Anda di halaman 1dari 16

BAB X

PERCOBAAN IX
HIDROLIKA SALURAN TERBUKA
10.1 Deskripsi
Percobaan hidrolika saluran terbuka menggunakan flume stand dan
lebar 30 cm dan panjang 5,00 m, untuk mempelajari sifat – sifat aliran terbuka
dengan praktis meliputi pengukuran aliran, perhitungan energi dan
penggambaran garis hidrolik serta garis energi.

10.2 Tujuan
Percobaan ini bertujuan :
1. Mementukan kecepatan aliran dalam saluran terbuka dan aliran di atas
ambang.
2. Menggambarkan garis energi.
3. Mempelajari loncatan air dan fasilitas.
4. Peredam energi.

10.3 Alat dan Fasilitas Percobaan


1. Bak Air (3 buah)
2. Saluran terbuka dinding kaca (B = 0,30 m ; L = 5,00 m)
3. Pompa air
4. Model bendung
5. Staff point gauge

10.4 Dasar Teori Percobaan


10.4.1 Jenis Aliran
Pengaliran dalam saluran terbuka adalah pengaliran air
melalui saluran berpenampang terbuka atau saluran tertutup dengan
aliran tidak penuh, sehingga tekanan permukaan air sama dengan 1
atmosfir.

89
Aliran saluran tebuka diklasifikasikan menjadi beberapa
jenis aliran. Klasifikasi jenis aliran didasarkan pada perubahan,
kedalaman aliran terhadap waktu dan ruang.
1. Aliran tunak (steady flow) dan aliran tak tunak (unsteady flow).
Jenis aliran ini waktu sebagai kriteria. Aliran dalam saluran
terbuka diklasifikasikan tunak (steady) apabila kedalaman aliran
tidak berubah selama selang waktu tertentu (selama waktu
peninjauan). Sebagian persoalan saluran terbuka ditinjau atau
diteliti sebagai aliran dalam keadaan tunak, salah satu contoh
adalah aliran dalam saluran terbuka di laboratorium hidrolika.
Debit yang mengalir dalam saluran terbuka untuk sembarang
jenis aliran dinyatakan sebagai berikut :
Q=A.V
Dimana :
Q = Debit aliran (m3/dt atau lt/dt)
A = Luas penampang melintang tegak lurus terhadap arah aliran
(m2)
V = Kecepatan aliran rata-rata (m/dt)
Untuk jenis aliran tunak debit dianggap konstan sepanjang saluran
atau kontinue, sehingga berlaku hukum kontinuitas.
Q = A1 . V1 = A2 . V2
(Indek 1 dan 2 menunjukkan titik tinjauan yang berbeda yaitu titik
1 dan 2).
Jenis aliran disebut tak tunak (unsteady flow) apabila
kedalaman aliran berubah selama selang waktu tertentu (selama
waktu peninjauan). Contoh aliran tak tunak adalah banjir dan
gelombang.
2. Aliran Seragam (uniform flow) dan aliran berubah (varied flow)
Jenis aliran ini ruang sebagai kriteria. Jenis aliran saluran
terbuka diklasifikasikan seragam (uniform) apabila kedalaman
aliran sama di setiap titik sepanjang yang ditinjau (dipelajari).

