Ada-tidaknya perlakuan
Ada-tidaknya randomisasi
Ada-tidaknya random sampling
Ada-tidaknya probability sampling
Ada-tidaknya purposive sampling
Apakah yang membedakan studi experimental murni (seperti randomized control trial) dengan studi
experimental tidak murni/ quasi?
Ada-tidaknya perlakuan
Ada-tidaknya randomisasi
Ada-tidaknya random sampling
Ada-tidaknya probability sampling
Ada-tidaknya purposive sampling
Ukuran frekuensi dan asosiasi yang manakah yang tidak dipakai pada studi kros-seksional?
Point Prevalence rate
Incidence rate
Prevalence ratio
Prevalence odds ratio
Periode Prevalence rate
Desain studi apakah yang relatif paling rentan terancam bias temporal ambiguity (keraguan urutan waktu
hubungan sebab-akibat) ?
case control
nested case control
cross-sectional
kohort
Experimental
13. Ukuran asosiasi apakah yang tidak dipakai pada studi kohort ?
A. Risk Ratio
B. Relative risk
C. Prevalent Ratio
D. Rate Ratio
E. Incidence density ratio
Studi observasional analitik apakah yang dilakukan dengan membagi kelompok studi menjadi kelompok
terpajan dan tidak terpajan, kemudian diikuti munculnya kejadian penyakit?
Kohort
Serial kasus
Studi kasus
Kasus Kontrol
Kros-seksional
Studi observasional analitik apakah yang dilakukan dengan membagi kelompok studi menjadi kelompok
kasus dan kontrol, kemudian digali informasi pajanannya.?
Kohort
Serial kasus
Studi kasus
Kasus Kontrol
Kros-seksional
Variabel pengetahuan yang dibagi dalam kategaori tinggi, sedang, rendah adalah merupakan variable dengan
skala:
nominal
ordinal
interval
ratio
numerik
Analisis data apakah yang hanya bersifat menggambarkan distribusi frekuensi karakteristik populasi sampel,
berdasarkan orang, tempat waktu ?
analisis deskriptif
analisis inferensial
analisis lanjut
analisis multivariate
Analisis bivariate
Untuk soal no. 18 – 21: jawablah pertanyaan soal-soal tersebut dengan mencocokkan pilihan jawaban
berikut ini:
Ukuran epidemiologi apakah yang lebih menggambarkan status dan besarnya masalah kesehatan di
populasi?
prevalence rate
incidence rate
case fatality rate
mortality rate
attack rate
Ukuran epidemiologi apakah yang menggambarkan risiko terjadinya letusan (outbreak) atau wabah
penyakit ?
prevalence rate
incidence rate
case fatality rate
mortality rate
attack rate
Dalam suatu studi, populasi yang terdiri dari 1000 orang diamati selama 2 tahun terus menerus. Dari
seluruh populasi tersebut, terdapat 300 orang wanita. Dari 300 wanita di dalam populasi tersebut, 50
orang telah diangkat rahimnya. Pada populasi pria, sebanyak 100 orang pernah menderita kanker
prostat dan semuanya telah menjalani operasi pengangkatan kelenjar prostat. Selama periode 2 tahun
masa pengamatan (follow-up), ditemukan 10 kasus baru kanker rahim dan 60 kasus baru kanker prostat.
Pada suatu studi kasus kontrol yang meneliti hubungan konsumsi rokok dengan penyakit jantung koroner
(PJK), ditemukan bahwa 30% dari 100 kasus penderita PJK adalah perokok, sementara diantara 100 orang
sehat (sebagai kontrolnya) hanya ditemukan 15% perokok. Dari hasil studi ini berapa besar asosiasi antara
rokok dan PJK?
RR=2.0
RR=0.4
OR=2.0
OR=2.4
RR=2.4
Jumlah kunjungan pasien yang berobat karena penyakit hipertensi ke fasilitas kesehatan dibandingkan
dengan jumlah seluruh kunjungan merupakan bentuk ukuran apa?
a. Proporsi
b. Rate
c. Rasio
d. Incidence
e. angka kasus
Perbandingan jumlah dokter dan jumlah Puskesmas di Indonesia adalah merupakan ukuran apa?
Proporsi
Rate
Rasio
incidence
Angka kasus
54. Dalam sebuah survey disebuah perusahaan telah didiagnosis secara pasti 40 kasus jantung koroner. Jika
jumlah seluruh pegawai perusahaan 800 orang, dengan 600 diantaranya mengaku pernah nyeri dada atau
memiliki keluarga yang sakit jantung, maka berapa prevalence rate penyakit jantung koroner pada saat itu?
