.

PRAKTIKUM HIDROLIKA KELOMPOK 11 || 2022 81


BAB 7 VENTURIMETER

7.4 Langkah Kerja


Adapun langkah kerja yang dilakukan pada percobaan venturimeter ialah sebagai
berikut:
a. Menyalakan Alat Hidrolika;
b. Mengukur diameter pipa dan diameter leher pipa menggunakan jangka sorong;
c. Mengukur beda tinggi air dengan air raksa;
d. Melakukan percobaan untuk debit yang berbeda pada water gauge sebanyak 3
kali.

7.5 Diagram Alir


Diagram alir percobaan venturimeter ialah sebagai berikut:

Mulai

Menyalakan Alat Hidrolika

Mengukur diameter pipa dan diameter leher


pipa menggunakan jangka sorong

Mengukur beda tinggi air dengan air raksa

Melakukan percobaan untuk debit yang berbeda


pada water gauge sebanyak 3 kali.

Selesai

Gambar 7.1 Diagram Alir Venturimeter


(Sumber: Modul Praktikum Hidrolika 2022)

7.6 Data Pengamatan dan Pehitungan


7.6.1 Data Pengamatan
Tabel 7.2 Data Pengamatan Venturimeter (Terlampir).

PRAKTIKUM HIDROLIKA KELOMPOK 11 || 2022 82


BAB 7 VENTURIMETER

Tabel 7.3 Hubungan antara Δh dan Q (Terlampir).

7.6.2 Data Perhitungan


Adapun perhitungan yang didapatkan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
a. Percobaan 1
Diketahui:
Diameter pipa (Do) = 3,8 cm = 0,038 m
Diameter leher (Dc) = 2,5 cm = 0,025 m
Beda tinggi air dengan air raksa (Δh) = 3,142 cm = 0,03142 m
Koefisien debit (C) = 0,97
Massa jenis air (γo) = 1000 kg/m³
Massa jenis air raksa (γo) = 13600 kg/m³
Percepatan gravitasi (g) = 9,81 m/s²
Ditanya:
a. Luas penampang pipa (Ac)
b. Luas penampang leher (Ao)
c. Debit aliran (Q)
d. Perbedaan tekanan (Po − Pc)
Jawab:
π . Dc 2
a. Luas penampang pipa (Ac) =
4

3,14 . 0,025 2
=
4
= 0,00049 m²
π . Do 2
b. Luas penampang leher (Ao) =
4

3,14 . 0,038 2
=
4
= 0,00113 m²
√2g . Ac .C γc − γo
c. Debit aliran (Q) = .√Δh
2 γo
√1 - (Ac )
Ao

PRAKTIKUM HIDROLIKA KELOMPOK 11 || 2022 83


BAB 7 VENTURIMETER

√2 . 9,81 . 0,00049 . 0,97


= 2
√1 - (0,00049)
0,00113

13600 - 1000
.√0,03142
1000

= 0,00147 m³/s
d. Perbedaan Tekanan (Po − Pc) = g . Δh . (γc - γo )
= 9.81 . 0,03142 . (13600 - 1000)
= 3883,701 Pa
b. Percobaan 2
Diketahui:
Diameter pipa (Do) = 3,8 cm = 0,038 m
Diameter leher (Dc) = 2,5 cm = 0,025 m
Beda tinggi air dengan air raksa (Δh) = 2,714 cm = 0,02714 m
Koefisien debit (C) = 0,97
Massa jenis air (γo) = 1000 kg/m³
Massa jenis air raksa (γo) = 13600 kg/m³
Percepatan gravitasi (g) = 9,81 m/s²
Ditanya:
a. Luas penampang pipa (Ac)
b. Luas penampang leher (Ao)
c. Debit aliran (Q)
d. Perbedaan tekanan (Po − Pc)
Jawab:
π . Dc 2
a. Luas penampang pipa (Ac) =
4

3,14 . 0,025 2
=
4
= 0,00049 m²
π . Do 2
b. Luas penampang leher (Ao) =
4

3,14 . 0,038 2
=
4

PRAKTIKUM HIDROLIKA KELOMPOK 11 || 2022 84


BAB 7 VENTURIMETER

= 0,00113 m²
√2g . Ac .C γc − γo
c. Debit aliran (Q) = .√Δh
2 γo
√1 - (Ac )
Ao

√2 . 9,81 . 0,00049 . 0,97


= 2
√1 - (0,00049)
0,00113

13600 - 1000
.√0,02714
1000

= 0,00137 m³/s
d. Perbedaan Tekanan (Po − Pc) = g . Δh . (γc - γo )
= 9.81 . 0,02714 . (13600 - 1000)
= 3354,667 Pa
c. Percobaan 3
Diketahui:
Diameter pipa (Do) = 3,8 cm = 0,038 m
Diameter leher (Dc) = 2,5 cm = 0,025 m
Beda tinggi air dengan air raksa (Δh) = 2,671 cm = 0,02671 m
Koefisien debit (C) = 0,97
Massa jenis air (γo) = 1000 kg/m³
Massa jenis air raksa (γo) = 13600 kg/m³
Percepatan gravitasi (g) = 9,81 m/s²
Ditanya:
a. Luas penampang pipa (Ac)
b. Luas penampang leher (Ao)
c. Debit aliran (Q)
d. Perbedaan tekanan (Po − Pc)
Jawab:
π . Dc 2
a. Luas penampang pipa (Ac) =
4

3,14 . 0,025 2
=
4
= 0,00049 m²

PRAKTIKUM HIDROLIKA KELOMPOK 11 || 2022 85


BAB 7 VENTURIMETER

π . Do 2
b. Luas penampang leher (Ao) =
4

3,14 . 0,038 2
=
4
= 0,00113 m²
√2g . Ac .C γc − γo
c. Debit aliran (Q) = .√Δh
2 γo
√1 - (Ac )
Ao

√2 . 9,81 . 0,00049 . 0,97


= 2
√1 - (0,00049)
0,00113

13600 - 1000
.√0,02671
1000

= 0,00136 m³/s
d. Perbedaan Tekanan (Po − Pc) = g . Δh . (γc - γo )
= 9.81 . 0,02671 . (13600 - 1000)
= 3301,516 Pa
d. Percobaan 4
Diketahui:
Diameter pipa (Do) = 3,8 cm = 0,038 m
Diameter leher (Dc) = 2,5 cm = 0,025 m
Beda tinggi air dengan air raksa (Δh) = 2,571 cm = 0,02571 m
Koefisien debit (C) = 0,97
Massa jenis air (γo) = 1000 kg/m³
Massa jenis air raksa (γo) = 13600 kg/m³
Percepatan gravitasi (g) = 9,81 m/s²
Ditanya:
a. Luas penampang pipa (Ac)
b. Luas penampang leher (Ao)
c. Debit aliran (Q)
d. Perbedaan tekanan (Po − Pc)
Jawab:

PRAKTIKUM HIDROLIKA KELOMPOK 11 || 2022 86


BAB 7 VENTURIMETER

π . Dc 2
a. Luas penampang pipa (Ac) =
4

3,14 . 0,025 2
=
4
= 0,00049 m²
π . Do 2
b. Luas penampang leher (Ao) =
4

3,14 . 0,038 2
=
4
= 0,00113 m²
√2g . Ac .C γc − γo
c. Debit aliran (Q) = .√Δh
2 γo
√1 - (Ac )
Ao

√2 . 9,81 . 0,00049 . 0,97


= 2
√1 - (0,00049)
0,00113

13600 - 1000
.√0,02571
1000

= 0,00133 m³/s
d. Perbedaan Tekanan (Po − Pc) = g . Δh . (γc - γo )
= 9.81 . 0,02571 . (13600 - 1000)
= 3177,91 Pa
e. Percobaan 5
Diketahui:
Diameter pipa (Do) = 3,8 cm = 0,038 m
Diameter leher (Dc) = 2,5 cm = 0,025 m
Beda tinggi air dengan air raksa (Δh) = 2,142 cm = 0,02142 m
Koefisien debit (C) = 0,97
Massa jenis air (γo) = 1000 kg/m³
Massa jenis air raksa (γo) = 13600 kg/m³
Percepatan gravitasi (g) = 9,81 m/s²
Ditanya:
a. Luas penampang pipa (Ac)

PRAKTIKUM HIDROLIKA KELOMPOK 11 || 2022 87


BAB 7 VENTURIMETER

b. Luas penampang leher (Ao)


c. Debit aliran (Q)
d. Perbedaan tekanan (Po − Pc)
Jawab:
π . Dc 2
a. Luas penampang pipa (Ac) =
4

3,14 . 0,025 2
=
4
= 0,00049 m²
π . Do 2
b. Luas penampang leher (Ao) =
4

3,14 . 0,038 2
=
4
= 0,00113 m²
√2g . Ac .C γc − γo
c. Debit aliran (Q) = .√Δh
2 γo
√1 - (Ac )
Ao

√2 . 9,81 . 0,00049 . 0,97


= 2
√1 - (0,00049)
0,00113

13600 - 1000
.√0,02142
1000

= 0,00121 m³/s
d. Perbedaan Tekanan (Po − Pc) = g . Δh . (γc - γo )
= 9.81 . 0,02142 . (13600 - 1000)
= 2647,641 Pa

7.7 Grafik dan Analisa Grafik


7.7.1 Daftar Grafik
Gambar 7.2 Grafik Hubungan antara Beda Tinggi Air dengan Air Raksa (Δh)
dengan Debit (Q) (Terlampir)

7.7.2 Analisa Grafik


Gambar 7.2 menunjukan bahwa hubungan antara beda tinggi air dengan air raksa

PRAKTIKUM HIDROLIKA KELOMPOK 11 || 2022 88


BAB 7 VENTURIMETER

(Δh) dengan debit (Q) di peroleh persamaan regresi y' = 0,0261x + 0,0007. Grafik
tersebut menunjukan linear dengan hubungan berbanding lurus dimana penurunan
Δh diikuti dengan penurunan Q.

7.8 Kesimpulan dan Saran


7.8.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan, didapatkan nilai debit aliran (Q) melalui venturimeter pada
percobaan pertama sebesar 0,00147 m³/s, pada percoban kedua sebesar 0,00137
m³/s, pada percobaan ketiga sebesar 0,00136 m³/s, pada percobaan keempat sebesar
0,00133 m³/s dan pada percobaan kelima sebesar 0,00121 m³/s. Data tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 7.1 Kesimpulan Percobaan Venturimeter


Percobaan Q (m³/s) Po − Pc (Pa)
1 0,00147 3883,701
2 0,00137 3354,667
3 0,00136 3301,516
4 0,00133 3117,91
5 0,00121 2647,641
(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

7.8.2 Saran
Adapun saran pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
a. Saat melakukan praktikum, lakukan dengan teliti agar angka yang didapatkan
benar;
b. Praktikan diharapkan memperhatikan setiap instruksi dan pembahasan yang
diberikan oleh asisten laboratorium;
c. Lebih memfokuskan diri dalam praktikum ditengah kebisingan yang
ditimbulkan dari mesin alat hidrolika.

PRAKTIKUM HIDROLIKA KELOMPOK 11 || 2022 89


LAMPIRAN
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH –HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. (0254) 395502 Ext. 19

BLANGKO PERCOBAAN
VENTURIMETER

Tabel 7.2 Data Pengamatan Venturimeter

No Do (m) Dc (m) Ac (m²) Ao (m²) Δh (m) C Q (m³/s) Po − Pc (Pa)


1 0,03142 0,00147 3883,701
2 0,02714 0,00137 3354,667
0,0004
3 0,038 0,025 0,00113 0,02671 0,97 0,00136 3301,516
9
4 0,02571 0,00133 3117,91
5 0,02142 0,00121 2647,641
(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Mengetahui:
Asisten Laboratorium

Bella Rizka
NIM 3336190043
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH –HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. (0254) 395502 Ext. 19

LAMPIRAN PERCOBAAN
VENTURIMETER
y = 0,0261x + 0,0007
Δh vs Q R² = 0,9958
0,0016
0,0015
Debit (Q)

0,0014
0,0013
Δh vs Q
0,0012
Regresi
0,0011
0,001
0,02 0,022 0,024 0,026 0,028 0,03 0,032
Tinggi Aliran (Δh)

Gambar 7.2 Grafik Hubungan antara Beda Tinggi Air dengan Air Raksa (Δh)
dengan Debit (Q)
(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Tabel 7.3 Hubungan Antara Δh dan Q


Ah (x) Q (y) Rumus Regresi y' = a + bx
0,03142 0,00147 0,00152
0,02714 0,00137 y' = 0,0261x + 0,00141
0,02671 0,00136 0,0007 0,0014
0,02571 0,00133 0,00137
0,02142 0,00121 0,00126
(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Gambar 7.2 menunjukan bahwa hubungan antara beda tinggi air dengan air raksa
(Δh) dengan debit (Q) di peroleh persamaan regresi y' = 0,0261x + 0,0007. Grafik
tersebut menunjukan linear dengan hubungan berbanding lurus dimana penurunan
Δh diikuti dengan penurunan Q.
BAB 8
LONCAT HIDROLIK

8.1 Teori Dasar


Apabila tipe aliran di saluran turbullen berubah dari aliran super kritis menjadi
subkritis, maka akan terjadi loncat hidrolik. Loncat hidrolik merupakan salah satu
contoh bentuk aliran berubah cepat (rapidly varied flow). Tampang memanjang
saluran dengan kemiringan berubah dari kemiringan curam menjadi landai.
Keadaan ini terjadi misalnya pada kaki bangunan pelimpah, aliran di bagian hulu
adalah subkritis sedang di bagian hilir adalah superkritis. Loncat hidrolik adalah
satu contoh aliran tidak seragam (tidak beraturan).

Loncat hidrolik terjadi apabila aliran super kritis berubah menjadi aliran subkritis,
dan pada perubahan itu terjadi pembuangan energi. Konsep hitungan loncat hidrolik
sering dipakai pada hitungan bangunan peredam energi di sebelah hilir bangunan
pelimpah, pintu air, dan lain-lain. Biro reklamasi america serikat (USBR) telah
membuat penelitian mengenai loncat hidraulik berdasarkan angka froude yang
berbeda. Loncatan terbagi menjadi 5, antara lain :
a. Loncatan Berombak (Undular Jump)
Loncatan ini terjadi untuk angka froude 1 – 1,7, dimana muka air menunjukan
gerak mengombak/bergelombang dan hanya ada perbedaan muka air yang kecil
pada kedalaman konjugasi.
b. Loncatan Lemah (Weak Jump)
Loncatan ini terjadi untuk angka froude 1,7 – 2,5, serangkaian gulungan-
gulungan kecil muncul dari permukaan loncatan, serta muka airnya cukup
tenang. Kecepatan aliran pada tipe loncatan ini hampir seragam dan kehilngan
energinya rendah.
c. Loncatan Berosilasi (Oscillation Jump)
Loncatan ini terjadi untuk angka froude 2,5-4,5 dimana terdapat pancaran
getaran masuk dari dasar kepermukaan dan tidak memiliki periode yang teratur.
Masing-masing getaran menghasilkan sebuah gelombang besar yang periode
tidak teratur dan tidak dapat berjalan pada jarak yang jauh, serta dapat
menyebabkan erosi tanggul.
BAB 8 LONCAT HIDROLIK
d. Loncatan Tetap (Steady Jump)
Loncatan ini terjadi untuk angka froude 4,5 – 9,0 , dimana loncatan ini cukup
seimbang dan permukaan air di hilir loncatan agak halus, seperti yang terlihat
pada gambar. Peredaman energi untuk loncatan ini berkisar antara 45% hingga
70%.
e. Loncatan Kuat (Strong Jump)
Loncatan ini terjadi untuk angka froude > 9,0 , dimana terjadi perbedaan muka
air yang besar pada kedalaman konjugasi, memiliki kecepatan aliran tinggi, serta
permukaan air di hilir loncatan agak kasar. Peredaman energi pada loncatan ini
dapat mencapai 85%.
1) Untuk mendapatkan rumus loncat air yang sederhana ditinjau saluran datar
dengan tampang empat persegi;
2) Dalam penjabaran rumus loncat air dipakai konsep konservasi momentum
dengan anggapan sudut kemiringan dasar saluran  = 0 dan gaya gesek
sepanjang pengaliran (daerah panjang loncat air) diabaikan;
3) Gaya spesifik antara tampang 1 dengan tampang 2 adalah sama, yaitu F1 =
F2.
Loncatan terjadi apabila kedalaman pasangan sama dengan h2 sama dengan
kedalaman aliran subkritis yang dalam hal ini di kendalikan oleh pintu sorong.
Besarnya kehilangan energi yang terjadi dalam loncatan ini adalah :
3
(h2 -h1 )
∆E= 4h (8.1)
1 h2
Keterangan :
ΔE = Kehilangan energi (m)
h1 = Tinggi muka air sebelum loncatan (m)
h2 = Tinggi muka air setelah loncatan (m).

