Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

BLOK KARDIOVASKULER

Kelompok B-9

Nanda Kusuma Yuda - 1102013207


Yogi Saputra Anas - 1102013310
Muhammad Rayi Wicaksono - 1102014170
Muhammad Rifai Suparta - 1102014171
Melati Ganeza - 1102014153
Rafa” Assidiq - 1102014218
Santi Noor Apriliana - 1102014273
Shalma Destiany Ganar - 1102014246
Vindhita Ratiputri - 1102014273
Yonanda Alvino - 1102014286

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI 2014
JL. LETJEN. SUPRAPTO, CEMPAKA PUTIH, JAKARTA 10510
TELP. 62.21.4244574 FAX. 62.21.4244574
HUKUM POISEUILLE

1. Tujuan Percobaan
1. Memahami karakteristik aliran fluida.
2. Mengukur debit aliran fluida yang melewati pipa dengan diameter serta
variabel yang berbeda-beda.

2. Alat-alat Percobaan
1. Tabung gelas yang panjangnya 80 cm
2. Statif untuk menjepit tabung agar berdiri vertikal
3. Gelas ukur
4. Stopwatch
5. Aerometer dengan daerah ukur sampai 1,1 g/cm3
6. Pipa karet
7. Spluit (alat suntik)
8. Larutan NaCI

3. Teori Dasar
Mengingat sifat umum efek kekentalan, bahwa kecepatan fluida kental yang mengalir melalui
pipa tidak sama di seluruh titik penampang lintangnya. Lapisan paling luar fluida melekat
pada dinding pipa dan kecepatannya nol. Dinding pipa "menahan" gerak lapisan paling luar
tersebut dan lapisan ini menahan pula lapisan berikutnya, begitu seterusnya. Asal kecepatan
tidak terlalu besar, aliran akan laminer, dengan kecepatan paling besar di bagian tengah pipa,
lalu berangsur kecil sampai menjadi nol pada dinding pipa.

Gambar 1. (a) Gaya terhadap elemen silindris fluida kental, (b)


Distribusi kecepatan, (c) Pandangan dari ujung

Misalkan dalam sepotong pipa yang radius dalamnya R dan panjangnya L mengalir fluida
yang viskositasnya 1j secara laminer (gambar 1). Sebuah silinder kecil beradius r berada
dalam kesetimbangan (bergerak dengan kecepatan konstan) disebabkan gaya dorong yang
timbul akibat perbedaan tekanan antara ujung-ujung silinder itu serta gaya kekentalan yang
menahan pada permukaan luar. Gaya dorong ini adalah

2
Menggunakan persamaan umum untuk mencari koefisien viskositas, maka gaya kekentalan
adalah

di mana dv/dr ialah gradien kecepatan pada jarak radial r dari sumbu.
Tanda (-) negatif diberikan karena v berkurang bila r bertambah. Dengan menjabarkan gaya-
gaya dan mengintegrasikannya akan diperoleh persamaan parabola. Garis Iengkung, pada
Gambar 1(b) adalah grafik persamaan ini. Panjang anak-anak panah sebanding dengan
kecepatan di posisis masing-masingnya. Gradien kecepatan untuk r sembarang merupakan
kemiringan garis Iengkung ini yang diukur terhadap sebuah sumbu vertikal. Kita katakan
bahwa aliran ini mempunyai profil kecepatan parabola.

Gambar 2. Menghitung debit aliran Q melalui rumus Poiseuille dengan:


(a) panjang pipa sama, tekanan berbeda
(b) panjang pipa berbeda, tekanan sama
(c) panjang pipa sama, viskositas berbeda
(d) panjang pipa sama, diameter berbeda

Untuk menghitung debit aliran Q, atau volume fluida yang melewati sembarang penampang
pipa per satuan waktu. Volume fluida dV yang melewati ujung-ujung unsur ini waktu dt ialah
v dA dt, di mana v adalah kecepatan pada radius r dan dA ialah luas yang diarsir sama
dengan 2µrdr Dengan mengambil rumusan v dari persamaan (2) kemudian mengintegrasikan
seluruh elemen antara r = 0 dan r = R, dan membagi dengan dt, maka diperoleh debit aliran Q
sebagai berikut:
Rumus ini pertama kali dirumuskan oleh Poiseuille dan dinamakan hukum Poiseuille.
Kecepatan aliran volum atau debit aliran berbanding terbalik dengan viskositas, dan
berbanding lurus dengan radius pipa pangkat empat
Apabila kecepatan suatu fluida yang mengalir dalam sebuah pipa melampaui harga
kritis tertentu (yang bergantung pada sifat-sifat fluida dan pada radius pipa), maka sifat aliran

3
menjadi sangat rumit. Di dalam lapisan sangat tipis sekali yang bersebelahan dengan dinding
pipa, disebut lapisan batas, alirannya masih laminer. Kecepatan aliran di dalam lapisan batas
pada dinding pipa adalah nol dan semakin bertambah besar. secara uniform di dalam lapisan
itu. Sifat-sifat lapisan batas sangat penting sekali dalam menentukan tahanan terhadap aliran,
dan dalam menetukan perpindahan panas ke atau dari fluida yang sedang bergerak itu.
Di luar lapisan batas, gerak fluida sangat tidak teratur. Di dalam fluida timbul arus
pusar setempat yang memperbesar tahanan terhadap aliran. Aliran semacam ini disebut aliran
yang turbulen. Percobaan menunjukkan bahwa ada kombinasi empat faktor yang menentukan
apakah aliran fluida melalui pipa bersifat laminer atau turbulen. Kombinasi ini dikenal
sebagai bilangan Reynold, NR, dan didefinisikan sebagai:

di mana p ialah rapat massa fluida, v ialah kecepatan aliran rata-rata, rl ialah viskositas, dan
D ialah diameter pipa. Kecepatan rata-rata adalah kecepatan uniform melalui penampang
lintang yang menimbulikan kecepatan pengosongan yang sama. Bilangan Reynold ialah
besaran yang tidak berdimensi dan besar angkanya adalah sama dalam setiap sistem satuan
tertentu. Tiap percobaan menunjukkan bahwa apabila bilangan Reynold Iebih kecil dari kira-
kira 2000, aliran akan laminer, dan jika Iebih dari kira-kira 3000, aliran akan turbulen. Dalam
daerah transisi antara 2000 dan 3000, aliran tidak stabil dan dapat berubah dari laminer
menjadi turbulen atau sebaliknya

4. Prosedur Percobaan
A. Menghitung debit aliran dengan panjang pipa sama dan tekanan berbeda.
1. Bersihkan tabung terlebih dahulu dengan air kemudian jepitlah tabung secara
vertikal pada statif yang tersedia.
2. Tutuplah kran pada kedua pipa yang panjang sama dengan ketinggian berbeda
kemudian isilah air sampai batas yang ditentukan.
3. Taruhlah aruhlah gelas ukur pada ujung kedua pipa untuk menampung air
yang keluar.
4. Hidupkan pompa air, buka kran pada kedua pipa dan tekan stopwatch selama
15 detik secara serentak dan bersama-sama..
5. Hitunglah volume air yang ditampung dalam kedua gelas ukur tersebut.
6. Ulangi percobaan no.4 dan 5 sebanyak 5 kali.

