BLOK KARDIOVASKULAR
Kelompok B-06
1. Tujuan Percobaan
1. Memahami karakteristik aliran fluida
2. Mengukur debit aliran fluida yang melewati pipa dengan diameter serta
variabel yang berbeda-beda
2. Alat-alat Percobaan
1. Tabung gelas yang panjangnya 80 cm
2. Statif untuk menjepit tabung agar berdiri vertikal
3. Gelas ukur
4. Stopwatch
5. Aerometer dengan daerah ukur sampai 1,1 g/cm3
6. Pipa k aret
7. Spluit (alat suntik)
8. Larutan NaCl
3. Teori Dasar
Mengingat sifat umum efek kekentalan, bahwa kecepatan fluida kental yang mengalir
melalui pipa tidak sama di seluruh titik penampang lintangnya. Lapisan paling luar
fluida melekat pada dinding pipa dan kecepatanya nol. Dinding pipa “menahan” gerak
lapisan paling luar tersebut dan lapisan ini menahan pula lapisan berrikutnya, begitu
seterusnya. Asal kecepatan tidak terlalu, aliran akan laminer, dengan kecepatan paling
besar di bagian tengah pipa, lalu berangsur kecil sampai menjadi nol pada dinding
pipa.
Gambar 1. (a) Gaya terhadap elemen silindris fluida kental,(b) Distribusi kecepatan,
(c) Pandangan dari ujung
Misalkan dalam sepotong pipa yang radius dalamnya R dan panjangnya L mengalir
fluida yang viskositasnya µ secara laminer (gambar 1). Sebuah silinder kecil
berradius r berada dalam kesetimbangan (bergerak dengan kecepatan konstan)
disebabkan gaya dorong yang timbul akibat perbedaan tekana antara ujung-ujung
silinder itu serta gaya kekentalan yang menahan pada permukaan luar. Gaya dorong
ini adalah.
(𝑝1 − 𝑝2 )𝜋𝑟 2 (1)
Untuk menghitung debit aliran Q, atau volume fluida yang melewati sembarang
penampang pipa per satuan waktu. Volume fluida dV yang melewati ujung-ujung
unsur ini waktu dt ialah v dA dt, di mana v adalah kecepatan pada radius r dan dA
ialah luas yang diarsir sama dengan 2ℼrdr. Dengan mengambil rumusan v dari
persamaan (2) kemudian mengintegrasikan seluruh elemen antara r = 0 dan r = R, dan
membagi dengan dt, maka diperoleh debit aliran Q sebagai berikut :
𝜋(𝑝1 −𝑝2 ) 𝑅 4
𝑄= 2𝜋𝐿
∫0 (𝑅 2 − 𝑟 2 )𝑟 𝑑𝑟 = (𝑝1 − 𝑝2 )(𝜋⁄8)(1⁄𝜇 )(𝑅 ⁄𝐿) (3)
Rumus ini pertama kali dirumuskan oleh Poiseuille dan dinamakan hukum
Poiseuille. Kecepatan aliran volum atau debit aliran berbanding terbalik dengan
viskoksitas, dan berbanding lurus dengan radius pipa pangkat empat.
Apabila kecepatan suatu fluida yang mengalir dalam sebuah pipa melapaui
harga kritis tertentu (yang bergantung pada sifat-sifat fluida dan pada radius pipa),
maka sifat aliran menjadi sangat rumit. Di dalam lapisan sangat tipis sekali yang
bersebelahan dengan dinding pipa, disebut lapisan batas, alirannya masih laminer.
Kecepatan aliran di dalam lapisan batas pada dinding pipa adalah nol dan semakin
bertambah besar secara uniform di dalam lapisan itu. Sifat-sifat lapisan batas sangat
penting sekali dalam menentukan tahanan terhadap aliran, dan dalam menentukan
perpindahan panas ke atau dari fluida yang sedang bergerak itu.
