Anda di halaman 1dari 192

KOHORT

Memberikan informasi terbaik tentang


penyebab penyakit dan pengukurannya serta
tentang resiko timbulnya penyakit.
Ciri umum penelitian kohort
✓ pemilihan subyek berdasarkan status
paparan
✓ melakukan pencatatan terhadap
perkembangan subyek dalam kelompok
studi amatan
✓ dimungkinkan penghitungan laju
insidensi (ID) dan masing-masing
kelompok studi
✓ peneliti hanya mengamati dan mencatat
paparan dan penyakit dan tidak dengan
sengaja mengalokasikanpaparan.
Terdapat beberapa jenis
desain penelitian kohort:

a. Studi kohort prospektif dengan


kelompokpembanding internal
b. Studi kohort prospektif dengan kelompok
pembanding eksternal (studi kohort ganda)
c. Studi kohort retrospektif
d. Nested case control study
Langkah-langkah pada studi
kohort

a. Merumuskan pertanyaan penelitian


b. Menetapkan kohort
c. Memilih kelompok control
d. Mengidentifikasi variable penelitian
e. Mengamati timbulnya efek
f. Menganalisis hasil
Kelebihan dan kelemahan
studi kohort:

a. Kelebihan
1) Studi kohort merupakan desain yang terbaik dalam menentukan
insidens dan perjalanan penyakit atau efek yang diteliti.
2) Studi kohort yang baik dalam menerangkan hubungan antara
factor-faktor resiko dengan efek secara temporal.
3) Studi kohort merupakan pilihan terbaik untuk kasus yang bersifat
fatal dan progesif.
4) Studi kohort dapat dipakai untuk meneliti beberapa efek
sekaligus dari suatu factor resiko tertentu.
5) Karena pengamatan dilakukan secara kontinyu dan longitudinal,
studi kohort memiliki kekuatan yang andal untuk meneliti berbagai
masalah kesehatan yang makin meningkat.
Kelebihan dan kelemahan
studi kohort:

b. Kelemahan
1) Studi kohort biasanya memerlukan waktu yang lama
2) Sarana dan biaya biasanya mahal
3) Studi kohort sering kali rumit
4) Kurang efisien segi waktu maupun biaya untuk meneliti
kasus yang jarang terjadi
5) Terancam terjadinya drop out atau terjadinya
perubahan intensitas pajanan atau factor resiko dapat
mengganggu analisis hasil
6) Dapat menimbulkan masalah etika oleh karena peneliti
membiarkan subyek terkena pajanan yang dicurigai atau
dianggap dapat merugikan subyek.
Cross Sectional Study
(Penelitian Potong Lintang)
⚫ Suatu rancangan penelitian yang mengkaji
dinamika korelasi/asosiasi antara variabel
independen dengan variabel dependen pada
saat yang bersamaan (point time approach).
⚫ Pengamatan sesaat atau periode tertentu
pada kelompok sampel
⚫ Dapat merupakan studi pendahuluan
⚫ Studi peralihan antara deskriptif dengan
analitik
Tujuan

1. Untuk mengetahui permasalahan kesmas


misal survai kes untuk memperoleh data
dasar guna menentukan kadaan kesmas
dan membandingkan keadaan kesmas
2. Mengetahui prevalensi penyakit tt atau
berbagai penyakit
3. Memprakirakan adanya hubungan dengan
sebab akibat
4. Memperoleh suatu hipotesis yg spesifik
Keuntungan
⚫ Relatif cepat dan murah untuk memperoleh
gambaran atau indikasi masalah kesmas

⚫ Dapat memprakirakan adanya hubungan causal

⚫ Menyusun hipotesis untuk studi lebih lanjut

⚫ Dapat digunakan untuk menyusun perencanaan


yankes yang dibutuhkan masyarakat
Kerugian
⚫ Tidak dapat digunakan untuk memantau
perubahan-perubahan yang terjadi dengan
berjalannya waktu