B. Menghitung debit aliran dengan panjang pipa sama dan viskositas berbeda.
1. Bersihkan tabung terlebih dahulu dengan air kemudian jepitlah tabung secara
vertikal pada statif yang tersedia.
2. Buatlah larutan NaCI (dianggap konsentrasinya 100 %). Ukurlah massa
jenisnya p dengan aerometer dan isikan pada tabel data.
3. Isilah larutan NaCI 100 % ke dalam tabung sampai batas yang ditentukan.
4. Taruhlah gelas ukur pada ujung pipa untuk menampung air yang keluar.
5. Buka kran pada pipa sambil menekan stopwatch selama 25 menit secara
serentak dan bersama-sama.
6. Hitunglah volume air yang ditampung dalam gelas ukur tersebut.
7. Ulangi percobaan untuk larutan NaCI 100 % sebanyak 3 kali.
8. Ulangi percobaan 2 sampai 7 untuk larutan NaCI 50 %.

4
C. Menghitung debit aliran untuk panjang pipa dan radius / jari-jari yang berbeda,
caranya sama dengan bagian (A).

5. Tugas pada Laporan Akhir


1. Bandingkan debit aliran pada pipa I dan pipa II. Apa yang dapat saudara
simpulkan?
2. Hitunglah galat debit aliran pada pipa I dan pipa II untuk masing-masing
percobaan.
3. Hitunglah bilangan Reynold (NR) pada masing-masing percobaan
4. Buatlah grafik hubungan antara debit aliran terhadap tekanan.
Pustaka:
1. Sears, dan Zemansky, “Fisika Untuk Universitas, jilid I.
2. Cameron, J.R, James G. Skofronick, and R.M. Grant, “Physics of The Body”, Medical
Physics Pub., 2nd ed., 1999
3. Glancoli, D.C., Physics, "Principles with Applications”, Prnctice Hall International, Inc,
5th ed., 1995

5
DATA PERCOBAAN: HUKUM POISEUILLE
A. Menghitung debit aliran untuk panjang pipa sama dan tekanan berbeda
NO Waktu (s) Volume Pipa 1 Volume Pipa 2 Debit Aliran Debit
(ml) (ml) Pipa 1 (ml/s) Aliran Pipa
2 (ml/s)
1 15 170 290 11.33 19.33
2 15 180 280 12 18.66
3 15 170 280 11.33 18.66
Rata-Rata 173.33 283.33 11,55 18,9

B. Menghitung debit aliran untuk panjang pipa sama dan viskositas berbeda
(i) Konsentrasi NaCl 100 %
NO Waktu (s) Volume (ml) Debit Aliran Pipa
(ml/s)
1 38 200 5,26
2 36 200 5,55
3 34 200 5,88
Rata- 36 200 5,56
Rata

(ii) Konsentrasi NaCl 50 %


NO Waktu (s) Volume (ml) Debit Aliran Pipa
(ml/s)
1 31 200 6,45
2 31 200 6,89
3 31 200 6,25
Rata- 31 200 6,53
Rata

C. Menghitung debit aliran untuk panjang pipa berbeda dan tekanan sama
(Pipa 1 lebih panjang dibanding pipa 2)

NO Waktu (s) Volume Pipa 1 Volume Pipa 2 Debit Aliran Debit


(m) (m) Pipa 1 (ml/s) Aliran Pipa
2 (ml/s)
1 15 300 280 20 18.66
2 15 310 270 20.66 18
3 15 300 290 20 20
4 15 320 200 21.33 14
5 15 300 300 21,33 15,33
Rata-Rata 306 268 20,67 17,2

D. Menghitung debit aliran untuk panjang pipa sama dan diameter berbeda
(Pipa 1 berdiameter lebih besar dibanding pipa 2)

6
NO Waktu (s) Volume Pipa 1 Volume Pipa 2 Debit Aliran Debit
(m) (m) Pipa 1 (ml/s) Aliran Pipa
2 (ml/s)
1 15 150 340 10 22.7
2 15 150 340 10 22.7
3 15 150 340 10 22.7
Rata-Rata 150 340 10 22,7

Kesimpulan:

Hukum Poiseuille dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

•Tekanan: makin besar tekanannya maka makin besar pula debitnya.

•Panjang pipa: makin panjang pipanya maka makin kecil debitnya.

•Viskositas: makin besar viskositasnya maka makin kecil debitnya.

•Diameter pipa: makin besar diameternya maka makin besar debitnya.

7
III. SISTEM KARDIOVASKULAR
III.1. PENGUKURAN SECARA TIDAK LANGSUNG TEKANAN DARAH
ARTERI PADA ORANG
I. Tujuan
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :
1. Mengukur tekanan darah arteri brachialis dengan cara auskultasi dengan penilaian
menurut metoda lama dan metode baru “The American Heart Association” (AHA)
2. Mengukur tekanan darah arteri brachialis dengan cara palpasi
3. Menerangkan perbedaan hasil pengukuran cara auskultasi dengan cara palpasi.
4. Membandingkan hasil pengukuran tekanan darah arteri brachialis pada sikap
berbaring, duduk dan berdiri.
5. Menguraikan berbagai factor penyebab perubahan hasil pengukuran tekanan darah
pada ketiga sikap tersebut di atas.
6. Membandingkan hasil pengukuran darah arteri brachialis sebelum dan sesudah kerja
otot.
7. Menjelaskan berbagai faktor penyebab perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah
kerja otot.
II. Prosedur:
Alat yang diperlukan:
1. Sfigmomanometer
2. Stetoskop
TATA KERJA
I. Pengukuran tekanan darah arteri brachialis pada sikap berbaring, duduk, dan
berdiri
Berbaring terlentang
1. Suruhlah orang percobaan (o.p) berbaring terlentang dengan tenang selama 10
menit.
2. Selama menunggu, pasanglah manset sfignometer pada lengan o.p
P.III.1.1 Apa yang harus diperhatikan pada waktu memasang manset?
Jawab:
a. Perhatikan posisi A. brachialis. Letak pemasangan manset pada lengan atas
di atas siku atau 1/3 proksimal lengan atas. Manset dipasang ± 3 jari/2-3 cm
diatas fossa cubiti
b. Manset harus sejajar atau setinggi jantung
c. Lakukan pengecekan alat dan pastikan alat terpasang dengan benar, periksa
keadaan karet pompa