Loncat air sering disebut dengan sengaja dalam situasi dimana kecepatan tinggi
yang terus menerus dari aliran superkritis akan menyebabkan pengikisan yang
berbahaya pada dasar saluran. Angka froude merupakan nilai yang menunjukan
suatu aliran kritis, sub kritis dan super kritis, adapun persamaan angka froude
adalah:

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 91


BAB 8 LONCAT HIDROLIK
V1
Fr1= (8.2)
√g. h1
V2
Fr2= (8.3)
√g. h2

V1=√2.g.hpitot 1 (8.4)

V2=√2.g.hpitot 2 (8.5)

Keterangan :
Fr1 = Angka froude sebelum loncatan air
Fr1 = Angka froude sesudah loncatan air
V1 = Kecepatan aliran sebelum loncatan (m/s)
V2 = Kecepatan aliran sesudah loncatan (m/s).

Panjang loncat air didefinisikan sebagai jarak dari suatu titik tepat sebelum hulu
loncatan air pusaran sampai dengan suatu titik tepat di belakang hilir pusaran.
Perhitungan nilai panjang loncat hidrolik itu sendiri dapat dicari dengan
menggunakan persamaan rumus sebagai berikut :
Lj = C (h2 – h1) (8.6)
Keterangan :
Lj = Panjang loncat hidrolik (m)
C = Koefisien
h1 = Tinggi muka air sebelum loncatan (m)
h2 = Tinggi muka air sesudah loncatan (m).

8.2 Maksud Dan Tujuan


Pelaksanaan praktek loncat hidrolik ini mempunyai maksud dan tujuan dari
percobaan hidrolik loncat ini adalah :
a. Untuk mengetahui kondisi hidrolik loncat;
b. Untuk mengetahui kehilangan energi dan hubungan ketinggian loncat hidrolik
yang terjadi pada saluran.

8.3 Alat-Alat Yang Digunakan


Berikut alat-alat yang digunakan dalam praktikum percobaan loncat hidrolik :
a. Pintu Sorong;

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 92


BAB 8 LONCAT HIDROLIK
b. Alat Hidrolika;
c. Klemp Penjepit;
d. Tabung Pitot;
e. Penggaris.

8.4 Langkah Kerja


Berikut langkah pengerjaan praktikum percobaan loncat hidrolik:
a. Pasang pintu sorong pada saluran dengan menggunakan klemp penjepit;
b. Atur ketinggian pintu hidrolik;
c. Nyalakan alat hidrolika;
d. Buatlah suatu aliran loncat pada pusat penampang kerja dengan mengatur pintu
ambang hilir;
e. Ukur H, h1, h2, hpitot1 dan hpitot2 menggunakan metode 3 titik;
f. Ulangi setiap percobaan dengan kemiringan yang berbeda;
g. Catat semua data yang diperlukan untuk keperluan praktikum ini.

8.5 Diagram Alir


Adapun diagram alir pada percobaan loncat hidrolik adalah sebagai berikut :

Mulai

Pasang pintu sorong pada saluran dengan menggunakan klemp penjepit

Atur ketinggian pintu air

Nyalakan pompa air

Buat saluran aliran loncat pada pusat penampang kerja

Ukur H, h1, h2, hpitot1 dan hpitot2

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 93


BAB 8 LONCAT HIDROLIK

Amati dan catat data-data yang diperlukan

Ulangi percobaan dengan kemiringan yang berbeda

Selesai

Gambar 8.1 Diagram Alir Loncat Hidrolik


(Sumber : Modul Praktikum Hidrolika, 2022)

8.6 Data Pengamatan dan Perhitungan


8.6.1 Data Pengamatan
Tabel 8.2 Data Pengamatan Loncat Hidrolik (Terlampir).
8.6.2 Data Perhitungan
Dari hasil percobaan diketahui data sebagai berikut:
Percobaan 1
Diketahui :
Tinggi muka air sebelum loncatan (h1) = 0,025 m
Tinggi muka air sesudah loncatan (h2) = 0,064 m
Tinggi peluap (H) = 0,105 m
Tinggi tabung pitot 1 (hpitot1) untuk 0,6 = 0,085 m
Tinggi tabung pitot 1 (hpitot1) untuk 0,2 = 0,083 m
Tinggi tabung pitot 1 (hpitot1) untuk 0,8 = 0,084 m
Tinggi tabung pitot 2 (hpitot2) untuk 0,6 = 0,015 m
Tinggi tabung pitot 2 (hpitot2) untuk 0,2 = 0,018 m
Tinggi tabung pitot 2 (hpitot2) untuk 0,8 = 0,025 m
Gaya Gravitasi (g) = 9,81 m/s2
Koefisien (C) =6
Penyelesaian
Kecepatan aliran sebelum loncatan (V1) hpitot (0,6) = √2×g×hpitot (0,6)

= √2×9,81×0,085
= 1,291 m/s

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 94


BAB 8 LONCAT HIDROLIK

Kecepatan aliran sebelum loncatan (V2) hpitot (0,2) = √2×g×hpitot (0,2)

= √2×9,81×0,083
= 1,276 m/s
Kecepatan aliran sebelum loncatan (V3) hpitot (0,8) = √2×g×hpitot (0,8)

= √2×9,81×0,084
= 1,283 m/s
1,291+1,276 +1,283
Vrata-rata sebelum =
3
= 1,283 m/s

Kecepatan aliran sesudah loncatan (V1) hpitot (0,6) = √2×g×hpitot (0,6)

= √2×9,81×0,015
= 0,542 m/s
Kecepatan aliran sesudah loncatan (V2) hpitot (0,2) = √2×g×hpitot (0,2)

= √2×9,81×0,018
= 0,594 m/s
Kecepatan aliran sesudah loncatan (V3) hpitot (0,8) = √2×g×hpitot (0,8)

= √2×9,81×0,025
= 0,7 m/s
0,542+0,594 + 0,7
Vrata-rata sesudah =
3

= 0,612 m/s

V1
Angka froud sebelum loncatan (Fr1) =
√g×h1
1,283
=
√9,81×0,025

= 2,59 > 1 (super kritis)


V2
Angka froud sesudah loncatan (Fr2) =
√g×h2
0,612
=
√9,81×0,064

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 95


BAB 8 LONCAT HIDROLIK
= 0,772 < 1 (sub kritis)
Panjang loncat hidrolik (Lj) = C (h2 – h1)
= 6 (0,064 – 0,025)
= 0,234 m
(h2-h1 )3
Kehilangan energi (∆𝐸) =
4 h1 h2

(0,064 - 0,025)3
=
4×0,025×0,064
= 0,009268 m
h2
Hubungan ketinggian loncat hidrolik ( ) = 0,5 ×√1+8Fr1 − 1
h1

= 0,5 ×√1+8(2,59) − 1
= 1,33
Percobaan 2
Diketahui :
Tinggi muka air sebelum loncatan (h1) = 0,025 m
Tinggi muka air sesudah loncatan (h2) = 0,055 m
Tinggi peluap (H) = 0,101 m
Tinggi tabung pitot 1 (hpitot1) untuk 0,6 = 0,087 m
Tinggi tabung pitot 1 (hpitot1) untuk 0,2 = 0,084 m
Tinggi tabung pitot 1 (hpitot1) untuk 0,8 = 0,085 m
Tinggi tabung pitot 2 (hpitot2) untuk 0,6 = 0,021 m
Tinggi tabung pitot 2 (hpitot2) untuk 0,2 = 0,015 m
Tinggi tabung pitot 2 (hpitot2) untuk 0,8 = 0,013 m
Gaya Gravitasi (g) = 9,81 m/s2
Koefisien (C) =6
Penyelesaian
Kecepatan aliran sebelum loncatan (V1) hpitot (0,6) = √2×g×hpitot (0,6)

= √2×9,81×0,087
= 1,306 m/s
Kecepatan aliran sebelum loncatan (V2) hpitot (0,2) = √2×g×hpitot (0,2)

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 96


BAB 8 LONCAT HIDROLIK

= √2×9,81×0,084
= 1,283 m/s
Kecepatan aliran sebelum loncatan (V3) hpitot (0,8) = √2×g×hpitot (0,8)

= √2×9,81×0,085
= 1,291 m/s
1,306 + 1,283 + 1,291
Vrata-rata sebelum =
3
= 1,293 m/s

Kecepatan aliran sesudah loncatan (V1) hpitot (0,6) = √2×g×hpitot (0,6)

= √2×9,81×0,021
= 0,542 m/s
Kecepatan aliran sesudah loncatan (V2) hpitot (0,2) = √2×g×hpitot (0,2)

= √2×9,81×0,015
= 0,594 m/s
Kecepatan aliran sesudah loncatan (V3) hpitot (0,8) = √2×g×hpitot (0,8)

= √2×9,81×0,013
= 0,7 m/s
0,542+0,594+0,7
Vrata-rata sesudah =
3
= 0,612 m/s

V1
Angka froud sebelum loncatan (Fr1) =
√g×h1
1,293
=
√9,81×0,025

= 2,61 > 1 (super kritis)


V2
Angka froud sesudah loncatan (Fr2) =
√g×h2
0,612
=
√9,81×0,055

= 0,833 < 1 (sub kritis)

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 97


BAB 8 LONCAT HIDROLIK
Panjang loncat hidrolik (Lj) = C (h2 – h1)
= 6 (0,055 – 0,025)
= 0,18 m
(h2-h1 )3
Kehilangan energi (∆𝐸) =
4 h1 h2

(0,055 - 0,025)3
=
4×0,025×0,055
= 0,0049 m
h2
Hubungan ketinggian loncat hidrolik ( ) = 0,5 ×√1+8Fr1 − 1
h1

=0,5× √1+8(2,61) − 1
= 1,338
Percobaan 3
Diketahui :
Tinggi muka air sebelum loncatan (h1) = 0,02 m
Tinggi muka air sesudah loncatan (h2) = 0,064 m
Tinggi peluap (H) = 0,10 m
Tinggi tabung pitot 1 (hpitot1) untuk 0,6 = 0,085 m
Tinggi tabung pitot 1 (hpitot1) untuk 0,2 = 0,086 m
Tinggi tabung pitot 1 (hpitot1) untuk 0,8 = 0,07 m
Tinggi tabung pitot 2 (hpitot2) untuk 0,6 = 0,01 m
Tinggi tabung pitot 2 (hpitot2) untuk 0,2 = 0,02 m
Tinggi tabung pitot 2 (hpitot2) untuk 0,8 = 0,008 m
Gaya Gravitasi (g) = 9,81 m/s2
Koefisien (C) =6
Penyelesaian
Kecepatan aliran sebelum loncatan (V1) hpitot (0,6) = √2×g×hpitot (0,6)

= √2×9,81×0,085
= 1,291 m/s
Kecepatan aliran sebelum loncatan (V2) hpitot (0,2) = √2×g×hpitot (0,2)

√2×9,81×0,086=

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 98


BAB 8 LONCAT HIDROLIK
= 1,298 m/s
Kecepatan aliran sebelum loncatan (V3) hpitot (0,8) = √2×g×hpitot (0,8)

= √2×9,81×0,07
= 1,171 m/s
1,291+1,298+1,171
Vrata-rata sebelum =
3
= 1,253 m/s

Kecepatan aliran sesudah loncatan (V1) hpitot (0,6) = √2×g×hpitot (0,6)

= √2×9,81×0,01
= 0,542 m/s
Kecepatan aliran sesudah loncatan (V2) hpitot (0,2) = √2×g×hpitot (0,2)

= √2×9,81×0,02
= 0,442 m/s
Kecepatan aliran sesudah loncatan (V3) hpitot (0,8) = √2×g×hpitot (0,8)

= √2×9,81×0,008
= 0,396 m/s

0,542+0,442+0,396
Vrata-rata sesudah =
3
= 0,46 m/s
V1
Angka froud sebelum loncatan (Fr1) =
√g×h1
1,253
=
√9,81×0,025

= 2,53 > 1 (super kritis)


V2
Angka froud sesudah loncatan (Fr2) =
√g×h2
0,46
=
√9,81×0,064

= 0,58 < 1 (sub kritis)


Panjang loncat hidrolik (Lj) = C (h2 – h1)

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 99


BAB 8 LONCAT HIDROLIK
= 6 (0,064 – 0,02)
= 0,264 m
(h2-h1 )3
Kehilangan energi (∆E) =
4 h1 h2

(0,064 - 0,02)3
=
4×0,02×0,064
= 0,01663 m
h2
Hubungan ketinggian loncat hidrolik ( ) = 0,5 ×√1+8Fr1 − 1
h1

= 0,5 ×√1+8×2,53 − 1
= 1,304

8.7 Grafik
8.7.1 Daftar Grafik
Gambar 8.2 Grafik Hubungan Antara h2/h1 dan Kehilangan Energi (∆E)
(Terlampir).
8.7.2 Analisis Grafik
Dari gambar 8.2 memaparkan data hubungan antara ketinggian loncat air (h2/h1)
dengan kehilangan energi (ΔE), diperoleh persamaan y = 0,0037x + 0,0029. Grafik
tersebut tidak berbentuk linier karena data yang didapat tidak stabil. Seharusnya
semakin kecil nilai h2/h1, semakin kecil pula nilai ΔE. Namun, data pada percobaan
h2/h1 yang kedua tidak sesuai.