⚫ Informasi yg diperoleh tdk mendalam

⚫ Sering terjadi laporan yg kurang atau


berlebihan

⚫ Variabel yang dikumpulkan terlalu banyak


Langkah-langkah
⚫ Identifikasi dan perumusan masalah
⚫ Penentuan tujuan penelitian
⚫ Penentuan populasi studi
⚫ Penentuan besar dan cara pengambilan
sampel
⚫ Penentuan instrumen penelitian
⚫ Tabulasi dan rancangan analisis
Populasi studi
⚫ Adalah populasi yg dibatasi oleh kriteria yg telah
ditentukan, misalnya studi cross sectional ttg
“cerebral blood flow” terhadap org yang berhenti
merokok, tidak merokok dan masih merokok
⚫ Berhenti merokok→ minimal 6 bulan sblm studi
dimulai telah berhenti merokok
⚫ Tidak merokok → tidak pernah merokok atau
maksimal 2 btg/tahun
⚫ Masih merokok → minimal merokok ½ pak/hari
selama minimal 20 tahun
geografis
⚫ Menggunakan batas administratif sebagai
populasi studi:
Untuk memperoleh kemudahan:
⚫ Bantuan dari petugas kesehatan &
pemerintah daerah
⚫ Perbatasan ciri individu sebagai sasaran
penelitian misal: golongan umur, sex,
pekerjaan, tkt pendidikan, sosek
sampel
⚫ Representatif (jumlah sampel dan sampling)
⚫ Sampel size: jk sedikit→hasilnya tdk dapat
diekstrapolasikan/digeneralisasikan terhadap
populasi
⚫ Jk jmlnya terlalu banyak→ tidak efisien &
efektif (dana, tenaga dan waktu)
⚫ Perlu ditentukan besar sampel minimal tapi
represenstatif, caranya dgn menggunakan
berbagai macam rumus
Dasarnya:
⚫ Besarnya kesalahan yg diinginkan

⚫ Prakiraan ttg variasi atau proporsi variabel


yang ingin dicari
⚫ Besarnya derajat kepercayaan yg diinginkan
Study Potong Lintang dalam
Bidang Gizi

⚫ Desain Cross sectional dalam bidang kajian


gizi misalnya mengamati paparan diet yang
dikaitkan dengan kehadiran atau
ketidakhadiran penyakit (outcome) terkait
gizi.
Penggunaan dan Keterbatasan
Penggunaan:
⚫ Digunakan dalamsurvai prevalensi

⚫ Menggambarkan karakteristik populasi

⚫ Kajian pengetahuan, sikap dan tindakan

⚫ Sebagai alat untuk merencanakan yankes

⚫ Digunakan untuk mengembangkan hipotesis


bagi penelitian hubungan sebab-akibat.
Keterbatasan
⚫ Tidak memungkinkan untuk menyimpulkan
mana yang menjadi penyebab dan mana yang
menjadi akibat oleh karena paparan dan
outcome diukur pada saat yang bersamaan)
⚫ Faktor perancu tidak dapat didistribusikan
secara merata atara kelompok yang
dibandingkan
⚫ Desain ini mengukur pola konsumsi (diet) saat
ini pada kelompok yang menderita penyakit.
Sedangkan diet saat ini dapat berubah akibat
penyakit tersebut.
Rancangan Survai
⚫ Pada desain ini, metode pengambilan sampel
merupakan perhatian utama.
⚫ untuk meneliti faktor risiko pada kasus
kondisi yang jarang terjadi, perlu
diambilsampel dari populasi yang berisiko
tinggi.
⚫ Contoh: Pemakaian jarum suntik pada
penelitian infeksi HIV AIDS.
⚫ Sampel harus representatif.
Contoh: suatu penelitian menggunakan desain
cross sectional, mengenai asosiasi antara konsumsi
kafein dengan palpitasi (jantung berdebar). Analisis
regresi menunjukkan suatu asosiasi positif yang
lemah antara konsumsi kafein dengan palpitasi.
Hasil ini tidak dapat diekstrapolasikan pada populasi
secara umum, karena orang yang menjadi relawan
tersebut adalah seorang peminum berat kopi yang
mengalami gejala tersebut.
Gambar Rancangan “CS”

sampel

FR (+) FR(-)

Efek (+) Efek (-) Efek (+) Efek (-)


(A) (B) (C) (D)
FR Efek
+ -
+ A B
- C D
CASE CONTROL STUDY

OLEH:
SRI SUNARINGSIH IKA WARDOJO, SKM
CASE CONTROL STUDY

Termasuk penelitian analitik observasional


DEFINISI
Yaitu rancangan penelitian epidemiologi
yang mempelajari hubungan antara paparan
(faktor penelitian) dan penyakit, dengan
cara membandingkan kelompok kasus dan
kelompok kontrol berdasarkan status
paparannya
CIRI-CIRI

Pemilihan subyek berdasarkan status


penyakit, untuk kemudian dilakukan
pengamatan apakah subyek mempunyai
riwayat terpapar faktor penelitian atau
tidak
SKEMA CASE CONTROL STUDY

KASUS (PENYAKIT +) TERPAPAR (E)


TIDAK TERPAPAR (E)

KASUS (PENYAKIT -) TERPAPAR (E)