8
d. Pemasangan manset tidak boleh terlalu ketat atau terlalu longgar karena
akan mempengaruhi hasil pembacaan.
e. Tidak ada penghalang antara manset dan kulit, misalnya pakaian
3. Carilah dengan cara palpasi denyut A. brachialis pada fossa cubiti dan denyut
A.radialis pada pergelangan tangan kanan o.p
P.III.1.2 Mengapa kita harus meraba letak denyut A.brachialis dan A.radialis
o.p?
Jawab: Untuk menghitung tekanan darah, kita harus meraba arteri yang
denyutnya cukup jelas dan tempat aliran darah yang sudah laminar
(tenang) serta mudah diperiksa pada o.p. Meraba A. radialis bertujuan
untuk memeriksa frekuensi nadi o.p, dan meraba A.brachialis bertujuan
untuk menentukan sistolik palpatoir o.p dan mengetahui perbedaan
antara tekanan sistolik dan diastolik o.p.
4. Setelah o.p berbaring 10 menit, tetapkan kelima fase Korotkoff dalam
pengukuran tekanan darah o.p tersebut
P.III 1.3 Tindakan apa yang saudara lakukan secara berturut-turut untuk
mengukur tekanan darah ini?
Jawab: Dengan cara mendengar secara auskultasi bunyi yang timbul pada
A.brachialis yang disebut bunyi Korotkoff. Bunyi Korotkoff adalah
bunyi bernada rendah, yang berasal dari dalam pembuluh darah yang
berkaitan dengan turbulensi yang dihasilkan dengan menyumbat arteri
secar parsial dengan manset tekanan darah.pada A.brachialis.
Turunkanlah tekanan manset perlahan-lahan sambil meletakkan
stetoskop di atas arteri brachialis. Akan terdengar bunyi mengetuk yaitu
ketika darah mulai melewati arteri yang tertekan oleh manset sehingga
terjadilah turbulensi. Bunyi yang terdengar disebut bunyi Korotkoff dan
dapat dibagi dalam lima fase yang berbeda.
P.III.1.4. Sebutkan kelima fase Korotkoff. Bagaimana menggunakan fase
Korotokoff tersebut dalam pengukuran tekanan darah dengan penilaian
menurut metode alam dan baru?
Jawab:
 Fase 1: Suara jelas pertama yang terdengar saat darah mula-mula
mengalir pada pembuluh nadi, sifatnya lemah tetai nadanya agak
tinggi. Terjadi bila tekanan penyumbat turun sampai tekanan
darah sistolik, suara mengetuknya jelas dan secara berangsur-
angsur intensitasnya meningkat ketika tekanan penyumbat turun.
 Fase 2: Suara terdengar seperti terhambat dan mungkin
menghilang, berubahnya ukuran pembuluh darah karena tekanan
baru dilepaskan menimbulkan getaran yang mengakibatkan suara
itu seperti terhambat, menghilangnya suara disebut Auskulatory
gap (bunyi seperti K1 tetapi disertai bising)
 Fase 3: Suara menjadi lebih jelas karena tekanan manset
diperlonggar, pembuluh nadi tetap terbuka/mengembang selama

9
terjadinya kuncup jantung (bunyi berubah menjadi keras, nada
rendah, tanpa bising)
 Fase 4: Fase diastolik (cara lama). Suaranya berubah dan menjadi
lambat karena tekanan dalam pembuluh nadi, saat pertama kali
bunyi yang terdengar jelas melemah)
 Fase 5: Fase diastolik (cara baru). Semua suara menghilang
karena pembuluh nadi tetap terbuka selama terjadinya seluruh
siklus gerak jantung
5. Ulangi pengukuran sub.4 sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan
catatlah hasilnya.
P.III 1.5 Apa yang harus diperhatikan bila kita ingin mengulangi tekanan
darah? Apa sebabnya?
Jawab: Memberikan interval waktu untuk pemeriksaan kembali yang akan
dilakukan, karena bertujuan utuk menstabilkan aliran darah atau
mengembalikan keadaan normal setelah adanya gangguan
hemodinamik yang sesaat pada saaat dilakukan pengukuran tekanan
darah.

Duduk:

6. Tanpa melepaskan manset o.p disuruh duduk. Setelah ditunggu 3 menit ukurlah
lagi tekanan darah A.brachialisnya dengan cara yang sama. Ulangi pengukuran
sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.
P.III.1.6 Sebutkan 5 faktor yang menentukan besar tekanan darah arteri.
Jawab: Volume darah yang bersirkulasi, elastisitas dinding arteri, curah jantung,
resistensi perifer, dan viskositas darah.

Berdiri:

7. Tanpa melepaskan manset o.p disuruh berdiri. Setelah ditunggu 3 menit ukurlah
lagi tekanan darah A.brachialisnya dengan cara yang sama. Ulangi pengukuran
sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.
P.III.1.7 Mengapa pengukuran dilakukan beberapa saat setelah berdiri?
Jawab: Karena adanya perpindahan posisi, dibutuhkan interval waktu sebelum
pengukuran agar aliran darah dalam tubuh dapat stabil.
8. Bandingkan hasil pengkuran tekanan darah o.p pada ketiga sikap yang berbeda
diatas
II. Pengukuran tekanan darah sesudah kerja otot
1. Ukurlah tekanan darah A.brachialis o.p dengan penilaian menurut metode baru
pada sikap duduk (o.p tidak perlu yang sama seperti pada sub.I)
2. Tanpa melepaskan manset suruhlah o.p berlari di tempat dengan frekwensi ± 120
loncatan/menit selama 2 menit. Segera setelah selesai, o.p disuruh duduk dan
ukurlah tekanan darahnya.

10
3. Ulangi pengukuran tekanan darah ini tiap menit sampai tekanan darahnya
kembali seperti semula. Catatlah hasil pengukuran tersebut.
P.III.1.8 Bagaimana tekanan darah seseorang segera setelah melukakan kerja
otot?
Jawab: Tekanan darahakan meningkat, karena saat otot bekerja, jantung
memompa darah lebih cepat daripada saat normal.
III. Pengukuran tekanan darah a. brachialis dengan cara palpasi
1. Ukurlah tekanan darah a. brachialis o.p pada sikap duduk dengan cara auskultasi (sub
I)
2. Ukurlah tekanan darah a. brachialis o.p pada sikap yang sama dengan cara palpasi
P.III.1.9 Bagaimana sdr. Melakukan pengukuran tekanan darah cara palpasi?
Jawab: Raba a. brachialis o.p dan tekanan dalam manset dinaikan dengan memompa
sampai denyut menghilang. Tekanan dalam manset kemudian diturunkan
dengan memutar tombol pada pompa perlahan-lahan saat dimana denyut arteri
teraba kembali menunjukkan tekanan darah sistolik. Dengan metode ini kita
tidak dapat menentukan tekanan darah diastolic. Metode palpasi harus
dilakukan sebelum melakukan auskultasi untuk menentukan tinggi tekanan
sistolik.
IV. Hasil Praktikum
DATA DASAR ORANG PERCOBAAN (O.P)
Nama : Melati Ganeza dan Muhammad Rayi Wicaksono
Usia : 19 th
Jenis kelamin : Wanita dan Pria
1. Pengukuran tekanan darah arteri brachialis pada sikap berbaring, duduk,
dan berdiri
No. Berbaring (mmHg) Duduk (mmHg) Berdiri (mmHg)
1. 100/80 100/80 110/80
2. 100/80 110/80 110/80
3. 100/80 110/80 100/80
Rata-Rata 100/80 107/80 107/80

