Anda di halaman 1dari 14

EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN B

“Studi Epidemiologi Analitik”

KELOMPOK 7
Disusun oleh:
Anggun Pristiyaningrum
Qisthie Audina
Reynaldo
Tri Wahyuni

Kelas 2 B (Non reguler)

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
JAKARTA 2013
Pengertian Studi Epidemiologi Analitik

Epidemiologi analitik merupakan studi epidemiologi yang ditujukan untuk mencari


faktor-faktor penyebab timbulnya penyakit atau mencari penyebab terjadinya variasi yaitu tinggi
atau rendahnya frekuensi penyakit pada kelompok individu. (Eko Budiarto, 2002:111)
Studi analitik digunakan untuk menguji hubungan sebab akibat dan berpegangan pada
pengembangan data baru. Kunci dari studi analitik ini adalah untuk menjamin bahwa studi di
desain tepat sehingga temuannya dapat dipercaya (reliabel) dan valid (Thomas C. Timmreck,
2004:217)
Studi epidemiologi analitik adalah studi epidemiologi yang menekankan pada pencarian jawaban
tentang penyebab terjadinya masalah kesehatan (determinal), besarnya masalah/ kejadian (frekuensi), dan
penyebaran serta munculnya masalah kesehatan (distribusi) dengan tujuan menentukan hubungan sebab akibat
anatara faktor resiko dan penyakit.
Tujuan Studi Epidemiologi Analitik
1. Menjelaskan faktor-faktor resiko dan kausa penyakit.
2. Memprediksikan kejadian penyakit
3. Memberikan saran strategi intervensi yang efektif untuk pengendalian penyakit.
Jenis Studi Epidemiologi Analitik
Berdasarkan peran epidemiologi analitik dibagi 2 :
1. Studi Observasional : Studi Kasus Control (case control), studi potong lintang (cross
sectional) dan studi Kohort.
2. Studi Eksperimental : Eksperimen dengan kontrol random (Randomized Controlled
Trial /RCT) dan Eksperimen Semu (kuasi).

A. Studi potong lintang (Cross sectional)

Rancangan cross sectional adalah suatu rancangan epidemiologi yang mempelajari


hubungan penyakit dan faktor penyebab yang mempengaruhi penyakit tersebut dengan
mengamati status faktor yang mempengaruhi penyakit tersebut secara serentak pada individu
atau kelompok pada satu waktu.
Penelitian cross sectional adalah suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk
faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang
sama.
Langkah – langkah penelitian cross sectional :
1. Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dan mengidentifikasi faktor resiko dan faktor efe
2. Menetapkan subjek penelitian
3. Melakukan observasi atau pengukuran variabel-variabel yang merupakan faktor resiko dan efek
sekaligus berdasarkan status keadaan variabel pada saat itu (pengumpulan data)
4. Melakukan analisi korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar kelompok-kelompok hasil
observasi (pengukuran)
Ciri khas rancangan cross sectional :
 Peneliti melakukan observasi / pengukuran variabel pada suatu saat tertentu
 Status seorang individu atas ada atau tidaknya kedua faktor baik pemajanan (exposure)
maupun penyakit yang dinilai pada waktu yang sama
 Hanya menggambarkan hubungan aosiasi bukan sebab akibat
 Apabila penerapannya pada studi deskriptif, peneliti tidak melakukan tindak lanjut
terhadap pengukuran yang dilakukan.
Kelebihan rancangan cross sectional :
 Mudah dilaksanakan
 Sederhana
 Ekonomis dalam hal waktu
 Hasilnya dapat diperoleh dengan cepat
 Dalam waktu bersamaan dapat dikumpulkan variabel yang banyak, baik variabel resiko
maupun efek
Kekurangan rancangan cross sectional :
 Diperlukan subjek penelitian yang besar
 Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akurat
 Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan
 Kesimpulan korelasi faktor resiko dengan efek paling lemah bila dibandingan dengan dua
rancangan epidemiologi yang lain