40/ 800
40/200
40/600
40/1400
600/800
56. Apakah ukuran frekuensi yang dipakai untuk memperkirakan besarnya risiko terkena penyakit tertentu ?
Point prevalence rate
incidence risk
jumlah kasus prevalence
Period prevalence rate
Jumlah kasus lama
Sebuah studi dilakukan pada awal tahun 2003, untuk melihat risiko terkena katarak lensa mata akibat
radiasi sinar UV di sebuah laboratorium perusahaan besar X. Setelah dilakukan skrening, semua pegawai lab
yang bebas dari katarak diajak berpartisipasi dalam studi tersebut. Direncanakan setelah diikuti sampai 10
tahun kemudian, dari 10.000 pegawai yang terpapar radiasi dan dari 20.000 pegawai yang tidak terpapar,
akan didiagnosis berapa banyak yang mengalami katarak pada masing-masing kelompok.
Ukuran asosiasi yang dapat dipakai untuk menentukan faktor risiko dalam studi di atas adalah sebagai
berikut (sbb), KECUALI:
A. Risk Ratio
B. Exposure Odds Ratio
C. Incidence Density Ratio
D. Cumulative Incidence Ratio
E. Relative risk
Kondisi yang tidak tepat untuk desain studi di atas adalah sebagai berikut (sbb), KECUALI:
Dapat mengukur risiko absolut munculnya katarak
Dapat mengukur risiko relative munculnya katarak
Asas temporalitas (waktu hubungan sebab-akibat) dapat terpenuhi.
Status penyakit tidak akan mempengaruhi pemilihan kelompok paparan
Cocok untuk penyakit yang jarang
Apabila peneliti juga ingin melihat sekaligus pengaruh penyakit Diabetes Melitus terhadap munculnya
katarak lensa, maka alternatif desain yang cocok adalah:
A. kohort retrospektif
B. kohort prospektif
C. case-series
D. case control
E. cross-sectional.
Pada hasil sebuah studi kasus kontrol dasar (basic), nilai OR yang diperoleh akan mendekati nilai RR
apabila:
A. penyakitnya jarang
B. paparannya jarang
C. insidens penyakitnya tinggi
D. frekuensi paparannya tinggi
E. proporsi paparannya rendah
Hubungan kronologis waktu antara saat pengumpulan data dengan saat terjadinya/ munculnya
penyakit/ kasus pada desain kasus kontrol dasar adalah bersifat:
kedepan (forward)
kebelakang (backward)
prospektif
retrospektif
ambispektif
Salah satu hal penting pada studi kasus kontrol adalah bahwa pada pemilihan kontrol:
kontrol harus mewakili (representatif) populasi masyarakat umum
kontrol rumah sakit juga harus berasal dari pasien rumah sakit
karakteristik kontrol harus mirip dengan karakteristik kasus
kontrol harus memiliki distribusi determinan yang mewakili populasi asal kasus (base population)
kontrol harus semaksimal mungkin sejodoh (matched) dengan kasus
Sebuah studi pernah dilakukan untuk melihat pengaruh paparan “agent orange” (Dioxin), yang pernah
dipakai dalam perang Vietnam, dalam menimbulkan dermatitis, infertilitas, gangguan psikologis, kelainan
kongenital pada bayi, kematian bayi dan kanker. Desain studi yang dipakai adalah:
kohort
kasus kontrol
serial kasus
kros-seksional
laporan kasus
Penelitian Rapid survey yang sering dilakukan pada program penanggulangan bencana dapat mengukur
secara sangat cepat distribusi frekuensi masalah kesehatan/ penyakit dan sekaligus juga pada saat yang
bersamaan distribusi frekuensi faktor-faktor sosio-demografis, biologis, dan lingkungan yang
diperkirakan mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan/ penyakit tersebut. Penelitian ini pada
hakikatnya adalah studi:
kohort
kasus kontrol
serial kasus
kros-seksional
eskperimental
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) adalah salah satu contoh penting dari studi:
Kohort
Kasus kontrol
Kros-seksional
eksperimental murni
eksperimental quasi
Bias yang terjadi pada kohort prospektif, (terutama yang dilakukan dalam waktu sangat lama) sering
berkaitan erat dengan:
hilang dari pengamatan (loss to follow-up)
kesalahan informasi tentang paparan berkaitan dengan daya ingat responden (recall)
kerancuan waktu sebab akibat (temporal ambiguity)
faktor luar yang ikut berpengaruh (confounding)
bias misklasifikasi kasus dan kontrol.