11
2. Pengukuran tekanan darah sesudah kerja otot
Tekanan darah sesudah kerja otot/menit sampai kembali seperti keadaan
semula
Waktu (tiap menit) Tekanan darah (mmHg)
1 120/80
2 120/80
3 110/80
4 110/80
5 100/80

3. Pengukuran tekanan darah a. brachialis dengan cara palpasi


1. Tekanan darah a. brachialis dengan cara palpasi hanya didapatkan hasil sistole
110 mmHg
2. Tekanan darah a. brachialis dengan cara auskultasi didapatkan hasil
sistole/diastole = 110/80 mmHg
III. Diskusi
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tekanan darah dan aliran balik vena
Faktor yang mempengaruhi perubahan tekanan darah:
a. Jumlah darah yang kembali ke jantung melalui vena. Jika darah yang kembali
menurun, otot jantung tidak akan terdistensi, kekuatan ventrikular pada fase
sistolik akan menurun. Pada keadaan tidur/ pada saat tubuh dalam keadaan
horizontal, pengenbalian darah ke jantung melalui vena dapat dipertahankan
dengan mudah. Tapi, ketika berdiri aliran vena kembali ke jantung
mengalami tahanan lain, yaitu gravitasi.
b. Frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung. Apabila frekuensi dan kekuatan
otot jantung meningkat, tekanan darah akan ikut meningkat. Inilah yang
terjadi pada saat olah raga. Akan tetapi, apabila jantung berdetak terlalu
kencangm ventrikel tidak akan terisi sepuenuhnya, sehingga curah jantung
dan tekanan darah akan menurun.
c. Resistensi perifer.
d. Elastisitas arteri besar. Saat ventrikel berkontraksi, darah yang memasuki
arteri besar akan membuat dinding arteri berdistensi. Dinding arteri ini
bersifat elastis dan dapat menahan gaya yang dihasilkan aliran darah.
Elastisitas ini menyebabkan tekanan diastol yang meningkat dan sistol yang
menurun. Saat ventrikel kiri relaksasi, dinsing arteri juga akan kembali
keukuran normal, sehingga tekanan diastol tetap berada di batas normal.
e. Viskositas darah. Viskositas darah normal bergantung pada keberadaan sel
darah merah dan protein plasma, seperti albumin. Kadar sela darah merah

12
yang terlalu tinggi akan mengakibatkan viskositas naik shingga tekanan darah
pun ikut naik. Begitu pula sebaliknya.
f. Kehilangan darah.
g. Hormon. Contoh: pada saat stress, medula kelenjar adrenal akan
mengekskresikan norepinefrin dan epinefrin yang keduanya akan
meningkatkan vasokontriksi shingga meningkatkan tekanan darah.
Aliran balik vena dipengaruhi oleh:
a. Pompa jantung
b. Tekanan negatif rongga thorak
c. Kontraksi otot rangka & katup-katup vena
2. Fungsi baroreseptor dalam kontrol tekanan darah
Sinus caroticus dan arcus aorta berperan sebagai baroreseptor. Apabila pada
suatu kondisi tekanan arteri meningkat diatas normal, baroreseptor akan
meningkatkan kecepatan pembentukan potensial aksi di neuron aferen masing-
masing. Kecepatan pembentukan tersebut akan dibaca oleh pusat kontrol
kardiovaskular kemudian respons dari pembacaan tersebut adalah diturunkannya
aktivitas simpatis dan ditingkatkannya aktivitas parasimpatis ke sistem
kardiovaskular.
Sinyal eferen parasimpatis akan menurunkan kecepatan denyut jantung dan
volume sekuncup, vasodilatasi arteriol dan vena yang berakibat menurunnya curah
jantung dan tahanan perifer total sehingga tekanan darah kembali normal.
Sebaliknya pada kondisi dimana tekanan darah turun dibawah normal,
aktivitas baroreseptor turun kemudian menginduksi pusat kardiovaskular untuk
meningkatkan aktivitas jantung dan vasokonstriktor simpatis sementara
menurunkan aktivitas parasimpatis. Eferen simpatis akan meningkatkan kecepatan
denyut jantung dan volume sekuncup disertai vasokonstriksi arteriol dan vena.
Perubahan ini menyebabkan peningkatan curah jantung dan tahanan perifer total
sehingga tekanan darah yang rendah akan kembali normal.
IV. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa tekanan darah arteri akan optimal
dengan kondisi berbaring karena seluruh badan terletak pada bidang horizontal
yang menyebabkan tekanan arteri rata-rata di seluruh tubuh sama dan pada saat
berbaring posisi badan tegak lurus terhadap gaya berat sehingga pengaruh gaya berat
terhadap kolom darah adalah sama. Namun perlu diperhatikan, posisi tangan pun
berpengaruh. Apabila lengan atas lebih rendah dibandingkan posisi atrium kanan
(pada saat duduk), maka tekanan darah akan meningkat. Hal ini terlihat ketika
tekanan darah duduk lebih tinggi dibandingkan tekanan ketika berbaring.
Dan dapat dilihat pula tekanan darah pada saat berdiri lebih rendah dari pada
saat posisi berbaring dan duduk. Hal tersebut disebabkan tekanan darah arteri yang
terpusat di kaki karena mendapat tambahan tekanan hidrostatis kolom darah di badan
sedangkan di kepala tidak. Pada saat kita melakukan olah raga akan terjadi
peningkatan kebutuhan oksigen pada sel otot. Hal ini menyebabkan peningkatan
suplai darah ke eksremitas, sehingga terjadi pelebaran pembuluh darah yang akan

13
mengakibatkan turunnya preload dan afterload. Kemudian curah jantung akan
menurun dan baroreseptor akan bereaksi terhadap keadaan tersebut dengan
meningkatkan aktivitas simpatis dan menurunkan aktivitas parasimpatis. Akibatnya,
terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung dan nadi untuk meningkatkan curah
jantung. Sehingga akan terjadi kenaikan tekanan darah.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah secara fisiologis adalah
karena istirahat, perubahan sikap, dan kerja otot. Apabila dalam posisi berbaring
tekanan darah lebih rendah dan meningkat bila menjadi duduk ataupun berdiri
kemudian akan meningkat juga pada waktu kerja otot.