TIDAK TERPAPAR (E)
KARAKTERISTIK CASE CONTROL
1. Merupakan penelitian observasional yang
bersifat retrospektif
2. Penelitian diawali dengan kelompok kasus
dan kelompok kontrol
3. Kelompok kontrol digunakan untuk
memperkuat ada tidaknya hubungan
sebab-akibat
4. Terdapat hipotesis spesifik yang akan diuji
secara statistik
Cont…
5. Kelompok kontrol mempunyai risiko terpajan
yang sama dengan kelompok kasus
6. Pada penelitian kasus-kontrol, yang
dibandingkan ialah pengalaman terpajan
oleh faktor risiko antara kelompok kasus
dengan kelompok kontrol
7. Penghitungan besarnya risiko relatif hanya
melalui perkiraan melalui perhitungan odds
ratio
KEUNTUNGAN
1. Sifatnya relatif murah dan mudah
2. Cocok untuk penyakit dengan periode laten
yang panjang
3. Tepat untuk meneliti penyakit langka
4. Dapat meneliti pengaruh sejumlah paparan
terhadap penyakit
KELEMAHAN
1. Alur metodologi inferensi kausal yang
bertentangan dengan logika NORMAL
2. Rawan terhadap bias
3. Tidak cocok untuk paparan langka
4. Tidak dapat menghitung laju insidensi
5. Validasi informasi yang diperoleh sulit
dilakukan
6. Kelompok kasus dan kontrol dipilih dari dua
populasi yang terpisah
KRITERIA PEMILIHAN KASUS

1. Kriteria Diagnosis dan kriteria inklusi harus


dibuat dengan jelas
2. Populasi sumber kasus dapat berasal dari
rumah sakit atau populasi/masyarakat
KRITERIA PEMILIHAN
KONTROL
1. Mempunyai potensi terpajan oleh faktor
risiko yang sama dengan kelompok kasus
2. Tidak menderita penyakit yang diteliti
3. Bersedia ikut dalam penelitian
ANALISA DATA
Perhitungan ODD Ratio (OR)

case control
Exposure + a+b
a b

Exposure – c d c+d
a+c b+d
ODD RATIO
a.d
ODD RATIO (OR) =
b.c
CONTOH SOAL
1. Suatu penelitian kasus kontrol tentang
hubungan
antara rokok dan kanker paru-paru. Pada penelitian
tersebut diambil 100 orang penderita kanker paru-
paru yang dirawat di beberapa rumah sakit selama
1 tahun sebagai kelompok kasus, sedangkan untuk
kelompok kontrol diambil 100 penderita penyakit
lain. Hasil wawancara menunjukkan bahwa pada
kelompok kasus terdapat 90 orang perokok,
sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 40
orang perokok. Hitunglah besarnya resiko merokok
terhadap terjadinya kanker paru-paru!
Cont….
2. Dalam suatu penelitian yang menggunakan rancangan
kasus-kontrol untuk menentukan hubungan antara
infark miokard dengan rokok. Kelompok kasus terdiri
dari 100 orang penderita infark miokard dan kelompok
kontrol terdiri dari 200 orang bukan penderita miokard.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diantara 100 org
penderita infark miokard terdapat 20 orang perokok dan
diantara 200 orang bukan penderita infark miokard
terdapat terdapat 14 orang perokok. Hitunglah besarnya
resiko relatifnya!
Ukuran Frekuensi
dalam Epidemiologi
Ukuran‐ukuran penyakit

⚫  Kuantifikasi kejadian penyakit


⚫  Hitung individu yang terinfeksi,
⚫ yang sakit dan yang meninggal
⚫  Menggunakan kata‐kata
 Biasanya, kadang‐kadang, jarang.
 Kesepakatan kecil tentang arti umumnya yang
digunakan kata‐kata untuk frekuensi
⚫ – “biasanya” 0,5 – 0,8
⚫ – “Kadang‐kadang” 0,2 – 0,6
⚫ – “jarang” 0,01 – 0,2
Ukuran‐ukuran frekuensi
peristiwa kesehatan

– Tipe kuantitas matematis


– Tipe ukuran yang digunakan dalam
epidemiologi
⚫ Adalah gambaran tentang frekwensi
penderita baru suatu penyakit yang
ditemukan pada suatu waktu tertentu di
satu kelompok
Untuk masyarakat.
dapat menghitung angka insidensi
suatu penyakit, sebelumnya harus diketahui
terlebih dahulu tentang :
– Data tentang jumlah penderita baru.
– Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit
baru( Population at Risk ).
UKURAN ASOSIASI
DALAM
EPIDEMIOLOGI
POKOK BAHASAN
⚫ Pengertian ukuran asosiasi
⚫ Jenis ukuran asosiasi
⚫ RR
⚫ OR
⚫ PR
⚫ Perhitungan
UKURAN FREKUENSI DALAM
KESEHATAN MASYARAKAT
⚫ Tipe Kuantitas matematis
1. Jumlah (enumerasi, counts)
2. Rasio
3. Proporsi
4. Rate (angka, laju)