Suatu penelitian dilakukan untuk melihat hubungan antara tinggi badan ibu dengan berat bayi lahir
rendah (BBLR). Penelitian dilakukan dengan memilih sampel yang terdiri dari 100 orang ibu hamil
dengan tinggi badan dibawah 150 cm dan 100 orang ibu hamil dengan tinggi badan diatas 150 cm. Sejak
awal kehamilan ibu-ibu dari kedua kelompok tadi diamati sampai kelahiran bayinya, kemudian diukur
berat badan bayinya. Kemudian dibandingkan berat badan bayi yang lahir dari ibu-ibu dengan tinggi
badan kurang dari 150 cm dan dari ibu-ibu dengan tinggi badan di atas 150 cm. Rancangan penelitian
yang dipakai adalah :
Studi eksperimen
Studi kohort
Studi korelasi
Studi kasus-kontrol
Studi potong lintang
Dalam suatu tes skrining HIV, 90% dari 200 penderita infeksi HIV (yang kepastian diagnosisnya didapat
melalui pemeriksaan PCR), dinyatakan sebagai positif dengan reagen kimia ELISA (yang dipakai sebagai
instrumen tes skrining). Angka 90% merupakan nilai dari:
Sensitifitas
Spesifisitas
Nilai prediksi positif
Nilai prediksi negative
prevalence rate
Bila dalam suatu tes skrining, 80% dari 1000 orang yang hasil tes skriningnya negatif adalah ternyata
orang yang sehat, maka angka 80% ini merupakan nilai dari:
sensitifitas
spesifisitas
Nilai prediksi positif
Nilai prediksi negatif
prevalence rate
Yang menjadi unsur dasar sistem surveilens sehingga menunjang keberhasilan adalah sebagai berikut,
KECUALI:
definis kasus yang jelas
sistem komunikasi yang efisien
respon aksi dari otoritas yang cepat
pelacakan kasus yang cepat
ada dukungan laboratorium
Pada suatu kegiatan skrining, nilai prediksi positif akan meningkat pada beberapa keadaan berikut ini,
KECUALI:
sensitifitas meningkat
spesifisitas meningka
validitas meningkat
prevelensi penyakit yang diskrining meningkat
validitas menurun
Skrining bertingkat serial pada populasi ibu hamil yang dicurigai terinfeksi HIV/AIDS dengan
menggunakan tes ELISA pada tahap awal dan tes WB yang sangat spesifik sebagai tes konfirmasi tahap
berikutnya, dilakukan dengan maksud utama:
Meningkatkan nilai positif palsu (false positive)
Menurunkan nilai negatif palsu (false negative)
Meningkatkan nilai prediksi positif
Menurunkan sensitifitas
Menurunkan spesifisitas
Untuk menjawab soal-soal nomor 31 sampai dengan nomor 35 gunakan tabel di bawah ini dan cocokkan
soal-soal dengan pilihan jawaban A s/d E.
P/ (P + Q)
P/ (P + R)
S/ (Q + S)
S/ (S+R)
(P + R) / (P + Q + R + S)
Sensitivitas
Spesifisitas
Nilai prediksi positif
Prevalensi penyakit
Nilai prediksi negatif
36. Dalam model penyebab determinisme modifikasi (modified determinism), beberapa agen penyebab
yang secara besama-sama turut andil dalam menyebabkan penyakit di dalam setiap kumpulan faktor yang
mencukupi (sufficient set) disebut:
Faktor predisposisi.
Faktor yang berkontribusi (contributory factor)
Faktor yang diperlukan adanya (necessary factor)
Faktor pengganggu (confounding factor)
Faktor penguat (reinforcing)
37. Dalam model determinisme modifikasi (modified determinism) tersebut di atas, faktor yang selalu
ada/ ditemukan dalam setiap sufficient set yang berbeda-beda (namun menyebabkan penyakit yang sama),
adalah:
Faktor yang cukup untuk menimbulkan penyakit (sufficient factor)
Faktor yang berkontribusi (contributory factor)
Faktor yang diperlukan adanya (necessary factor)
Faktor pengganggu (confounding factor)
Faktor penguat (reinforcing)
38. Tokoh yang menjabarkan konsep penyebab tunggal yang spesifik (determinisme murni) kedalam
bentuk sebuah postulat yang intinya menyatakan bahwa sebuah penyebab mikroorganisme harus memenuhi
sifat necessary dan sufficient adalah:
John Snow
A. V. Leuwenhoek
Robert Koch
Louis Pasteur
Edward Jenner
Sebuah studi dilakukan pada awal tahun 2003, untuk melihat risiko terkena katarak lensa mata akibat
radiasi sinar UV di sebuah laboratorium perusahaan besar X. Setelah dilakukan skrening, semua pegawai lab
yang bebas dari katarak diajak berpartisipasi dalam studi tersebut. Direncanakan setelah diikuti sampai 10
tahun kemudian, dari 10.000 pegawai yang terpapar radiasi dan dari 20.000 pegawai yang tidak terpapar,
akan didiagnosis berapa banyak yang mengalami katarak pada masing-masing kelompok.