8.8 Kesimpulan Dan Saran


8.8.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan pada percobaan pertama didapatkan V1 rata-
rata 1,283 m/s, V2 rata-rata 0,612 m/s, Fr1 2,59, Fr2 0,772, Lj sebesar 0,18, ∆E
sebesar 0,009268 dan h2/h1 sebesar 1,33. Pada percobaan kedua didapatkan V1 rata-
rata 1,293 m/s, V2 0,612 m/s, Fr1 2,61, Fr2 0,833, Lj sebesar 0,264, ∆E sebesar
0,0049 dan h2/h1 sebesar 1,338. Pada percobaan ketiga didapatkan V1 rata-rata
1,253 m/s, V2 rata rata 0,46 m/s, Fr1 2,53, Fr2 0,58 Lj sebesar 0,264, ∆E 0,01663,
dan h2/h1 sebesar 1,304.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 100


BAB 8 LONCAT HIDROLIK
Tabel 8.1 Data Kesimpulan Loncat Hidrolik
Percobaan Fr1 Fr2 ∆E Lj

1 2,59 0,772 0,009268 0,234

2 2,61 0,833 0,0049 0,18

3 2,53 0,58 0,01663 0,264

(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

8.2 Saran
Saran yang dapat diberikan setelah melakukan percobaan pada praktikum ini
diharapkan dapat membantu agar praktikum selanjutnya dapat lebih baik lagi.
a. Saat melakukan praktikum, lakukan dengan teliti agar angka yang didapatkan
benar;
b. Menggunakan alat-alat praktikum dengan hati-hati agar tidak terjadi kerusakan;
c. Membersihkan kembali alat praktikum dan bereskan kembali jika sudah selesai
praktikum.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 101


LAMPIRAN
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon 42435 Tlp. (0254) 395502 Ext. 19
Website: www.ft-untirta.ac.id

BLANKO PERCOBAAN
LONCAT HIDROLIK

Tabel 8.2 Data Pengamatan Loncat Hidrolik


h pitot h pitot V1 rata V2 rata
No. h1 h2 H 1 2 V1 rata V2 rata Fr1 Fr2 Lj ∆E h2/h1
(m) (m) (m) (m) (m) (m/s) (m/s) (m/2) (m/s)
0,085 0,015 1,291 0,542
1 0,025 0,064 0,105 0,083 0,018 1,276 1,283 0,594 0,612 2,59 0,772 0,234 0,009268 1,33
0,084 0,025 1,283 0,7
0,087 0,021 1,306 0,542
2 0,025 0,055 0,101 0,084 0,015 1,283 1,293 0,594 0,612 2,61 0,833 0,18 0,0049 1,338
0,085 0,013 1,291 0,7
0,085 0,01 1,291 0,542
3 0,02 0,064 0,1 0,086 0,02 1,298 1,253 0,442 0,46 2,53 0,58 0,264 0,01663 1,304
0,07 0,008 1,171 0,396
(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Mengetahui,
Asisten Laboratorium

Bella Rizka
NIM 3336190043
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon 42435 Tlp. (0254) 395502 Ext. 19
Website: www.ft-untirta.ac.id

LAMPIRAN
LONCAT HIDROLIK

Tabel 8.3 Hubungan Antara h2/h1 Terhadap Kehilangan Energi (∆E)


h2/h1 (x) ΔE (y) Y= a + bx
1,33 0,009268 -1,6500
1,338 0,0049 0,0003
1,304 0,01663 0,0002
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Gambar 8.2 Grafik Hubungan Antara h2/h1 Terhadap Kehilangan Energi (∆E)
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Dari Gambar 8.2 memaparkan data hubungan antara ketinggian loncat air (h2/h1)
dengan kehilangan energi (ΔE), diperoleh persamaan y = 0,0037x + 0,0029. Grafik
tersebut tidak berbentuk linier karena data yang didapat tidak stabil. Seharusnya
semakin kecil nilai h2/h1, semakin kecil pula nilai ΔE. Namun, data pada percobaan
h2/h1 yang kedua tidak sesuai.
BAB 9
PERMODELAN SUNGAI

9.1 Teori Dasar


Pada umumnya permodelan sungai dan bangunan utama serta pelengkapnya
memiliki prinsip atau pola penyelesaian yang sama yaitu memecahkan
permasalahan dilapangan melalui permodelan dengan ketelitian model yang hampir
mirip atau serupa, yang kemudian di interpretasikan sebagai pemecahan masalah
dilapangan. Kemiripan output yang didapat dari permodelan berupa numerik atau
pola yang akan menjadi tolak ukur kesempurnaan alat yang didapat. Selain
keakuratan data, pengalaman modeler juga menjadi faktor utama yang dapat
mempengaruhi hasil model. Seperti yang akan dilakukan pada praktikum
permodelan sungai Cisadane. Alat permodelan yang yang dibuat dapat digunakan
sebagai pendekatan untuk melihat pola aliran, pengoperasian bendung gerak, dan
intake sebagaimana yang ada dilapangan.

Dari hasil percobaan permodelan sungai ini akan diketahui nilai derajat bukaan
yang digunakan untuk optimalisasi bangunan pengambilan (intake) timur dan barat
bendung gerak pasar baru serta kinerja bangunan tersebut masih dalam kondisi baik
atau tidak. Nilai-nilai yang akan didapat untuk mengetahui hal tersebut, antara lain:

a. Kapasitas debit yang tersedia di intake timur dan intake barat.

b. Kecepatan yang didapat dari tabung pitot

c. Pola debit yang didapat berdasarkan bukaan derajat air di pipa.

d. Bukaan pintu bendung dan pintu intake menjadi variable yang menentukan
nilai optimal debit yang akan keluar sehingga dapat ditarik kesimpulan apakah
bangunan intake masih berfunngsi dengan baik atau tidak.

Intake adalah jenis bangunan pengambilan air baku yang bersumber dari air
permukaan seperti danau atau kolam dan sungai. Untuk dapat memanfaatkan sungai
tersebut, diperlukan bangunan penangkap air atau intake untuk dapat menampung
BAB 9 PERMODELAN SUNGAI

air agar dapat dialirkan melalui pipa distribusi ke daerah pelayanan. Adapun
beberapa persyaratan lokasi intake yang harus diperhatikan yakni:

a. Mudah dijangkau.

b. Dapat diandalkan.

c. Dapat memberikan air dalam jumlah yang spesifik

d. Memiliki kualitas air yang baik.

e. Aspek konstruksi : stabilitas palung, tebing sungai dan lainnya.

f. Sumber pencemaran.

g. Instrusi air asin.

h. Aspek sungai dan banjir

i. Aspek belokan sungai : bagian sungai yang lurus merupakan pilihan yang
terbaik..

Bangunan intake memiliki tipe yang bermacam-macam, diantaranya adalah:

a. Direct intake, digunakan untuk sumber air yang dalam seperti sungai atau
danau dengan kedalaman yang cukup tinggi. Intake jenis ini memungkinkan
terjadinya erosi pada dinding dan pengendapan di bagian dasarnya.

b. Indirect Intake
1. River Intake
River intake menggunakan pipa penyadap dalam bentuk sumur
pengumpul. Intake ini lebih ekonomis untuk air sungai yang mempunyai
perbedaan level muka air pada musim hujan dan musim kemarau yang
cukup tinggi.
2. Canal Intake
Canal intake digunakan untuk air yang berasal dari kanal. Dinding
chamber sebagian terbuka ke arah kanal dan dilengkapi dengan pipa
pengolahan selanjutnya.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 103


BAB 9 PERMODELAN SUNGAI

3. Reservoir Intake
Reservoir intake digunakan untuk air yang berasal dari dam dan dengan
mudah menggunakan menara intake. Menara intake dengan dam dibuat
terpisah dan diletakkan di bagian hulu. Untuk mengatasi fluktuasi level
muka air. Intake dengan beberapa level diletakkan pada menara.
c. Spring intake, umumnya digunakan untuk air baku dan mata air atau air
tanah.
d. Intake tower, digunakan untuk air permukaan dengan kedalaman air berada
dalam level tertentu.
e. Gate intake, berfungsi sebagai screen dan merupakan pintu air pada
prasedimentasi.

Terdapat beberapa hal yang termasuk komponen dari suatu intake, diantaranya
yaitu:
a. Bangunan sadap, yang berfungsi untuk mengefektifkan air masuk menuju
sumur pengumpul.
b. Sumur pengumpul (sump well).
c. Screen, umumnya terdapat pada inlet sumur pengumpul yang berfungsi untuk
menyaring padatan atau bentuk lainnya yang terkandung dalam air baku.
d. Pompa intake.

Faktor-faktor yang mempengaruhi skala model ini yaitu tujuan dan apa yang ingin
dihasilkan, dimensi hidraulik sistem yang disimulasikan, kemampuan
laboratorium dan peralatan yang digunakan, serta ketelitian permodelan minimum
yang harus dihasilkan agar pemecahan masalah dimodel menjadi pemecahan
masalah di lapangan dapat dilakukan dengan mudah dan benar. Perhitungan
model didapatkan dengan skala 1:132,5 yang kemudian semua data prototipe akan
diskalakan ukurannya menyesuaikan model dengan derajat bukaan pada pipa
mulai dari 40º sampai 90º.

s
V= (9.1)
t

A=B×H (9.2)

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 104


BAB 9 PERMODELAN SUNGAI

Q=A×V (9.3)

Keterangan:
S1 = Panjang jalur tepi aliran (m)
S2 = Panjang jalur tengah aliran (m)
S3 = Panjang jalur tepi aliran (m)
T1 = Waktu perpindahan sample dari titik awal lajur sampai akhir lajur (s)
T2 = Waktu perpindahan sample dari titik awal lajur sampai akhir lajur (s)
T3 = Waktu perpindahan sample dari titik awal lajur sampai akhir lajur (s)
B1 = Lebar saluran di awal jalur (m)
B2 = Lebar saluran di tengah jalur (m)
B3 = Lebar saluran di akhir jalur (m)
H1 = Kedalaman saluran di awal lajur (m)
H2 = Kedalaman saluran di tengah lajur (m)
H3 = Kedalaman saluran di akhir lajur (m)
V = Kecepatan Aliran (m/s)
A = Luas penampang basah (m)
Q = Debit aliran (m3 /s)

9.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari praktikum permodelan sungai adalah:
a. Untuk mengetahui permodelan dari Sungai Cisadane.
b. Untuk mengetahui cara mengukur debit pada saluran replikasi sungai.

9.3 Alat-Alat yang Digunakan


Adapun alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum permodelan sungai
adalah:
a. Permodelan sungai;
b. Bak penampung;
c. Bola pingpong;
d. Stopwatch;
e. Penggaris;
f. Meteran.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 105


BAB 9 PERMODELAN SUNGAI

9.4 Cara Pengujian


Cara pengujian dari praktikum permodelan sungai adalah sebagai berikut:
a. Menyalakan keran air pada bak penampung;
b. Menunggu hingga air memenuhi bak penampung;
c. Membuka keran aliran dari bak penampung ke replika sungai;
d. Mengamati sistem pengairan pada permodelan sungai;
e. Mengukur panjang lajur (S) 1, 2, dan 3 pada aliran permodelan sungai;
f. Mengukur lebar saluran di bagian awal, tengah, dan ujung jalur;
g. Mengukur kedalaman aliran (H) dibagian awal, tengah, dan ujung pada tiap
lajur;
h. Menghanyutkan bola pingpong di hulu jalur;
i. Mengukur waktu perpindahan (T) bola pingpong dari hulu jalur hingga hilir
jalur;
j. Mengulangi langkah 8-9 untuk lajur yang berbeda, masing-masing 3
percobaan.

9.5 Diagram Alir


Diagram alir praktikum permodelan sungai

Mulai

Menyalakan keran air pada bak penampung

Menunggu hingga air memenuhi bak penampung

Membuka keran aliran dari bak penampung ke replika sungai

Mengamati sistem pengairan pada permodelan sungai

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 106


BAB 9 PERMODELAN SUNGAI

Mengukur Panjang lajur (S) 1, 2, dan 3 pada aliran permodelan sungai

Mengukur lebar saluran di bagian awal, tengah dan ujung jalur (B)

Mengukur kedalaman aliran (H) dibagian awal, tengah, dan ujung

Menghanyutkan bola pingpong di hulu jalur

Mengukur waktu perpindahan (T) bola pingpong dari hulu hingga hilir

Mengulangi langkah untuk lajur yang berbeda

Selesai

Gambar 9.1 Diagram alir praktikum permodelan sungai


(Sumber: Modul Praktikum Hidrolika, 2022)

9.6 Data Pengamatan dan Perhitungan


9.6.1 Data Pengamatan
Tabel 9.2 Data pengamatan permodelan sungai (Terlampir).
9.6.2 Data Perhitungan
Dari percobaan permodelan sungai diperoleh data perhitungan sebagai berikut.
Percobaan 1
a. Jalur 1
Panjang jalur awal aliran (S1) = 1,65 m
Waktu perpindahan dari titik 0 ke 1 (T1) = 10,2 s
Lebar saluran (B1) = 0,66 m
Tinggi muka air (H1) = 0,026 m

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 107


BAB 9 PERMODELAN SUNGAI

S1
Kecepatan saluran (V1) =
T1
1,65
=
10,2
= 0,162 m/s
Luas penampang (A1) = B1 × H1
= 0,66 × 0,026
= 0,01716 m2
Debit saluran ( Q1) =A1 × V1
= 0,01716 × 0,162
= 0,00278 m3/s
b. Jalur 2
Panjang jalur awal aliran (S2) = 1,44 m
Waktu perpindahan dari titik 0 ke 1 (T2) = 12,5 s
Lebar saluran (B2) = 0,69 m
Tinggi muka air (H2) = 0,028 m
S2
Kecepatan saluran (V2) =
T2
1,44
=
12,5
= 0,115 m/s
Luas penampang (A2) = B2 × H2
= 0,69 × 0,028
= 0,01932 m2
Debit saluran ( Q2) =A2 × V2
= 0,01932× 0,115
= 0,00223 m3/s
c. Jalur 3
Panjang jalur awal aliran (S3) = 1,21 m
Waktu perpindahan dari titik 0 ke 1 (T3) = 3,2 s
Lebar saluran (B3) = 0,71 m
Tinggi muka air (H3) = 0,010 m

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 108


BAB 9 PERMODELAN SUNGAI

S3
Kecepatan saluran (V3) =
T3
1,21
=
3,2
= 0,378 m/s
Luas penampang (A3) = B3 × H3
= 0,71 × 0,010
= 0,00710 m2
Debit saluran ( Q3) =A3 × V3
= 0,00710× 0,378
= 0,00268 m3/s
Percobaan 2
a. Jalur 1
Panjang jalur awal aliran (S1) = 1,65 m
Waktu perpindahan dari titik 0 ke 1 (T1) = 4,7 s
Lebar saluran (B1) = 0,66 m
Tinggi muka air (H1) = 0,031 m

S1
Kecepatan saluran (V1) =
T1
1,65
=
4,7
= 0,351 m/s
Luas penampang (A1) = B1 × H1
= 0,66 × 0,031
= 0,02046 m2
Debit saluran ( Q1) =A1 × V1
= 0,02046 × 0,351
= 0,00718 m3/s
b. Jalur 2
Panjang jalur awal aliran (S2) = 1,44 m
Waktu perpindahan dari titik 0 ke 1 (T2) =8s
Lebar saluran (B2) = 0,69 m

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 109


BAB 9 PERMODELAN SUNGAI

Tinggi muka air (H2) = 0,03 m


S2
Kecepatan saluran (V2) =
T2
1,44
=
8
= 0,180 m/s
Luas penampang (A2) = B2 × H2
= 0,69 × 0,03
= 0,02070 m2
Debit saluran ( Q2) =A2 × V2
= 0,02070× 0,18
= 0,00373 m3/s
c. Jalur 3
Panjang jalur awal aliran (S3) = 1,21 m
Waktu perpindahan dari titik 0 ke 1 (T3) = 2,9 s
Lebar saluran (B3) = 0,71 m
Tinggi muka air (H3) = 0,010 m
S3
Kecepatan saluran (V3) =
T3
1,21
=
2,9
= 0,417 m/s
Luas penampang (A3) = B3 × H3
= 0,71 × 0,010
= 0,00710 m2
Debit saluran ( Q3) =A3 × V3
= 0,00710× 0,417
= 0,00296 m3/s
Percobaan 3
a. Jalur 1
Panjang jalur awal aliran (S1) = 1,65 m
Waktu perpindahan dari titik 0 ke 1 (T1) = 3,9 s
Lebar saluran (B1) = 0,66 m

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 110


BAB 9 PERMODELAN SUNGAI

Tinggi muka air (H1) = 0,03 m


S1
Kecepatan saluran (V1) =
T1
1,65
=
3,9
= 0,423 m/s
Luas penampang (A1) = B1 × H1
= 0,66 × 0,03
= 0,01980 m2
Debit saluran ( Q1) =A1 × V1
= 0,01980 × 0,423
= 0,00838 m3/s
b. Jalur 2
Panjang jalur awal aliran (S2) = 1,44 m
Waktu perpindahan dari titik 0 ke 1 (T2) = 6,6 s
Lebar saluran (B2) = 0,69 m
Tinggi muka air (H2) = 0,029 m
S2
Kecepatan saluran (V2) =
T2
1,44
=
6,6
= 0,218 m/s
Luas penampang (A2) = B2 × H2
= 0,69 × 0,0218
= 0,02001 m2
Debit saluran ( Q2) =A2 × V2
= 0,02001× 0,218
= 0,00437 m3/s
c. Jalur 3
Panjang jalur awal aliran (S3) = 1,21 m
Waktu perpindahan dari titik 0 ke 1 (T3) = 2,3 s
Lebar saluran (B3) = 0,71 m
Tinggi muka air (H3) = 0,007 m