⚫ Tipe Ukuran epid


1. Frekuensi: insidens, prevalens, mortalitas
2. Asosiasi: risk ratio, prevalens ratio, odds ratio
3. Dampak: Attributable Risk, % Attributable Risk,
Prefented Fraction
UKURAN ASOSIASI
⚫ Relative :
⚫ RR (relative risk) → Studi Cohort
⚫ Risk ratio
⚫ Rate ratio
⚫ Odds Ratio (OR) , Prevalence Odds Ratio
(POR) → studi case control
⚫ Prevalence Ratio (PR) → studi cross sectional

⚫ Absolute :
⚫ RD (risk difference) → Studi cohort
UKURAN ASOSIASI
⚫ Studi Cohort → Risk Ratio (RR)
⚫ Studi case control → Odds Ratio (OR)
⚫ Studi cross sectional → Prevalence Ratio
(PR)
Tipe ukuran yang digunakan dalam
epidemiologi
⚫ Ukuran asosiasi
⚫ Merefleksikan kekuatan atau besar asosiasi
antara suatu eksposur/faktor risiko dan kejadian
suatu penyakit

⚫ Memasukkan suatu perbandingan frekuensi


penyakit antara dua atau lebih kelompok
dengan berbagai derajat eksposur

⚫ Beberapa ukuran assosiasi digunakan untuk


mengestimasi efek
Basic Question in Analytic
Epidemiology

⚫ Are exposure and disease


linked?

Exposure Disease
Ukuran-ukuran asosiasi
⚫ Ukuran rasio (perbandingan relatif)
⚫ rasio dua frekuensi penyakit membandingkan
kelompok terpajan dengan kelompok tidak
terpajan

⚫ Ukuran perbedaan efek (perbandingan


absolut)
⚫ perbedaan antara ukuran frekuensi penyakit
suatu kelompok terpajan dan kelompok yang
tidak terpajan
Two-By-Two Table

Disease
Yes No Total

a b a+b
Yes
Exposure c d c+d

No
Total a+c b+d a+b+c+d
Hypothetical Two-By-Two Table

Lung cancer
Yes No Total

70 300 370
Yes
Smoking 15 700 715
No

Total 85 1,000 1,085


Relative Risk (RR)

⚫ Measures how likely the exposed group


will develop a disease compared to the
unexposed group.

RR = incidence in the exposed = a/(a+b)


incidence in the unexposed c/(c+d)
Example: Hypothetical Study

Lung cancer

Yes No Total

Yes 70 300 370

Smoking No 15 700 715

Total 85 1,000 1,085


Relative Risk (RR)
Relative Risk = 70/(70+300) = 9.0
15/(15+700)

Which means… participants who smoked were 9


times more likely to develop lung cancer than
those who did not smoke.
Relative Risk (RR)

RR of 1.0 indicates that the


occurrence of disease in the
exposed an unexposed groups are
identical:

⚫ No association observed between


exposed and unexposed groups.
Relative Risk (RR)

⚫ RR greater than 1.0 indicates a


positive association, or an
increased risk among the exposed.

⚫ RR less than 1.0 means that there


is a decreased risk among the
exposed group.
Ukuran-ukuran asosiasi
⚫ Ukuran rasio
⚫ Rasio risiko atau risiko relatif (RR)
Risiko pada kelompok terpajan
RR =
Risiko pada kelompok tidak terpajan

– Rasio Insidens Kumulatif (RIK)

Insidens kumulatif pada kelompok terpajan


RIK =
Insidens kumulatif pada kelompok tidak terpajan
Perhitungan RR untuk CI
Outcome (+) Outcome (-) Total

E (exposed) a b a+b

NE (unexposed) c d c+d

Total a+c b+d N


(a + b + c + d)

CI pada populasi exposed (E) --- a/(a + b)


RR=
CI pada populasi unexposed (NE) --- c/(c + d)
THEN, FOLLOW TO SEE WHETHER
Incidence
Disease Disease rates
Totals
Develops Does Not of
Develop Disease

a Incidence in
FIRST, Exposed a b a+b =
a+b exposed
SELECT
Not c Incidence in
Exposed
c d c+d
c+d
=
non-exposed

a
Relative Risk ( RR ) = incidence in exposed a+b
incidence in non-exposed = c
c+d
Example : A Prospective Study of 3,000 Smokers and 5,000 Non-
smokers to Investigate Smoking and Coronary Heart Disease
(CHD)
THEN FOLLOW UP TO
SEE HOW MANY

Do Not Incidence
Develop
Develop Total per 1,000
CHD per year
CHD
FIRST,
SELECT

Healthy Smokers 84 2,916 3,000 28.0


Healthy Non-
87 4,913 5,000 17.4
Smokers
Contoh 5.
Tabel 1. Kaitan antara merokok dan angka insidens stroke dalam
suatu kohort.
Kategori Jumlah kasus Orang-tahun Tingkat
merokok stroke observasi insidens stroke
(lebih dari 8 (per 100.000
tahun) orang tahun)
Tidak pernah
merokok
70 395.594 17,7
Mantan perokok
65 232.712 27,9
Perokok
139 280.141 49,6