Di luar lapisan batas, gerak fluida sangat tidak teratur. Di dalam fluida timbul
arus pusar setempat yang memperbesar tahanan terhadap aliran. Aliran semacam ini
disebut aliran yang turbulen. Percobaan menunjukkan bahwa ada kombinasi empat
faktor yang menentukan apakah aliran fluida melalui pipa bersifat laminer atau
turbulen. Kombinasi ini dikenal sebagai bilangan Reynold, Nr, dan didefinisikan
sebagai :
𝜌𝑣𝐷
𝑁𝑅 =
𝜇
Di mana p ialah rapat massa fluida, v ialah kecepatan aliran rata-rata, μ ialah
viskositas, dan D ialah diameter pipa. Kecepatan rata-rata adalah kecepatan uniform
melalui penampang lintang yang menimbulkan kecepatan pengosongan yang sama.
Bilangan Reynold ialah besaran yang tidak berdimensi dan besar angkanya adalah
sama dalam setiap sistem satuan tertentu. Tiap percobaan menunjukkan bahwa
apabila bilangan Reynold lebih kecil dari kira-kira 2000, aliran akan laminer, dan jika
lebih dari kira-kira 3000, aliran akan turbulen. Dalam daerah transisi antatra 2000
dan 3000, aliran tidak stabil dan dapat berubah dari laminer menjadi turbulen atau
sebaliknya.
4. Prosedur Percobaan
A. Menghitung debit aliran dengan panjang pipa sama dan tekanan berbeda.
1. Bersihkan tabung terlebih dahuli dengan air kemudian jepitlah tabung
secara vertikel pada statif yang tersedia
2. Tutuplah kran pada kedua pipa yang panjang sama dengan ketinggian
berbeda kemudian isilah air sampai batas yang ditentukan
3. Taruhlah gelas ukur pada ujung kedua pipa untuk menampung air yang
keluar
4. Hidupkan pompa air, buka kran pada kedua pipa dan tekan stopwatch
selama 15 detik secara serentak dan bersama-sama.
5. Hitunglah volume air yang ditampung dalam kedua gelas ukur tersebut.
6. Ulangi percobaan no.4 dan 5 sebanyak 5 kali.
B. Menghitung debit aliran dengan panjang pipa sama dan viskositas berbeda.
1. Bersihkan tabung terlebih dahulu dengan air kemudian jepirlah tatbung
secara ventrikel pada statif yang tersedia.
2. Buatlah larutan NaCl (dianggap konsentrasinya 100%). Ukurlah massa
jenisnya p dengan aerometer dan isikan pada tabel data
3. Isilah larutan NaCl 100% ke dalam tabung sampai batas yang ditentukan
4. Taruhlah gelas ukuru pada ujung pipa untuk menampung air yang keluar
5. Buka kran pada pipa sambil menenkan stopwatch selama 25 menit secara
serentak dan bersama-sama
6. Hitunglah volume air yang ditampung dalam gelas ukur tersebut
7. Ulangi percobaan untuk larutan NaCl 100% sebanyak 3 kali
8. Ulangi percobaan 2 sampai 7 untuk larutan NaCl 50%
C. Menghitung debit aliran untuk panjang pipa dan radius/jari-jari yang berbeda,
caranya sama dengan bagian (A)
DATA
A. Menghitung debit aliran untuk panjang pipa sama dan tekanan berbeda
B. Menghitung debit aliran untuk panjang pipa sama dan viskositas berbeda
C. Menghitung debit aliran untuk panjang pipa berbeda dan tekanan sama
D. Menghitung debit aliran untuk panjang pipa sama dan diameter berbeda
KESIMPULAN
Panjang pipa sama dan tekanan berbeda
Perbedaan Tekanan Terhadap Debit
Semakin tinggi tekanan zat cair → debit semakin tinggi
1. PENDAHULUAN
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan
puncakterjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah
tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan
sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya
berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer
& Bare, 2001).
Menurut Hayens (2003), tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam pembuluh
darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam proses ini dimana jantung
sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah, dan pembuluh
darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat. Sementara itu Palmer
(2007) menyatakan bahwa tekanan darah diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg).