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 111


BAB 9 PERMODELAN SUNGAI

S3
Kecepatan saluran (V3) =
T3
1,21
=
2,3
= 0,526 m/s
Luas penampang (A3) = B3 × H3
= 0,71 × 0,007
= 0,00497 m2
Debit saluran ( Q3) =A3 × V3
= 0,00497× 0,526
= 0,00261 m3/s
∑ V1 + ∑ V2 + ∑ V3
Kecepatan rata-rata (V) =
9
0,936 + 0,513 + 1,321
=
9
= 0,308 m/s
∑ A1 + ∑ A2 + ∑ A3
Luas penampang rata-rata (A) =
9
0,05742 + 0,06003 + 0,01917
=
9
= 0,015 m2
∑ Q1 + ∑ Q2 + ∑ Q3
Rata-rata debit aliran (Q) =
9
0,01834 + 0,01032 + 0,00826
=
9
= 0,004 m3/s

9.7 Kesimpulan dan Saran


9.7.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian permodelan sungai, didapatkan debit pada percobaan 1 di


jalur 1 sebesar 0,00278 m3/s, jalur 2 sebesar 0,00223 m3/s, dan jalur 3 sebesar
0,00268 m3/s. sedangkan pada percobaan 2 di jalur 1 didapatkan debit sebesar
0,00718 m3/s, jalur 2 sebesar 0,00373 m3/s, dan jalur 3 sebesar 0,00296 m3/s. dan
pada percobaan 3 di dapatkan debit pada jalur 1 sebesar 0,00838 m3/s, jalur 2
sebesar 0,00437 m3/s, dan jalur 3 sebesar 0.00261 m3/s.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 112


BAB 9 PERMODELAN SUNGAI

Tabel 9.1 Data kesimpulan percobaan permodelan sungai


V A Q
V1 V2 V3 Rata- A1 A2 A3 Rata- Q1 Q2 Q3 Rata-
NO
(m/s) (m/s) (m/s) rata (m2) (m2) (m2) rata (m3/s) (m3/s) (m3/s) rata
(m/s) (m2) (m3/s)
1 0,162 0,115 0,378 0,01716 0,01932 0,00710 0,00278 0,00223 0,00268
2 0,351 0,180 0,417 0,308 0,02046 0,02070 0,00710 0,015 0,00718 0,00373 0,00296 0,00400
3 0,423 0,218 0,526 0,01980 0,02001 0,00497 0,00838 0,00437 0,00261
(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

9.7.2 Saran
Setelah melaksanakan praktikum permodelan sungai diperoleh beberapa saran,
diantaranya:
a. Mengetahui prosedur percobaan permodelan sungai dan melakukan pengujian
dengan baik dan benar.
b. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan dan memeriksa kondisi alat
tersebut.
c. Membaca dan mencatat data dengan teliti untuk mendapatkan hasil yang
akurat.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 113


LAMPIRAN
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon 42435 Tlp. (0254) 395502 Ext. 19
Website: www.ft-untirta.ac.id

BLANKO
PERMODELAN SUNGAI

Tabel 9.2 Data pengamatan permodelan sungai


S1 S2 S3 T1 T2 T3 B1 B2 B3 H1 H2 H3
NO
(m) (m) (m) (s) (s) (s) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
1 10,200 12,500 3,200 0,026 0,028 0,010
2 1,650 1,440 1,210 4,700 8,000 2,900 0,660 0,690 0,710 0,031 0,030 0,010
3 3,900 6,600 2,300 0,030 0,029 0,007
V A Q
V1 V2 V3 Rata- A1 A2 A3 Rata- Q1 Q2 Q3 Rata-
NO
(m/s) (m/s) (m/s) rata (m2) (m2) (m2) rata (m3/s) (m3/s) (m3/s) rata
(m/s) (m2) (m3/s)
1 0,162 0,115 0,378 0,01716 0,01932 0,00710 0,00278 0,00223 0,00268
2 0,351 0,180 0,417 0,308 0,02046 0,02070 0,00710 0,015 0,00718 0,00373 0,00296 0,00400
3 0,423 0,218 0,526 0,01980 0,02001 0,00497 0,00838 0,00437 0,00261
(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Mengetahui,
Asisten Laboratorium

Bella Rizka
NIM 3336190043
BAB 10
POLA ALIRAN

10.1 Teori Dasar


Pola aliran sungai di satu wilayah dengan wilayah lainnya berbeda-beda, sangat
ditentukan oleh perbedaan kemiringan, topografi, struktur dan litologi batuan
dasarnya. Dengan berjalannya waktu, suatu sistem jaringan sungai akan
membentuk pola pengaliran tertentu di antara saluran utama dengan cabang-
cabangnya dan pembentukan pola pengaliran ini sangat ditentukan oleh faktor
geologinya.

Pola aliran sungai adalah kumpulan dari sungai yang memiliki bentuk sama yang
menggambarkan keadaan profil dan genetik sungai tersebut. Terbentuknya
polaaliran air disebabkan oleh faktor-faktor alami yang dapat terbentuk dalam
beragam bentuk aliran karena topografi tanah (kemiringan dan ketinggian tanah)
dan kondisi geologi lahan (kondisi batuan). Menurut konfigurasinya, pola aliran
sungai antara lain adalah sebagai berikut:
a. Pola Aliran Dendritik
Pola aliran dendritik adalah pola aliran yang percabangannya menyerupai
struktur pohon. Pada umumnya, pola aliran dendritik dikendalikan oleh litologi
batuan yang homogen. Pola aliran dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan
sungai yang dikendalikan oleh jenis batuannya. Tekstur merupakan Panjang
sungai per satuan luas. Resistensi batuan terhadap erosi sangat berpengaruh
terhadap proses-proses pembentukkan alur-alur sungai. Apabila sistem sungai
terbentuk pada batuan yang tidak resisten akan membentuk pola aliran sungai
yang rapat (tekstur halus), sebaliknya apabila resisten akan membentuk tekstur
kasar.
b. Pola Aliran Radial Sentrifugal
Pola aliran radial sentrifugal adalah pola aliran sungai yang arah alirannya
menyebar secara sentrifugal dari suatu titik ketinggian. Bentang alam kubah
(domes) dan laccolith juga menghasilkan pola aliran radial.
BAB 10 POLA ALIRAN

c. Pola Aliran Radial Sentripetal


Pola aliran sentripetal adalah pola aliran dimana aliran sungainya mengalir ke
satu tempat berupa cekungan (depresi). Pola aliran ini berlawanan dengan pola
aliran radial.
d. Pola Rectangular
Pola rectangular adalah pola aliran sungai yang dikendalikan oleh struktur
geologi, seperti pada struktur kekar (rekahan) dan sesar (patahan) dan dicirikan
oleh saluran-saluran air yang mengikuti pola struktur kekar dan patahan.
e. Pola Aliran Trellis
Pola aliran trellis adalah pola aliran sungai yang berbentuk pagar (trellis) dan
dikendalikan oleh struktur geologi berupa pelipatan siklin dan antiklin. Pola
aliran trellis dicirikan oleh pola saluran-saluran air yang sejajar, mengalir searah
kemiringan lereng dan tegak lurus dengan saluran utamanya yang berarah
searah dengan sumbu lipatan.
f. Pola Aliran Annular
Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar
secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu dan ke arah hilir aliran Kembali
bersatu. Pola aliran ini banyak dijumpai pada morfologi kubah (domes) atau
laccolith.
g. Pola Aliran Paralel
Pola aliran paralel adalah pola aliran sungai yang berbentuk hampir sejajar
antara satu sungai dengan sungai yang lainnya. Umumnya, lereng dalam pola
aliran sungai ini cenderung bersifat curam.
h. Pola Aliran Pinnate
Pola aliran pinnate memiliki aliran sungai yang muara anak sungainya
membentuk sudut lancip. Secara umum, lereng dalam pola aliran sungai pinnate
bersifat lebih terjal.

Menurut Chow (1959) dalam buku Open Channel Hydraulics dijelaskan bahwa
akibat gaya tarik bumi terhadap aliran dinyatakan dengan rasio gaya inersia dengan
gaya tarik bumi (g). Rasio ini diterapkan sebagai bilangan froude (Fr).
Froudeadalah sebuah parameter non-dimensional yang menunjukkan efek relatif
dari efek inersia terhadap efek gravitasi.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 115


BAB 10 POLA ALIRAN

Adapun beberapa rumus yang digunakan untuk menghitung praktikum pola aliran
kali ini yaitu :
a. Kecepatan aliran (V) :
V = √2 × g × hpitot (1.1)

Keterangan :
V = Kecepatan aliran (m/s)
g = Gravitasi bumi (9,81 m/s
hpitot = Tinggi aliran pada tabung pitot (m)

b. Tinggi Energi Spesifik (E1)


V21
E1 = H1 + ( ) (1.2)
2.g

V22
E2 = H2 + ( ) (1.3)
2.g

Keterangan :
E1 = Tinggi energi spesifik di hulu (m)
E2 = Tinggi energi spesifik di puncak replika bendung (m)
H1 = Tinggi muka air di hulu (m)
H2 = Tinggi muka air di puncak replika bendung (m)
v1 = kecepatan aliran di hulu (m/s)
v2 = kecepatan aliran di puncak replika bendung (m/s)
c. Angka Froud (Fr) :
V
Fr = (1.4)
g×H

Keterangan :
Fr = Angka Froud
V = Kecepatan aliran (m/s)
g = Gravitasi bumi (9,81 m/s
H = Tinggi aliran (m)

10.2 Maksud dan Tujuan


Pelaksanaan praktikum ini mempunyai maksud dan tujuan tertentu seperti yang
diuraikan dibawah ini:

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 116


BAB 10 POLA ALIRAN

a. Untuk mengetahui sifat-sifat aliran air berdasarkan jenis saluran dan bangunan
air.
b. Untuk mengetahui kondisi aliran air yang terjadi (kritis, super kritis, sub kritis).

10.3 Alat-alat yang Digunakan


Adapun alat-alat yang digunakan untuk melakukan praktikum pola aliran ialah
sebagai berikut:
a. Alat Hidrolika;
b. Replika bending;
c. Tabung Pitot;
d. Jangka sorong/alat pengukur berupa penggaris;
e. Klemp penjepit;
f. Lilin/malam;
g. Kamera.

10.4 Langkah Kerja


Adapun langkah kerja yang dilakukan pada percobaan pola aliran ialah sebagai
berikut:
a. Menempatkan replika bendung di hulu yang telah di pakaikan lilin / malam pada
saluran air;
b. Menyalakan Alat Hidrolika;
c. Membiarkan sebentar agar aliran air naik melewati replika bendung;
d. Mengukur dimensi saluran yang akan digunakan sebagai saluran percobaan;
e. Mencatat tinggi air tabung pitot di hulu (hpitot 1) dan puncak replika bendung
(hpitot 2) menggunakan metode 3 titik, hpitot ini yang akan digunakan untuk
mencari kecepatan;
f. Mengamati pola aliran yang terjadi secara teliti dengan menggunakan kamera
video;
g. Mencatat data yang diperlukan dalam praktikum ini (H1, H2, hp 1 , hp 2 , B1,
B2);
h. Mengulangi prosedur di atas untuk 5 replika bendung berbeda.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 117


BAB 10 POLA ALIRAN

10.5 Diagram Alir


Berikut ini adalah diagram alir pengukuran kalibrasi alat:

Mulai

Menempatkan replika bendung di hulu yang telah di pakaikan lilin


/ malam pada saluran air

Menyalakan Alat Hidrolika

Mengukur dimensi saluran yang akan digunakan sebagai saluran


percobaan

Mencatat tinggi air tabung pitot di hulu (hpitot 1) dan puncak


replika bendung (hpitot 2) menggunakan metode 3 titik, hpitot ini
yang akan digunakan untuk mencari kecepatan

Mengamati pola aliran yang terjadi secara teliti dengan


menggunakan kamera video

Mencatat data yang diperlukan dalam praktikum ini (H1, H2, hp 1 ,


hp 2 , B1, B2)

Mengulangi prosedur di atas untuk 5 replika bendung berbeda

Selesai

Gambar 10.1 Diagram Alir Percobaan Pola Aliran


(Sumber: Modul Praktikum Hidrolika, 2022)

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 118


BAB 10 POLA ALIRAN

10.6 Data Pengamatan dan Data Perhitungan


10.6.1 Data Pengamatan
Tabel 10.2 Data Pengamatan Percobaan Pola Aliran (Terlampir).
10.6.2 Data Perhitungan
Percobaan 1
Diketahui :
Tinggi Muka Air di Hulu (H1) = 0,191 m
Lebar Aliran di Hulu (B1) = 0,087 m
Tinggi Pitot di Hulu (hpitot1)
h pitot1(0,6) = 0,005 m
h pitot1(0,2) = 0,007 m
h pitot1(0,8) = 0,006 m
Tinggi Muka Air di Hilir (H2) = 0,065 m
Lebar Aliran di Hilir (B2) = 0,091 m
Tinggi Pitot di Hilir (hpitot2)
h pitot1(0,6) = 0,015 m
h pitot1(0,2) = 0,020 m
h pitot1(0,8) = 0,008 m
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s2
Ditanya :
a. Kecepatan Aliran di Hulu (V1)?
b. Tinggi Energi Spesifik di Hulu (E1)?
c. Kecepatan Aliran di Hilir (V2)?
d. Tinggi Energi Spesifik di Hilir (E2)?
e. Froud 1?
f. Froud 2?
Jawab :
a. Kecepatan Aliran di Hulu (V1)
V1(0,6) = √2 x g x hpitot1(0,6)

= √2 x 9,81 x 0,005
= 0,313 m/s

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 119


BAB 10 POLA ALIRAN

V1(0,2) = √2 x g x hpitot1(0,2)

= √2 x 9,81 x 0,007
= 0,371 m/s
V1(0,3) = √2 x g x hpitot1(0,8)

= √2 x 9,81 x 0,005
= 0,343 m/s
V1rata-rata = 0,342 m/s
V21
b. Tinggi Energi Spesifik di Hulu (E1) = H1 + ( )
2.g

0,3422
= 0,191 + ( )
2 x 9,81

= 0,197 m
c. Kecepatan Aliran di Hulu (V2)
V2(0,6) = √2 x g x hpitot2(0,6)

= √2 x 9,81 x 0,015
= 0,542 m/s
V2(0,2) = √2 x g x hpitot2(0,2)

= √2 x 9,81 x 0,020
= 0,626 m/s
V2(0,3) = √2 x g x hpitot2(0,8)

= √2 x 9,81 x 0,008
= 0,396 m/s
V2rata-rata = 0,522 m/s
V22
d. Tinggi Energi Spesifik di Hulu (E2) = H2 + ( )
2.g

0,5222
= 0,065 + ( )
2 x 9,81

= 0,0789 m
V1
e. Froud 1 =
√g.H1

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 120


BAB 10 POLA ALIRAN

0,342
=
√9,81 x 0,191

= 0,250 < 1 subkritis


V2
f. Froud 2 =
√g.H2
0,522
=
√9,81 x 0,065

= 0,653 < 1 subkritis


Percobaan 2
Diketahui :
Tinggi Muka Air di Hulu (H1) = 0,196 m
Lebar Aliran di Hulu (B1) = 0,088 m
Tinggi Pitot di Hulu (hpitot1)
h pitot1(0,6) = 0,005 m
h pitot1(0,2) = 0,009 m
h pitot1(0,8) = 0,004 m
Tinggi Muka Air di Hilir (H2) = 0,065 m
Lebar Aliran di Hilir (B2) = 0,093 m
Tinggi Pitot di Hilir (hpitot2)
h pitot1(0,6) = 0,018 m
h pitot1(0,2) = 0,017 m
h pitot1(0,8) = 0,019 m
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s2
Ditanya :
a. Kecepatan Aliran di Hulu (V1)?
b. Tinggi Energi Spesifik di Hulu (E1)?
c. Kecepatan Aliran di Hilir (V2)?
d. Tinggi Energi Spesifik di Hilir (E2)?
e. Froud 1?
f. Froud 2?
Jawab :
a. Kecepatan Aliran di Hulu (V1)

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 121


BAB 10 POLA ALIRAN

V1(0,6) = √2 x g x hpitot1(0,6)

= √2 x 9,81 x 0,005
= 0,313 m/s
V1(0,2) = √2 x g x hpitot1(0,2)

= √2 x 9,81 x 0,009
= 0,420 m/s
V1(0,3) = √2 x g x hpitot1(0,8)

= √2 x 9,81 x 0,004
= 0,280 m/s
V1rata-rata = 0,338 m/s
V21
b. Tinggi Energi Spesifik di Hulu (E1) = H1 + ( )
2.g

0,3382
= 0,196 + ( )
2 x 9,81

= 0,202 m
c. Kecepatan Aliran di Hulu (V2)
V2(0,6) = √2 x g x hpitot2(0,6)

= √2 x 9,81 x 0,018
= 0,594 m/s
V2(0,2) = √2 x g x hpitot2(0,2)

= √2 x 9,81 x 0,017
= 0,578 m/s
V2(0,3) = √2 x g x hpitot2(0,8)

= √2 x 9,81 x 0,018
= 0,611 m/s
V2rata-rata = 0,594 m/s
V22
d. Tinggi Energi Spesifik di Hulu (E2) = H2 + ( )
2.g

0,5942
= 0,065 + ( )
2 x 9,81

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 122


BAB 10 POLA ALIRAN

= 0,0830 m
V1
e. Froud 1 =
√g.H1
0,338
=
√9,81 x 0,196

= 0,244 < 1 subkritis


V2
f. Froud 2 =
√g.H2
0,594
=
√9,81 x 0,065

= 0,744 < 1 subkritis


Percobaan 3
Diketahui :
Tinggi Muka Air di Hulu (H1) = 0,125 m
Lebar Aliran di Hulu (B1) = 0,087 m
Tinggi Pitot di Hulu (hpitot1)
h pitot1(0,6) = 0,006 m
h pitot1(0,2) = 0,005 m
h pitot1(0,8) = 0,008 m
Tinggi Muka Air di Hilir (H2) = 0,063 m
Lebar Aliran di Hilir (B2) = 0,092 m
Tinggi Pitot di Hilir (hpitot2)
h pitot1(0,6) = 0,013 m
h pitot1(0,2) = 0,017 m
h pitot1(0,8) = 0,015 m
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s2
Ditanya :
a. Kecepatan Aliran di Hulu (V1)?
b. Tinggi Energi Spesifik di Hulu (E1)?
c. Kecepatan Aliran di Hilir (V2)?
d. Tinggi Energi Spesifik di Hilir (E2)?
e. Froud 1?