14
III.2. KESANGGUPAN KARDIOVASKULAR
TUJUAN
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :
1. Mengukur tekanan darah arteri brachialis pada sikap berbaring
2. Memberikan rangsang pendingin pada tangan selama satu menit
3. Mengukur tekanan darah a.brachialis selama perangsangan pada sub.2
4. Menetapkan waktu pemulihan tekanan darah a.brachialis
5. Menggolongkan orang percobaan dalam golongan hipereaktif atau hiporeaktif
6. Melakukan percobaan “naik turun bangku”
7. Menetapkan indeks kesanggupan badan manusia dengan cara lambat dan cara cepat
8. Menilai indeks kesanggupan badan manusia berdasarkan hasil sub.7

ALAT YANG DIPERLUKAN


1. Sfigmomanometer dan stetoskop
2. Ember kecil berisi air es dan thermometer kimia
3. Pengukur waktu (arloji atau stopwatch)
4. Bangku setinggi 19 inchi
5. Metronome (frekwensi 120x/menit)

TATA KERJA
III.2.1 Test peninggian tekanan darah dengan pendinginan (Cold Pressure Test)
1. Suruh o.p berbaring terlentang dengan tenang selama 20 menit
2. Selama menunggu pasanglah manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas o.p
3. Setelah o.p berbaring 20 menit, tetapkanlah tekanan darahnya setiap 5 menit sampai
terdapat hasil yang sama 3 kali berturut-turut
4. Tanpa membuka manset suruhlah o.p memasukkan tangan kirinya kedalam air es
(4°C) sampai pergelangan tangan
5. Pada detik ke 30 dan detik ke 60 pendinginan, tetapkanlah tekanan sistolik dan
diastoliknya
6. Catatlah hasil pengukuran tekanan darah o.p selama pendinginan. Bila pada
pendinginan tekanan sistolik naik lebih besar dari 20 mmHg dan tekanan sistolik lebih
dari 15 mmHg dari tekanan basal, maka o.p termasuk golongan hipereaktor. Bila
kenaikan tekanan darah o.p masih dibawha angka-angka tersebut diatas, maka o.p
termasuk golongan hiporeaktor
7. Suruhlah o.p segera mengeluarkan tangan kirinya dari es dan tetapkanlah tekanan
sistolik dan diastoliknya setiap 2 menit sampai kembali ke tekanan darah basal
8. Bila terdapat kesukaran pada waktu pengukuran tekanan sistolik dan diastolic pada
detik ke 30 dan detik ke 60 pendinginan. Surulah o.p segera mengeluarkan tangan
kirinya dari es dan tetapkanlah tekanan sistolik dan diastoliknya setiap 2 menit sampai
kembali ke tekanan darah basal. Setelah tekanan darah kembali ke tekanan basal,
lakukan percobaan yang kedua untuk menetapkan tekanan diastolic pada detik ke 30
dan detik ke 60 pendinginan.

III.2.2 Percobaan naik turun bangku (Harvard Step Test)


1. Suruhlah o.p berdiri menghadap bangku setinggi 19 inci sambil mendengarkan
detakan sebuah metronome dengan frekwensi 120 kali per menit.

15
2. Suruhlah o.p menempatkan salah satu kakinya di bangku, tepat pada suatu detakan
metnome
3. Pada detakan berikutnya (dianggap sebagai detakan kedua) kaki lainnya dinaikkan ke
bangku sehingga o.p berdiri tegak diatas bangku
4. Pada detakan ketiga, kaki yang pertama naik diturunkan
5. Pada detakan keempat, kaki masih diatas bangku diturunkan sehingga o.p berdiri
tegak lagi didepan bangku
6. Siklus tersebut diulang terus menurus sampai o.p tidak kuat lagi tetapi tidak lebih dari
5 menit. Catat berapa lama percobaan tersebut dilakukan dengan menggunakan
stopwatch
7. Segera setelah itu, o.p disuruh duduk. Hitunglah dan catatlah frekwensi denyut
nadinya selama 30 detik sebanyak 3 kali masing-masing dari 1’-1’30”, dari 2’-2’30”
dan dari 3’-3’30”
8. Hitunglah indeks kesanggupan o.p serta berikan penilaiannya menurut 2 cara berikut :
a. Cara lambat
𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑛𝑎𝑖𝑘 𝑡𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑏𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)×100
Indeks kesanggupan badan = 2 ×𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑦𝑢𝑡 𝑛𝑎𝑑𝑖 𝑡𝑖𝑎𝑝 30"
Penilaian :
Kurang dari 55 = Kesanggupan kurang
55-64 = Kesanggupan sedang
65-79 = Kesanggupan cukup
80-89 = Kesanggupan baik
Lebih dari 90 = Kesanggupan amat baik
b. Cara cepat
 Dengan rumus
𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑛𝑎𝑖𝑘 𝑡𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑏𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)×100
Indeks kesangkupan badan = 5,5 ×𝑑𝑒𝑛𝑦𝑢𝑡 𝑛𝑎𝑑𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 30" 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎

 Dengan daftar
Lamanya Pemulihan denyut nadi dari 1 menit hingga 11½ menit
percobaan
40- 45- 50- 55- 60- 65- 70- 75- 80- 85- 90-
44 49 54 59 64 69 74 79 84 89
0”-29” 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
0’30”-0’59” 20 15 15 15 15 10 10 10 10 10 10
1’0”-1’29” 30 30 25 25 20 20 20 15 15 15 15
1’30’-1’59” 45 40 40 35 30 30 25 25 25 20 20
2’0”-2’29” 60 50 45 45 40 35 35 30 30 30 25
2’30”-2’59” 70 64 60 55 50 45 40 40 35 35 35
3’0”-3’29” 85 75 70 60 55 55 50 45 45 40 40
3’30”-3’59” 100 85 80 70 65 60 55 55 50 45 45
4’0”-4’29” 110 100 90 80 75 70 65 60 55 55 50
4’30”-4’59” 125 110 100 90 85 75 70 65 60 60 55
5’0” 130 115 105 95 90 80 76 70 65 65 60
Petunjuk-petunjuk :
Carilah baris yang berhubungan dengan lamanya percobaan
Carilah lajur yang berhubungan dengan banyaknya denyut nadi selama 30”
pertama
Indeks kesanggupan badan terdapat di persilangan baris dan lajur
Penilaian :
Kurang dari 50 = Kurang

16
50-80 = Sedang
Lebih dari 80 = Baik

LAPORAN DAN HASIL PRATIKUM


A. Tes peninggian tekanan darah dengan pendingin (Cold Pressure Test)
Nama o.p : Vindhita Ratiputri
Tekanan basal setelah 20 menit istirahat
Tekanan
Waktu
Sistole Diastole
0 menit 110 mmHg 70 mmHg
5 menit 110 mmHg 70 mmHg
5 menit 110 mmHg 70 mmHg

Tekanan darah saat tangan dimasukkan kedalam air es


Tekanan
Waktu
Sistole Diastole
30 detik 120 mmHg 80 mmHg
60 detik 120 mmHg 80 mmHg

B. Percobaan naik turun bangku (Harvard Step Test)


Nama o.p : Melati Ganeza
Lama naik turun bangku : 2’42”
Denyut pada 30” : 51 x/menit
Denyut pada 1’ : 58 x/menit
Denyut pada 1’30” : 58 x/menit
- Indeks kesanggupan

CARA LAMBAT
𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑛𝑎𝑖𝑘 𝑡𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑏𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)×100
= 2 ×𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑦𝑢𝑡 𝑛𝑎𝑑𝑖 𝑡𝑖𝑎𝑝 30”

162×100
= 2×167

16200
= 334

= 48,5 (Kesanggupan kurang)

17
CARA CEPAT
𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑛𝑎𝑖𝑘 𝑡𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑏𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)×100
= 5,5 ×𝑑𝑒𝑛𝑦𝑢𝑡 𝑛𝑎𝑑𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 30" 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎

162×100
= 5,5×51

16200
= 280,5

= 57,75 (Kesanggupan sedang)

PERTANYAAN DAN JAWABAN


P.III.2.1 Mengapa o.p harus berbaring selama 20 menit?
Supaya o.p lebih rileks agar hasil test lebih makasimal

P.III.2.2 Apa kontraindikasi untuk melakukan Cold Pressure Test?


