HELWIAH UMNIYATI
Definisi epidemiologi analitik
Studi analitik menjawab pertanyaan why
(mengapa)
E D
1.Krosssektional
2.Kasus kontrol
3.Kohort
4.Eksperimen
Studi cross-sectional / prevalent/ survei
Waktu
Eksposur
?
Keluaran/penyakit ?
Studi kros-seksional
7
Keuntungan:
• Menggambarkan status/ masalah kesehatan
• Memperkirakan kebutuhan pelayanan kesehatan (sehingga
bermanfaat untuk perencanaan kesehatan)
• Formulasi hipotesis (skrining hipotesis) baru.
• Lebih "feasible" dan hemat waktu, dibandingkan kohort
• Dapat mengamati beberapa eksposur dan beberapa penyakit
• Dapat cukup valid untuk melihat pengaruh suatu faktor risiko
dengan penyakit tertentu apabila faktor risiko yang diteliti
tersebut jelas terjadinya mendahului penyakit
• Karena studi kros-seksional biasa diambil dari suatu “source
population” yang lebih besar, maka dimungkinkan untuk
melakukan generalisasi hasil studi
Kelemahan:
15
Direksionalitas suatu studi
Direksionalitas ke belakang
Eksposur Keluaran/penyakit
Waktu
? Ya
? Tidak
Studi kasus-kontrol
16
Waktuan (timing) suatu studi
Apakah keluaran kesehatan terjadi
sebelum studi dimulai?
Waktu
Retrospektif
Studi kasus-kontrol
17
Studi kasus-kontrol
Eksposur Penyakit
Ya
Kasus
Tidak
Ke belakang
Ya
Bukan kasus
Tidak
Studi mulai
Waktu
18
Kelebihan:
• Cenderung lebih murah dibanding desain analitik
lainnya
• Cenderung lebih hemat waktu dibanding desain analitik
lainnya
• Efisien untuk menyelidiki penyakit yang jarang
• Cenderung memerlukan ukuran sampel yang lebih kecil
dari rancangan lain
• Dapat dipakai untuk menyelidiki hubungan suatu
penyakit dengan > 1 pajanan/ determinan/ faktor risiko.
Kekurangan:
• Disamping estimasi titik OR, pada kasus kontrol juga dapat dihitung
estimasi interval: misal 95% confidence interval (CI) dan juga nilai p (p
value), yaitu probabilitas menemukan besarnya asosiasi sebesar yang
teramati (atau lebih ekstrim lagi) semata-mata karena kebetulan (chance).
OR = ad/ bc
Ya
sakit
Tidak Follow up
Population
at risk
Ya
Tidak sakit
Tidak
The present The future
Waktu
Studi mulai
30
Direksionalitas studi Kohort
Direksionalitas ke depan
Eksposur Keluaran/penyakit
Waktu
Ya ?
Tidak ?
Studi kohort
31
Jenis disain studi kohort
Berdasarkan waktu dilakukannya pengukuran thd E dan D :
- Prospektif kohort
- Retrospektif kohort
Kelemahan:
Berdasarkan kelp pembanding , maka studi eksperimen dibagi menjadi dua yaitu :
1. Within group design : pre test dan post test design, seluruh individu mendapat
eksposure yg sama , kemudian di foolow up, bandingkan outcome pada saat pre
test dan post test
2. Between group design : peneliti membandingkan outcome dari dua atau lebih kelp
yg mendapat intervensi berbeda
Waktuan (timing) suatu studi
Apakah keluaran kesehatan terjadi
sebelum studi dimulai?
Waktu
Prospektif
Clinical Trials
35
Randomisasi vs random sampling
randomisasi = random allocation
- proses yg dilakukan oleh peneliti thd subjek yg diteliti
sedemikian rupa sehingga setia subjek mempunyai kesempatan
yang sama utk mdptkan “eksposure” atau tidak mendapat
“eksposure”
- Memilih secara random anggota sampel utk mendapat eksposure
populasi
sampel
Random selection
Outcome +
E+
Outcome-
Follow
up Outcome +
Random alocation
E-
Outcome -
Proses blinding
Untuk mengaplikasikan eksposure (randomisasi) pada subjek penelitian
biasanya dilakukan blinding’
1. Single blind : hanya subjek yg tidak mengetahui
2. Double blind : jika subjek dan peneliti tidak mengetahui
3. Triple blind : jika subjek, peneliti dan penganalisis tidak mengetahui
Tujuan :
1. Pada proses randomisasi : dapat mengeliminasi confounder
2. Pada periode follow up : menghindari bias yang berasal dari subjek, peneliti
ataupun penganalisis
Kelebihan dan kelemahan studi eksperimen
Kelebihan :
1. Dpt memberikan bukti kuat adanya hubungan sebab akibat
2. Mrp satu-satuya disain yg sesuai dipakai untuk meneliti obat2an baru
3. Dpt menghasilkan penelitian yg murah dan cepat dibandingkan penelitian
observasional
Kelemahan:
1. Mahal dan memakan waktu
2. Tdk semua pertanyaan penelitian dpt dijawab dgn desain eksperimen : ada
masalah etika, frekuensi outcome jarang
3. Cenderung membatasi skope penelitian
4. Standar intervensi eksposure mungkin berbeda dengan kondisi yg
sesungguhnya di populasi