Anda di halaman 1dari 13

Hukum Poiseuille

1. Tujuan Percobaan 1. Memahami karakterisitik aliran fluida. 2. Mengukur debit aliran fluida yang melewati pipa dengan diameter yang berbedabeda.

2. Alat-alat Percobaan 1. Tabung gelas yang panjangnya 80 cm 2. Statif untuk menjepit tabung agar berdiri vertical 3. Gelas ukur 4. Stopwatch 5. Aerometer dengan daerah ukur sampai 1,1 g/cm3 6. Pipa karet 7. Spuit (alat suntik) 8. Larutan NaCl

3. Teori Dasar Mengingat sifat umum efek kekentalan, bahwa kecepatan fluida kental yang mengalir melalui pipa tidak sama di seluruh titik penampang lintangnya. Lapisan paling luar fluida melekat pada dinding pipa dan kecepatannya nol. Dinding pipa "menahan" gerak lapisan paling luar tersebut dan lapisan ini menahan pula lapisan berikutnya, begitu seterusnya. Asal kecepatan tidak terlalu besar, aliran akan laminer, dengan kecepatan paling besar di bagian tengah pipa, lalu berangsur kecil sampai menjadi nol pada dinding pipa.

Gambar 1. (a) Gaya terhadap elemen silindris fluida kental, (b) Distribusi kecepatan,, (c) Pandangan dari ujung.

Misalkan dalam sepotong pipa yang radius dalamnya R dan panjangnya L mengalir fluida yang viskositasnya secara laminer (gambar 1). Sebuah silinder kecil beradius r berada dalam kesetimbangan (bergerak dengan kecepatan konstan) disebabkan gaya dorong yang timbul akibat perbedaan tekanan antara ujung-ujung silinder itu serta gaya kekentalan yang menahan pada permukaan luar. Gaya dorong ini adalah

Menggunakan persamaan umum untuk mencari koefisien viskositas, maka gaya kekentalan adalah

di mana dv/dr ialah gradien kecepatan pada jarak radial r dari sumbu. Tanda (-) negatif diberikan karena v berkurang bila r bertambah. Dengan menjabarkan gaya-gaya dan mengintegrasikannya akan diperoleh persamaan parabola. Garis Iengkung, pada Gambar 1(b) adalah grafik persamaan ini. Panjang anak-anak panah sebanding dengan kecepatan di posisis masing-masingnya. Gradien kecepatan untuk r sembarang merupakan kemiringan garis Iengkung ini yang diukur terhadap sebuah sumbu vertikal. Kita katakan bahwa aliran ini mempunyai profil kecepatan parabola.

Gambar 2. Menghitung debit aliran Q melalui rumus Poiseuille dengan: (a) panjang pipa sama, tekanan berbeda (b) panjang pipa berbeda, tekanan sama (c) panjang pipa sama, viskositas berbeda (d) panjang pipa sama, diameter berbeda

Untuk menghitung debit aliran Q, atau volume fluida yang melewati sembarang penampang pipa per satuan waktu. Volume fluida dV yang melewati ujung-ujung unsur ini waktu dt ialah v dA dt, di mana v adalah kecepatan pada radius r dan dA ialah luas yang diarsir sama dengan 2 r dr . Dengan mengambil rumusan v dari persamaan (2) kemudian mengintegrasikan seluruh elemen antara r = 0 dan r = R, dan membagi dengan dt, maka diperoleh debit aliran Q sebagai berikut: ( )( )( )

Rumus ini pertama kali dirumuskan oleh Poiseuille dan dinamakan hukum Poiseuille. Kecepatan aliran volum atau debit aliran berbanding terbalik dengan viskositas, dan berbanding lurus dengan radius pipa pangkat empat Apabila kecepatan suatu fluida yang mengalir dalam sebuah pipa melampaui harga kritis tertentu (yang bergantung pada sifat-sifat fluida dan pada radius pipa), maka sifat aliran menjadi sangat rumit. Di dalam lapisan sangat tipis sekali yang bersebelahan dengan dinding pipa, disebut lapisan batas, alirannya masih laminer. Kecepatan aliran di dalam lapisan batas pada dinding pipa adalah nol dan semakin bertambah besar. secara uniform di dalam lapisan itu. Sifat-sifat lapisan batas sangat penting sekali dalam menentukan tahanan terhadap aliran, dan dalam menetukan perpindahan panas ke atau dari fluida yang sedang bergerak itu. Di luar lapisan batas, gerak fluida sangat tidak teratur. Di dalam fluida timbul arus pusar setempat yang memperbesar tahanan terhadap aliran. Aliran semacam ini disebut aliran yang turbulen. Percobaan menunjukkan bahwa ada kombinasi empat faktor yang menentukan apakah aliran fluida melalui pipa bersifat laminer atau turbulen. Kombinasi ini dikenal sebagai bilangan Reynold, NR, dan didefinisikan sebagai:

di mana ialah rapat massa fluida, v ialah kecepatan aliran rata-rata, ialah viskositas, dan D ialah diameter pipa. Kecepatan rata-rata adalah kecepatan uniform melalui penampang lintang yang menimbulikan kecepatan pengosongan yang sama. Bilangan Reynold ialah besaran yang tidak berdimensi dan besar angkanya adalah sama dalam setiap sistem satuan tertentu. Tiap percobaan menunjukkan bahwa apabila bilangan Reynold Iebih kecil dari kira-kira 2000, aliran akan laminer, dan jika lebih dari kira-kira 3000, aliran akan turbulen. Dalam daerah transisi antara 2000 dan 3000, aliran tidak stabil dan dapat berubah dari laminer menjadi turbulen atau sebaliknya.

4. Prosedur Percobaan A. Menghitung debit aliran untuk panjang pipa sama dan viskositas berbeda. 1. Bersihkan tabung terlebih dahulu dengan air kemudian jepitlah tabung secara vertikal pada statif yang tersedia 2. Buatlah larutan NaCI (dianggap konsentrasinya 100 %). Ukurlah massa jenisnya p dengan aerometer dan isikan pada tabel data 3. Isilah larutan NaCI 100 % ke dalam tabung sampai batas yang ditentukan 4. Taruhlah gelas ukur pada ujung pipa untuk menampung air yang keluar 5. Buka kran pada pipa sambil menekan stopwatch selama 25 menit secara serentak dan bersama-sama 6. Hitunglah volume air yang ditampung dalam gelas ukur tersebut 7. Ulangi percobaan untuk larutan NaCI 100 % sebanyak 3 kali 8. Ulangi percobaan 2 sampai 7 untuk larutan NaCI 50 %. B. Menghitung debit aliran dengan panjang pipa sama dan diameter berbeda. 1. Bersihkan tabung terlebih dahulu dengan air kemudian jepitlah tabung secara vertikal pada statif yang tersedia 2. Tutuplah kran pada kedua pipa yang panjang sama dengan ketinggian berbeda kemudian isilah air sampai batas yang ditentukan 3. Taruhlah aruhlah gelas ukur pada ujung kedua pipa untuk menampung air yang keluar 4. Hidupkan pompa air, buka kran pada kedua pipa dan tekan stopwatch selama 15 detik secara serentak dan bersama-sama 5. Hitunglah volume air yang ditampung dalam kedua gelas ukur tersebut 6. Ulangi percobaan no.4 dan 5 sebanyak 5 kali.

5. Tugas pada Laporan Akhir 1. Bandingkan debit aliran pada pipa I dan pipa II. Apa yang dapat saudara simpulkan? A. Panjang pipa sama dan tekanan berbeda Pipa bagian bawah lebih cepat dibandingkan pipa bagian atas karena tekanan pada pipa bagian bawah lebih besar yang berbanding lurus dengan debit aliran daripada pipa bagian atas. Dengan panjang pipa dan diameter pipa yang sama. B. Panjang pipa berbeda dan tekanan sama Pipa dengan panjang pipa yang lebih panjang maka debit aliran semakin lama dibanding pipa yang lebih pendek (akan cepat maksimum volumenya). C. Panjang pipa sama dan viskositas berbeda Semakin encer suatu larutan maka debit aliran semakin cepat. D. Panjang pipa sama dan diameter berbeda Pipa dengan diameter yang lebih besar akan mencapai volume maksimum lebih awal dibandingkan pipa dengan diameter kecil. 2. Hitunglah galat debit aliran pada pipa I dan pipa II untuk masing-masing percobaan. 3. Hitunglah bilang Reynold (NR) pada masing-masing percobaan Ket :