Orang yang memiliki penyakit jantung atau vascular, terutama penyakit Sindrom Raynauld,
memiliki masalah diabetes, tekanan darah, epilespsi, kehamilan dan luka serius
P.III.2.3 Bagaimana caranya supaya saudara dapat mengukur tekanan darah o.p
dengan cepat?
Sebelum memeriksa alat sudah disiapkan sehingga lebih cepat mengukuur saat detik ke-30
dan tidak melepaskan manset
P.III.2.4 Apa yang diharapkan terjadi pada tekanan darah o.p selama pendinginan,
terangkan mekanismenya
Saat tubuh manusia dalam temperature yang lebih rendah, pembuluh-pembuluh darah akan
menyempit (vasokontriksi), terutama pembuluh darah perifer. Tujuan vasokontriksi tersebut
adalah untuk menjaga panas tubuh agar tidak keluar. Vasokontriksi tersebut berdampak pada
naiknya tekanan darah sistol dan diastole. Bila pada pendinginan tekanan sistolik naik lebih
dari 20 mmHg dan tekanan diastole lebih dari 15 mmHg dari tekanan basal, maka o.p
termasuk ke dalam golongan orang yang hiperreaktor yang memiliki potensi hipertensi. Bila
kenaikan tekanan darah o.p dibawah angka-angka diatas, maka o.p termasuk hiporeaktor
P.III.2.5 Apa gunanya kita mengetahui bahwa seseorang termasuk golongan
hiperreaktor atau hipereaktor?
Bisa memprediksikan o.p apakah memiliki potensi hipertensi atau tidak, dan dapat dilakukan
pencegahan dini.
P.III.2.6 Hitung indeks kesanggupan badan seseorang dengan cara lambat dan cepat
dengan data sebagai berikut :
Lama naik turun bangku : 4’
Denyut nadi pada
1’-1’30” = 75

18
2’-2’30” = 60
3’-3’30” = 40
a. Cara lambat
𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑛𝑎𝑖𝑘 𝑡𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑏𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)×100
= 2 ×𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑦𝑢𝑡 𝑛𝑎𝑑𝑖 𝑡𝑖𝑎𝑝 30"
240×100
= 2×175
24000
= 350
= 68,57
𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑛𝑎𝑖𝑘 𝑡𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑏𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)×100
b. Cara cepat = 5,5 ×𝑑𝑒𝑛𝑦𝑢𝑡 𝑛𝑎𝑑𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 30" 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎

240×100
= 5,5×75
24000
= 412,5
= 58,18

19
III.3 PENGARUH PERANGSANGAN N. VAGUS PADA JANTUNG KURA-KURA
TUJUAN
Pada akhir praktikum ini mahasiswa harus dapat
1. Membebaskan N.vagus (N.X) kiri dan kanan.
2. Membuktikan pengaruh kegiatan N.X. yang terus menerus (vagotonus) pada jantung.
3. Mencatat dan menjelaskan pengaruh perangsangan lemah dan kuat N.X pada jantung
dalam hal:
a. Masa laten
b. Akibat ikutan (after effect)
c. Frekuensi denyut
d. Kekuatan kerutan
4. Mendemostrasikan peristiwa lolos vagus (vagal escape).

Alat dan binatang percobaan yang diperlukan :


1. Kura-kura + meja operasi kura + tali pengikat
2. Kimograf rangkap + kertas + perekat + kipas kimograf + statif dan klem
3. 2 pencatat jantung + 2 penjepit jantung
4. 2 sinyal maknit : 1 untuk mencatat tanda waktu (waktu = 1 detik),1 untuk mencatat
tanda rangsang
5. Stimulator induksi + elektroda perangsang + kawat-kawat
6. Botol plastik berisi larutan ringer + pipet
7. Benang + malam + kapas

Tata Kerja :

III.3.1 Pengaruh kegiatan N.X. yang terus menerus pada jantung.

1. Ikatlah keempat kaki kura kura yang telah dirusak otaknya dan dibor perisai
dadanya pada meja operasi.
2. Lepaskan perisai dada kura-kura yang telah dibor dari jaringan di bawahnya
dengan menggunakan pinset dan scalpel tanpa menimbulkan banyak
pendarahan.
3. Bukalah dengn gunting pericardium yang membungkus jantung secara hati-
hati agar jangan terjadi pendarahan. Sekarang terlihat jantung berdenyut
dengan jelas.
4. Bebaskan kedua N.X sesuai dengan petunjuk umum.
5. Buatlah 2 ikatan longgar ada setiap N.X.
6. Buktikanlah bahwa kedua saraf yang saudara bebaskan benar-benar N.X
dengan cara merangsangnya dengan arus faradic yang cukup kuat dan cukup
lama untuk memperlihatkan efek N.X terhadap jantung.
P.III.3.1 Apakah N.X termasuk golongan saraf kolinergik?

Jawab : Ya

P.III.3.2 Bagaimana pengaruh N.X. pada jantung berdasarkan pembagian saraf


adrenergic dan kolinergik?

20
Jawab : Dapat membuat denyut jantung semakin lambat

P.III.3.3 Apa yang saudara harapkan dapat dilihat pada jantung kura-kura bila
N.X.dirangsang?

Jawab: Denyut jantung akan semakin lambat dan kemudian berhenti sehingga
terjadi cardiac arrest

7. Hitunglah frekuensi denyut jantung.


8. Ikatlah kuat-kuat semua ikatan longgar tersebut di atas dan guntinglah kedua
N.X diantara dua ikatan.
9. Tunggulah 1 menit dan hitunglah kembali frekuensi denyut jantung.

P.III.3.4 Mengapa harus menunggu 1 menit sebelum menghitung kembali


frekuensi denyut jantung ?

Jawab : Karena efek dari pemotongan N.X baru terjadi setelah 1 menit.

P.III.3.5 Perubahan apa yang diharapkan pada frekuensi denyut jantung setelah
pemotongan kedua N.X?