Total
274 908.447 30,2
Sumber: diterjemahkan dari:Beaglehole et al. Basic Epidemiology. WHO. 1993. 18.
Postmenopausal Hormone Supplement and CHD
CHD Person-years

Ever use 30 54,308.7


Past use 19 24,386.7
Current 11 29,922.0
Never use 60 51,477.5

RR ever use vs never use = (30/54,308.7) / ( 60/51477.5) = 0.5

RR past use vs never use = (19/24386.7) / (60/51477.5) = 0.7


RR current use vs never use = (11/29922.0) / (60/51477.5) = 0.3
Prevalence Ratio (PR)

– Prevalence Ratio (PR)

Prevalens pada kelompok terpajan


RP =
Prevalens pada kelompok tidak terpajan

• Untuk kasus prevalens pada


studi corss sectional survey
• Sama seperti perhitungan RR,
THEN, FOLLOW TO SEE WHETHER
Prevalenc
Disease Disease e rates
Totals
Develops Does Not of
Develop Disease

a Prevalence
FIRST, Exposed a b a+b =
a+b in exposed
SELECT
Not c Prevalence
Exposed
c d c+d
c+d
=
in non-
exposed

a
Prevalence Ratio ( RR ) = Prevelence in exposed a+b
Prevelance in non-exposed = c
c+d
Rasio odds (Odds ratio = OR)
⚫ Ukuran rasio
⚫ Rasio odds (Odds ratio = OR)
⚫ Nama lain: Odds relative; rasio kros-produk
⚫ rasio dua odds yang digunakan dalam studi kasus-
kontrol untuk mengestimasi rasio rate atau rasio
risiko
Rasio odds (Odds ratio = OR)
⚫ Ukuran rasio
⚫ Rasio odds (Odds ratio = OR)
⚫ odds untuk satu kelompok dibagi dengan odds
untuk kelompok yang lain
⚫ Mempunyai interpretasi yang sama seperti risiko
relatif
Rasio odds (Odds ratio = OR)
⚫ Odds suatu kejadian
⚫ rasio probabilitas bahwa kejadian terjadi
terhadap probabilitas kejadian tidak terjadi

P
Odds suatu peristiwa =
1− P

P = Probabilitas suatu kejadian terjadi


1–P = Probabilitas suatu kejadian tidak terjadi
Figure 11-5 A, Odds ratio (OR) in a cohort study. B, Odds ratio (OR) in a case-control study.

Downloaded from: StudentConsult (on 8 October 2009 11:44 AM)


© 2005 Elsevier
Prevalence Odds Ratio (POR) = Cross Product
Ratio ➔ bila data didasarkan pada kasus-
kasus prevalens
650 x 350
Prevalence Odds Ratio = = 4,8
950 x 50
650 / 1600 0,40625
Prevalence ( proportion ) Ratio = = = 3,25
50 / 400 0,125

Faktor Kasus Kontrol Total


Perokok 650 (a) 950 (b) 1600

Bukan 50 (c) 350 (d) 400


perokok
Total 700 1300 2000
The odds ratio ( relative odds) is a good
approximation of the relative risk when :

1.The cases are representative of


all cases with regard to exposure;
2.The controls are representative
of all control with regard to
exposure; =

3.The disease being studied is rare


Odds Ratio & Risk Ratio
The odds ratio will provide a good estimate of the
risk ratio when:

1. The outcome (disease) is rare a / (a +b )


RR = ------------
D+ D- c / (c +d)
E+ a b If the disease is rare, then
E- c d cells (a) and (c) will be small

OR = (a / c) / (b / d)
a / (a +b ) a / b ad
OR = (ad) / (bc) RR = ------------ = ------ =-- =___
c / (c +d) c / d bc
Figure 11-6 Example: The odds ratio is a good estimate
of the relative risk when a disease is infrequent.
Downloaded from: StudentConsult (on 8 October 2009 11:44 AM)
© 2005 Elsevier
Figure 11-7 Example: The odds ratio is not a
good estimate of the relative risk when a
disease is not infrequent.
Downloaded from: StudentConsult (on 8 October 2009 11:44 AM)
© 2005 Elsevier
In a prospective study/cohort study,
the Relative Risk can be calculated
directly
In a retrospective study /case control
study , the RR cannot be calculated
directly, so that the Relative Odds or
ODDS RATIO ( Cross Products Ratio )
is used as an estimate of the RR, when
the risk of the disease is low
OR & RR
⚫ Pada penyakit yang jarang terjadi,nilai Odds
Ratio hampir sama dengan nilai Relative Risk
(Risk Ratio). Nilai Prevalence Odds Ratio
hampir sama dengan nilai Prevalence
Proportion Ratio.