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 123


BAB 10 POLA ALIRAN

f. Froud 2?
Jawab :
a. Kecepatan Aliran di Hulu (V1)
V1(0,6) = √2 x g x hpitot1(0,6)

= √2 x 9,81 x 0,006
= 0,343 m/s
V1(0,2) = √2 x g x hpitot1(0,2)

= √2 x 9,81 x 0,005
= 0,313 m/s
V1(0,3) = √2 x g x hpitot1(0,8)

= √2 x 9,81 x 0,008
= 0,396 m/s
V1rata-rata = 0,351 m/s
V21
b. Tinggi Energi Spesifik di Hulu (E1) = H1 + ( )
2.g

0,3512
= 0,125 + ( )
2 x 9,81

= 0,131 m
c. Kecepatan Aliran di Hulu (V2)
V2(0,6) = √2 x g x hpitot2(0,6)

= √2 x 9,81 x 0,013
= 0,505 m/s
V2(0,2) = √2 x g x hpitot2(0,2)

= √2 x 9,81 x 0,017
= 0,578 m/s
V2(0,3) = √2 x g x hpitot2(0,8)

= √2 x 9,81 x 0,015
= 0,542 m/s
V2rata-rata = 0,542 m/s

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 124


BAB 10 POLA ALIRAN

V22
d. Tinggi Energi Spesifik di Hulu (E2) = H2 + ( )
2.g

0,5422
= 0,063 + ( )
2 x 9,81

= 0,0780 m
V1
e. Froud 1 =
√g.H1
0,351
=
√9,81 x 0,125

= 0,317 < 1 subkritis


V2
f. Froud 2 =
√g.H2
0,542
=
√9,81 x 0,063

= 0,689 < 1 subkritis

10.7 Grafik
10.7.1 Daftar Grafik
Gambar 10.5 Grafik Hubungan antara E dan H di Bendung 1 (Terlampir).
Gambar 10.6 Grafik Hubungan antara E dan H di Bendung 2 (Terlampir).
Gambar 10.7 Grafik Hubungan antara E dan H di Bendung 3 (Terlampir).
10.7.2 Analisa Grafik
a. Analisa Gambar 10.5 didapat bahwa grafik hubungan energi pesifik (E) dengan
tinggi permukaan air (H) di bendung 1 linear dikarenakan energi spesifik (E)
akan bertambah besar seiring dengan bertambahnya tinggi permukaan air (H),
sehingga energinya sesuai dengan ketinggian permukaan air.
b. Analisa Gambar 10.6 didapat bahwa grafik hubungan energi pesifik (E) dengan
tinggi permukaan air (H) di bendung 2 linear dikarenakan energi spesifik (E)
akan bertambah besar seiring dengan bertambahnya tinggi permukaan air (H),
sehingga energinya sesuai dengan ketinggian permukaan air.
c. Analisa Gambar 10.7 didapat bahwa grafik hubungan energi pesifik (E) dengan
tinggi permukaan air (H) di bendung 3 linear dikarenakan energi spesifik (E)

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 125


BAB 10 POLA ALIRAN

akan bertambah besar seiring dengan bertambahnya tinggi permukaan air (H),
sehingga energinya sesuai dengan ketinggian permukaan air.

10.8 Kesimpulan dan Saran


10.8.1 Kesimpulan
Pada percobaan pola aliran kali ini dilakukan percobaan sebanyak tiga kali dengan
replika bendung yang berbeda-beda pada setiap percobaannnya dan didapatkan
hasil perhitungan angka froud yang berbeda dari masing-masing percobaannya.
Pada percobaan pola aliran yang pertama didapatkan angka froud di hulu sebesar
0,250 < 1 dan angka froud di hilir sebesar 0,653 < 1.

K.11

Gambar 10.2 Pola Aliran Percobaan 1


(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)
Pada percobaan pola aliran yang kedua didapatkan angka froud di hulu sebesar
0,244 < 1 dan angka froud di hilir sebesar 0,744 < 1.

K.11

Gambar 10.3 Pola Aliran Percobaan 2


(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)
Dan pada percobaan pola aliran yang kedua didapatkan angka froud di hulu sebesar
0,317 < 1 dan angka froud di hilir sebesar 0,689 < 1.

K.11

Gambar 10.4 Pola Aliran Percobaan 3


(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 126


BAB 10 POLA ALIRAN

Maka dapat disimpulkan bahwa ketiga percobaan pola aliran kali ini alirannya
termasuk kedalam kategori subkritis, serta diperoleh data hasil perhitungan ialah
sebagai berikut.
Tabel 10.1 Data Hasil Pengamatan Percobaan Pola Aliran
V1 E1 V2 E2
No. Froud 1 Froud 2
(m/s) (m) (m/s) (m)
1 0,342 0,197 0,522 0,0789 0,25 0,653
2 0,338 0,202 0,594 0,0830 0,244 0,744
3 0,351 0,131 0,542 0,0780 0,317 0,689
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

10.8.2 Saran
Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh beberapa saran dari praktikan
adalah sebagai berikut :
a. Lebih teliti dalam melakukan praktek, sehingga data yang diperoleh lebih
akurat.
b. Sebelum praktikum sebaiknya lebih dulu memeriksa alat-alat yang akan
digunakan apakah berfungsi atau tidak.
c. Membersihkan dan menyimpan kembali alat yang telah dipakai.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 127


LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl, JendralSudirman KM,3 CilegonTlp, (0254) 395502 Ext, 19

BLANKO
POLA ALIRAN
Tabel 10.2 Data Pengamatan Percobaan Pola Aliran
H1 B1 V1 H2 B2 V2
No. hp1 (m) V1 (m/s) E1 (m) hp2 (m) V2 (m/s) E2 (m) Froud 1 Froud 2
(m) (m) (m/s) (m) (m) (m/s)
0,6 0,005 0,313 0,6 0,015 0,542
1 0,191 0,087 0,2 0,007 0,371 0,342 0,197 0,065 0,091 0,2 0,020 0,626 0,522 0,0789 0,250 0,653
0,8 0,006 0,343 0,8 0,008 0,396
0,6 0,005 0,313 0,6 0,018 0,594
2 0,196 0,088 0,2 0,009 0,420 0,338 0,202 0,065 0,093 0,2 0,017 0,578 0,594 0,0830 0,244 0,744
0,8 0,004 0,280 0,8 0,019 0,611
0,6 0,006 0,343 0,6 0,013 0,505
3 0,125 0,087 0,2 0,005 0,313 0,351 0,131 0,063 0,092 0,2 0,017 0,578 0,542 0,0780 0,317 0,689
0,8 0,008 0,396 0,8 0,015 0,542
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Mengetahui,
Asisten Laboratorium

Bella Rizka
NIM. 3336190043
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. 081328278151

LAMPIRAN
POLA ALIRAN

E VS H di Bendung 1
0,25
Tinggi Muka Air di Hulu (H1)

0,2

0,15

0,1
y = 0,0922x + 0,1424
R² = 1
0,05

0
0,000 0,050 0,100 0,150 0,200 0,250
Tinggi Energi Spesifik di Hulu (E1)

Hubungan E dan H Linear (Hubungan E dan H)

Gambar 10.5 Grafik Hubungan antara E dan H di Bendung 1


(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Tabel 10.3 Hubungan antara E dan H di Bendung 1


No E Bendung 1 H Bendung 1
1 0,197 0,191
2 0,079 0,065
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Analisa Gambar 10.5 didapat bahwa grafik hubungan energi pesifik (E) dengan tinggi
permukaan air (H) di bendung 1 linear dikarenakan energi spesifik (E) akan bertambah
besar seiring dengan bertambahnya tinggi permukaan air (H), sehingga energinya sesuai
dengan ketinggian permukaan air.
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. 081328278151

LAMPIRAN
POLA ALIRAN

E VS H di Bendung 2
0,25
Tinggi Muka Air di Hulu (H1)

0,2

0,15

0,1
y = 1,1008x - 0,0264
0,05 R² = 1

0
0,000 0,050 0,100 0,150 0,200 0,250
Tinggi Energi Spesifik di Hulu (E1)

Hubungan E dan H Linear (Hubungan E dan H)

Gambar 10.6 Grafik Hubungan antara E dan H di Bendung 2


(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Tabel 10.4 Hubungan antara E dan H di Bendung 2


No E di Bendung 2 H di Bendung 2
1 0,202 0,196
2 0,083 0,065
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Analisa Gambar 10.6 didapat bahwa grafik hubungan energi pesifik (E) dengan tinggi
permukaan air (H) di bendung 2 linear dikarenakan energi spesifik (E) akan bertambah
besar seiring dengan bertambahnya tinggi permukaan air (H), sehingga energinya sesuai
dengan ketinggian permukaan air.
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. 081328278151

LAMPIRAN
POLA ALIRAN

E vs H di Bendung 3
0,130
Tinggi Muka Air di Hulu (H2)

0,120
0,110
0,100
0,090
0,080 y = 1,1698x - 0,0282
0,070 R² = 1
0,060
0,050
0,040
0,0600 0,0800 0,1000 0,1200 0,1400
Tinggi Energi Spesifik di Hilir (E2)

Hubungan E dan H Linear (Hubungan E dan H)

Gambar 10.7 Grafik Hubungan antara E dan H di Bendung 3


(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Tabel 10.5 Hubungan antara E dan H di Bendung 3


No E di Bendung 3 H di Bendung 3
1 0,131 0,125
2 0,078 0,063
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Analisa Gambar 10.7 didapat bahwa grafik hubungan energi pesifik (E) dengan tinggi
permukaan air (H) di bendung 3 linear dikarenakan energi spesifik (E) akan bertambah
besar seiring dengan bertambahnya tinggi permukaan air (H), sehingga energinya sesuai
dengan ketinggian permukaan air.
BAB 11
ALIRAN MELALUI AMBANG TAJAM
(SHARP CRESTED WEIR)

11.1 Teori Dasar


Bendungan merupakan komponen utama dari berbagai jenis bangunan air, yang
berfungsi untuk meninggikan muka air mengendalikan dasar sungai dan pergerakan
sedimen serta untuk menampung muatan sedimen. Salah satu bangunan pelengkap
yang dimiliki oleh bendung adalah pelimpah yang berfungsi menjaga waduk dan
system bendungan dari bahaya pelimpahan (overtopping), peninggian elevasi muka
air diatas pelimpah dapat menimbulkann masalah utama berupa banjir yang dapat
menyebabkan masalah lain seperti masalah lingkungan sosial, budaya dan ekonomi.

Loncatan hidrolis terjadi pada aliran superkritis, apabila terjadi perubahan


kedalaman yang mendadak terhadap kedalam lanjutannya. Secara teoritis dapat
dikatakan bahwa loncatan akan terjadi pada saluran persegi panjang horizontal jika
kedalaman mula dan kedalaman lanjutan serta bilangan froude pendekatan
memenuhi persamaan ini. Persyaratan teoritis ini biasanya digunakan untuk
menentukan letak loncatan hidrolis. Dengan adanya ambang, akan terjadi efek
pembendungan disebelah dibandingkan. Loncatan hidrolis dapat dikendalikan atau
diarahkan dengan menggunakan ambang. Fungsi ambang adalah menjaga agar
loncatan tetap terbentuk dan mengendalikan posisinya pada berbagai keadaan.

Ambang tajam merupakan alat sederhana dengan potensi untuk pengukuran debit
yang sangat tepat dengan penentuan bentuk bagian limpasan yang dapat ditentukan
jumlah debit. Ambang tajam dapat digunakan untuk air dan atau air limbah, pada
lokasi dimana diperoleh perbedaan tinggi muka air yang cukup (aliran sempurna).
Kemungkinan terjadinya endapan dibagian mudik ambang dapat berpengaruh
terhadap debit yang diukur. Ambang tajam hanya dapat diterapkan untuk aliran
pada saluran terbuka. Debit aliran yang terjadi pada ambang tajam dihitung dengan
menggunakan formula sebagai berikut :
2
Q= 3 Cd×b√2gh3 (11.1)
BAB 11 ALIRAN MELALUI AMBANG TAJAM (SHARP CRESTED WEIR)
Dengan :
Q = Debit Aliran (m3/s)
h = Tinggi Air Diatas Ambang (m)
Cd = Koefisien Ambang (m)
b = Lebar Ambang (m)
g = Percepatan Gravitasi (9,81 m/s2)

Ambang juga merupakan saluran irigasi yang baik, yang digunakan untuk
menaikkan muka air pada konstruksi bangunan air. Suatu ambang disebut ambang
tajam (sharp crested weir) apabila aliran yang terjadi tidak menempel pada ambang,
dan merupakan bangunan aliran atas. Alat ukur ambang tajam adalah bangunan
aliran atas, untuk ini tinggi energi hulu lebih kecil dari panjang mercu. Karena pola
aliran di atas alat ukur ambang lebar dapat ditangani dengan teori hidrolika yang
sudah ada sekarang. Kelengkapan bangunan ukur ambang tajam terdiri dari dinding
saluran, tubuh ambang, pelat ambang dan alat ukur tinggi muka air. Instrumen
kelengkapan pendukung terdiri dari pengukur tinggi muka air manual dan otomatis
untuk mendapatkan debit sesaat dan hidrograf.

Bangunan jenis sekat/ambang banyak digunakan dalam saluran terbuka berfungsi


untuk mengendalikan tinggi muka air di hulu serta mengukur debit aliran. Untuk
kepentikan kedua hal tersebut, maka sekat/ambang bertindak sebagai rintangan
yang membantu menciptakan kondisi energi minimum dalam suatu aliran lambat
Pada saat banjir sekat/ambang yang berada dalam suatu saluran berhenti berfungsi
sebagai bangunan pengendali, dimana muka air sebelah hilir meninggi dan
menenggelamkan ambang/sekat tersebut. Perubahan geometri aliran yang
menyebabkan tidak dicapainya kondisi energi minimum dinyatakan melalui
perbandingan antara kedalaman di hilir dan di hulu.