Jawab : Tidak ada perubahan apa-apa, denyut jantung tetap dalam keadaan
normal.

III.3.2 Pengaruh perangsangan N.X pada atrium dan ventrikel.

1. Pasanglah berbagai alat sesuai dengan gambar sehingga saudara


dapat mencatat
a. Mekanomiogram atrium
b. Mekanomiogram ventrikel
c. Tanda rangsang
d. Tanda waktu (1detik)
Usahakan supaya ke-empat pencatat di atas mempunyai titik sinkron yang
sedapat dapatnya terletak pada 1 garis ventrikel.
2. Tanpa menjalankan tormol, rangsanglah N.X. kanan bagian perifer
dengan rangsang faradic lemah, sehingga terlihat jelas timbulnya brakikardi.
3. Jalankan tromol dengan kecepatan yang tepat untuk mencatat 10 denyut
jantung sebagai kontrol. Tanpa menghentikan tromol rangsanglah N.X kanan
bagian perifer dengan rangsang sub2 selama 5 detik. Hentikan tromol setelah
terjadi pemulihan jantung yang sempurna.
Perhatikan : a. Masa laten
b. akibat ikutan (after effect)
c. Frekuensi denyut
d. Kekuatan kerutan

P.III.3.6 Apa yang dimaksud : a. Masa laten b. akibat ikutan ?

Jawab :

21
a. Masa laten adalah periode antara pemberian rangsang hingga timbul
kontraksi yang pertama

b. akibat ikutan adalah denyut ikutan yang lebih kuat sehingga terjadinya vagal
escape

4. Tanpa menjalankan tromol rangsanglah N.X kanan bagian perifer


dengan rangsang faradic yang cukup kuat sehingga terlihat jelas timbulnya
henti jantung.
5. Setelah menunggu 5 menit mengulangi percobaan sub3 dengan menggunakan
rangsang faradic sub4 sehingga terjadi henti jantung (cardiac arrest).

P.III.3.7 Bagaimana mekanisme henti jantung?

Jawab : Henti jantung atau Cardiac arrest disebut juga cardio respiratory arrest,
cardiopulmonary arrest, atau circulatory arrest, merupakan suatu keadaan
darurat medis dengan tidak ada atau tidak adekuatnya kontraksi ventrikel kiri
jantung yang dengan seketika menyebabkan kegagalan sirkulasi. Gejala dan
tanda yang tampak, antara lain hilangnya kesadaran, napas dangkal dan cepat
bahkan bisa terjadi apnea (tidak bernafas), tekanan darah sangat rendah
(hipotensi) dengan tidak ada denyut nadi yang dapat terasa pada arteri, dan
tidak denyut jantung.

Penyebab cardiac arrest yang paling umum adalah gangguan listrik di


dalam jantung.Jantung memiliki sistem konduksi listrik yang mengontrol
irama jantung tetap normal. Masalah dengan sistem konduksi dapat
menyebabkan irama jantung yang abnormal, disebut aritmia. Terdapat banyak
tipe dari aritmia, jantung dapat berdetak terlalu cepat, terlalu lambat,atau
bahkan dapat berhenti berdetak. Ketika aritmia terjadi, jantung memompa
sedikit ataubahkan tidak ada darah ke dalam sirkulasi.

Aritmia dicetuskan oleh beberapa faktor, diantaranya: penyakit jantung


koroner yang menyebabkan infark miokard (serangan jantung), stress fisik
(perdarahan yang banyak akibat luka trauma atau perdarahan dalam, sengatan
listrik, kekurangan oksigen akibat tersedak,penjeratan, tenggelam ataupun
serangan asma yang berat), kelainan bawaan yang mempengaruhi
jantung,perubahan struktur jantung (akibat penyakit katup atau otot jantung)
dan obat-obatan. Penyebab lain cardiacarrest adalah tamponade jantung
dantension pneumothorax.

Patofisiologi cardiac arrest tergantung dari etiologi yang


mendasarinya.Namun, umumnya mekanisme terjadinya kematian adalah
sama.Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti.
Berhentinya peredaran darah mencegah aliran oksigen untuk semua organ
tubuh. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya
suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke

22
otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas
normal. Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani
dalam 5menit dan selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10 menit (Sudden
cardiac death).

III.3.3 Lolos Vagus (Vagal Escape)

1. Jalankan tromol dengan kecepatan yang tepat untuk mencatat 10 denyut jantung
sebagai kontrol. Tanpa menghentikan tromol rangsanglah N.X. kanan bagian
perifer dengan rangsang faradic cukup kuat sehingga terjadi henti jantung.
Teruskan perangsangan dan pencatatan sehingga timbul lolos vagus. Bila
perangsangan sudah berlangsung 30 detik tanpa terjadi lolos vagus hentikan
perangsangan.

P.III.3.8 Apa yang dimaksud dengan lolos vagus?

Jawab: Berdetaknya kembali denyut jantung setelah terjadinya cardiac arrest

P.III.3.9 Bagaimana mekanisme terjadinya lolos vagus?

Jawab : Pada saat cardiac arrest, tidak terjadi denyut. Tetapi dalam keadaan ini
darah terus mengalir dari atrium ke ventrikel, sehingga katup semilunar terbuka
dan terjadilah kontraksi denyut sistol pertama yang tidak begitu kuat.

2. Bila pada usaha saudara yang pertama lolos vagus tidak terjadi, maka boleh dicoba
2x lagi dengan waktu rangsang yang lebih lama, dan bila masih juga belum
berhasil hentikanlah percobaan saudara.

P.III.3.10 Faktor apa yang menghilangkan kemungkinan terjadinya lolos vagus ?

Jawab: Lolos vagus dapat tidak terjadi dikarenakan rangsangan yang terlalu lama
mengakibatkan NX terus bekerja, sehingga jantung tetap berhenti atau
dikarenakan otot jantung yang mengalami kelelahan.

KESIMPULAN

Ketika dilakukan perangsangan pada N. Vagus maka akan terjadi cardiac arrest
yaitu henti jantung, namun ketika rangsangan yang diberikan terhadap N. Vagus tersebut
dihentikan, maka jantung akan kembali berdenyut dengan diawali kejadian lolos vagus.

23
III.5 URUTAN DENYUT KERUTAN BERBAGAI BAGIAN JANTUNG & DENYUT
EKTOPIK PADA JANTUNG KURA-KURA

TUJUAN

Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat

1. Membuat sediaan jantung kura sesuai dengan petunjuk umum.


2. Menetapkan urutan berbagai bagian jantung kura atas dasar pengamatan sendiri.
3. Mencatat mekanokardiogram atrium dan ventrikel kura.
4. Merangsang atrium dan ventrikel jantung dengan arus buka pada berbagai fase :
 Sistole
 Puncak systole
 Diastole
 Akhir diastole
5. Membedakan peka rangsangan atrium dan ventrikel jantung pada berbagai fase
kontraksi tersebut diatas.
6. Menerangkan terjadinya perbedaan kepekaan pada berbagai fase tersebut diatas.