B. Kasus kontrol (case control)

Rancangan Kasus Kontrol adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan
antara penyebab suatu penyakit dan penyakit yang diteliti dengan membandingkan kelompok
kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status penyebab penyakitnya.
Tahap-tahap penelitian case control :
1. Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor resiko dan efek)
2. Menetapkan objek penelitian (populasi dan sampel)
3. Identifikasi kasus
4. Pemilihan subjek sebagai kontrol
5. Melakukan pengukuran retrospetif (melihat ke belakang) untuk melihat faktor resiko
6. Melakukan analisis dengan menbandingkan proporsi antara variabel-variabel objek
penelitian dengan variabel-variabel kontrol
Ciri rancangan kasus kontrol :
 Subjek dipilih atas dasar apakah mereka menderita (kasus) atau tidak (kontrol) suatu
kasus yang ingin diamati kemudian proporsi pemajanan dari kedua kelompok tersebut
dibandingkan
 Diketahui variabel terikat (akibat), kemudian ingi diketahui variabel bebas (penyebab)
 Observasi dan pengukuran tidak dilakukan pada saat yang sama
 Peneliti melakukan pengukuran variabel bergantung pada efek (subjek (kasus) yang
terkena penyakit) sedangkan variabel bebasnya dicari secara retrospektif
 Untuk kontrol, dipilih subjek yang berasal dari populasi dan karakteristik yang sama
dengan kasus
 Bedanya kelompok kontrol tidak menderita penyakit yang akan diteliti
Kelebihan rancangan penelitian case control :
 Merupakan satu-satunya cara untuk meneliti kasus jarang atau yang masa latennya
panjang
 Hasil dapat diperoleh dengan cepat
 Biaya yang dibutuhkan relatif sedikit
 Subjek penelitian sedikit
 Dapat melihat hubungan bebrapa penyebab terhadap suatu akibat
 Adanya pembatasan atau pengendalian faktor resiko sehingga hasil penelitian lebih tajam
dibanding dengan hasil rancangan cross sectional
Kekurangan rancangan penelitian case control :
 Sulit menentukan kontrol yang tepat
 Validasi mengenai informasi kadang sukar diperoleh
 Sukar untuk menyakinkan dua kelompok tersebut sebanding
 Tidak dapat dipakai lebih dari satu variabel dependen
 Tidak dapat diketahui efek variabel luar karena secara teknis tidak dapat dikendalikan
Skema kasus kontrol

YA
KASUS

(Subjek dengan penyakit)


TIDAK

KONTROL POPULAS
I
TIDAK
YA Arah (subjek
Perjalanan
pengusutan tanpa penyakit)
waktu
data
Untuk memilih kasus perlu diperhatikan :

a) Kriteria diagnosis (dan definisi operasional), harus di buta dengan jelas agartidak
menimbulkan bias informasi.
b) Populasi sumber kasus, dapat berasal dari rumah sakit atau masyarakat.

Untuk memilih control perlu diperhatikan :

a) Karakter populasi sumber kasus, control harusdipilih dari populasi yang memiliki
karakteristik serupa dengan populasi asal kasus,tetapi tidak mempunyai penyakit yang
diteliti. Sumber populasi dalam memilih control adalah: rumah sakit, populasi umum,
tetangga, teman atau kerabat keluarga.
b) Keserupaan antara control dan kasus
c) Pertimbangan praktis dan ekonomis.

Ukuran/ Analisis

Analisis data dalam penelitian kasus control dengan menghitung Odds Ratio (OR), yang
merupakan estimasi Retalif Risk.

EXPOSURE EFEK JUMLAH


Ya (Kasus) Tidak (Kontrol)
Ya A B a+b
Tidak C D c+d
Jumlah a+c b+d N

Odds Ratio (OR) = odds pada kasus : odds pada control


Interpretasi

1. OR = 1 menuju faktor risiko bersifat netral, risiko kelompok terpajan sama dengan
kelompok tidak terpajan
2. OR > 1; Confient Interval (CI) > 1 menuju faktor risiko menyebabkan sakit

OR < 1 ; Confient Interval (CI) <1 menuju faktor risiko mencegah sakit

Contoh Kasus Kontrol


Diketahui dari hasil penelitian yang dilakukan Yayasan Kanker (1999) tentang hubungan
kanker hati dengan konsumsi alkohol. Pada penelitian tersebut diambil 100 orang penderita
kanker hati yang dirawat di beberapa Rumah Sakit selama 1 tahun sebagai kelompok kasus,
sedangkan untuk kelompok control diambil 100 orang penderita penyakit lain. Kedua kelompok
disamakan berdasarkan umur, jenis kelamin, dan sosial ekonomi.
Hasilnya yang diperoleh adalah pada kelompok kasus dengan 60 orang yang
mengkonsumsi alcohol, sedangkan pada kelompok control terdapat 20 orang yang
mengkonsumsi alcohol.
Hitunglah besarnya resiko konsumsi alkohol terhadap terjadinya kanker hati!
Jawab:

Exposure Kasus Kontrol Total

Peminum Alkohol 60 (a) 20 (b) 80

Bukan Peminum 40 (c) 80 (d) 120


Alkohol

Total 100 100 200


Odds pemajan untuk kasus
Odds Ratio 
Odds pemajan untuk kontrol

a
axd
Odds Ratio  c 
b bxc
d
Interpretasi

OR > 1; Risiko mendapat kanker hati enam kali lebih besar pada peminum alcohol
dibandingkan dengan bukan peminum alcohol.