90
Aliran seragam dapat bersifat tunak dan tidak tunak. Dalam
hidrolika saluran terbuka jenis aliran seragam tak tunak (steady
uniform flow) merupakan bahasan utama. Jenis aliran seragam tak
tunak (unsteady uniform flow) harus memenuhi kriteria yaitu
permukaan aliran berfluktuasi sepanjang waktu dan tetap sejajar
dengan dasar saluran. Hal ini tidak mungkin (jarang) terjadi.
Aliran dapat disebut berubah jika kedalaman aliran berubah
di sepanjang saluran. Aliran berubah (tak seragam dapat bersifat
tunak dan tidak tunak).
Aliran berubah dapat dibagi menjadi 2 yaitu
A. Aliran berubah tiba – tiba (rapidly varied flow)
B. Aliran berubah lambat laun (gradually varied flow).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan jenis – jenis aliran yaitu:
A. Aliran tunak (steady flow)
a) Aliran seragam (uniform flow)
b) Aliran berubah (varied flow)
i. Aliran berubah lambat laun (gradually varied flow)
ii. Aliran tiba – tiba (rapidly varied flow)
B. Aliran tak tunak (unsteady flow)
a) Aliran seragam tak tunak (unsteady uniform flow)
b) Aliran berubah tak tunak (rapidly varied flow)
i. Aliran tak tunak berubah lambat laun (unsteady
gradually varied flow)
ii. Aliran tak tunak berubah tiba –tiba (unsteady
rapidly varied flow).
10.4.2 Aliran diatas ambang/ bendung pelimpah
Untuk fasilitas percobaan disediakan model pelimpah/
bendung menurut standart WES (Waterways Experiment Station –
U.S. Army Corps of Engineer).
Debit melalui pelimpah/ bendung yang dirancang dalam
standar WES dirumuskan sebagai berikut :

91
Q = C . L . He3/2
He = Hd +Ha
Ha = α . V2/2g ( α = mendekati dan dianggap 1)
Dimana :
Q = Debit (m3/dt)
C = Koefisien debit (m/dt2)
L = Panjang bendung/ pelimpah (m)
He = Tinggi tekanan total (m)
Hd = Tinggi tekanan air (m)
Ha = Tinggi tekanan kecepatan (m)
V = Kecepatan aliran (m/dt)
G = Percepatan gravitasi (m/dt2)
Pengaruh tinggi tekanan percepatan dapat diabaikan apabila
tinggi pelimpah/ bendung (h) melebihi 1,33 Hd, dimana didapatkan
harga Cd = 4,03 (untuk bendung/ pelimpah bagian hulu tegak).
Bendung/ pelimpah bagian hulu miring dan perbandingan harga h/Hd
≤ 1,33 dapat diinterpolasi dari grafik terlampir.
10.4.3 Loncatan Hidrolik
Perubahan kedalaman aliran dari taraf rendah (super kritis,
F > 1) ke taraf tinggi (sub kritis, F < 1), maka menghasilkan
peningkatan muka air secara mendadak yang disebut loncatan
hidrolik (hydraulic jump).
Kondisi awal :
A. Kedalaman aliran (initial depth), Y1
B. Kecepatan aliran, V1
C. Energi spesifik, E1
Kondisi setelah loncatan :
A. Kedalaman turunan (sequent depth), Y2
B. Kecepatan aliran, V1
C. Energi spesifik, E1
Persamaan energi E1 = E2 + ΔE

92
10.5 Cara Percobaan
1. Mengisi bak tandon air.
2. Menghidupkan pompa dan mengatur kran, ditunggu sampai aliran konstan
dan terjadi loncatan hidrolik di atas peredam energi model pelimpah.
3. Mengukur duga muka air dengan staff point gauge dan kecepatan aliran di
hulu model pelimpah/ bendung pengukuran dilakukan pada jarak 150 cm,
125 cm, 100 cm, 75 cm, 50 cm, 40 cm, 30cm, 20 cm, 10 cm, terhadap as/
sumbu pelimpah/ bendung.
a. Pengukuran arah melintang saluran
Disetiap titik pengukuran, dilaksanakan pengukuran 3 kali kearah
melintang saluran masing – masing 5 cm terhadap dinding kiri saluran,
pada as saluran dan 5 cm terhadap dinding kanan saluran.
b. Pengukuran arah vertikal
Di setiap pengukuran, dilakukan pengukuran 3 kali masing-masing
pada kedalaman 0,2h; 0,6h; dan 0,8h terhadap permukaan air.
Kecepatan rata-rata :
Vm = ¼ (V0,2 + V0,2 + V0,2)
4. Mengukur duga muka air dan kecepatan aliran diatas mercu pelimpah
setiap jarak 3 cm dan as pelimpah pengukuran ke arah kaki sampai ke kaki
hilir model pelimpah. Pengukuran kecepatan dilakukan 3 kali ke arah
melintang (sama dengan langkah 3) dan pengukuran kecepatan ke arah
vertikal 1 kali pada kedalaman 0,6h dari permukaan air.
5. Mengukur duga muka air dan kecepatan aliran (seperti langkah 3 dan 4),
mulai kaki model pelimpah ke arah kaki pada jarak 5, 10, 15, 20, 25, 30,
40, 50, 75, 100, 125, 150 cm.
6. Langkah 3 sampai dengan 5 harus dilakukan teliti dan hati –hati.