Alat dan binatang percobaan yang diperlukan :

1. Kura-kura + meja operasi kura + tali pengikat


2. Kimograf rengkap + kapas kimograf + kertas + perekat
3. Statif + klem
4. 2 sinya maknit :1 untuk mencatat waktu, 1 untuk mencatat tanda
5. Kawat listrik
6. Stimulator induksi + elektroda perangsang
7. 2 pencatat jantung + penjepit jantung
8. Batang kuningan berbentuk huruf L
9. Benang + malam
Botol plastik berisi larutan Ringer + pipet

Tata Kerja :

III.5.1. Urutan kerutan berbagai bagian jantung.

1. Ikatlah ke 4 kaki kura yang telah dirusak otaknya dan dibor perisai dadanya, ada meja
operasi.
2. Lepaskan perisai dada kura-kura yang telah dibor dari jaringan dibawahnya dengan
menggunakan pinset dan scalpel tanpa menimbulkan banyak perdarahan.

P.III.5.1. Bagaimana cara yang baik untuk menghindarkan perdarahan pada tindakan
ini?
Jawab: Cara menghindari perdarahannya adalah dengan membor secara hati-hati perisai
dada dari kura–kura dan hindari jangan sampai jaringan dibawahnya terkena. Jaringan
dibawah dibuka menggunakan pinset dan skapel sehingga mengurangi pendarahan.

24
3. Bukalah dengan gunting pericardium yang membungkus jantung secara hati-hati
agar jangan terjadi perdarahan. Sekarang terlihat jantung berdenyut dengan jelas.

P.III.5.2. Apa beda anatomi yang penting antara jantung kura-kura dengan jantung
mammalia ?
Jawab: Beda jantung kura –kura dengan jantung mamalia adalah jantung kura –kura
hanya memiliki 1 ventrikel sedangkan mamalia 2 ventrikel.

4. Pelajari anatomi jantung kura-kura dengan bantuan petunjuk umum.


Untuk mempelajaribagian dorsal angkatlah ventrikel keatas dengan benda tumpul.

P.III.5.3.Apa bahaya manipulasi yang terlalu sering dan kasar terhadap jantung ?

Jawab : Dapat menyebabkan kerusakan jantung hingga henti jantung

5. Nyatakan urutan kerutan berbagai bagian jantung.

III.5.2. Denyut ektopik atrium dan ventrikel

1. Pasanglah pelbagi alat sesuai dengan gambar sehingga saudara dapat mencatat :
a. Mekanokardiogram atrium
b. Mekanokardiogram ventrikel
c. Tanda rangsangd
d. Tanda waktu

Usahakan supaya ke 4 pencatat itu mempunyai titik sinkron yang terletak pada satu
garisvertikal.

P.III.5.4 Apa yang dimaksud dengan titik sinkron ?

Jawab: Titik sinkron adalah sejumlah titik akhir sistole yang sejajar yang terjadi pada
ambang batas maksimum otot jantung dimana semua otot jantung telah berkontraksi

2. Tanpa menjalankan tromol kimogrof, carilah kekuatan rangsang buka yang dapat
menimbulkan denyut etopik atrium.

P.III.5.5 Apa yang dimaksud dengan denyut ektopik atrium?

Jawab : Denyut jantung abnormal yang rangsangannya tidak berasal dari SA node,
namun di otot atriumnya langsung

P.III 5.6 Pada saat apa sebaiknya perangsangan diberikan untuk menghasilkan
denyut ektopik?

Jawab : Pada saat diastol

P.III.5.7 Apa yang dimaksud dengan interval A.V dan bagaimana mengukurnya?

Jawab : Interval AV adalah jarak waktu dibutuhkan atrium dan ventrikel untuk
melakukan sistol dan diastol. Cara yang dilakukan dengan menggunakan
mekanokardiogram atrium dan ventrikel.

25
Berlatihlah sebaik-baiknya dalam memberikan rangsang dalam arus buka pada :
a. Sistole atrium
b. Puncak sistole atrium
c. Diastolik atrium
d. Akhir diastolik atrium

3. Jalankan tromol dengan kecepatan yang tepat (lihat gambar) untuk mencatat 10
denyut jantung sebagai kontrol. Tanpa menghentikan tromol rangsanglah atrium denga
n kekuatan rangsang sub.2 pada :
a. Sistole atrium
b. Puncak sistole atrium
c. Diastole atrium
d. Akhir diastolik atrium
Setiap kali setelah perangsangan biarkanlah jantung berdenyut 5–6 kali
4. Tanpa menjalankan tromol carilah rangsang buka yang dapat menimbulkan denyut
ektopikventrike

P.III.5.8 Apa yang dimaksud dengan denyut ektopik ventrikel?

Jawab: denyut jantung abnormal yang rangsangannya tidak berasal dari SA node, namun
langsung di otot ventrikel.

P.III.5.9 Mengapa ventrikel tidak boleh dirangsang dengan rangsang faradic?

Jawab: karena dengan adanya denyut ektopik dengan jumlah yang bermakna dikhawatirkan
akan menimbulkan fibrilasi ventrikel spontan dan akhirnya jantung menjadi rusak.

P.III.5.10 Apakah denyut ektopik ventrikel diikuti oleh denyut ektopik atrium?

Jawab: Tidak

P.III.5.11 Apa yang dimaksud dengan rehat kompensasi?

Jawab: Rehat kompensasi adalah istirahat saraf setelah melakukan denyut ektopik untuk
menghindari rangsang berlebihan

P.III.5.12 Bila rehat kompensasi penuh dan tidak penuh?

Jawab : Rehat kompensasi penuh adalah istirahat saraf setelah melakukan denyut ektopik
sesuai dengan waktu yang diperlukan, sedangkan yang tidak penuh adalah istirahat yang
belum sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.

5. Jalankan tromol dengan kecepatan yang tepat.


6. Catat 10 denyut normal sebagai kontrol. Tanpa menghentikan tromol rangsanglah
ventrikeldengan kekuatan rangsang sub 4 pada :
a. Sistole ventrikel
b. Puncak systole ventrikel
c. Diastole ventrikel

26
d. Akhir diastole ventrikel
Setiap kali setelah perangsangan biarkanlah jantung berdenyut 5-6 kali.

P.III.5.13 Apakah ada hubungan antara saat perangsangan dengan amplitudo denyut ektopik
yang dihasilkanya?

Jawab: Ya, amplitude yang dihasilkan menjadi lebih tinggi daripada amplitude denyut
normal.

KESIMPULAN

Denyut ektopik merupakan kelainan denyut yang timbul di luar sistol dan diastol
(denyut ekstra sistol). Denyut tersebut dapat dirangsang pada masa di luar refrakter absolut.
Hal ini dapat terjadi pada manusia jika saraf simpatis dirangsang secara kontinu (dengan
konsumsi kopi dan stress yang terus menerus).

27

Anda mungkin juga menyukai