C. Kohort

Rancangan Kohort adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan antara
penyebab dari suatu penyakit dan penyakit yang diteliti dengan membandingkan kelompok terpajan dan
kelompok yang tidak terpajan berdasar status penyakitnya.
Penelitian kohort adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor resiko dengan faktor efek melalui pendekatan longitudinal kedepan atau prospektif
Langkah – langkah pelaksanaan penelitian kohort :
1. Identifikasi faktor-faktor resiko dan efek
2. Menetapkan subjek penelitian (menetapkan populasi dan sampel)
3. Pemilihan subjek dengan faktor risiko positif dari subjek dengan efek negatif
4. Memilih subjek yang akan menjadi anggota kelompok kontrol
5. Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang ditentukan, selanjutnya
mengidentifikasi timbul tidaknya efek pada kedua kelompok
6. Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapat efek positif dengan subjek yang
mendapat efek negatif baik pada kelompok risiko positif maupun kelompok kontrol
Ciri khas dari rancangan kohort :
 Berasal dari kata romawi kuno yang berarti kelompok tentara yang berbaris maju ke depan
 Subjek dibagi berdasar ada atau tidaknya pemajanan faktor tertentu dan kemudian diikuti dalam
periode waktu tertentu untuk menentukan munculnya penyakit pada tiap kelompok
 Digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dan efek
 Sekelompok subjek yang belum mengalami penyakit atau efek diikuti secara prospektif
 Diketahui variabel bebas (penyebab) kemudian ingin diketahui variabel terikat (akibat)
 Dapat dilakukan secara prospektif dan retrospektif
Kelebihan Rancangan kohort :
 Merupakan desain terbaik dalam menentukan insiden perjalanan penyakit atau efek yang
diteliti
 Desain terbaik dalam menerangkan dinamika hubungan antara faktor resiko dengan efek
secara temporal
 Dapat meneliti beberapa efek sekaligus
 Baik untuk evaluasi pemajan yang jarang
 Dapat meneliti multipel efek dari satu pemajan
 Dapat menetapkan hubungan temporal
 Mendapat incidence rate
 Biasnya lebih kecil
Kekurangan rancangan kohort :
 Memerlukan waktu yang lama
 Sarana dan biaya yang mahal
 Rumit
 Kurang efisien untuk kasus yang jarang
 Menimbulkan masalah etika
 Hanya dapat mengamati satu faktor penyebab
Contoh studi kasus kohort
Suatu studi kohort menemukan bahwa kematian karena jantung koroner pada kalangan pekerja
yang merokok adalah 50 per 10.000 orang per tahun, sementara pada pekerja yang tidak
merokok adalah 25 per 10.000 orang per tahun.
Ditanyakan:
a) Berapa Relative Risk (RR)?
b) Bagaimana dengan dampak absolutnya (AR)?
c) Berapa persen kematian dapat dicegah dari kalangan perokok jika terhadap mereka diberi
permen pengganti rokok setara dengan yang tidak merokok?
Jawab:
Risiko
Eksposure Jumlah
Jantung coroner Tidak jantung coroner
Merokok 50 9950 10000
Tidak merokok 25 9975 10000
Jumlah 75 19925 20000

Artinya: RR > 1, berarti ada asosiasi positif antara faktor risiko dengan penyakit (faktor
risiko menyebabkan sakit), dimana orang yang merokok mempunyai dua kali lebih, jika
dibandingkan dengan orang yang tidak merokok untuk terkena penyakit jantung coroner
AR = IR Terpajan – IR Tidak Terpajan

= 0,005 – 0,0025

= 0,0025 (0,000025 %)

AR % = 0,000025 % (tidak merokok)

Artinya: Besar risiko dapat dihindarkan untuk terjadinya kematian akibat penyakit
jantung koroner pada orang yang merokok adalah 0,000025 %, jka mereka diberi permen
pengganti rokok, maka besar risiko yang dapat dihindarkan setara dengan yang tidak merokok
yaitu sebesar 0,000025 % untuk terjadinya kematian akibat penyaki jantung koroner.