93
10.6 Analisia Data dan Hasil Praktikum
Tabel 10.1 Pada Saluran Bagian Hulu
Tinggi Kecepatan pada Kecepatan pada
Jarak Rerata Debit Rerata Debit
No Air 0,2h (m2/dt) 0,8h (m2/dt)
(cm) (cm) 1 2 3 (cm2/dt) Cm3/dt 1 2 3 (cm2/dt) Cm3/dt
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 10 26,5 0,1 0,1 0,1 10 7950 0,1 0,1 0,1 10 7950
2 20 26,5 0,1 0,1 0,1 10 7950 0,1 0,1 0,1 10 7950
3 30 26,8 0,1 0,1 0,1 10 8040 0,1 0,1 0,1 10 8040
4 40 26,5 0,1 0,1 0,1 10 7950 0,1 0,1 0,1 10 7950
5 50 26,6 0,1 0,1 0,1 10 7980 0,1 0,1 0,1 10 7980
6 75 26,5 0,1 0,1 0,1 10 7950 0,1 0,1 0,1 10 7950
7 100 26 0,1 0,1 0,1 10 7800 0,1 0,1 0,1 10 7800
8 125 26 0,1 0,1 0,1 10 7800 0,1 0,1 0,1 10 7800
9 150 25 0,1 0,1 0,1 10 7500 0,1 0,1 0,1 10 7500
(Sumber : Data Primer Diolah, 2023)

Contoh perhitungan :
1. Kolom 2 (baris 2)
Jarak = 20 cm
2. Kolom 3 (baris 2)
Tinggi air = 26,5 cm
3. Kolom 4, 5, 6 (baris 2)
Kecepatan pada 0,2h : kolom 4 = percobaan 1 = 0,1
Kecepatan pada 0,2h : kolom 5 = percobaan 2 = 0,1
Kecepatan pada 0,2h : kolom 6 = percobaan 3 = 0,1
4. Kolom 7 (baris 2)
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 0,2 ℎ 0,1 + 0,1 + 0,1
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = = 10 𝑐𝑚2/𝑑𝑡
3 3
5. Kolom 8 (baris 2)
Lebar saluran (b) = 30 cm
Tinggi air saluran (h) = 26,5 cm
Kecepatan aliran (v) = 10 cm2/dt
Debit =b.h.V
= 30 cm . 26,5 cm . 10 cm2/dt

94
= 7950 cm3/dt
6. Kolom 9, 10, 11 (baris 2)
Kecepatan pada 0,8h : kolom 9 = percobaan 1 = 0,1
Kecepatan pada 0,8h : kolom 10 = percobaan 2 = 0,1
Kecepatan pada 0,8h : kolom 11 = percobaan 3 = 0,1
7. Kolom 12 (baris 2)
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 0,8ℎ 0,1 + 0,1 + 0,1
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = = 10 𝑐𝑚2/𝑑𝑡
3 3
8. Kolom 13 (baris 2)
Lebar saluran (b) = 30 cm
Tinggi air diatas saluran (h) = 26,5 cm
Kecepatan aliran (V) = 10 cm2/dt
Debit =b.h.V
= 30 cm . 26,5 cm . 10 cm2/dt
= 7950 cm3/dt