Ukuran asosiasi yang dapat dipakai untuk menentukan faktor risiko dalam studi di atas adalah sebagai
berikut (sbb), KECUALI:
A. Risk Ratio
B. Exposure Odds Ratio
C. Incidence Density Ratio
D. Cumulative Incidence Ratio
E. Relative risk
Apabila peneliti juga ingin melihat sekaligus pengaruh penyakit Diabetes Melitus terhadap munculnya
katarak lensa, maka alternatif desain yang cocok adalah:
A. kohort retrospektif
B. kohort prospektif
C. case-series
D. case control
E. cross-sectional.
Pada hasil sebuah studi kasus kontrol dasar (basic), nilai OR yang diperoleh akan mendekati nilai RR
pada kondisi yang bagaimana ?
A. penyakitnya jarang
B. paparannya jarang
C. insidens penyakitnya tinggi
D. frekuensi paparannya tinggi
E. proporsi paparannya rendah
Hubungan kronologis waktu antara saat pengumpulan data dengan saat terjadinya/ munculnya
penyakit/ kasus pada desain kasus kontrol dasar adalah bersifat apa?
kedepan (forward)
kebelakang (backward)
prospektif
retrospektif
ambispektif
Apakah yang membedakan studi experimental murni (seperti randomized control trial) dengan studi
experimental tidak murni/ quasi adalah:
adanya perlakuan/ intervensi
adanya randomisasi
adanya random sampling
adanya probability sampling
adanya blinding
Yang tidak ditemukan pada studi experimental “pre-post test design” tanpa pembanding adalah sbb
intervensi
randomisasi
pengamatan sebelum perlakuan
pengamatan sesudah perlakuan
uji statistik
Sebuah studi kohort prospektif dilakukan untuk melihat hubungan antara radiasi pengion dari PLTN
(pembangkit listrik tenaga nuklir) dengan kanker darah leukimia. Populasi studi adalah pekerja sebuah
PLTN milik negara. Risiko terhadap leukimia dibandingkan antara pekerja yang telah bekerja > 25 tahun,
pekerja yang bekerja 10-25 tahun, dan pekerja yang bekerja < 10 tahun. Kelompok pembanding
(kelompok yang dianggap tidak terpapar) pada studi ini merupakan:
pembanding internal
pembanding eksternal
pembanding khusus
kelompok kontrol
tidak ada kelompok pembanding
Sebuah studi pernah dilakukan untuk melihat pengaruh paparan “agent orange” (Dioxin), yang pernah
dipakai dalam perang Vietnam, dalam menimbulkan dermatitis, infertilitas, gangguan psikologis, kelainan
kongenital pada bayi, kematian bayi dan kanker. Desain studi apakah yang dipakai ?
kohort
kasus kontrol
serial kasus
kros-seksional
laporan kasus
Apakah tujuan utama dari studi analitik ?
Mendapat hasil studi yang representatif
Mendapat hasil yang mewakili distribusi masalah kesehatan pada populasi yang luas
Menemukan hubungan yang valid dan berpresisi tinggi antara masalah kesehatan dan determinannya.
Menggambarkan besarnya masalah kesehatan di suatu tempat
Semua hal di atas.
Penelitian Rapid survey yang sering dilakukan pada program penanggulangan bencana dapat mengukur
secara sangat cepat distribusi frekuensi masalah kesehatan/ penyakit dan sekaligus juga pada saat yang
bersamaan distribusi frekuensi faktor-faktor sosio-demografis, biologis, dan lingkungan yang
diperkirakan mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan/ penyakit tersebut. Penelitian ini pada
hakikatnya adalah studi:
kohort
kasus kontrol
serial kasus
kros-seksional
eskperimental
Contoh studi yang dapat menguji efficacy dan effectiveness dari suatu program intervensi kesehatan pada
populasi adalah:
Eksperimen laboratoris
Randomized clinical trial
Randomized community intervention
Kohort prospektif
Kohort retrospektif
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) adalah salah satu contoh penting dari studi:
Kohort
Kasus kontrol
Kros-seksional
eksperimental murni
eksperimental quasi
Suatu penelitian dilakukan untuk melihat hubungan antara tinggi badan ibu dengan berat bayi lahir
rendah (BBLR). Penelitian dilakukan dengan memilih sampel yang terdiri dari 100 orang ibu hamil
dengan tinggi badan dibawah 150 cm dan 100 orang ibu hamil dengan tinggi badan diatas 150 cm. Sejak
awal kehamilan ibu-ibu dari kedua kelompok tadi diamati sampai kelahiran bayinya, kemudian diukur
berat badan bayinya. Kemudian dibandingkan berat badan bayi yang lahir dari ibu-ibu dengan tinggi
badan kurang dari 150 cm dan dari ibu-ibu dengan tinggi badan di atas 150 cm. Rancangan penelitian
yang dipakai adalah :
Studi eksperimen
Studi kohort
Studi korelasi
Studi kasus-kontrol
Studi potong lintang
Yang menjadi unsur dasar sistem surveilens sehingga menunjang keberhasilan adalah sebagai berikut,
KECUALI:
definis kasus yang jelas
sistem komunikasi yang efisien
respon aksi dari otoritas yang cepat
pelacakan kasus yang cepat
ada dukungan laboratorium
Jumlah kasus baru karies selama tahun 2013 di kota Palembang = 580 orang dengan jumlah penduduk
kota Palembang = 250.000 orang disimpulkan = 580 / 250.000 / tahun = 0.0023 / tahun. Ukurannya
disebut :
Proporsi
Ratio
Rate
Prevalens
Prosentase
Dalam studi kohort pada 1993, perempuan pengguna IUD yang terbebas dari bakteriuria = 482.