⚫ Pada penyakit yang umum terjadi, nilai Odds


Ratio lebih ekstrim dari pada Risk Ratio.
Interpretation of Odds Ratio
⚫ Relative odds associated with exposure
OR = 1  no association
OR > 1  positive association
OR < 1  negative association
⚫ Size of OR indicates strength of association
⚫ OR ≈ RR when disease rare (i.e., risk < 5%);
when disease not rare, OR still a valid
measure of association

Gerstman Chapter 8 (partial) 116


UKURAN DAMPAK
DALAM
EPIDEMIOLOGI
Measures of Public Health Impact

• Attributable Risk (AR) Number


• Attributable Risk Percent (AR%) Percentage
• Population Attributable Risk (PAR) Number
• Population Attributable Risk Percent
(PAR%) Percentage
Measures of Public Health Impact

IMPORTANT!

They all assume (require) that a cause-


effect relationship exists between the
exposure and the outcome.
Relative Risk vs. Attributable Risk

Relative Risk: Measure of the strength of


association, and indicator used to
assess the possibility of a causal
relationship.
Attributable Risk: Measure of the
potential for prevention of disease if the
exposure could be eliminated (assuming
a causal relationship).
Relative Risk vs. Attributable Risk
Relative Risk:
• Etiology
Attributable Risk:
• Policy decisions
• Funding decisions
(e.g. prevention programs)
Tipe ukuran yang digunakan dalam
epidemiologi

⚫ Ukuran efek/dampak
⚫ Merefleksikan dampak suatu faktor pada
frekuensi atau risiko dari suatu masalah (outcome)
kesehatan
⚫ Merefleksikan kelebihan jumlah kasus karena
suatu faktor (attributable) atau jumlah kasus yang
dapat dicegah oleh eksposur (pemajan)
Ukuran-ukuran dampak
⚫ Ukuran perbedaan dampak/efek
⚫ Perbedaan risiko = Risk Difference (RD) =
Attributable Risk (AR) = Excess Risk (ER) =
Absolute Risk (AR)
⚫ [Risiko pada kelompok terpajan] – [Risiko pada
kelompok tidak terpajan]
⚫ Berguna untuk mengukur besarnya masalah
kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh suatu
pemajan
⚫ bermanfaat untuk penilaian prioritas untuk aksi
kesehatan masyarakat (Public Health Action)
Attributable Risk (AR)
Among the EXPOSED:
How much of the disease that occurs can
be attributed to a certain exposure?
AR
AR%
This is of primary interest to the practicing
clinician.
Attributable Risk (AR)
AR = Iexposed – Inonexposed = “Risk Difference”

Develop CHD ISM = 84 / 3000


Smoke Yes No = 0.028 = 28.0 / 1000
Yes 84 2916 3000 INS = 87 / 5000
No 87 4913 5000 = 0.0174 = 17.4 / 1000
(background risk)

AR = (28.0 – 17.4) / 1000 = 10.6 / 1000


Attributable Risk (AR)
AR = (28.0 – 17.4) / 1000 = 10.6 / 1000

Among SMOKERS, 10.6 of the 28/1000


incident cases of CHD are attributed
to the fact that these people smoke …
Among SMOKERS, 10.6 of the 28/1000
incident cases of CHD that occur
could be prevented if smoking were
eliminated.
Ukuran-ukuran dampak
⚫ Ukuran perbedaan dampak/efek
⚫ Perbedaan insidens kumulatif = Cumulative
Incidence Difference= CID

[IK pada kelompok terpajan] - [IK pada kelompok


tidak terpajan]

IK = Insidens Kumulatif
Ukuran-ukuran dampak
⚫ Ukuran perbedaan efek
⚫ Perbedaan rate/ perbedaan densitas insidens (IDD
= Insidence Density Difference)
⚫ IDD =

[Densitas insidens dalam kelompok terpajan] - [Densitas


insidens pada kelompok tidak terpajan]
Ukuran-ukuran dampak
⚫ Ukuran perbedaan efek
⚫ Perbedaan prevalens (PD = Prevalence
Differrence)

PD = [Prevalens dalam kelompok terpajan] - [Prevalens


dalam kelompok tidak terpajan]
Attributable Risk

Incidence

Iexposed - Iunexposed

Exposed Unexposed
Ukuran-ukuran dampak/efek
⚫ Ukuran perbedaan efek
⚫ Attributable Risk (AR) Percent = AR%

Insidens ( terpajan ) − Insidens ( tidak terpajan )


AR% = x 100%
Insidens ( terpajan )
Attributable Risk Percent (AR%)
AR% = (Iexposed – Inonexposed) / Iexposed
= “Etiologic fraction”

Develop CHD ISM = 84 / 3000


Smoke Yes No = 0.028 = 28.0 / 1000
Yes 84 2916 3000 INS = 87 / 5000
No 87 4913 5000 = 0.0174 = 17.4 / 1000
(background risk)