Tabel 10.2 Pada Saluran Bagian Hilir


Tinggi Kecepatan pada Kecepatan pada
Jarak Rerata Debit Rerata Debit
No Air 0,2h (m2/dt) 0,8h (m2/dt)
(cm) (cm) 1 2 3 (cm2/dt) Cm3/dt 1 2 3 (cm2/dt) Cm3/dt
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 10 16,5 0,2 0,5 0,2 30 14850,0 0,8 3 0,9 156,7 77566,5
2 20 16,5 0,2 0,3 0,9 46,7 23116,5 0,5 1,5 0,6 86,7 42916,5
3 30 17,3 0,2 0,1 0,4 23,3 12092,7 0,2 0,9 0,3 46,7 24237,3
4 40 17 0,2 0,1 0,4 23,3 11883,0 0,3 1,1 0,5 63,3 32283,0
5 50 17,1 0,2 0,5 0,6 43,3 22212,9 0,4 2,4 0,4 106,7 54737,1
6 75 17,8 0,1 0,1 0,3 16,7 8917,8 0,2 1,6 0,4 73,3 39142,2
7 100 17,8 0,1 0,1 0,4 20 10680,0 0,1 0,1 0,4 20 10680,0
8 125 18,5 0,2 0 0,4 20 11100,0 0,4 0,3 0,3 33,3 18481,5
9 150 18 0,2 0 0,3 16,7 9018,0 0,1 0,1 0,3 16,7 9018,0
(Sumber : Data Primer Diolah, 2023)

Lebar saluran = 30 cm
Contoh perhitungan :
1. Kolom 2 (baris 2)

95
Jarak = 20 cm
2. Kolom 3 (baris 2)
Tinggi air = 16,5 cm
3. Kolom 4, 5, 6 (baris 2)
Kecepatan pada 0,2h : kolom 4 = percobaan 1 = 0,2
Kecepatan pada 0,2h : kolom 5 = percobaan 2 = 0,3
Kecepatan pada 0,2h : kolom 6 = percobaan 3 = 0,9
4. Kolom 7 (baris 2)
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 0,2ℎ 0,2 + 0,3 + 0,9
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = = 46,7 𝑐𝑚2/𝑑𝑡
3 3
5. Kolom 8 (baris 2)
Lebar saluran (b) = 30 cm
Tinggi air diatas saluran (h) = 16,5 cm
Kecepatan aliran (V) = 46,7 cm2/dt
Debit =b.h.V
= 30 cm . 16,5 cm . 46,7 cm2/dt
= 23116,5 cm3/dt
6. Kolom 9, 10, 11 (baris 2)
Kecepatan pada 0,8h : kolom 9 = percobaan 1 = 0,5
Kecepatan pada 0,8h : kolom 10 = percobaan 2 = 1,5
Kecepatan pada 0,8h : kolom 11 = percobaan 3 = 0,6
7. Kolom 12 (baris 2)
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 0,8ℎ 0,5 + 1,5 + 0,6
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = = 86,7 𝑐𝑚2/𝑑𝑡
3 3
8. Kolom 13 (baris 2)
Lebar saluran (b) = 30 cm
Tinggi air diatas saluran (h) = 16,5 cm
Kecepatan aliran (V) = 86,7 cm2/dt
Debit =b.h.V
= 30 cm . 16,5 cm . 86,7 cm2/dt
= 42916,5 cm3/dt

96
Tabel 10.3 Pada Mercu Pelimpah
Tinggi Kecepatan pada Kecepatan pada
Jarak Rerata Debit Rerata Debit
No Air 0,2h (m2/dt) 0,8h (m2/dt)
(cm) (cm2/dt) (cm2/dt)
(cm) 1 2 3 cm3/dt 1 2 3 cm3/dt
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Sumbu
1 5 0,8 0,8 0,8 80 12000 0,5 0,6 0,6 57 8500
Mercu
Di
2 Bawah 8 1,7 1,7 1,7 170 40800 1,6 1,6 1,6 160 38400
Terjun
Di
3 Tengah 8,5 1,7 1,7 1,6 167 42500 1,9 1,8 1,6 177 45050
Olakan
Di ujung
4 9,5 1,1 1,2 1,2 117 33250 1,3 1,4 1,4 137 38950
Olakan
(Sumber : Data Primer Diolah, 2023)