4. Buatlah grafik hubungan antara debit aliran terhadap tekanan. Densitas aquadest aq = 1000 ml/dl Densitas kecap 100 % Na1 = 1086 ml/dl Densitas kecap 50% Na2 = 1052 ml/dl A. Menghitung debit aliran dengan panjang pipa sama dan tekanan berbeda. No. 1. 2. 3. Waktu 15 15 15 Volume (cm3) V1 V2 Vrata-rata 310 110 265 310 110 265 310 110 265 Debit aliran (cm3/s) Q1 Q2 Qrata-rata 7,3 20,7 17,65 7,3 20,7 17,65 7,3 20,7 17,65

B. Menghitung debit aliran dengan panjang pipa berbeda dan tekanan sama. No. 1. 2. 3. Waktu 15 15 15 Volume (cm3) V1 V2 Vrata-rata 310 270 290 310 270 290 310 270 290 Debit aliran (cm3/s) Q1 Q2 Qrata-rata 20,7 18 19,35 20,7 18 19,35 20,7 18 19,35

C. Menghitung debit aliran untuk panjang pipa sama dan viskositas berbeda. Konsentrasi NaCl 100% dan 50% No. Waktu Volume (cm3) 100% 110 110 110 50% 120 120 120 Debit aliran (cm3/s) 100% 50% 5,5 6 5,5 6 5,5 6

1. 2. 3.

20 20 20

D. Menghitung debit aliran dengan panjang pipa sama dan diameter berbeda. No. 1. 2. 3. Waktu 15 15 15 Volume (cm3) V1 V2 Vrata-rata 330 200 265 330 200 260 330 200 275 Debit aliran (cm3/s) Q1 Q2 Qrata-rata 22 13,34 17,67 21,34 13,34 17,34 23,34 13,34 17,84

Kesimpulan Hukum Poiseuille dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: Tekanan : semakin besar tekanannya maka semakin besar pula debitnya Panjang pipa : semakin panjang pipanya maka semakin kecil debitnya Viskositas : semakin besar visksitasnya maka semakin kecil debitnya Diameter pipa : semakin besar diameternya maka semakin besar debitnya

Sistem Kardiovaskuler

III.1. Pengukuran Secara Tidak Langsung Tekanan Darah Arteri Pada Orang

Tujuan Pada akhir latihan ini mahasiswan harus dapat: 1. Mengukur tekanan darah arteri brachialis dengan cara auskultasi dengan penilaian menurut metode lama dan metode baru The American Heart Association (AHA) 2. Mengukur tekanan darah arteri crachialis dengan cara palpasi 3. Menerangkan perbedaan hasil pengukuran cara auskultasi dengan cara palpasi 4. Membandingkan hasil pengukuran tekanan darah A.brachialis pada sikap berbaring, duduk dan berdiri. 5. Menguraikan berbagai faktor penyebab perubahan hasil pengukuran tekanan darah pada ketiga sikap tersebut diatas. 6. Membandingkan hasil pengukuran A.brachialis sebelum dan sesudah kerja otot. 7. Menjelaskan berbagai faktor penyebab perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah kerja otot.

Alat yang diperlukan: 1. Sfigmomanometer 2. Stetoskop

Tata Kerja I. Pengukuran tekanan darah A.brachialis pada sikap berbaring, duduk dan berdiri Berbaring telentang 1. Suruhlah orang percobaan (o.p) berbaring telentang dengan tenang selama 10 menit 2. Selama menunggu, pasanglah manset sfigmomanometer pada lengan op P.III.1.1. Apa yang harus diperhatikan pada waktu memasang manset. - Letak pemasangan manset pada lengan atas di atas siku atau 1/3 proksimal lengan atas. Manset dipasang 3 jari/2-3 cm diatas fossa cubiti - Manset harus sejajar atau setinggi jantung - Lakukan pengecekan alat dan pastikan alat terpasang dengan benar, periksa keadaan karet pompa - Manset dipasang dengan ketat dan sempurna pada lengan. Pemasangan manset tidak boleh terlalu ketat atau terlalu longgar karena akan mempengaruhi hasil pembacaan. - Tidak ada penghalang antara manset dan kulit, misalnya pakaian