Aliran memisahkan diri dari batas padat ujung mercu yang tajam dan kemudian
terjun akibat pengaruh gravitasi. Oleh karena aliran sangat melengkung maka
tekanan dalam fluida di atas mercu tajam akan lebih kecil daripada tekanan
hidrostatik. Dengan demikian debit di atas sekat mercu tajam akan lebih besar
daripada debit yang melalui ambang mercu lebar.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 129


BAB 11 ALIRAN MELALUI AMBANG TAJAM (SHARP CRESTED WEIR)
11.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan yang terdapat pada percobaan aliran melalui ambang
tajam sebagai berikut :
a. Mahasiswa dapat memahami bagaimana kerja dari ambang tajam itu sendiri
b. Mahasiswa dapat menghitung debit dan koefisien debit dari data yang telah
didapat dari praktikum.

11.3 Peralatan
Adapun alat yang digunakan pada percobaan aliran melalui ambang tajam sebagai
berikut :
a. Alat Hidrolika
b. Ambang tajam
c. Lilin/malam
d. Jangka sorong/penggaris
e. Klemp Penjepit.

11.4 Langkah Kerja


Adapun langkah kerja pada aliran melalui ambang tajam sebagai berikut :
a. Ukur ketinggian peluap ambang tajam dan lebar saluran;
b. Pasang peluap ambang tajam pada model saluran terbuka (hulu);
c. Nyalakan alat hidrolika sampai air melewati ketinggian ambang tajam;
d. Ukur ketinggian Aliran air (H) sebelum ambang tajam;
e. Amati pengaliran yang terjadi;
f. Ulangi setiap percobaan untuk debit yang berbeda sebanyak 5 kali percobaan.

11.5 Diagram Alir


Berikut merupakan diagram alir aliran melalui ambang tajam.

Mulai

Ukur ketinggian peluap ambang tajam dan lebar


saluran

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 130


BAB 11 ALIRAN MELALUI AMBANG TAJAM (SHARP CRESTED WEIR)

Pasang peluap ambang tajam pada model saluran terbuka (hulu)

Nyalakan alat hidrolika sampai air melewati ketinggian ambang


tajam

Ukur ketinggian aliran air (H) sebelum ambang tajam

Amati pengaliran yang terjadi

Ulangi percobaan untuk debit yang berada sebanyak 5 kali


percobaan

Selesai

Gambar 11.1 Diagram Alir Aliran Melalui Ambang Tajam


(Sumber : Modul Praktikum Hidrolika, 2022)

11.6 Data Pengamatan dan Data Perhitungan


11.6.1 Data Pengamatan
Tabel 11.1 Data Pengamatan Aliran Melalui Ambang Tajam (Terlampir).
11.6.2 Data Perhitungan
Percobaan 1
Tinggi ambang (P) = 0,1 m
Lebar saluran (B) = 0,086 m
Tinggi muka air (H) = 0,138 m
Tinggi aliran diatas ambang (h) = 0,038 m
Koefisien debit (cd) = 0,5086
2
Debit aliran (q) = × Cd×b√2×g×h3
3

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 131


BAB 11 ALIRAN MELALUI AMBANG TAJAM (SHARP CRESTED WEIR)
2
= × 0,5086×0,086√2×(9,81)×0,0383
3
= 0,000956772 m3/s
Percobaan 2
Tinggi ambang (P) = 0,1 m
Lebar saluran (B) = 0,086 m
Tinggi muka air (H) = 0,137 m
Tinggi aliran diatas ambang (h) = 0,037 m
Koefisien debit (cd) = 0,5086
2
Debit aliran (q) = × Cd×b√2×g×h3
3
2
= × 0,5086×0,086√2×(9,81)×0,0373
3
= 0,000919254 m3/s
Percobaan 3
Tinggi ambang (P) = 0,1 m
Lebar saluran (B) = 0,086 m
Tinggi muka air (H) = 0,133 m
Tinggi aliran diatas ambang (h) = 0,033 m
Koefisien debit (cd) = 0,5086
2
Debit aliran (q) = × Cd×b√2×g×h3
3
2
= × 0,5086×0,086√2×(9,81)×0,0333
3
= 0,000774291 m3/s
11.7 Grafik
11.7.1 Daftar Grafik
Gambar 11.2 Grafik Hubungan H Terhadap Q (Terlampir).
11.7.2 Analisis Grafik
Dari Gambar 11.2 didapat grafik yang tidak berbentuk linier karena data yang
didapat pada percobaan tidak stabil. Akan tetapi pada data didapatkan H berbanding

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 132


BAB 11 ALIRAN MELALUI AMBANG TAJAM (SHARP CRESTED WEIR)
lurus dengan Q. Sehingga jika nilai H kecil maka debitnya (Q) akan semakin
lambat, dan sebaliknya jika nilai H besar maka debitnya akan semakin cepat.

11.8 Kesimpulan dan Saran


11.8.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan pada aliran melalui ambang tajam yaitu nilai
tinggi aliran diatas ambang tajam (h) dan debit aliran (Q). Pada percobaan pertama
didapatkan h sebesar 0,038 m dan Q sebesar 0,0010877 m3/s. Pada percobaan kedua
didapatkan h sebesar 0,037 m dan Q sebesar 0,00104505 m3/s. Pada percobaan
ketiga didapatkan h sebesar 0,033 m dan Q sebesar 0,000880249 m3/s.

Tabel 11.1 Kesimpulan Aliran Melalui Ambang Tajam


No. h (m) Q (m3/s)
1 0,038 0,000956772
2 0,037 0,000919254
3 0,033 0,000774291
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

11.8.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum ini sebagai berikut:
a. Saat melakukan praktikum, lakukan dengan teliti agar angka yang didapatkan
benar;
b. Sebaiknya lakukan pengulangan saat membaca hasil yang diperoleh pada alat;
c. Usahakan saat mengatur debit lakukan dengan benar agar kecepatan aliran
berubah.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 133


LAMPIRAN
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon 42435 Tlp. (0254) 395502 Ext. 19
Website: www.ft-untirta.ac.id

BLANKO PERCOBAAN
ALIRAN MELALUI AMBANG TAJAM

Tabel 11.2 Data Pengamatan Aliran Melalui Ambang Tajam


No. P (m) B (m) H (m) h (m) Cd Q (m3/s)
1 0,1 0,086 0,138 0,038 0,5086 0,000956772
2 0,1 0,086 0,137 0,037 0,5086 0,000919254
3 0,1 0,086 0,133 0,033 0,5086 0,000774291
(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Mengetahui,
Asisten Laboratorium

Bella Rizka
NIM 3336190043
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon 42435 Tlp. (0254) 395502 Ext. 19
Website: www.ft-untirta.ac.id

LAMPIRAN
ALIRAN MELALUI AMBANG TAJAM

Grafik h
terhadap Q

Linier h
terhadap Q

0,033 0,035 0,038

Gambar 11.2 Grafik Hubungan h terhadap Q


(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Tabel 11.3 Nilai Regresi h dan Q

Q (m3/s) h (m) Y= a + bx
0,00095677 0,038 4,9952
0,00091925 0,037 -0,0065
0,00077429 0,033 -0,0065
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Dari Gambar 11.2 didapat grafik yang tidak berbentuk linier karena data yang
didapat pada percobaan tidak stabil. Akan tetapi pada data didapatkan H berbanding
lurus dengan Q. Sehingga jika nilai H kecil maka debitnya (Q) akan semakin
lambat, dan sebaliknya jika nilai H besar maka debitnya akan semakin cepat.
BAB 12
PELUAP AMBANG LEBAR

12.1 Teori Dasar


Definisipeluap adalah sebuah bukaan yang terdapat pada salah satu sisi kolam atau
tangka sehingga zat cair didalam kolam tersebut melimpah diatas peluap. Adapun
peluap ini serupa dengan lubang besar dimana elevasi permukaan zat cair disebelah
hulu lebih terlihat lebih rendah dari sisi atas lubang.

Alat ukur ambang lebar adalah bangunan aliran atas (over flow), untuk ini tinggi
energi hulu lebih kecil dari panjang mercu. Karena pola aliran di atas alat ukur
ambang lebar dapat ditangani dengan teori hidrolika yang sudah ada sekarang,
maka bangunan ini biasanya mempunyai bentuk yang berbeda–beda, sementara
debitnya tetap serupa.

Peluap didefinisikan sebagai bukaan pada salah satu sisi kolam atau tangki,
sehingga zat cair (biasanya air) di dalam kolam tersebut melimpas di atas peluap.
Peluap ini serupa dengan lubang besar dimana elevasi permukaan zat cair disebelah
hulu lebih rendah dari sisi atas lubang. Lapis zat cair yang melimpas di atas ambang
peluap disebut dengan tinggi peluapan. Peluap biasanya digunakan untuk mengukur
debit aliran dan banyak digunakan pada jaringan irigasi.

Dalam kondisi kenyataan di lapangan, ambang ini berguna untuk meninggikan


muka air di sungai atau pada saluran irigasi sehingga dapat mengairi areal
persawahan yang luas. Selain itu, ambang juga dapat digunakan mengukur debit air
yang mengalir pada saluran terbuka. Peluap disebut ambang lebar apabila B > 0.4
hu, dengan B adalah lebar peluap, dan hu adalah tinggi peluap. Dipandang peluap
ambang lebar seperti ditunjukkan dalam gambar dibawah. Titik A dan B adalah
ujung hulu dan hilir dari peluap, tinggi air diatas peluap pada titik A adalah H
sedang pada titik B adalah h, dan b adalah lebar (Panjang dalam arah melintang
saluran) peluap. Dibawah ini adalah gambar aliran diatas ambang lebar.
BAB 12 PELUAP AMBANG LEBAR

Gambar 12.1 Peluap Ambang Lebar


(Sumber : Modul Praktikum Hidrolika 2022)

Efek ini dapat dilihat dari naiknya permukaan air bila dibandingkan dengan
sebelum dipasang ambang. Pada saat melewati ambang biasanya aliran akan
berperilaku sebagai aliran kritis, selanjutnya aliran akan mencari posisi stabil.
Karena pola aliran di atas alat ukur ambang lebar dapat ditangani dengan teori
hidrolika yang sudah ada sekarang, maka bangunan ini bias mempunyai bentuk
yang berbeda-beda, sementara debitnya tetap serupa. Pada kondisi tertentu
misalkan dengan adanya terjunan atau kemiringan saluran yang cukup besar,
setelah melewati ambang aliran dapat pula berlaku sebagai aliran super kritis.
Ambang lebar merupakan salah satu konstruksi pengukur debit. Debit aliran yang

terjadi pada ambang lebar dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
3
Q = Cd ×b×h2 (12.1)

Dimana:
Q = Debit aliran (m3/dt)
h = Tinggi total hulu ambang (m)
Cd = Koefisien debit
b = Lebar ambang (m)

Debit aliran juga dapat dihitung dengan:


3
Q = Cd ×Cv ×b hu 2 (12.2)

Dimana:
Q = Debit aliran (m3/dt)
h_u = Tinggi muka air hulu ambang (m)
Cd = Koefisien debit

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 135


BAB 12 PELUAP AMBANG LEBAR

Cv = Koefisien kecepatan
b = Lebar ambang (m)
Pada penerapan di lapangan apabila kondisi superkritis ini terjadi maka akan sangat
membahayakan, dimana dasar tebing saluran akan tergerus. Strategi penanganan
tersebut diantaranya dengan membuat perbedaan energi aliran, misalnya memasang
lantai beton atau batu – batu cukup besar di hilir ambang. Adapun rumus untuk
mencari tinggi total hulu ambang :
V2
h = H0 + (12.3)
2g

Dimana :
h = Tinggi total hulu ambang (m)
Yo = Kedalaman hulu ambang (m)
V = Kecepatan aliran (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)

Secara teori naiknya permukaan air ini merupakan gejala alam dari aliran dimana
untuk memperoleh aliran air yang stabil, maka air akan mengalir dengan kondisi
aliran subkritis, karena aliran jenis ini tidak akan menimbulkan gerusan (erosi) pada
permukaan saluran. Pada saat melewati ambang biasanya aliran akan berperilaku
sebagai aliran kritis, selanjutnya aliran akan mencari posisi stabil. Pada kondisi
tertentu misalkan dengan adanya terjunan atau kemiringan saluran yang cukup
besar, setelah melewati ambang aliran dapat pula berlaku sebagai aliran super kritis.
Tingkat kekritisan aliran tersebut dapat ditentukan dengan mencari bilangan Froude
dengan persamaan:

V
F= (12.4)
√g × (Hc)

Keterangan:
F = Angka froude (froude number)
D = Kedalaman aliran (m)
Dimana jika:
F < 1 disebut aliran subkritis.
F = 1 disebut aliran kritis.
F > 1 disebut aliran super kritis.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 136


BAB 12 PELUAP AMBANG LEBAR

Alat ukur ambang lebar juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan,
kelebihan yang dimiliki alat ukur ambang lebar adalah :
a. Bentuk hidrolis luwes dan sederhana.
b. Konstruksi kuat, sederhana dan tidak mahal.
c. Benda-benda hanyut bisa dilewatkan dengan mudah.

Selain itu kelemahan-kelemahan yang dimiliki alat ukur ambang lebar adalah:
a. Bangunan ini hanya dapat dipakai sebagai bangunan pengukur saja.
b. Agar pengukuran teliti, aliran tidak boleh tenggelam.

12.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari praktikum peluap ambang lebar adalah :
a. Menghitung debit, kecepatan, koefisien debit dan koefisien kecepatan suatu
aliran melalui peluap ambang lebar;
b. Menentukan jenis aliran dari perhitungan angka froud.

12.3 Alat–alat yang Digunakan


a. Alat hidrolika (Open Channel).
b. Ambang lebar.
c. Penggaris.
d. Lilin Malam.
e. Klemp penjepit.

12.4 Prosedur Percobaan


Adapun langkah kerja pada percobaan peluap ambang lebar ialah sebagai berikut:
a. Mengukur dimensi ambang lebar, yang diukur yaitu ketinggian ambang (P)
serta lebar ambang (b);
b. Menempatkan ambang lebar pada saluran air;
c. Menyalakan alat hidrolika;
d. Membiarkan sebentar agar muka air naik hingga tepi plat ambang terendam;
e. Mengamati dan mencatat data-data yang diperlukan dalam praktikum ini (H0,
H1, Hc);
f. Mengulangi percobaan untuk debit dan kemiringan yang berbeda sebanyak 3
kali percobaan.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 137


BAB 12 PELUAP AMBANG LEBAR

12.5 Diagram Alir


Berikut ini adalah diagram alir praktikum ambang lebar:

Mulai

Mengukur dimensi ambang lebar, yang diukur yaitu


ketinggian ambang (P) serta lebar ambang (b)

Menempatkan ambang lebar pada saluran air

Menyalakan alat hidrolika

Membiarkan sebentar agar muka air naik hingga tepi plat


ambang terendam

Mengamati dan mencatat data-data yang


diperlukan dalam praktikum ini (Ho, H1, Hc)

Mengulangi percobaan untuk debit dan kemiringan yang


berbeda sebanyak 3 kali percobaan

Selesai

Gambar 12.2 Diagram Alir Peluap Ambang Lebar


(Sumber: Modul Praktikum Hidrolika, 2022)

12.6 Data Pengamatan dan Data Perhitungan


12.6.1 Data Pengamatan
Tabel 12.3 Data Pengamatan Percobaan Ambang Lebar (Terlampir).
Tabel 12.4 Data Pengamatan Percobaan Ambang Lebar (Terlampir).
12.6.2 Data Perhitungan
a. Debit tetap, kemiringan berubah
1) Percobaan 1
Diketahui :
Kedalaman Hulu Ambang Lebar (H0) = 0,151 m

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 138


BAB 12 PELUAP AMBANG LEBAR

Tinggi Muka Air Setelah Ambang Lebar (Ht) = 0,040 m


Tinggi Muka Air di Atas Ambang Lebar (Hc) = 0,035 m
Tinggi Ambang (P) = 0,104 m
Lebar Ambang (b) = 0,084 m
Koefisien Debit (Cd) = 0,5086
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s2
Ditanya :
a) Kecepatan Aliran (V)?
b) Tinggi Total Hulu Ambang (h)?
c) Debit Aliran (Q)?
d) Froude (F)?
Jawab :
a) Kecepatan Aliran (V) = √2 × g × Hc

