2021/2022
MODUL 10
Kelompok 1
NIM : 102220022
UNIVERSITAS PERTAMINA
KEDALAMAN KRITIS PADA SALURAN TERBUKA (OPEN
CHANNEL)
Ahmad Farras Zhillan1
1
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pertamina
*Corresponding author: dace28092002@gmail.com
Abstrak : Kedalaman kritis atau energi spesifik adalah satuan berat energi yang diukur dari dasar saluran.
Kedalaman kritis dipengaruhi oleh perbedaan ketinggian saluran terbuka. Dalam pelatihan ini pada kedalaman
kritis aliran saluran terbuka, nilai energi spesifik dan kedalaman kritis yang diperoleh dari bangku hidrolik
pelatihan ini digunakan untuk menentukan persamaan energi spesifik dan kritis sebagai fungsi dari laju aliran
per unit. lebar Tujuannya adalah untuk menentukan kedalaman. Demonstran aliran hidrolik dan stopwatch
dihitung. Dalam praktikum ini, hasil yang diperoleh menghasilkan energi spesifik pada setiap perbedaan level.
Kata Kunci : Kedalaman , Energi spesifik , Kedalaman , Saluran
Abstract : Critical depth or specific energy is a unit weight of energy measured from the bottom of the channel.
The critical depth is affected by the difference in the height of the open channel. In this training at critical
depths of open channel flow, the specific energy values and critical depths obtained from this training hydraulic
bench are used to determine the specific and critical energy equations as a function of flow rate per unit. width
The goal is to determine the depth. , Hydraulic flow demonstrator and stopwatch counted. In this practicum,
the results obtained produce specific energy at each level difference.
Keywords: Depth, Specific Energy, Depth, Channel
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep energi spesifik diperkenalkan oleh Bakhmeteff (1912).Yang dimaksud
dengan energi spesifik adalah tinggi tenaga padasembarang tampang diukur dari dasar
saluran, atau tenaga tiap satuanberat air pada sembarang tampang diukur dari dasar
saluran. Energispesifik pada suatu penampang saluran dinyatakan sebagai energi
tiapsatuan berat diukur dari dasar saluran. Pada modul Kedalaman KritisPada Open
Channel Flow. ini menentukan persamaan energi spesifikdan menunjukkan kedalaman
kritis yang merupakan fungsi dari aliranper satuan lebar, dimana nantinya akan mencari
seberapa besar ataubanyak jumlah energi spesifik yang ditemukan untuk membuat grafik.
B. Rumusan Masalah
1. Berapa nilai energi spesifik yang diperoleh pada kedalaman kritis?
2. Apa pengaruh kedalaman terhadap energi spesifik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui persamaan energi spesifik dan menunjukkan bahwa
kedalaman
D. Teori Dasar
Energi Spesifik sudah di kenalkan oleh Bakhmetef pada tahun 1912. Bahwa
Energi Spesifik adalah tinggi tenaga pada sembarang tampang di ukur dari dasar
saluran, atau tenaga pada setiap berat satuan air pada sembarang tampang di ukur dari
dasar saluran. Dalam simematis dapat di tulis sebagai
E = (V²/ 2g) +h,
E = Energi Spesifik (cm),
V= kecepatan aliran air (cm/detik),
g= percepatan grafitasi (9.81 cm/detik²)
h= kedalaman air (cm²).
Dengan persamaan di atas kecepatan laju air dan tinggi kedalam air sangat
mempengaruhi hasil dari energy spesifik. Ketika tinggi kedalaman air besar maka
energy yang di hasilkan cukup besar dan sebaliknya.
Penyempitan saluran adalah suatu fenomena yang biasa dijumpai pada saluran
terbuka. Suatu penyempitan pada saluran terbuka, terdiri atas daerah penyempitan
penampang lintang saluran secara mendadak. Pengaruh penyempitan tergantung pada
geometri (bentuk) bagian lengkungan masuk penyempitan, kecepatan aliran dan
keadaan aliran (Ven Te Chow,1992).
Aliran yang melalui penyempitan dapat berupa aliran superkritis atau subkritis.