AR% = (28.0 – 17.4) / 28.0 = 37.9%


Attributable Risk Percent (AR%)
AR% = (28.0 – 17.4) / 28.0 = 37.9%

Among SMOKERS, 38% of the morbidity


from CHD may be attributed to
smoking…
Among SMOKERS, 38% of the morbidity
from CHD could be prevented if
smoking were eliminated.
Attributable Risk Percent

Incidence

Iexposed – Iunexposed RR - 1
------------------------------- = ------------ x 100%
Iexposed RR

Exposed Unexposed
Ukuran-ukuran dampak
⚫ Population Attributable Risk (PAR)
⚫ = Attributable Fraction (population) atau Etiologic
Fraction (population) = Population Attributable
Risk Proportion = Population Attributable Risk
Fraction
⚫ Proporsi (atau fraksi) rate penyakit pada seluruh
populasi yang mewakili rate penyakit dalam kelompok
terpajan

⚫ Rumus PAR

PAR = Insidens(populasi ) − Insidens(tidak terpajan )


Ukuran-ukuran dampak
⚫ Population Attributable Risk Percent (PARP)➔
attributable fraction (population) atau etiologic
fraction (population)
⚫ Berarti proporsi kasus baru yang dapat dicegah jika
semua orang yang tidak terpajan
⚫ Rumus PAR%

Insidens (populasi ) − Insidens ( tidak terpajan )


PAR% = x 100%
Insidens (populasi )
Population Attributable Risk Percent
PAR% = (Itotal – Inonexposed) / Itotal
IT = 1100 / 10000
Diabetes
Weight Yes No = 0.11 = 110 / 1000
INE = 250 / 5500
Obese 850 3650 4500
= 0.0455 = 45.5 / 1000
Slim 250 5250 5500
(background risk)
1100 8900 10000
PAR% = (110 – 45.5) / 110 = 58.6%
Population Attributable Risk Percent
PAR% = (110 – 45.5) / 110 = 58.6%

In Tampa, 59% of the cases of diabetes


may be attributed to obesity in the
population…
In Tampa, 59% of the cases of diabetes
could be prevented if Tampa residents
lost sufficient weight.
Prevented Fraction (PF)
⚫ If relative risk <1
⚫ Proportion of potential new cases which would
have occurred if the exposure had been absent
⚫ Proportion of potential cases prevented by the
exposure
Iunexposed - Iexposed
PF =
Iunexposed

= 1 - RR
PF: Vaccine efficacy
Pop. Cases Cases/1000 RR
Vaccinated 301,545 150 0.49 0.28

Unvaccinated 298,655 515 1.72 Ref.

Total 600,200 665 1.11

1.72 - 0.49
PF = = 0.72
1.72

= 1 - 0.28 = 0.72
Ringkasan ukuran
Tipe
Kuantitas
Matematis

Tanpa Dengan
denominator denominator

Enumerasi
Hitung, Rasio Proporsi Rate
angka mutlak
Ringkasan ukuran
Tipe
Kuantitas
Matematis

Enumerasi Rasio Proporsi Rate

•RR •% •Crude
•OR •AR% •Spesific
•IDR •PAR% •Adjusted
Ringkasan ukuran

Ukuran
dalam
epidemiologi

Ukuran
Ukuran Ukuran efek
Frekuensi
asosiasi /dampak
Penyakit
Ukuran frekuensi penyakit
Ukuran
frekuensi
Penyakit

Insidens Prevalens Mortalitas

Insidens Incidence Prevalens Prevalens


Kumulatif Density titik periode
Ukuran frekuensi penyakit

Ukuran
Rasio

Insidence
Risk Odds Prevalence
Density
Ratio Rasio Ratio
Ratio
Ukuran frekuensi penyakit
RD = Risk Difference
Ukuran
AR = Attributable Risk
Efek
ER = Excess Risk
/dampak
PAR = Population Attributable Risk
PF = Prevented Fraction

Perbedaan Fraksi
efek Efek

RD
AR
AR% PAR% PF
ER
PAR
MATA KULIAH
SKRINING KESEHATAN
KONSEP DAN PELAKSANAAN
SKRINING KESEHATAN

Membahas :
1. Definisi Skrining Kesehatan
2. Kegunaan Skrining Kesehatan
3. Jenis Skrining Kesehatan
4. Sasaran Skrining Kesehatan
5. Pelaksanaan Skrining Kesehatan
6. Penanggungjawab Skrining Kesehatan
Definisi Skrining Kesehatan