D. Studi Eksperimental

Rancangan studi eksperimen adalah jenis penelitian yang dikembangkan untuk


mempelajari fenomena dalam kerangka korelasi sebab-akibat. Menurut Bhisma Murti rancangan
studi ini digunakan ketika peneliti atau oranglain dengan sengaja memperlakukan berbagai
tingkat variabel independen kepada subjek penelitian dengan tujuan mengetahui pengaruh
variabel independen tersebut terhadap variabel dependen.
Berdasarkan penelitian tersebut studi eksperimen (studi perlakuan atau intervensi dari
situasi penelitian ) terbagi dalam dua macam yaitu rancangan eksperimen murni dan quasi
eksperimen.
1. Rancangan eksperimen murni
Eksperimen murni adalah suatu bentuk rancangan yang memperlakukan dan
memanipulasi sujek penelitian dengan kontrol secara ketat.
Penelitian eksperimen mempunyai ciri :
 Ada perlakuan, yaitu memperlakukan variabel yang diteliti (memanipulasi suatu
variabel)
 Ada randominasi, yaitu penunjukan subjek penelitian secara acak untuk
mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian
 Semua variabel terkontrol, eksperimen murni mampu mengontrol hampir semua
pengaruh faktor penelitian terhadap variabel hasil yang diteliti
2. Quasi Eksperimen (eksperimen semu)
Quasi Eksperimen (eksperimen semu) adalah eksperimen yang dalam mengontrol
situasi penelitian tidak terlalu ketat atau menggunakan rancangan tertentu dan atau
penunjukkan subjek penelitian secara tidak acak untuk mendapatkan salah satu dari
berbagai tingkat faktor penelitian.
Ciri dari quasi eksperimen :
 Tidak ada randominasi, yaitu penunjukkan sujek penelitian secara tidak acak
untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian. Hal ini
disebabkan karena ketika pengalokasian faktor penelitian kepada subjek
penelitian tidak mungkin, tidak etis, atau tidak praktis menggunakan randominasi
 Tidak semua variabel terkontrol karena terkait dengan pengalokasian
faktor penelitian kepada subjek penelitian tidak mungkin, tidak etis, atau tidak
praktis menggunakan randominasi sehinggasulit mengontrol variabel secara ketat.
Karakteristik Penelitian Studi Ekperimental
1. Manipulasi, dimana peneliti menjadikan salah satu dari sekian variabel bebas untuk
menjadi sesuai dengan apa yang diinginkan oleh peneliti, sehingga variabel lain dipakai
sebagai pembanding yang bisa membedakan antara yang memperoleh
perlakuan/manipulasi dengan yang tidak memperoleh perlakuan/manipulasi.
2. Pengendalian, dimana peneliti menginginkan variabel yang diukur itu mengalami
kesamaan sesuai dengan keinginan peneliti dengan menambahkan faktor lain ke dalam
variabel atau membuang faktor lain yang tidak diinginkan peneliti dari variabel.
3. Pengamatan, dimana peneliti melakukan suatu kegiatan mengamati untuk mengetahui
apakah ada pengaruh manipulasi variabel (bebas) yang telah dilakukannya terhadap
variabel lain (terikat) dalam penelitian eksperimental yang dilakukannya.
Masalah dan Hambatan Studi Eksperimental
1. Penentuan standar / definisi hasil akhir ( out come ). Dalam hal ini setiap pemaparan yang
dilakuakn harus dirancang dan dilaksanakan secara ilmiah sehingga hasil akhir yang
dicapai harus pula diukur dengan standar ilmiah, namun sering sekali hasil out put ini
belum memiliki standar pengukuran secara ilmiah.
2. Pemilihan anggota kelompok sebagai subjek utnuk berpartisipasi penuh. Salah satu
persyaratan dalam penelitian eksperimental adalah subjek harus diberi tahu tentang
keikutsertaannya dalam suatu eksperimen serta akibat-akibatnya.
3. Konsistensi perlakuan khusus selama penelitian ( intensitas ). Salah satu hambatan yang
nyata dalam penelitian eksperimental ialah bahwa pemaparan yang dilakukan pada subjek
penelitian harus dibatasi pada pencegahan-pencegahan yang potensial dari penyakit atau
akibat penyakit.
4. Sistem pencatatan dan pelaporan semua kejadian selama pengamatan. Pencatatan dan
pelaporan semua kejadian tidak semudah yang diperkirakan karena sering ada kondisi
yang tidak dicatat / dilaporkan karena dianggap tidak penting, namun akhirnya ternyata
hal tersebut merupakan kondisi yang berpengaruh dalam penelitian tersebut.
5. Adanya drop out / menolak berpatisipasi pada awal maupuin sewaktu penelitian berjalan.
Keadaan semacam ini hampir selalu dijumpai terutama pada penelitian eksperimental di
masyarakat di mana anggota masyarakat sering berpindah tempat dalam jumlah tertentu
yang selanjutnya dipantau.
6. Adanya hasil sampingan perlakuan khusus yang tidak diinginkan merupakan salah satu
hambatan yang cukup berarti terutama bila hasil sampingan tersebut berbentuk hal yang
negatif bagi subjek.
Faktor-faktor Yang Perlu Diperhatikan
1. Confounding Variable
Selain variabel independen berupa faktor risiko atau paparan dan variabel
dependen berupa outcome atau penyakit, juga terdapat variabel lain yang disebut variabel
penggangu (confounding variable) seperti komparabilitas sampel, parameter standar
penilaian, dan lain sebagainya yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Variabel
pengganggu ini dapat dihilangkan antara lain dengan cara melakukan randomisasi
terhadap sampel penelitian dan melakukan standarisasi dalam pengukuran dan penilaian
hasil penelitian.
2. Follow-up Bias
Penyimpangan yang terjadi selama melakukan follow-up, dimana sampel-sampel
yang loss of control menyebabkan komparabilitas antara group studi dan control tidak
sesuai lagi, Follow-up bias dapat dihilangkan dengan cara menjaga agar jumlah sampel
yang loss of control sekecil mungkin.
3. Observational Bias
Penyimpangan dapat terjadi selama proses observasi terhadap pengukuran efek
dari hasil pengobatan penyakit, dan hilangkan dengan cara melakukan single atau
double bilnd study.
4. Asosiasi Terjadi Karena Faktor Kebetulan
Terdapat kemungkinan bahwa asosiasi antara faktor risiko dengan outcome terjadi
karena faktor kebetulan, dan untuk menghilangkannya perlu dilakukan tes hipotesis.
Kelebihan Studi Eksperimental
 Hubungan sebab akibat melalui pemaparan, pada penelitian ini besarnya derajat / dosis
pemaparan dapat diatur sesuai keinginan peneliti, pengaruh faktor pemaparan dapat
dimanipulasi melalui standarisasi perlakuan, sedangkan faktor luar yang tidak diinginkan
dapat dikontrol dengan berbagai cara tertentu.
 Pada bentuk eksperimental dengan randomisasi, sampel yang memenuhi syarat akan
memberikan peluang sebesar-besarnya untuk mengamati berbagai faktor / pengaruh luar.
 Untuk eksperimental tanpa randomisasi. Populasi target dan kontrol lebih mudah dipilih
dengan jumlah yang relatif kecil.
Kekurangan Studi Eksperimental