3. Carilah dengan cara palpasi denyut A.brachialis pada fossa cubiti dan denyut A.radialis pada pergelangan tangan kanan o.p P.III.1.2. Mengapa kita harus meraba letak denyut A.brachialis dan A.radialis o.p? Meraba A.radialis bertujuan untuk memeriksa frekuensi nadi o.p, dan meraba A.brachialis bertujuan untuk menentukan sistolik palpatoir o.p dan mengetahui perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik o.p 4. Setelah o.p berbaring 10 menit, tetapkanlah kelima fase Korotkoff dalam pengukuran tekanan darah o.p tersebut P.III.1.3. Tindakan apa yang saudara lakukan secara berturut-turut untuk mengukur tekanan darah ini? Dengan cara mendengar secara auskultasi bunyi yang timbul pada A.brachialis yang disebut bunyi Korotkoff. Bunyi Korotkoff adalah bunyi bernada rendah, yang berasal dari dalam pembuluh darah yang berkaitan dengan turbulensi yang dihasilkan dengan menyumbat arteri secar parsial dengan manset tekanan darah.pada A.brachialis. Turunkanlah tekanan manset perlahan-lahan sambil meletakkan stetoskop di atas arteri brachialis. Akan terdengar bunyi mengetuk yaitu ketika darah mulai melewati arteri yang tertekan oleh manset sehingga terjadilah turbulensi. Bunyi yang terdengar disebut bunyi Korotkoff dan dapat dibagi dalam lima fase yang berbeda. P.III.1.4. Sebutkan kelima fase Korotkoff. Bagaimana menggunakan fase Korotkoff tersebut dalam pengukuran tekanan darah dengan penilaian menurut metode lama dan baru? Fase I sama dengan tekanan sistolik, dimana tekanan maksimum yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah disemprotkan masuk ke dalam arteri selama sistole. Fase II dan III saat bunyi terdengar lebih kencang dari bunyi saat fase I, dimana memuncak pada fase II dan akan terus maksimum pada fase III. Fase IV saat bunyi mulai melemah. Fase V sama dengan tekanan diastolik, dimana tekanan minimum di dalam arteri sewaktu darah mengalir ke luar pembuluh. 5. Ulangi pengukuran sub.4 sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya. P.III.1.5. Apa yang harus diperhatikan bila kita ingin mengulangi pengukuran tekanan darah? Apa sebabnya? Memberikan interval waktu untuk pemeriksaan kembali yang akan dilakukan, karena bertujuan utuk menstabilkan aliran darah atau mengembalikan kekeadaan normal setelah adanya gangguan hemodinamik yang sesaat pada saaat dilakukan pengukuran tekanan darah.

Duduk 6. Tanpa melepaskan manset o.p disuruh duduk. Setelah ditunggu 3 mwnit ukurlah lagi tekanan darah A.brachialisnya dengan cara yang sama. Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya. P.III.1.6. Sebutkan 5 faktor yang menentukan besar tekanan darah arteri. - Kerja jantung - Tahanan perifer - Kekenyalan dinding pembuluh darah - Kekentalan darah - Jumlah darah yang bersirkulasi Berdiri 7. Tanpa melepaskan manset o.p disuruh berdiri. Setelah ditunggu 3 menit ukurlah lagi tekanan darah A.brachialisnya dengan cara yang sama. Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya. P.III.1.7. Mengapa pengukuran dilakukan beberapa saat setelah berdiri? Karena adanya perpindahan posisi, dibutuhkan interval waktu sebelum pengukuran agar aliran darah dalam tubuh dapat stabil. 8. Bandingkanlah hasil pengukuran tekanan darah o.p pada ketiga sikap yang berbeda diatas.

II.

Pengukuran tekanan darah sesudah kerja otot 1. Ukurlah tekanan darah A.brachialis o.p dengan penilaian menurut metode baru pada sikap duduk (o.p tidak perlu yang sama seperti pada sub.I) 2. Tanpa melepaskan manset suruhlah o.p berlari ditempat dengan frekwensi 120 loncatan/menit selama 2 menit. Segera setelah selesai, o.p disuruh duduk dan ukurlah tekanan darahnya. 3. Ulangi pengukuran tekanan darah ini tiap menit sampai tekanan darahnya kembali seperti semula. Catatlah hasil pengukuran tersebut. P.III.1.8. Bagaimana tekanan darah seseorang segera setelah melakukan kerja otot? Tekanan darahakan meningkat, karena saat otot bekerja, jantung memompa darah lebih cepat daripada saat normal.

III.

Pengukuran tekanan darah A.brachialis dengan cara palpasi 1. Ukurlah tekanan darah A.brachialis o.p pada sikap duduk dengan cara auskultasi (sub.I) 100/60 mmHg 2. Ukurlah tekanan darah A.brachialis o.p pada sikap yang sama dengan cara palpasi 110 mmHg 8

P.III.1.9. Bagaimana sdr. Melakukan pengukuran tekanan darah cara palpasi? Dengan meraba A.brachialisnya.