Lebar saluran = 30 cm
Contoh perhitungan :
1. Kolom 2 (baris 2)
Jarak = Di Bawah Terjun
2. Kolom 3 ( baris 2 )
Tinggi Air = 8 cm
3. Kolom 4, 5, 6 (baris 2)
Kecepatan pada 0,2h : kolom 4 = percobaan 1 = 1,7
Kecepatan pada 0,2h : kolom 5 = percobaan 2 = 1,7
Kecepatan pada 0,2h : kolom 6 = percobaan 3 = 1,7
4. Kolom 7 (baris 2)
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 0,2ℎ 1,7 + 1,7 + 1,7
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = = 170 𝑐𝑚2/𝑑𝑡
3 3
5. Kolom 8 (baris 2)
Lebar saluran (b) = 30 cm
Tinggi air diatas saluran (h) = 8 cm
Kecepatan aliran (V) = 170 cm2/dt
Debit =b.h.V
= 30 cm . 8 cm . 170 cm2/dt

97
= 40800 cm3/dt
6. Kolom 9, 10, 11 (baris 2)
Kecepatan pada 0,8h : kolom 9 = percobaan 1 = 1,6
Kecepatan pada 0,8h : kolom 10 = percobaan 2 = 1,6
Kecepatan pada 0,8h : kolom 11 = percobaan 3 = 1,6
7. Kolom 12 (baris 1)
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 0,8ℎ 1,6 + 1,6 + 1,6
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐻𝑧 = = = 160 𝑐𝑚2/𝑑𝑡
3 3
8. Kolom 13 (baris 2)
Lebar saluran (b) = 30 cm
Tinggi air diatas saluran (h) = 8 cm
Kecepatan aliran (V) = 160 cm2/dt
Debit =b.h.V
= 30 cm . 8 cm . 160 cm2/dt
= 38400 cm3/dt

Tabel 10.4 Energi Spesifik Pada Bagian Hulu

Tinggi Air Kecepatan Kecepatan V rata-rata e = h + v²/2.g


No.
(cm) pada 0,2h pada 0,8h (cm2/dt) (cm)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 26,5 10 10 10 26,55
2 26,5 10 10 10 26,55
3 26,8 10 10 10 26,85
4 26,5 10 10 10 26,55
5 26,6 10 10 10 26,65
6 26,5 10 10 10 26,55
7 26 10 10 10 26,05
8 26 10 10 10 26,05
9 25 10 10 10 25,05
(Sumber : Data Primer Diolah, 2023)

Contoh perhitungan :
1. Kolom 2 (baris 2)

98
Tinggi Air = 26,5 cm
2. Kolom 3, 4 (baris 2)
Kecepatan pada 0,2h = 10
Kecepatan pada 0,8h = 10
3. Kolom 5 (baris 2)
10 + 10
𝑉 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 10 𝑐𝑚2/𝑑𝑡
2
4. Kolom 6 (baris 2)
Tinggi air (h) = 26,5 cm
V rata – rata (V) = 10 cm2/dt
Gravitasi (g) = 9,81 m/dt2 = 981 cm/dt2
𝑣2 (10)2 𝑐𝑚2/𝑑𝑡
𝐸=ℎ+ = 26,5 𝑐𝑚 + = 26,55 𝑐𝑚
2𝑔 2 × 981 𝑐𝑚/𝑑𝑡

Tabel 10.5 Energi Spesifik Pada Bagian Hilir

Tinggi Air Kecepatan Kecepatan V rata-rata e = h + v²/2.g


No.
(cm) pada 0,2h pada 0,8h (cm2/dt) (cm)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 16,5 30 156,7 93,35 20,94
2 16,5 46,7 86,7 66,7 18,77
3 17,3 23,3 46,7 35 17,92
4 17 23,3 63,3 43,3 17,96
5 17,1 43,3 106,7 75 19,97
6 17,8 16,7 73,3 45 18,83
7 17,8 20 20 20 18,00
8 18,5 20 33,3 26,65 18,86
9 18 16,7 16,7 16,7 18,14
(Sumber : Data Primer Diolah, 2023)