Dalam follow-up lanjutan tahun 1996, 27 orang dari pengguna tersebut terkena bakteriuria , maka
ditetapkan :
Point Prevalen rate 5.6% selama periode 3 tahun
Cumulative Insiden 5.6% selama periode 3 tahun
Proporsi 5.6% selama periode 3 tahun
Rate 5.6% selama periode 3 tahun
Periode Prevalen rate 5.6% selama periode 3 tahun
Dalam trias epidemiologi begitu terjadi gangguan keseimbangan, apa yang akan muncul ?
A. Penyakit
B. Resistensi
C. Imunitas
D. lnfektifnes
E. Kekebalan
Disebut apakah Variasi waktu jangka panjang pada pola perubahan frekuensi penyakit?
siklik
Fluktuasi
musiman
berulang
secular trends
Epidemi cacar yang dapat terjadi beberapa bulan, dapat digolongkan dalam variasi apa ?
siklik
Fluktuasi
musiman
berulang
secular trends
Epidemi yang terjadi karena adanya bencana alam seperti banjir dan gempa bumi, maka variasi waktunya
termasuk dalam kategori apa ?
siklik
random
Fluktuasi
berulang
secular trends
Ukuran frekuensi apakah yang menggambarkan status penyakit pada populasi pada titik waktu tertentu ?
incidence rate
prevalence rate
point prevalence
incidence density
prevalence ratio
Penyakit timbul karena pengaruh Iingkungan terutama: air, udara, tanah, cuaca. Teori konsep penyakit ini
menurut siapa?
Galen
Hipocrates
Louis Pasteur
Hieronymus Fracastorius
Girolamo Fracastoro
Triad epidemiologic timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu
host, agent, dan environment, dikemukakan oleh siapa ?
Galen
Louis Pasteur
Gordon dan La Richt
Hieronymus Fracastorius
Girolamo Fracastoro
Periode dimana tidak terdeteksi, namun mampu menularkan penyakit disebut periode apa?
Periode laten
Periode inkubasi
Periode subklinis
Periode Jendela
Periode klinis
Rehabilitasi
Promosi kesehatan
Perlindungan khusus
Diagnosis dini dan pengobatan segera
Pembatasan ketidak mampuan
,.,.,.
Ukuran asosiasi yang dapat dipakai untuk menentukan faktor risiko dalam studi di atas adalah
sebagai berikut (sbb), KECUALI:
A. Risk Ratio
B. Exposure Odds Ratio
C. Incidence Density Ratio
D. Cumulative Incidence Ratio
E. Relative risk
Apabila peneliti juga ingin melihat sekaligus pengaruh penyakit Diabetes Melitus terhadap
munculnya katarak lensa, maka alternatif desain yang cocok adalah:
A. kohort retrospektif
B. kohort prospektif
C. case-series
D. case control
E. cross-sectional.
Pada hasil sebuah studi kasus kontrol dasar (basic), nilai OR yang diperoleh akan mendekati nilai RR
apabila:
A. penyakitnya jarang
B. paparannya jarang
C. insidens penyakitnya tinggi
D. frekuensi paparannya tinggi
E. proporsi paparannya rendah
Hubungan kronologis waktu antara saat pengumpulan data dengan saat terjadinya/ munculnya
penyakit/ kasus pada desain kasus kontrol dasar adalah bersifat:
kedepan (forward)
kebelakang (backward)
prospektif
retrospektif
ambispektif
Salah satu hal penting pada studi kasus kontrol adalah bahwa pada pemilihan kontrol:
kontrol harus mewakili (representatif) populasi masyarakat umum
kontrol rumah sakit juga harus berasal dari pasien rumah sakit
karakteristik kontrol harus mirip dengan karakteristik kasus
kontrol harus memiliki distribusi determinan yang mewakili populasi asal kasus (base population)
kontrol harus semaksimal mungkin sejodoh (matched) dengan kasus
Sebuah studi kohort prospektif dilakukan untuk melihat hubungan antara radiasi pengion dari PLTN
(pembangkit listrik tenaga nuklir) dengan kanker darah leukimia. Populasi studi adalah pekerja
sebuah PLTN milik negara. Risiko terhadap leukimia dibandingkan antara pekerja yang telah bekerja
> 25 tahun, pekerja yang bekerja 10-25 tahun, dan pekerja yang bekerja < 10 tahun. Kelompok
pembanding (kelompok yang dianggap tidak terpapar) pada studi ini merupakan:
pembanding internal
pembanding eksternal
pembanding khusus
kelompok kontrol
tidak ada kelompok pembanding
Kriteria Hill yang menuntut dijaminnya faktor sebab telah muncul lebih dahulu sebelum munculnya
faktor akibat, disebut:
A. bukti eksperimen (experimental evidence)
B. spesifisitas (specificity)
D. temporalitas (temporality)
E. analogi (analogy)
Sebuah studi pernah dilakukan untuk melihat pengaruh paparan “agent orange” (Dioxin), yang
pernah dipakai dalam perang Vietnam, dalam menimbulkan dermatitis, infertilitas, gangguan
psikologis, kelainan kongenital pada bayi, kematian bayi dan kanker. Desain studi yang dipakai
adalah:
kohort
kasus kontrol
serial kasus
kros-seksional
laporan kasus
Penelitian Rapid survey yang sering dilakukan pada program penanggulangan bencana dapat
mengukur secara sangat cepat distribusi frekuensi masalah kesehatan/ penyakit dan sekaligus juga
pada saat yang bersamaan distribusi frekuensi faktor-faktor sosio-demografis, biologis, dan
lingkungan yang diperkirakan mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan/ penyakit tersebut.
Penelitian ini pada hakikatnya adalah studi:
kohort
kasus kontrol
serial kasus
kros-seksional
eskperimental
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) adalah salah satu contoh penting dari studi:
Kohort
Kasus kontrol
Kros-seksional
eksperimental murni
eksperimental quasi
D. temporalitas (temporality)
E. analogi (analogy)
Suatu penelitian dilakukan untuk melihat hubungan antara tinggi badan ibu dengan berat bayi lahir
rendah (BBLR). Penelitian dilakukan dengan memilih sampel yang terdiri dari 100 orang ibu hamil
dengan tinggi badan dibawah 150 cm dan 100 orang ibu hamil dengan tinggi badan diatas 150 cm.
Sejak awal kehamilan ibu-ibu dari kedua kelompok tadi diamati sampai kelahiran bayinya, kemudian
diukur berat badan bayinya. Kemudian dibandingkan berat badan bayi yang lahir dari ibu-ibu dengan
tinggi badan kurang dari 150 cm dan dari ibu-ibu dengan tinggi badan di atas 150 cm. Rancangan
penelitian yang dipakai adalah :
Studi eksperimen
Studi kohort
Studi korelasi
Studi kasus-kontrol
Studi potong lintang
Dalam suatu tes skrining HIV, 90% dari 200 penderita infeksi HIV (yang kepastian diagnosisnya
didapat melalui pemeriksaan PCR), dinyatakan sebagai positif dengan reagen kimia ELISA (yang
dipakai sebagai instrumen tes skrining). Angka 90% merupakan nilai dari:
Sensitifitas
Spesifisitas
Nilai prediksi positif
Nilai prediksi negatif
prevalence rate
Bila dalam suatu tes skrining, 80% dari 1000 orang yang hasil tes skriningnya negatif adalah ternyata
orang yang sehat, maka angka 80% ini merupakan nilai dari:
sensitifitas
spesifisitas
Nilai prediksi positif
Nilai prediksi negatif
prevalence rate
Pilihlah kategori jawaban yang sesuai/ cocok untuk soal-soal nomor 24-28
Kategori jawaban:
Cummulative Incidence Risk
Incidence Density Rate
Prevalence Rate
Attack rate
Odds
Pada suatu kegiatan skrining, nilai prediksi positif akan meningkat pada beberapa keadaan berikut ini,
KECUALI:
sensitifitas meningkat
spesifisitas meningka
validitas meningkat
prevelensi penyakit yang diskrining meningkat
validitas menurun
Skrining bertingkat serial pada populasi ibu hamil yang dicurigai terinfeksi HIV/AIDS dengan
menggunakan tes ELISA pada tahap awal dan tes WB yang sangat spesifik sebagai tes konfirmasi
tahap berikutnya, dilakukan dengan maksud utama:
Meningkatkan nilai positif palsu (false positive)
Menurunkan nilai negatif palsu (false negative)
Meningkatkan nilai prediksi positif
Menurunkan sensitifitas
Menurunkan spesifisitas
Untuk menjawab soal-soal nomor 31 sampai dengan nomor 35 gunakan tabel di bawah ini dan
cocokkan soal-soal dengan pilihan jawaban A s/d E.