Pada aliran subkritis, adanya penyempitan saluran akan menyebabkan terjadinya efek
pembendungan yang meluas ke arah hulu, sedangkan pada aliran superkritis hanya akan
menimbulkan perubahan ketinggian permukaan air didekat penyempitan dan tidak
meluas kearah hulu. Bila kedalaman air di penyempitan lebih besar dibandingkan
kedalaman kritis, maka perluasan genangan air ke arah hulu hanya terjadi pada jarak
yang dekat, dan dibagian akhir efek pembendungan itu akan terjadi suatu loncatan
hidrolik.
METODE PENELITIAN
1. Alat dan Bahan
Alat yang kami gunakan pada praktikum modul 10 ini yaitu hydrostatic bench,
hydraulic flow demonstator, and stopwatch.
2. Cara Kerja
Pertama-tama pastikan ketiga pitot tube berada dalam posisi yang diinginkan.
Kemudian pastikan ketinggian manometer sama dengan ketinggian air yang masuk
pada Hydraulic Flow Demonstrator. Setelah itu nyalakan pompa pada hydraulic bench
dan buka katup pengontrol aliran sesuai dengan kebutuhan air. Kemudian bukalah
katup pengontrol aliran keluar dan masuk pada Hydraulic Flow Demonstrator secara
bertahap untuk menjaga tingkat kedalaman air di saluran Hydraulic Flow
Demonstrator. Kemudian buka katup keluaran bertahap hingga terbuka secara penuh.
Setelah itu pastikan ketinggian aliran seragam, dengan katup aliran keluar terbuka
penuh dan bendungan keluar (outlet weir) pada posisi terendahnya. Kemduian dasar
kanal saluran sebagai referensi semua pengukuran. Setelah itu sesuaikan ketinggian
bendungan masuk (inlet weir) sehingga ketinggian bukaannya 10 mm di atas dasar
kanal.
3. Cara Kerja
Pertama-tama pastikan ketiga pitot tube berada dalam posisi yang diinginkan.
Kemudian pastikan ketinggian manometer sama dengan ketinggian air yang masuk
pada Hydraulic Flow Demonstrator. Setelah itu nyalakan pompa pada hydraulic bench
dan buka katup pengontrol aliran sesuai dengan kebutuhan air. Kemudian bukalah
katup pengontrol aliran keluar dan masuk pada Hydraulic Flow Demonstrator secara
bertahap untuk menjaga tingkat kedalaman air di saluran Hydraulic Flow
Demonstrator. Kemudian buka katup keluaran bertahap hingga terbuka secara penuh.
Setelah itu pastikan ketinggian aliran seragam, dengan katup aliran keluar terbuka
penuh dan bendungan keluar (outlet weir) pada posisi terendahnya. Kemduian dasar
kanal saluran sebagai referensi semua pengukuran. Setelah itu sesuaikan ketinggian
bendungan masuk (inlet weir) sehingga ketinggian bukaannya 10 mm di atas dasar
kanal.
4. Cara Kerja
Pertama-tama pastikan ketiga pitot tube berada dalam posisi yang diinginkan.
Kemudian pastikan ketinggian manometer sama dengan ketinggian air yang masuk
pada Hydraulic Flow Demonstrator. Setelah itu nyalakan pompa pada hydraulic bench
dan buka katup pengontrol aliran sesuai dengan kebutuhan air. Kemudian bukalah
katup pengontrol aliran keluar dan masuk pada Hydraulic Flow Demonstrator secara
bertahap untuk menjaga tingkat kedalaman air di saluran Hydraulic Flow
Demonstrator. Kemudian buka katup keluaran bertahap hingga terbuka secara penuh.
Setelah itu pastikan ketinggian aliran seragam, dengan katup aliran keluar terbuka
penuh dan bendungan keluar (outlet weir) pada posisi terendahnya. Kemduian dasar
kanal saluran sebagai referensi semua pengukuran. Setelah itu sesuaikan ketinggian
bendungan masuk (inlet weir) sehingga ketinggian bukaannya 10 mm di atas dasar
kanal.