Contoh perhitugan :
1. Kolom 2 (baris 2)
Tinggi Air = 16,5 cm
2. Kolom 3, 4 (baris 2)

99
Rerata Kecepatan pada 0,2h = 46,7
Rerata Kecepatan pada 0,8h = 86,7
3. Kolom 5 (baris 2 )
𝑉𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 46,7 + 86,7
= = 66,7 𝑐𝑚2/𝑑𝑡
2 2
4. Kolom 6 ( baris 2)
Tinggi air (h) = 16,5 cm
V rata – rata (V) = 66,7 cm2/dt
Gravitasi (g) = 9,81 m/dt2 = 981 cm/dt2
𝑣2 (66,7)2 𝑐𝑚/𝑑𝑡
𝐸=ℎ+ = 16,5 𝑐𝑚 + = 18,77 𝑐𝑚
2𝑔 2 × 981 𝑐𝑚/𝑑𝑡

Tabel 10.6 Energi Spesifik Pada Bagian Mercu Pelimpah

Tinggi Kecepatan Kecepatan V rata-rata e = h + v²/2.g


No. Uraian
Air (cm) pada 0,2h pada 0,8 h (cm2/dt) (cm)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


Sumbu
1 5 80 57 68 7,38
Mercu
Di
2 Bawah 8 170 160 165 21,88
Terjun
Di
3 Bawah 8,5 167 177 172 23,52
Olakan
Di Ujung
4 9,5 117 137 127 17,68
Olakan
(Sumber : Data Primer Diolah, 2023)

Contoh perhitungan :
1. Kolom 2 (baris 2)
Uraian = Di bawah terjun
2. Kolom 3 (baris 2)
Tinggi air = 8 cm
3. Kolom 4, 5 (baris 2)

100
Kecepatan pada 0,2h = 170
Kecepatan pada 0,8h = 160
4. Kolom 6 (baris 2)
𝑉𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 170 + 160
= = 165 𝑐𝑚2/𝑑𝑡
2 2
5. Kolom 7 (baris 2)
Tinggi air (h) = 11 cm/dt
V rata – rata (V) = 165 cm2/dt
Gravitasi (g) = 9,81 m/dt2 = 981 cm/dt2
𝑣2 (165)2 𝑐𝑚/𝑑𝑡
𝐸 =ℎ+ = 11𝑐𝑚 + = 21,88 𝑐𝑚
2𝑔 2 × 981 𝑐𝑚/𝑑𝑡
A. Debit yang melalui pelimpah
Contoh perhitungan (baris 2) :
V rata-rata pada sumbu mercu (v) = 165 cm/dt
Gravitasi (g) = 9,81m/dt2 = 981 cm/dt2
𝑣2 (165)2 𝑐𝑚/𝑑𝑡
ℎ𝑎 = = = 21,88 𝑐𝑚
2𝑔 2 𝑥 981 𝑐𝑚/𝑑𝑡 2
Tinggi tekanan air (Hd) = 8 cm
Tinggi tekanan kecepatan Ha = 21,88 cm
He = Hd + Ha
= 8 cm + 21,88 cm
= 29,88 cm
Koefisien debit (C) = 4,03
Lebar bending (L) = 30 cm
Tinggi garis energi (He) = 29,88 cm
Q = C x L x He3/2
= 4,03 x 30 cm x (29,88)3/2 cm
= 4,03 x 30 cm x 163,33 cm
= 19746,597 cm3/dt
B. Persamaan Energi Hilir
Z1 = 18
Z2 =0

101
∆𝐸 = 𝐸1 − 𝐸2
𝑣12 𝑣22
= (𝑍1 + ℎ1 + ) − (𝑍2 + ℎ2 + )
2𝑔 2𝑔

10,5 𝑐𝑚/𝑑𝑡 0.252 𝑐𝑚/𝑑𝑡


= (18 + 12,5 𝑐𝑚 + 2 × 9,81 𝑐𝑚2 /𝑑𝑡) − (0 + 12𝑐𝑚 + 2 × 9,81 𝑐𝑚2 /𝑑𝑡)