Hasil Kerja I. Pengukuran tekanan darah A.brachialis pada sikap berbaring, duduk dan berdiri

Berbaring terlentang Percobaan Palpasi Auskultasi 1. 100 mmHg 90/50 mmHg 2. 100 mmHg 90/50 mmHg 3. 100 mmHg 90/50 mmHg Tekanan darah rata-rata saat berbaring terlentang 90/50 mmHg

Duduk Percobaan Palpasi Auskultasi 1. 110 mmHg 100/60 mmHg 2. 110 mmHg 100/60 mmHg 3. 110 mmHg 100/60 mmHg Tekanan darah rata-rata saat duduk 100/60 mmHg

Berdiri Percobaan Palpasi Auskultasi 1. 110 mmHg 120/70 mmHg 2. 110 mmHg 120/70 mmHg 3. 110 mmHg 120/70 mmHg Tekanan darah rata-rata saat berdiri 120/70 mmHg

II.

Pengukuran tekanan darah setelah kerja otot Auskultasi 130/80 mmHg 120/70 mmHg 100/60 mmHg

Menit Palpasi 0 130 mmHg 1 110 mmHg 2 100 mmHg Denyut nadi 115x/menit

Diskusi Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah: Faktor fisiologis: 1. Kelenturan dinding arteri 2. Volume darah, semakin besar volume darah maka semakin tinggi tekanan darah 3. Kekuatan gerak jantung 4. Viskositas darah, semakin besar viskositas, semakin besar resistensi terhadap aliran. 5. Curah jantung, semakin tinggi curah jantung maka tekanan darah meningkat 6. Kapasitas pembuluh darah, makin basar kapasitas pembuluh darah maka makin tinggi tekanan darah. Selain itu, tekanan darah juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Posisi tubuh Baroresepsor akan merespon saaat tekanan darah turun dan berusaha menstabilankan tekanan darah 2. Aktivitas fisik Aktivitas fisik membutuhkan energi sehingga butuh aliran yang lebih cepat untuk suplai O2 dan nutrisi (tekanan darah naik) 3. Temperatur Menggunakan sistem renin - angiontensin - vasokontriksi perifer 4. Usia Semakin bertambah umur semakin tinggi tekan darah (berkurangnya elastisitas pembuluh darah ) 5. Jenis kelamin Wanita cenderung memiliki tekanan darah rendah karena komposisi tubuhnya yang lebih banyak lemak sehingga butuh O2 lebih untuk pembakaran 6. Emosi Emosi akan menaikan tekanan darah karena pusat pengatur emosi akan menset baroresepsor untuk menaikan tekanan darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tekanan darah dan aliran balik vena Faktor yang mempengaruhi perubahan tekanan darah: a. Jumlah darah yang kembali ke jantung melalui vena. Jika darah yang kembali menurun, otot jantung tidak akan terdistensi, kekuatan ventrikular pada fase sistolik akan menurun. Pada keadaan tidur/ pada saat tubuh dalam keadaan horizontal, pengenbalian darah ke jantung melalui vena dapat dipertahankan dengan mudah. Tapi, ketika berdiri aliran vena kembali ke jantung mengalami tahanan lain, yaitu gravitasi. b. Frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung. Apabila frekuensi dan kekuatan otot jantung meningkat, tekanan darah akan ikut meningkat. Inilah yang terjadi pada saat olah raga. Akan tetapi, apabila jantung berdetak terlalu kencangm ventrikel tidak akan terisi sepuenuhnya, sehingga curah jantung dan tekanan darah akan menurun. 10

c. Resistensi perifer. d. Elastisitas arteri besar. Saat ventrikel berkontraksi, darah yang memasuki arteri besar akan membuat dinding arteri berdistensi. Dinding arteri ini bersifat elastis dan dapat menahan gaya yang dihasilkan aliran darah. Elastisitas ini menyebabkan tekanan diastol yang meningkat dan sistol yang menurun. Saat ventrikel kiri relaksasi, dinsing arteri juga akan kembali keukuran normal, sehingga tekanan diastol tetap berada di batas normal. e. Viskositas darah. Viskositas darah normal bergantung pada keberadaan sel darah merah dan protein plasma, seperti albumin. Kadar sela darah merah yang terlalu tinggi akan mengakibatkan viskositas naik shingga tekanan darah pun ikut naik. Begitu pula sebaliknya. f. Kehilangan darah. g. Hormon. Contoh: pada saat stress, medula kelenjar adrenal akan mengekskresikan norepinefrin dan epinefrin yang keduanya akan meningkatkan vasokontriksi sehingga meningkatkan tekanan darah. Aliran balik vena dipengaruhi oleh: a. Pompa jantung b. Tekanan negatif rongga thorax c. Kontraksi otot rangka dan katup-katup vena