Faktor Fisiologis :
1. Kelenturan dinding arteri
2. Volume darah, semakin besar volume darah maka semakin tinggi tekanan darah
3. Kekuatan gerak jantung
4. Viscositas darah, semakin besar viskositas, semakin besar resistensi terhadap
aliran.
5. Curah jantung, semakin tinggi curah jantung maka tekanan darah meningkat
6. Kapasitas pembuluh darah, makin basar kapasitas pembuluh darah maka makin
tinggi
tekanan darah.
Selain itu, tekanan darah juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Posisi tubuh: Baroresepsor akan merespon saaat tekanan darah turun dan
berusaha menstabilankan tekanan darah
2. Aktivitas fisik: Aktivitas fisik membutuhkan energi sehingga butuh aliran yang
lebih cepat untuk suplai O2 dan nutrisi (tekanan darah naik)
3. Temperatur: Menggunakan sistem renin-angiontensin –vasokontriksi perifer
4. Usia: Semakin bertambah umur semakin tinggi tekan darah (berkurangnya
elastisitas pembuluh darah )
5. Jenis kelamin: Wanita cenderung memiliki tekanan darah rendah karena
komposisi
tubuhnya yang lebih banyak lemak sehingga butuh O2 lebih untuk pembakaran
6. Emosi: Emosi Akan menaikan tekanan darah karena pusat pengatur emosi akan
menset baroresepsor untuk menaikan tekanan darah.
2. TUJUAN
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat:
1. Mengukur tekanan darah arteri brachiallis dengan cara auskultasi dengan penilaian
menurut metode lama dan metode baru The American Heart Association (AHA)
2. Mengukur tekana darah arteri brachialis dengan cara palpasi
3. Menerangkan perbedaan hasil pengukuran secara auskultasi dengna cara palpasi
4. Membandingkan hasil pengukuran tekaran darah Arteri Brachialis pada sikap
berbaring, duduk, dan berdiri
5. Menguraikan berbagai faktor penyebab perubahan hasil pengukuran tekana darah
pada ketiga sikap tersebut
6. Membandingkan hasil pengukuran darah Arteri Brachialis sebelum dan sesudah kerja
otot
7. Menjelaskan berbagai faktor penyebab perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah
kerja otot
Alat yang dibutuhkan:
1. Sfigmanometer
2. Stetoskop
3. TATA KERJA
I. Pengukuran tekanan darah A.Brachialis pada sikap berbaring, duduk, dan berdiri
Berbaring terlentang:
6. Tanpa melepaskan manset o.p disuruh duduk. Setelah ditunggu 3 menit ukurlah lagi
tekanan darah A.brachialisnya dengan cara yang sama. Ulangi pengukuran sebanyak 3
kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan mencatat hasilnya
P.III.1.6 Sebutkan 5 faktor yang menentukan besar tekanan darah arteri
Jawab: Curah jantung, resistensi perifer, viskositas darah, banyaknya darah yang
bersirkulasi dan, elastisitas dinding arteri
Berdiri:
7. Tanpa melepaskan manset o.p disuruh berdiri. Setelah ditunggu 3 menit ukurlah lagi
tekanan darah A.brachialisnya dengan cara yang sama. Ulangi pengukuran sebanyak 3
kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan mencatat hasilnya.
P.III.1.7 Mengapa pengukuran dilakukan beberapa saat setelah berdiri?
Jawab: Agar aliran darah dalam tubuh dapat stabil sebelum dilakukan pengukuran
8. Bandingkan hasil pengkuran tekanan darah o.p pada ketiga sikap yang berbeda diatas
1. Ukurlah tekanan darah A.brachialis o.p dengan penilaian menurut metode baru pada
sikap duduk (o.p tidak perlu yang sama seperti pada sub.I)
2. Tanpa melepaskan manset suruhlah o.p bersepada dengan sepeda statis selama 5
menit. Segera setelah selesai o.p disuruh duduk dan ukurlah tekanan darahnya
3. Ulangi pengukuran tekanan darah ini tiap menit sampai tekanan darahnya kembali
seperti semula. Catatlah hasil pengukuran tersebut
P.III.1.8 Bagaimana tekanan darah seseorang segera setelah melukakan kerja otot?