= √2 × 9,81 × 0,035
= 0,8287 m/s
V2
b) Tinggi Total Hulu Ambang (h) = H0 +
2×g

0,82872
= 0,151 +
2 × 9,81
= 0,1860 m
c) Debit Aliran (Q) = Cd × b × (h)3/2
= 0,5086 × 0,084 × (0,1860)3/2
= 0,0034 m3/s
V
d) Froude (F) =
√g × Hc
0,8287
=
√9,81 × 0,035

= 1,4142 (super kritis)


2) Percobaan 2
Diketahui :
Kedalaman Hulu Ambang Lebar (H0) = 0,152 m
Tinggi Muka Air Setelah Ambang Lebar (Ht) = 0,044 m

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 139


BAB 12 PELUAP AMBANG LEBAR

Tinggi Muka Air di Atas Ambang Lebar (Hc) = 0,038 m


Tinggi Ambang (P) = 0,104 m
Lebar Ambang (b) = 0,084 m
Koefisien Debit (Cd) = 0,6026
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s2
Ditanya :
a) Kecepatan Aliran (V)?
b) Tinggi Total Hulu Ambang (h)?
c) Debit Aliran (Q)?
d) Froude (F)?
Jawab :
a) Kecepatan Aliran (V) = √2 × g × Hc

= √2 × 9,81 × 0,038
= 0,8635 m/s
V2
b) Tinggi Total Hulu Ambang (h) = H0 +
2×g

0,86352
= 0,152 +
2 × 9,81
= 0,1900 m
c) Debit Aliran (Q) = Cd × b × (h)3/2
= 0,6026 × 0,084 × (0,1900)3/2
= 0,0042 m3/s
V
e) Froude (F) =
√g × Hc
0,8635
=
√9,81 × 0,038

= 1,4142 (super kritis)


3) Percobaan 3
Diketahui :
Kedalaman Hulu Ambang Lebar (H0) = 0,152 m
Tinggi Muka Air Setelah Ambang Lebar (Ht) = 0,048 m
Tinggi Muka Air di Atas Ambang Lebar (Hc) = 0,04 m

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 140


BAB 12 PELUAP AMBANG LEBAR

Tinggi Ambang (P) = 0,104 m


Lebar Ambang (b) = 0,084 m
Koefisien Debit (Cd) = 0,6003
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s2
Ditanya :
a) Kecepatan Aliran (V)?
b) Tinggi Total Hulu Ambang (h)?
c) Debit Aliran (Q)?
d) Froude (F)?
Jawab :
a) Kecepatan Aliran (V) = √2 × g × Hc

= √2 × 9,81 × 0,04
= 0,8859 m/s
V2
b) Tinggi Total Hulu Ambang (h) = H0 +
2×g

0,88592
= 0,152 +
2 × 9,81
= 0,1920 m
c) Debit Aliran (Q) = Cd × b × (h)3/2
= 0,6003 × 0,084 × (0,1920)3/2
= 0,0042 m3/s
V
d) Froude (F) =
√g × Hc
0,8859
=
√9,81 × 0,04

= 1,4142 (super kritis)

b. Debit Tetap, Kemiringan Berubah


1) Percobaan 1
Diketahui :
Kedalaman Hulu Ambang Lebar (H0) = 0,151 m
Tinggi Muka Air Setelah Ambang Lebar (Ht) = 0,040 m

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 141


BAB 12 PELUAP AMBANG LEBAR

Tinggi Muka Air di Atas Ambang Lebar (Hc) = 0,035 m


Tinggi Ambang (P) = 0,104 m
Lebar Ambang (b) = 0,084 m
Koefisien Debit (Cd) = 0,5086
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s2
Ditanya :
a) Kecepatan Aliran (V)?
b) Tinggi Total Hulu Ambang (h)?
c) Debit Aliran (Q)?
d) Froude (F)?
Jawab :
a) Kecepatan Aliran (V) = √2 × g × Hc

= √2 × 9,81 × 0,035
= 0,8287 m/s
V2
b) Tinggi Total Hulu Ambang (h) = H0 +
2×g

0,83872
= 0,151 +
2 × 9,81
= 0,1860 m
c) Debit Aliran (Q) = Cd × b × (h)3/2
= 0,5086 × 0,084 × (0,1860)3/2
= 0,0034 m3/s
V
d) Froude (F) =
√g × Hc
0,8287
=
√9,81 × 0,035

= 1,4142 (super kritis)


2) Percobaan 2
Diketahui :
Kedalaman Hulu Ambang Lebar (H0) = 0,15 m
Tinggi Muka Air Setelah Ambang Lebar (Ht) = 0,036 m
Tinggi Muka Air di Atas Ambang Lebar (Hc) = 0,032 m

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 142


BAB 12 PELUAP AMBANG LEBAR

Tinggi Ambang (P) = 0,104 m


Lebar Ambang (b) = 0,084 m
Koefisien Debit (Cd) = 0,5086
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s2
Ditanya :
a) Kecepatan Aliran (V)?
b) Tinggi Total Hulu Ambang (h)?
c) Debit Aliran (Q)?
d) Froude (F)?
Jawab :
a) Kecepatan Aliran (V) = √2 × g × Hc

= √2 × 9,81 × 0,034
= 0,8167 m/s
V2
b) Tinggi Total Hulu Ambang (h) = H0 +
2×g

0,81672
= 0,150 +
2 × 9,81
= 0,1840 m
c) Debit Aliran (Q) = Cd × b × (h)3/2
= 0,5086 × 0,084 × (0,1840)3/2
= 0,0034 m3/s
V
d) Froude (F) =
√g × Hc
0,8167
=
√9,81 × 0,034

= 1,4142 (super kritis)

3) Percobaan 3
Diketahui :
Kedalaman Hulu Ambang Lebar (H0) = 0,148 m
Tinggi Muka Air Setelah Ambang Lebar (Ht) = 0,032 m
Tinggi Muka Air di Atas Ambang Lebar (Hc) = 0,032 m

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 143


BAB 12 PELUAP AMBANG LEBAR

Tinggi Ambang (P) = 0,104 m


Lebar Ambang (b) = 0,084 m
Koefisien Debit (Cd) = 0,5086
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s2
Ditanya :
a) Kecepatan Aliran (V)?
b) Tinggi Total Hulu Ambang (h)?
c) Debit Aliran (Q)?
d) Froude (F)?
Jawab :
a) Kecepatan Aliran (V) = √2 × g × Hc

= √2 × 9,81 × 0,032
= 0,7924 m/s
V2
b) Tinggi Total Hulu Ambang (h) = H0 +
2×g

0,79242
= 0,148 +
2 × 9,81
= 0,1800 m
c) Debit Aliran (Q) = Cd × b × (h)3/2
= 0,5086 × 0,084 × (0,1800)3/2
= 0,0033 m3/s
V
d) Froude (F) =
√g × Hc
0,7924
=
√9,81 × 0,032

= 1,4142 (super kritis)

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 144


BAB 12 PELUAP AMBANG LEBAR

12.7 Grafik
12.7.1 Daftar Grafik
a. Debit Tetap, Kemiringan Berubah
Gambar 12.3 Grafik Hubungan antara H0 vs Q (Terlampir).
Gambar 12.4 Grafik Hubungan antara Ht vs Q (Terlampir).
b. Debit Berubah, Kemiringan Tetap
Gambar 12.5 Grafik Hubungan antara H0 vs Q (Terlampir).
Gambar 12.6 Grafik Hubungan antara Ht vs Q (Terlampir).
12.7.2 Analisa Grafik
a. Debit Tetap, Kemiringan Berubah
1) Berdasarkan Gambar 12.3, grafik hubungan antara kedalaman hulu ambang
lebar (H0) dengan debit aliran (Q) diperoleh persamaan regresi y = 0,7901x
– 0,1159. Grafik menunjukan grafik yang linear, yang menunjukan semakin
besar debit semakin besar pula kedalaman hulu ambang lebar.
2) Berdasarkan Gambar 12.4, grafik hubungan antara kedalaman hulu ambang
lebar (Ht) dengan debit aliran (Q) diperoleh persamaan regresi y = 0,1019x
– 0,0005. Grafik menunjukan grafik yang tidak linear dikerenakan salah
dalam pembambilan data.
b. Debit Berubah, Kemiringan Tetap
1) Berdasarkan Gambar 12.5, grafik hubungan antara kedalaman hulu ambang
lebar (H0) dengan debit aliran (Q) diperoleh persamaan regresi y = 00548x
– 0,0048. Grafik menunjukan grafik yang linear, yang menunjukan semakin
besar debit semakin besar pula kedalaman hulu ambang lebar.
2) Berdasarkan Gambar 12.6, grafik hubungan antara kedalaman hulu ambang
lebar (Ht) dengan debit aliran (Q) diperoleh persamaan regresi y = 0,0274x
+ 0,0023. Grafik menunjukan grafik yang tidak linear dikerenakan salah
dalam pembambilan data.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 145


BAB 12 PELUAP AMBANG LEBAR

12.8 Kesimpulan dan Saran


12.8.1 Kesimpulan
Dari percobaan peluap ambang lebar yang dilakukan kali ini didapat data sebagai
berikut :
a. Debit Tetap, Kemiringan Berubah
Tabel 12.1 Data Pengamatan Percobaan Peluap Ambang Lebar

Q (m3/s) V (m/s) Froude

0,0034 0,8287 1,414


0,0042 0,8635 1,414
0,0042 0,8859 1,414
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

b. Debit Berubah, Kemiringan Tetap


Tabel 12.2 Data Pengamatan Percobaan Peluap Ambang Lebar

Q (m3/s) V (m/s) Froude

0,0034 0,8287 1,414


0,0034 0,8167 1,414
0,0033 0,7924 1,414
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

12.8.2 Saran
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh beberapa saran untuk kedepannya
dalam melakukan percobaan, yaitu :
a. Saat melakukan praktikum, ketika melakukan pembacaan pengukuran haruslah
membaca dengan teliti, pastikan mata sejajar dengan penggaris agar data yang
di dapat akurat;
b. Persiapkan alat-alat praktikum dengan baik, supaya praktikum berjalan dengan
lancar;
c. Jika praktikum selesai, bersihkan alat dan letakkan alat di tempat semula.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 146


LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl, JendralSudirman KM,3 CilegonTlp, (0254) 395502 Ext, 19

BLANKO
PELUAP AMBANG LEBAR

1. Debit Tetap, Kemiringan Berubah


Tabel 12.3 Data Pengamatan Percobaan Peluap Ambang Lebar

No. Ho (m) Ht (m) Hc (m) b (m) P (m) Cd Q (m3/s) Angka


Froude
1 0,151 0,040 0,035 0,5086 0,0034 1,4142
2 0,152 0,044 0,038 0,084 0,104 0,6026 0,0042 1,4142
3 0,152 0,048 0,04 0,6003 0,0042 1,4142
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Mengetahui,
Asisten Laboratorium

Bella Rizka
NIM. 3336190043
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl, JendralSudirman KM,3 CilegonTlp, (0254) 395502 Ext, 19

BLANKO
PELUAP AMBANG LEBAR

2. Debit Berubah, Kemiringan Tetap


Tabel 12.4 Data Pengamatan Percobaan Peluap Ambang Lebar

No. Ho (m) Ht (m) Hc (m) b (m) P (m) Cd Q (m3/s) Angka


Froude
1 0,151 0,04 0,035 0,0034 1,4142
2 0,150 0,036 0,034 0,084 0,104 0,5086 0,0034 1,4142
3 0,148 0,035 0,032 0,0033 1,4142
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Mengetahui,
Asisten Laboratorium

Bella Rizka
NIM. 3336190043
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. 081328278151

LAMPIRAN
PELUAP AMBANG LEBAR

1. Debit Tetap, Kemiringan Berubah

H0 vs Q
0,0043
0,0042
0,0041 Hubungan
0,0040 Ho dan Q
0,0039
0,0038 Linear
Q

0,0037 (Hubungan
Ho dan Q)
0,0036 y = 0,7901x - 0,1159
0,0035 R² = 0,997
0,0034
0,0033
0,1505 0,151 0,1515 0,152 0,1525
H0

Gambar 12.3 Grafik Hubungan antara H0 vs Q (Terlampir).


(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Tabel 12.5 Hubungan antara H0 vs Q

H0 (m) Q (m3/s) y
0,151 0,0034 0,0075
0,152 0,0042 0,0075
0,152 0,0042 0,0075
(Sumber : Hasil Analisis Kelompok 11, 2022)

Berdasarkan Gambar 12.3, grafik hubungan antara kedalaman hulu ambang lebar
(H0) dengan debit aliran (Q) diperoleh persamaan regresi y = 0,7901x – 0,1159.
Grafik menunjukan grafik yang linear, yang menunjukan semakin besar debit
semakin besar pula kedalaman hulu ambang lebar.
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. 081328278151

LAMPIRAN
PELUAP AMBANG LEBAR

2. Debit Tetap, Kemiringan Berubah

Ht vs Q

0,0043

Hubungan Ht
0,0041
dan Q

0,0039 Linear
Q

(Hubungan Ht
0,0037 dan Q)
y = 0,1019x - 0,0005
R² = 0,7959
0,0035

0,0033
0,038 0,040 0,042 0,044 0,046 0,048 0,050
Ht

Gambar 12.4 Grafik Hubungan antara Ht vs Q (Terlampir).


(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Tabel 12.6 Hubungan antara Ht vs Q

Ht (m) Q (m3/s) y
0,151 0,0034 0,0063
0,15 0,0034 0,0063
0,148 0,0033 0,0061
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Berdasarkan Gambar 12.4, grafik hubungan antara kedalaman hulu ambang lebar
(Ht) dengan debit aliran (Q) diperoleh persamaan regresi y = 0,1019x – 0,0005.
Grafik menunjukan grafik yang tidak linear dikerenakan salah dalam pembambilan
data.
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. 081328278151

LAMPIRAN
PELUAP AMBANG LEBAR

3. Debit Berubah, Kemiringan Tetap

H0 vs Q
0,0034
0,0034
0,0034 Hubungan
0,0034 Ho dan Q
0,0034
Q

0,0033
0,0033
0,0033 y = 0,0548x - 0,0048 Linear
0,0033 R² = 1 (Hubungan
Ho dan Q)
0,0033
0,0032
0,147 0,148 0,149 0,15 0,151 0,152
H0

Gambar 12.5 Grafik Hubungan antara H0 vs Q (Terlampir).


(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Tabel 12.7 Hubungan antara H0 vs Q

H0 (m) Q (m3/s) y
0,151 0,0057 0,0063
0,15 0,0058 0,0063
0,148 0,0057 0,0061
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Berdasarkan Gambar 12.5, grafik hubungan antara kedalaman hulu ambang lebar
(H0) dengan debit aliran (Q) diperoleh persamaan regresi y = 00548x – 0,0048.
Grafik menunjukan grafik yang linear, yang menunjukan semakin besar debit
semakin besar pula kedalaman hulu ambang lebar.

.
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. 081328278151

LAMPIRAN
PELUAP AMBANG LEBAR

4. Debit Berubah, Kemiringan Tetap

Ht vs Q
0,0035
Hubungan
0,0034 Ht dan Q

Linear
Q

0,0034 (Hubungan
Ht dan Q)
0,0033 y = 0,0274x + 0,0023
R² = 0,7518
0,0033
0,033 0,035 0,037 0,039 0,041
Ht

Gambar 12.6 Grafik Hubungan antara Ht vs Q (Terlampir).