 Bentuk penelitian eksperimental tidak dapat dilakukan uji coba pada manusia karena
faktor etika. Selain itu pengaruh faktor yang tidak diinginkan yang terdapat pada manusia
sebagai makhluk sosial / sifat perilaku individu, kadang-kadang tidak dapat dikontrol.
Hasil yang dicapai pada suatu populasi tertentu mungkin tidak berlaku secara umum pada
populasi lain.
 Randomisasi adalah masalah etika terutama pada pemilihan subjek secara random.
Sedangkan pada ekspewrimental semu, kesalahan sering terjadi sulit dikoreksi melalui
ketentuan analisis statisktik yang ada dan kemungkinan terjadinya haisl semu / salah
karena kesalahan memilih kelompok studi maupun kontrol dapat berakibat sanagat fatal
dalam mengambil kesimpulan.

Ukuran/Analisis

Outcome
Kelompok Studi Total
Positif Negatif
Group Studi A B m1
Group Kontrol C D m2
Total n1 No t
Group Studi:

Group Kontrol:
Effectiveness = 100 (1 – p1/p2)

Keterangan:

 p1 = proporsi keberhasilan group studi


 p2 = proporsi keberhasilan group control
 q1 = (1 – p1)
 q2 = (1 – p2)

Contoh Studi Eksperimental

Diketahui dari hasil penelitian 200 anak-anak yang diberikan Loperamide, ternyata hanya 1
anak yang menderita diare. Sedangkan hasil penelitian terhadap 200 anak yang diberikan Oralit,
ternyata 15 anak yang menderita diare. Berapa persentase tingkat keberhasilan diare tersebut
dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian?

Jawab:
Diare
Kelompok Studi Total
Positif Negatif
Loperamide 1 199 200
Oralit 15 185 200
Total 16 384 400
Group Studi:

Group Kontrol:
Effectiveness = 100 (1 – p1/p2)

= 100 (1 – 0,005/0,075)

= 93 %

Interprestasi:

Tingkat keberhasilan Loperamide adalah 93% dalam menurunkan angka kesakitan dan
kematian diare.

Anda mungkin juga menyukai