P/ (P + Q)
P/ (P + R)
S/ (Q + S)
S/ (S+R)
(P + R) / (P + Q + R + S)
Sensitivitas
Spesifisitas
Nilai prediksi positif
Prevalensi penyakit
Nilai prediksi negatif
Studi deskriptif dengan output seperti gambar di bawah ini adalah studi:
Studi kross-seksional
Studi kasus
Serial kasus
Studi ekologi
BSSD
38. Laporan kasus (case report) dapat dilakukan dengan mengamati:
Satu (1) kasus baru kelainan kesehatan atau penyakit yang menarik dan belum pernah ditemukan
Lebih dari 1 kasus baru kelainan kesehatan/ penyakit yang menarik
Sekelompok subyek yang menderita penyakit (kelompok kasus) dan sekelompok lainnya yang
sehat (kelompok kontrol)
Sekelompok subyek yang mendapat perlakuan atau intervensi dan sekelompok lainnya yang tidak
mendapat perlakuan atau intervensi
Sekelompok subyek yang terpapar faktor risiko dan sekelompok lainnya yang tidak terpapar
39. Pada tahun 1980 ditemukan kasus 5 pemuda yang mengalami radang paru akibat Preumocistis
carinii (PCP). Hal ini menarik dan terasa janggal karena biasanya yang sering menderita PCP adalah
orang tua yang mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh akibat kanker. Studi pada pada 5 pemuda
(yang ternyata homoseks) dengan PCP telah membuka jalan pada ditemukannya penyakit AIDS. Studi
pada 5 kasus tersebut disebut:
Studi kross-seksional
Laporan kasus (case report)
Serial kasus (case series)
Kasus kontrol
Case-cohort
Dari 20 kota besar di Indonesia dapat diperoleh data tentang tingkat penjualan rokok rata-rata
perkapita (perorang) perhari dan data angka insidens kematian akibat penyakit jantung koroner (PJK).
Kedua data tersebut dihubungkan dan ternyata dari grafik scatter plot diperoleh kesan bahwa
kenaikan tingkat penuualan rokok rata-rata berbanding lurus dengan kenaikan insidens kematian
akibat PJK. Hubungan semacam ini disebut:
korelasi linier positif
korelasi linier negative
korelasi yang tidak linier
tidak ada korelasi
BSSD
Pilihlah kategori jawaban yang sesuai/ cocok untuk soal-soal nomor 42-45
Kategori jawaban:
laporan kasus
serial kasus
studi ekologi
studi eksperimental
Uji klinis efektifitas obat
Bermanfaat untuk mendeteksi secara dini kejadian luar biasa
Menggunakan agregat sebagai unit analisis
Rancangan studi yang dilakukan dokter WHO ketika muncul kasus SARS pertama
Skrining serial akan dapat memberikan efek sbb, KECUALI:
Menurunkan false positif
Menurunkan false negatif
Menaikkan nilai prediksi positif
Menurunkan nilai prediksi positif
BSSD
48. Suhu yang panasnya mencapai 200 derajat Celcius pasti akan menimbulkan luka bakar bila mengenai
kulit. Suhu panas disini merupakan:
A. Sebab sufficient
B. Sebab necessary
C. Sebab contributory
D. Sebab biologis
E. Sebab etiologis
50. Butir kriteria Hill yang dianggap paling penting dan bernilai adalah:
B. spesifisitas (specificity)
D. temporalitas (temporality)
E. analogi (analogy)
.,.,.,
1. Kejadian wabah Hepatitis A yang bersumber dari pencemaran sumber air minum sehingga mengenai
banyak penduduk pada saat yang bersamaan, kana menunjukkan pola sumber:
A. Person to person
B. common source
C. propagated
D. Bukan salah satu di atas
2. Berikut ini yang termasuk studi epidemiologi deskriptif adalah sbb, KECUALI:
A. Laporan kasus
B. Kasus kontrol
C. Laporan serial kasus
D. Studi kross seksional
5. Studi yang meneliti hubungan linier antara 2 karakteristik pada kelompok populasi (bukan individu)
disebut
A. Studi kross-seksional
B. Studi kasus
C. Studi korelasi
D. Survei
6. Adanya intevensi atau perlakuan yang disengaja kepada subyek penelitian merupakan ciri dari studi
A. Studi kross-seksional
B. Studi kasus kontrol
C. Studi korelasi
D. Studi eksperimental
7. Sebuah studi dirancang untuk meneliti hubungan antara merokok dengan kanker paru. Studi tersebut
dilakukan dengan mula-mula membagi subyek menjadi kelompok orang yang merokok (sebagai
eksposure)dan kelompok orang yang tidak merokok. Kedua kelompok tersebut diikuti dan diamati selama 20
tahun untuk kemudian pada akhir penelitian dihitung kejadian munculnya kasus baru kanker paru pada
masing-masing kelompok. Studi ini disebut:
A. Studi kross-seksional
B. Studi kasus kontrol
C. Studi kohort
D. Studi korelasi
8. Pada tahun 1981 ditemukan kasus 5 pemuda yang mengalami radang paru akibat Preumocistis carinii
(PCP). Hal ini menarik dan terasa janggal karena biasanya yang sering menderita PCP adalah orang tua yang
mengalami penurunan system kekebalan tubuh akibat kanker. Studi pada pada 5 pemuda (yang ternyata
homoseks) dengan PCP telah membuka jalan pada ditemukannya penyakit AIDS. Studi pada 5 kasus
tersebut disebut:
A. Studi kross-seksional
B. Studi kohort
C. Laporan kasus
D. Laporan seri kasus
9. Desain penelitian yang bertujuan untuk menentukan hubungan kausal/etiologi/ factor risiko/ sebab
penyakit tertentu disebut:
A. Studi deskriptif
B. Studi analitik
C. Studi korelasi
D. Studi laporan kasus
10. Berikut ini merupakan criteria penyakit yang harus mendapat prioritas dilakukan surveilans, KECUALI
A. Prevalensinya tinggi
B. Insidennya rendah
C. Dapat dicegah (preventabilitasnya tinggi)
D. Daya komunikabilitasnya tinggi
12. Pada, tahap Investigasi wabah, hal yang pertama harus dilakukan adalah
A. Memastikan adanya wabah
B. Memastikan diagnosis penyakit
C. Mengumpulkan orang yang sakit (kasus)
D. Menggambarkan orang yang sakit berdasarkan variabel orang, tempat dan waktu
17. Berikut ini merupakan kegiatan yang dilakukan pada surveilans, KECUALI
A. Pengumpulan data
B. Penggabungan
C. Analisis dan interpretasi
D. Intervensi
18. Penyakit di bawah ini berdasarkan Case Fatality Rate (CFR)nya merupakan penyakit yang mendapat
prioritas untuk dilakukan surveilans
A. HIV/AIDS
B. Campak
C. TBC
D. Influenzae
19. Desain cross-sectional paling bermanfaat untuk menentukan hal di bawah ini:
A. Besarnya masalah kesehatan
B. Hubungan dose respon
C. Hubungan asosiasi
D. Sebab-akibat
20. berikut ini bila melihat prevalensinya , maka penyakit di bawah ini akan mendapat prioritas untuk
dilakukan surveilans
A. TBC
B. Campak
C. Tetanus neonatorum
D. Polio
22. Ukuran frekuensi kejadian pada wabah yang kerap digunakan adalah:
A. Insidens rate
B. Attack rate
C. Attributable risk
D. Odds ratio
23. Ukuran asosiasi yang digunakan pada studi kasus kontrol untuk menghitung besarnya hubungan antara
pemapar dengan outcome adalah
A. Relative Risk
B. Relative Rate
C. Odds Ratio
D. Risk Difference
26. Perbedaan antra studi eksperimental dan observasional adalah ada tidaknya:
A. sampling
B. wawancara
C. manipulasi/ perlakuan
D. instrumen pengukuran
34. Dalam suatu tes skrining HIV, 90% dari penderita infeksi HIV (yang didiagnosis pasti dengan PCR)
dinyatakan sebagai positif dengan reagen kimia ELISA. Angka 90% merupakan nilai dari:
A. sensitifitas
B. spesifisitas
C. prediksi positif
D. prediksi negatif
35. Bila dalam suatu tes skrining, 80% dari orang sehat dilabel sebagai negatif, maka angka 80% ini
merupakan nilai dari:
A. sensitifitas
B. spesifisitas
C. prediksi positif
D. prediksi negative
36. Dalam sebuah test skrining, ternyata ditemukan bahwa diantara 100 orang yang dinyatakan positif oleh
test, hanya 25 orang yang benar-benar sakit. Dari info ini kita dapat menghitung nilai:
A. sensitifitas
B. spesifisitas
C. prediksi positif
D. prediksi negatif
37. Dalam sebuah test skrining, ternyata ditemukan bahwa diantara 1000 orang yang dinyatakan negatif oleh
sebuah test, 75%-nya benar-benar sehat. Dari info ini kita dapat menghitung nilai:
A. sensitifitas
B. spesifisitas
C. prediksi positif
D. prediksi negatif
38. Studi yang melihat hubungan antara tingkat keterpaparan pada kelompok (agregat) dengan tingkat
kejadian penyakit pada kelompok (bukan pada tingkat individu) [B]
40. Subyek dipilih atas dasar apakah mereka menderita atau tidak, kemudian dilihat proporsi pemaparan dari
kedua group kebelakang [C]
41. Subyek dibagi atas dasar ada atau tidaknya pemapar kemudian diikuti dalam periode waktu tertentu untuk
menentukan munculnya penyakit pada tiap group. [D]
42. Studi analitik observasional yang dianggap paling baik karena dapat menjamin asas temporalitas, yaitu
asas dimana pajanan dipastikan kemunculannya mendahului penyakit. [D]