(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Tabel 12.8 Hubungan antara Ht vs Q

Ht (m) Q (m3/s) y
0,04 0,0034 0,0071
0,036 0,0034 0,0073
0,035 0,0033 0,0074
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Berdasarkan Gambar 12.6, grafik hubungan antara kedalaman hulu ambang lebar
(Ht) dengan debit aliran (Q) diperoleh persamaan regresi y = 0,0274x + 0,0023.
Grafik menunjukan grafik yang tidak linear dikerenakan salah dalam pembambilan
data.
BAB 13
AIR KEMBALI (BACK WATER)

13.1 Teori Dasar


Backwater merupakan suatu kondisi keadaan sungai yang mengalami perubahan di
hulu bendung yang terjadi akibat adanya pembendungan air dengan bangunan
pelimpah. Perubahan tersebut dapat berupa terjadinya kenaikan muka air hulu
bendung yang merambat ke hulu sungai. Panjang backwater adalah panjang tanggul
banjir yang diperhitungkan. Peristiwa backwater umumnya terjadi pada
bendungan-bendungan. Backwater dapat menyebabkan permasalahan pada
drainase yang tidak lancar akibat dari efek penyempitan pada daerah-daerah elevasi
hilir sungai yang lebih tinggi, hal ini dikarenakan debit aliran yang terjadi dapat
menimbulkan pasang surut air laut.

Garis pembendungan (backwater curve) dapat disebut pula dengan garis


peninggian, karena permukaan air yang semakin meninggi akibat dari bendung
yang ada. Dalam pemilihan jenis bendung (bendung tetap ataupun bendung gerak)
didasarkan pada pengaruh air balik akibat pembendungan (backwater). Apabila
pengaruh backwater akibat pembendungan tersebut memberi dampak pada daerah
yang luas maka bendung gerak (bendung berpintu) adalah pilihan yang tepat.
Namun, apabila pengaruh backwater akibat pembendungan tersebut tidak memberi
dampak yang terlalu luas pada daerah (misal di daerah hulu) maka bendung tetap
adalah pilihan yang tepat.

Pengaruh backwater yang tertinggi dapat terjadi apabila banjir, yaitu pada saat
pasang laut dalam kondisi tinggi. Efek air pasang dari laut akan memberikan
pengaruh terhadap perambatan air banjir kearah hulu. Kenaikan muka air juga akan
mengakibatkan saluran-saluran pembuangan yang ada tidak dapat membuang air
buangan ke dalam alur sungai tersebut. Backwater yang terjadi akibat pengaruh
pasang surut di muara sungai yaitu pada saat permukaan air laut melebihi
permukaan air sungai, sehingga alirannya berbalik dari laut masuk menuju sungai,
sehingga terjadi banjir karena meluapnya air yang seharusnya dibuang ke laut.
BAB 13 AIR KEMBALI (BACKWATER)

Bendung pelimpah (leher bendung) merupakan jarak antara pangkal-pangkal


(abutment) yang pada umumnya sama dengan lebar rata-rata sungai pada bagian
yang stabil. Lebar efektif (Be) adalah lebar total dikurangi dengan lebar setiap
pilar dengan persamaan matematik yaitu sebagai berikut:

Be = B – 2 (nKp + Ka) × H (13.1)

B = 1,2 × Bn (13.2)

Keterangan:
Be = lebar efektif (m)
B = 1,2 × lebar rata-rata sungai (m)
N = jumlah pilar
Kp = koefisien kontraksi
Ka = koefisien pangkal bendung
H = tinggi energi (m)
Bn = lebar rata-rata sungai (m)

Dari data percobaan yang diperoleh dapat digunakan untuk menghitung besarnya
tampungan dan pengaruhnya terhadap kemiringan saluran. Pada praktik di
bendung yang sesungguhnya sangat penting untuk menghitung volume
tampungan yang digunakan untuk menghitung ketersediaan air minimal. Adapun
rumus volume tampungan adalah:

V-tp = ½ × L-tp × Tinggi Bendung × Lebar Bendung (13.3)

Rumus beda kemiringan adalah:

dh
i= (13.4)
ds
Keterangan:
i = beda kemiringan
dh = beda tinggi
ds = panjang hulu ke hilir

Sifat dari aliran backwater yaitu pada perbedaan kedalaman di sepanjang saluran
bervariasi secara gradual, sehingga lengkung garis aliran dapat diabaikan. Maka

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 148


BAB 13 AIR KEMBALI (BACKWATER)

itu distribusi tekanan vertikal dapat ditentukan menjadi hidrostatis. Backwater


terjadi apabila aliran mengalami hambatan akibat adanya bangunan atau rintangan
pada saluran tersebut, misalnya seperti bendungan, bendung, jembatan, dan lain-
lain. Pada pertemuan saluran, baik saluran kecil dengan saluran yang lebih besar,
saluran pembuang primer dengan badan air penerima seperti sungai, laut, danau,
dan sebagainya.

Apabila terjadi pasang air laut maka akan terjadi aliran balik (backwater), ini
dikarenakan kondisi elevasi muka air lebih tinggi daripada pintu airnya sehingga
muka air disaluran atau sungai bermuara di pintu air tersebut. Agar saluran dapat
berfungsi dan dapat mengalirkan air dengan baik dan sesuai perencanaan, maka
pengaruh adanya backwater tersebut harus diperhitungkan dan dipakai sebagai
penentuan bangunan-bangunan pelengkap (bangunan pertolongan) yakni seperti
tanggul.

13.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui keterkaitan antara
kemiringan saluran dengan kenaikan muka air dan panjang Backwater.

13.3 Alat-Alat yang Digunakan


Adapun alat-alat yang akan digunakan dalam pengujian air kembali (backwater)
adalah:
a. Alat hidrolika (open chanel);
b. Stopwatch;
c. Jangka sorong/alat pengukur berupa penggaris;
d. Meteran;
e. Replika bangunan air;
f. Lilin/malam.

13.4 Cara Pengujian


Cara pengujian dari praktikum air kembali (backwater) adalah sebagai berikut:
a. Menyentriskan alat hidrolika yang diisi oleh air (menyamakan tinggi air pada
saluran yang ada di hulu dan di hilir);
b. Menyalakan alat hidrolika untuk mengalirkan aliran air;

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 149


BAB 13 AIR KEMBALI (BACKWATER)

c. Mengukur panjang dari titik hilir ke titik hulu dengan menggunakan meteran
(ds);

d. Mengukur ketinggian muka air saluran (hn) di hilir saluran;


e. Menghitung debit atau banyaknya air yang dipompa dalam 1 menit (Qb);
f. Mematikan alat hidrolika, menunggu hingga alat hidrolika benar-benar
kering;
g. Mengukur lebar bendung dan tinggi bendung dengan penggaris;
h. Memasang replika bangunan air pada alat hidrolika dengan menggunakan
lilin;
i. Menyalakan Kembali alat hidrolika untuk mengalirkan aliran air;
j. Mengatur kemiringan alat hidrolika dengan cara memutar pelat agar panjang
backwater dapat dilihat;
k. Mengukur perbedaan tinggi (dh) antara titik hilir dan titik hulu dengan
menggunakan penggaris dan selang;
l. Mengukur panjang backwater dengan menggunakan meteran (I-bw);
m. Mengukur ketinggian air dari dasar saluran di 3 titik yaitu sebelum bangunan
air (h1), sedikit di hulu bangunan air (h2), dan diatas bangunan air (h3);
n. Mematikan alat hidrolika sampai ada air yang tertampung dalam alat
hidrolika;
o. Mengukur panjang air yang tertampung dalam alat hidrolika dengan
menggunakan meteran (I-tp);
p. Mengulangi Langkah 9 – 15 dengan kemiringan yang berbeda-beda.

13.5 Diagram Alir


Diagram alir praktikum air kembali (backwater).

Mulai

Menyentriskan alat hidrolika yang diisi oleh air

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 150


BAB 13 AIR KEMBALI (BACKWATER)

Menyalakan alat hidrolika untuk mengalirkan air

Mengukur panjang dari titik hilir ke titik hulu (ds)

Mengukur ketinggian muka air saluran (hn) di hilir saluran

Menghitung debit yang dipompa selama 1 menit (Qb)

Mematikan alat hidrolika dan tunggu hingga kering

Mengukur lebar bending dan tinggi bending dengan penggaris

Memasang replika bangunan air pada alat hidrolika

Menyalakan kembali alat hidrolika

Mengatur kemiringan alat hidrolika agar panjang backwater terlihat

Mengukur perbedaan tinggi (dh) antara titik hilir dan hulu

Mengukur panjang backwater dengan menggunakan meteran (I-bw)

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 151


BAB 13 AIR KEMBALI (BACKWATER)

Mengukur ketinggian air dari dasar saluran di 3 titik

Mematikan alat hidrolika sampai ada air yang tertampung

Mengukur pannjang air yang tertampung dalam alat hidrolika

Mengulangi langkah 9-15 dengan kemiringan yang berbeda

Selesai

Gambar 13.1 Diagram alir praktikum air kembali (backwater)


(Sumber: Modul Praktikum Hidrolika, 2022)

13.6 Data Pengamatan dan Perhitungan


13.6.1 Data Pengamatan
Tabel 13.2 Data pengamatan air kembali (backwater) (Terlampir).
Tabel 13.3 Hubungan antara I dengan V-tp
Tabel 13.4 Hubungan antara I dengan L-bw
13.6.2 Data Perhitungan
Dari percobaan air kembali (backwater) diperoleh data perhitungan sebagai
berikut.
Diketahui :
a. Lebar bendung = 0,083 m
b. Tinggi bendung = 0,069 m
Percobaan 1 (Kemiringan 1/sentris)
dh = 0,05 m
ds = 3,9 m

hn = 0,058 m

h1 = 0,109 m

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 152


BAB 13 AIR KEMBALI (BACKWATER)

h2 = 0,111 m

h3 = 0,028 m
L-bw = 3,07 m
L-tp = 3,12 m
Q = 0,00168 m3/s
V-tp = ½ × L-tp × Tinggi Bendung × Lebar Bendung
= ½ × 3,12 × 0,083 × 0,069
= 0,00893 m3
dh
I =
ds
0,05
=
3,9
= 0,0128 m
Percobaan 2 (Kemiringan 2/putar 3 kali ke kiri)
dh = 0,12 m
ds = 3,9 m

hn = 0,058 m

h1 = 0,109 m

h2 = 0,112 m

h3 = 0,03 m
L-bw = 2,58 m
L-tp = 2,97 m
Q = 0,00168 m3/s
V-tp = ½ × L-tp × Tinggi Bendung × Lebar Bendung
= ½ × 2,97 × 0,083 × 0,069
= 0,0085 m3
dh
I =
ds
0,12
=
3,9
= 0,0308 m

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 153


BAB 13 AIR KEMBALI (BACKWATER)

Percobaan 3 (Kemiringan 3/putar 3 kali ke kiri)


dh = 0,13 m
ds = 3,9 m

hn = 0,058 m

h1 = 0,106 m

h2 = 0,113 m

h3 = 0,033 m
L-bw = 2,2 m
L-tp = 2,57 m
Q = 0,00168 m3/s
V-tp = ½ × L-tp × Tinggi Bendung × Lebar Bendung
= ½ × 2,57 × 0,083 × 0,069
= 0,00736 m3
dh
I =
ds
0,13
=
3,9
= 0,033333 m

13.7 Grafik dan Analisa Grafik


13.7.1 Daftar Grafik
Gambar 13.2 Grafik hubungan I dengan V-tp (Terlampir)
Gambar 13.3 Grafik hubungan I dengan L-bw (Terlampir)
13.7.2 Analisa Grafik
a. Analisa Grafik Hubungan I dengan V-tp
Berdasarkan data grafik dapat disimpulkan bahwa hubungan antara I dengan
V-tp berbanding terbalik, semakin besar nilai I maka semakin kecil nilai pada
V-tp, begitu pula sebaliknya semakin kecil nilai I maka semakin besar nilai
pada V-tp.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 154


BAB 13 AIR KEMBALI (BACKWATER)

b. Analisa Grafik Hubungan I dengan L-bw


Berdasarkan pada data grafik dapat disimpulkan bahwa hubungan antara I
dengan L-bw berbanding terbalik, semakin besar nilai I maka semakin kecil
nilai pada L-bw, begitu pula sebaliknya semakin kecil nilai I maka semakin
besar nilai pada L-bw.

13.8 Kesimpulan dan Saran


13.8.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapat dari percobaan air kembali (backwater) dapat
disimpulkan:

Tabel 13.1 Data kesimpulan percobaan air kembali (backwater)


No dh (m) L-bw (m) I (m) V-tp (m3)
1 0,05 3,07 0,0128 0,00893
2 0,12 2,58 0,0308 0,0085
3 0,13 2,2 0,033333 0,00736
(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Dari hasil praktikum air kembali (backwater) pada percobaan 1 dengan


kemiringan 1 di dapatkan I sebesar 0,0128 m dengan V-tp sebesar 0,00893 m3.
Untuk percobaan 2 dengan kemiringan 2 di dapatkan I sebesar 0,0308 m dengan
V-tp sebesar 0,0085 m3. Dan pada percobaan 3 dengan kemiringan 3 di dapatkan I
sebesar 0,033333 m dengan V-tp sebesar 0,00736 m3.

13.8.2 Saran
Setelah melaksanakan praktikum air kembali (backwater) diperoleh beberapa
saran, diantaranya:
a. Mengetahui prosedur percobaan dan melakukan pengujian air kembali
(backwater) dengan baik dan benar.
b. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan dan memeriksa kondisi alat
tersebut.
c. Melakukan pengukuran dengan teliti untuk menghindari kesalahan.
d. Membaca dan mencatat data pengukuran dengan teliti untuk mendapatkan
data yang akurat.

PRAKTIKUM HIDROLIKA 2022 || KELOMPOK 11 155


LAMPIRAN
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon 42435 Tlp. (0254) 395502 Ext. 19
Website: www.ft-untirta.ac.id

BLANKO
AIR KEMBALI (BACKWATER)

Tabel 13.2 Data pengamatan air kembali (backwater)


dh ds hn h1 h2 h3 L-bw L-tp Q I V-tp
NO
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m3/s) (m) (m3)
1 0,05 0,109 0,111 0,028 3,07 3,12 0,0128 0,00893
2 0,12 3,9 0,058 0,109 0,112 0,03 2,58 2,97 0,00168 0,0308 0,0085
3 0,13 0,106 0,113 0,033 2,2 2,57 0,033333 0,00736
(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Lebar bendung = 0,083 m


Tinggi bendung = 0,069 m

Mengetahui,
Asisten Laboratorium

Bella Rizka
NIM 3336190043
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON - SURVEYING - INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Hp. 081287301294

LAMPIRAN
AIR KEMBALI (BACKWATER)

I vs V-tp
Volume tampungan (V-tp) (m3)

0.0095
y = -0,0573x + 0,0097
0.009 R² = 0,619

0.0085

0.008
I vs V-tp
0.0075 Linear (I vs V-tp)

0.007
0.0000 0.0100 0.0200 0.0300 0.0400
Beda kemiringan (I) (m)

Gambar 13.2 Grafik hubungan I dengan V-tp


(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Tabel 13.3 Hubungan antara I dengan V-tp

I V-tp
0,0128 0,00893
0,0308 0,0085
0,033333 0,00736
(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)
Berdasarkan data grafik dapat disimpulkan bahwa hubungan antara I dengan
V-tp berbanding terbalik, semakin besar nilai I maka semakin kecil nilai pada
V-tp, begitu pula sebaliknya semakin kecil nilai I maka semakin besar nilai
pada V-tp.
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON - SURVEYING - INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Hp. 081287301294

LAMPIRAN
AIR KEMBALI (BACKWATER)

I vs L-bw
Panjang backwater (L-bw) (m)

3.2
y = -36.845x + 3.5614
3 R² = 0.8914
2.8
2.6
2.4 Series1
2.2 Linear (Series1)
2
1.8
0.0000 0.0100 0.0200 0.0300 0.0400
Beda kemiringan (I) (m)

Gambar 13.3 Grafik hubungan I dengan L-bw


(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)

Tabel 13.4 Hubungan antara I dengan L-bw

I L-bw
0,0128 3,07
0,0308 2,58
0,033333 2,2
(Sumber: Hasil Analisa Kelompok 11, 2022)
Berdasarkan pada data grafik dapat disimpulkan bahwa hubungan antara I dengan
L-bw berbanding terbalik, semakin besar nilai I maka semakin kecil nilai pada L-
bw, begitu pula sebaliknya semakin kecil nilai I maka semakin besar nilai pada L-
bw.

Anda mungkin juga menyukai