= (18 + 12,5 𝑐𝑚 + 0,000046 𝑑𝑡) − (12 𝑐𝑚 + 0,000032 𝑑𝑡)


= 30,500046 𝑐𝑚⁄𝑑𝑡 − 12,000032 𝑑𝑡
= 18,500014 𝑐𝑚⁄𝑑𝑡
C. Panjang loncatan air (Lj)
Lj = 6,90 x (h2 – h1)
= 6,90 x (11 cm – 5 cm)
= 41,4 cm
D. Tinggi loncatan air (Hj)
Hj = h1 – h2
= 11 cm – 5 cm
= 6 cm
E. Menentukan tipe aliran :
a) Aliran air hulu pada kedalaman 26,5 cm
𝑣 10 𝑐𝑚/𝑑𝑡 10 𝑐𝑚/𝑑𝑡
𝐹𝑟 = = =
√𝑔ℎ √981 𝑐𝑚/𝑑𝑡 2 × 26,5 𝑐𝑚 161,2343 𝑐𝑚2 /𝑑𝑡 2
= 0,062 𝑐𝑚/𝑑𝑡
Fr < 1 maka tipe alirannya adalah subkritis
b) Aliran air hilir pada kedalaman 16,5 cm
𝑣 30 𝑐𝑚/𝑑𝑡 30 𝑐𝑚/𝑑𝑡
𝐹𝑟 = = =
√𝑔ℎ √981 𝑐𝑚/𝑑𝑡 2 × 16,5 𝑐𝑚 127,2262 𝑐𝑚2 /𝑑𝑡 2
= 0,236 𝑐𝑚/𝑑𝑡
Fr < 1 maka tipe alirannya adalah subkritis
c) Aliran air pelimpah pada kedalaman 5 cm
𝑣 68 𝑐𝑚/𝑑𝑡 68 𝑐𝑚/𝑑𝑡
𝐹𝑟 = = =
√𝑔ℎ √981 𝑐𝑚/𝑑𝑡 2 × 5 𝑐𝑚 70,0357 𝑐𝑚2 /𝑑𝑡 2
= 0,971 𝑐𝑚/𝑑𝑡
Fr < 1 maka tipe alirannya adalah subkritis

102
Dimana :
Q = Debit (m3/dt)
C = Koefisien debit
L = Panjang bendung/pelimpah (m)
He = Tinggi tekanan total (m)
Hd = Tinggi tekanan air (m)
Ha = Tinggi tekanan kecepatan (m)
V = Kecepatan aliran (m/dt)
g = Percepatan gravitasi (m/dt2)
Z1 = tinggi pipa terhadap lantai
E = energi spesifik

10.7 Kesimpulan
1. Debit di hulu dan hilir memiliki nilai yang berbeda dikarenakan air yang
melalui pelimpah/ bendung yang berfungsi untuk menaikkan elevasi
air.
2. Tinggi tekanan total yang didapat sebesar 29,88 cm sehingga debit yang
melalui pelimpah sebesar 19746,597 cm3/dt.
3. Panjang loncatan air yang terjadi pada peredam energi sebesar 41,4 cm.
4. Tipe aliran pada hulu (26,5 cm), hilir (16,5 cm), dan pelimpah (5 cm)
merupakan tipe aliran subkritis dikarenakan hasil yang didapat yaitu
nilai Fr < 1.

103
DAFTAR PUSTAKA

Chorra N, A. A., Herlianto, V. D., Muhyi, F., Putra, C. U., & Sabrina, F. (2022).
Laporan Praktikum Hidrolika. Malang.
Nugraha, A. S., Putra P, A. R., Nailissa'adah, Z., M Somadayo, M., Harjono, I. D.,
& Nasrullah, P. A. (2022). Laporan Praktikum Hidrolika. Malang.
Suwignyo. (2021). Buku Panduan Praktikum Hidrolika (Hidrostatik &
Hidrodinamik). Malang: Laboratorium Teknik Sipil.

104

Anda mungkin juga menyukai