Fungsi baroreseptor dalam kontrol tekanan darah Sinus caroticus dan arcus aorta berperan sebagai baroreseptor. Apabila pada suatu kondisi tekanan arteri meningkat diatas normal, baroreseptor akan meningkatkan kecepatan pembentukan potensial aksi di neuron aferen masingmasing. Kecepatan pembentukan tersebut akan dibaca oleh pusat kontrol kardiovaskular kemudian respons dari pembacaan tersebut adalah diturunkannya aktivitas simpatis dan ditingkatkannya aktivitas parasimpatis ke sistem kardiovaskular. Sinyal eferen parasimpatis akan menurunkan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, vasodilatasi arteriol dan vena yang berakibat menurunnya curah jantung dan tahanan perifer total sehingga tekanan darah kembali normal. Sebaliknya pada kondisi dimana tekanan darah turun dibawah normal, aktivitas baroreseptor turun kemudian menginduksi pusat kardiovaskular untuk meningkatkan aktivitas jantung dan vasokonstriktor simpatis sementara menurunkan aktivitas parasimpatis. Eferen simpatis akan meningkatkan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup disertai vasokonstriksi arteriol dan vena. Perubahan ini menyebabkan peningkatan curah jantung dan tahanan perifer total sehingga tekanan darah yang rendah akan kembali normal.

11

Kesimpulan Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa tekanan darah arteri akan optimal dengan kondisi berbaring karena seluruh badan terletak pada bidang horizontal yang menyebabkan tekanan arteri rata-rata di seluruh tubuh sama dan pada saat berbaring posisi badan tegak lurus terhadap gaya berat sehingga pengaruh gaya berat terhadap kolom darah adalah sama. Namun perlu diperhatikan, posisi tangan pun berpengaruh. Apabila lengan atas lebih rendah dibandingkan posisi atrium kanan (pada saat duduk), maka tekanan darah akan meningkat. Hal ini terlihat ketika tekanan darah duduk lebih tinggi dibandingkan tekanan ketika berbaring. Dan dapat dilihat pula tekanan darah pada saat berdiri lebih rendah dari pada saat posisi berbaring dan duduk. Hal tersebut disebabkan tekanan darah arteri yang terpusat di kaki karena mendapat tambahan tekanan hidrostatis kolom darah di badan sedangkan di kepala tidak. Pada saat kita melakukan olah raga akan terjadi peningkatan kebutuhan oksigen pada sel otot. Hal ini menyebabkan peningkatan suplai darah ke eksremitas, sehingga terjadi pelebaran pembuluh darah yang akan mengakibatkan turunnya preload dan afterload. Kemudian curah jantung akan menurun dan baroreseptor akan bereaksi terhadap keadaan tersebut dengan meningkatkan aktivitas simpatis dan menurunkan aktivitas parasimpatis. Akibatnya, terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung dan nadi untuk meningkatkan curah jantung. Sehingga akan terjadi kenaikan tekanan darah. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah secara fisiologis adalah karena istirahat, perubahan sikap, dan kerja otot.

Apabila dalam posisi berbaring tekanan darah lebih rendah dan meningkat bila menjadi duduk ataupun berdiri kemudian akan meningkat juga pada waktu kerja otot.

12

DAFTAR PUSTAKA

Andrajati, Retnosari dkk. 2008. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Depok: Departemen Farmasi FMIPA UI. Buku Penuntun Praktikum Mahasiswa Blok Kardiovaskular. 2013. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi. Guyton and Hall. 2007. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Modir JG, Wallace MS. 2010. Analgesia: Methods and Protocole, Methods in Molecular Biology, Volume 617, chapter 13: Human Experimental Pain Models 2: The Cold Pressor Model, p166. LCC: Springer Science+Business Media Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC http://www.medicinesia.com/harian/tekanan-darah/ (di unduh Jumat, 06 Desember 2013 6:47)

13

Anda mungkin juga menyukai