Jawab: Tekanan darah seseorang akan meningkat setelah melakukan kerja otot.
Karena saat otot bekerja, jantung memompa darah lebih cepat daripada saat
normal
1. Ukurlah tekanan darah A.brachialis o.p pada sikap duduk dengan cara auskultasi
(sub.I)
2. Ukurlah tekanan darah A.brachialis o.p pada sikap yang sama dengan cara palpasi
P.III.1.9 Bagaimana saudara melakukan pengukuran tekanan darah dengan cara
palpasi?
Jawab: o.p harus dalam keadaan nyaman, karena ketegangan oto dapat mengganggu
keefektifan palpasi. Raba A.radialis o.p lalu hitung jumlah denyut nadi o.p
setiap menitnya dengan jari tangan yaitu jari telunjuk, jari tengah, dan jari
manis
4. HASIL PERCOBAAN
Pengukuran Secara Tidak Langsung Tekanan Darah Arteri Pada Orang
I. Pengukuran tekanan darah A.Brachialis pada sikap berbaring, duduk, dan berdiri
NOTE: pengukuran tekanan darah dilakukan pada posisi berbaring telentang (A), duduk (B).
Berdiri (C), dan sesudah kerja otot (D). Pada setiap posisi A, B, dan C darah diukur 3x. Pada
posisi D tekanan darah diukur setiap menit hingga kembali seperti semula (kira-kira selama
5-10 menit).
BERBARING
No. TELENTANG (A) DUDUK (B) BERDIRI (C)
FN FN
PP MAP (x/menit) PP MAP FN (x/mnt) PP MAP (x/mnt)
1 40 73 60 30 90 80 40 73 80
2 50 87 60 30 90 64 40 73 80
3 40 83 76 40 83 64 40 73 76
X 43,3 81 65,3 33,3 87,7 69,3 40 73 78,7
50
MAP
40
FN
30
20
10
0
Berbaring Telentang Duduk Berdiri
50 PP
40
30 MAP
20
10
0
Menit ke- Menit ke- Menit ke- Menit ke- Menit ke- Menit ke- Menit ke- Menit ke-
1 2 3 4 5 6 7 8
80
mm/Hg
60
40
20
PP MAP Column1
5. DISKUSI
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tekanan darah dan aliran balik vena
6. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa Tekanan darah pada saat berdiri lebih rendah
dari pada saat posisi berbaring dan duduk. Hal tersebut disebabkan tekanan darah arteri terpusat
di kaki karena mendapat tambahan tekanan hidrostatis kolom darah di badan sedangkan di
kepala tidak. Pada saat berbaring posisi badan tegak lurus terhadap gaya berat sehingga
pengaruh gaya berat terhadap kolom darah adalah sama.
Akan lebih optimal jika pengukuran tekanan darah arteri dilakukan dengan posisi
berbaring karena seluruh badan terletak pada bidang horisontal sehingga tekanan darah arteri
rata – rata di sepanjang badan sama tingginya. Hanya saja, posisi tangan pun berpengaruh.
Apabila lengan atas lebih rendah dibandingkan posisi atrium kanan (pada saat duduk), maka
tekanan darah akan meningkat. Hal ini terlihat ketika tekanan darah duduk lebih tinggi
dibandingkan tekanan ketika berbaring.
Pada saat melakukan olah raga akan terjadi peningkatan kebutuhan oksigen pada sel
otot. Hal ini menyebabkan peningkatan suplai darah ke eksremitas, sehingga terjadi pelebaran
pembuluh darah yang akan mengakibatkan turunnya preload dan afterload. Kemudian curah
jantung akan menurun dan baroreseptor akan bereaksi terhadap keadaan tersebut dengan
meningkatkan aktivitas simpatis dan menurunkan aktivitas parasimpatis. Akibatnya, terjadi
peningkatan frekuensi denyut jantung dan nadi untuk meningkatkan curah jantung. Sehingga
akan terjadi kenaikan tekanan darah seprti percobaan yang telah kami lakukan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan kelompok kami sudah sesuai
dengan teori yang mendasarinya.