Yc terhadap Q
0,0219
0,0218
0,0217
0,0216
0,0215
0,0214
0,0213
0,000775 0,00078 0,000785 0,00079 0,000795 0,0008 0,000805 0,00081
Grafik 2.2 Specific Energy Graph dan Critical Depth
Yc terhadap Emin
0,0328
0,0327
0,0326
0,0325
0,0324
0,0323
0,0322
0,0321
0,032
0,0319
0,0213 0,0214 0,0215 0,0216 0,0217 0,0218 0,0219
Perhitungan:
• Menentukan Debit
𝑉
𝑄=
𝑇
0.01
𝑄= = 0.0008064 𝑚3 /𝑠
12.4
𝑄
𝑞=
𝑏
0.0008064 𝑚3 /𝑠
𝑞= = 0.01008 𝑚2 /𝑠
0.08 𝑚
Untuk semua pengujian akan didapat hasil pengolahan primer seperti yang
disajikan dalam tabel berikut :
Debit per
Luas Kecepatan
satuan
Debit Penampang (m2) Aliran (m/s)
No Lebar, q
Aliran, Q
Pengujian (m²/s)
(m³/s)
A0 A1 v0 v1
• Bilangan Froude, Fr
𝑣1
𝐹𝑟 =
√𝑔 (𝑦1 )
1.68 𝑚/𝑠
𝐹𝑟 = = 6.92467
√9.81 𝑚/𝑠 × 0.006 𝑚
Sehingga untuk ketiga pengujian akan didapat hasil perhitungan yang
disajikan dalam tabel berikut :
3 𝑞2
𝑦𝑐 = √
𝑔
3 (0.01008 𝑚2 /𝑠 )2
𝑦𝑐 = √ = 0.021798 𝑚
9.81 𝑚/𝑠
1 0.021798 𝑚 0.032697 𝑚
2 0.0216247 𝑚 0.0324371 𝑚
3 0.0990585 𝑚 0.148588 𝑚
2. Pembahasan
1. Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat hasil yang terdapat hubungan antara
nilai debit aliran dengan kedalaman kritis karena hubungan antara kecepatan
aliran dengan kedalaman kritis akan berbanding lurus satu sama lain. Oleh
karena itu, semakin besar nilai kedalaman kritis, semakin besar nilai aliran
yang diterima, dan begitu juga sebaliknya.
2. Berdasarkan grafik pada nilai energi minimum dan kedalaman kritis, hasil
perhitungan dengan mengolah data lain dari ketiga data tersebut akan
didapatkan nilai rata-rata sebesar 0,0216247 m untuk kedalaman kritis,
kemudian mean 0,0324371 m untuk kedalaman kritis dan kedalaman nilai
energi minimum rata-rata. Jadi berdasarkan hasil tersebut kita dapat
menyimpulkan bahwa alirannya lambat dan kita dapat mengklasifikasikannya
sebagai aliran subkritis.
3. Karena ketika dimiringkan secara miring akan mempengaruhi kecepatan aliran
karena ketika dimiringkan kecepatan aliran akan lebih besar, dan pada saat yang
sama mempengaruhi nilai laju aliran juga akan lebih besar. Oleh karena itu,
ketika kemiringan terbesar, kecepatan aliran akan dapat mempengaruhi
gravitasi. Oleh karena itu, pada kedalaman aliran terdapat kemiringan saluran
yang lebih kecil dari kemiringan kritis, yang dapat menyebabkan aliran
terdukung. Selama kemiringan saluran lebih tinggi dari kemiringan kritis,
dapat menyebabkan aliran lebih cepat, yang dikenal sebagai kedalaman curam.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa nilai
energi spesifik diperoleh pada ketinggian 0,0216247 m dengan rumus seperti pada
tabel diatas, sehingga didapatkan nilai energi spesifiknya adalah 0,0324371 m. Dalam
kondisi ini, nilai E hanya memiliki satu nilai y. Karena tidak ada nilai E yang lain,
akan tetapi ada dua nilai y yang terdapat dalam percobaan ini.
DAFTAR PUSTAKA
• Chow, V. T. (1959). Open Channel Hydraulic. McGraw-Hill Book Company.
• http://repository.unmuhjember.ac.id/795/1/ARTIKEL.pdf
• http://web.ipb.ac.id/~erizal/hidrolika/energi%20spesifik.pdf
LAMPIRAN
No. Nama NIM Tanggal Pratikum
1. Ahmad Farras Zhillan 102220022 Asisten
(Gavra Arkananta)