Skrining adalah suatu usaha mendeteksi


penderita penyakit tertentu yang tanpa gejala
(tidak tampak) dalam suatu masyarakat atau
kelompok penduduk tertentu melalui suatu tes secara
singkat dan sederhana untuk dapat memisahkan
mereka yang betul-betul sehat terhadap mereka
yang kemungkinan besar menderita, selanjutkan
diproses melalui diagnosa pasti dan pengobatan.
Tujuan Skrining Kesehatan

a. Mendapatkan penderita penyakit sedini


mungkin

b. Mencegah meluasnya penyakit dalam


masyarakat

c. Mendidik dan membiasakan masyarakat


untuk memeriksakan kesehatannya sedini
mungkin
Kegunaan Skrining Kesehatan ( 6 M )

1. Menurunkan angka kematian dari populasi


yang disaring

2. Menurunkan fatalitas dari kasus pada individu


yang disaring

3. Meningkatkan persentase kasus yang dapat dideteksi


pada stadium awal

4. Menurunkan kejadian komplikasi penyakit

5. Mencegah atau mengurangi penyebaran penyakit

6. Meningkatkan kualitas hidup individu yang disaring


Jenis Skrining Kesehatan

Sulistyaningsih (2012)
1. Mass Screening
penyaringan dilakukan pada seluruh penduduk
2. Selective Screening
Penyaringan dilakukan terhadap kelompok penduduk tertentu
3. Single Disease Screening
penyaringan ditunjukan pada suatu jenis penyakit misalnya penyaringan
untuk mengetahui penyakit tbc
4. Case detection screening
penyaringan yang ditujukan untuk mendeteksi suatu kasus tertentu.
5. Multiphase screening
penyaringan untuk kemungkinan adanya beberapa penyakit pada individu,
misalnya penyaringan kesehatan pada pegawai sebelum bekerja.
4. Sasaran Skrining Kesehatan

( Sasaran Penyakit )
1. Kondisi/ penyakit merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang penting.
2. Harus ada cara pengobatan untuk penderita yang
diketemukan dengan screening
3. Tersedia fasilitas untuk diagnosis dan pengobatan.
4. Harus dikenal simptomatik dini dan masa lalu
5. Diketahui riwayat alamiah penyakit
6. Harus ada policy/ kebijakan yang dianggap penderita.
7. Biaya screening (termasuk diagnosis dan pengobatan)
seimbang dengan biaya medis keseluruhan.
8. Penemuan kasus merupakan proses yang berlangsung terus-
menerus.
(Sulistyaningsih, 2012)
lanjutan

( Sasaran Pengguna )
1. Sumber data yang digunakan
2. Kriteria yang akan menjadi sampel skrining
3. Besar sampel dianggap dapat mewakili
populasi
4. Cara pengambilan sampel apakah dilakukan
secara probabilistik atau tidak
(Syafrudin, 2015)
5. Pelaksanaan Skrining Kesehatan
Langkah-langkah Melakukan Skrining

Uji Tes diagnostic Intervensi


skrining (diagnostic teraupetik
procedure)
• ditetapkan • mereka
pada • yang yang
penduduk→ hasilnya menderita
hasil tes positif penyakit
negative dicurigai
disisihkan berdasarka
mederita
penyakit
n hasil tes
yang tengah diagnostik.
dicari pada
uji skrining.
Melalui tes
diagnostik ini,

(Sulistyaningsig, 2012)
a. Mammografi untuk skrining Ca
mammae
b. Pap Smear untuk mendeteksi Ca cervix
c. Pemeriksaan tekanan darah untuk
mendeteksi hipertensi
d. Pemeriksaan Reduksi untuk
mendeteksi diabetes mellitus
e. Pemeriksaan urin untuk mendeteksi
kehamilan
f. Pemeriksaan EKG untuk mendeteksi
Karakteristik Penilaian Skrining
1. Validity : Kemampuan dari suatu uji
skrining untuk menentukan individu mana
yang mempunyai penyakit (tidak
normal) dan individu yang mana tidak
mempunyai penyakit (normal). Ada 2:
sensitivitas & spesifisitas
2. Reliability : Pemeriksaan yang memberi
hasil konsistensi jika pemeriksaan ini
dilakukan lebih dari satu kali pada
individu yang sama dengan kondisi
yang sama.
⚫ Sensitivitas: Kemampuan suatu pemeriksaan
untuk mengidentifikasi secara benar orang
yang mendapat penyakit.
Sensitivitas=

⚫Spesifisitas: Kemampuan dari suatu


pemeriksaan untuk mengidentifikasi secara
benar orang-orang yang tidak mempunyai
penyakit.
Spesifisitas =
Lanjutan…
Hasil Status Penyakit

Skrining Total
Sakit Tidak Sakit
Tes
Positif a b
A+b
(true positif) (false positif)
Negative c d
C+d
(false negatif) (true negatif)
Total A+b+c+
a+c b+d
d
pengaplikasian
64.810 wanita usia 40-60 tahun mengikuti
percobaan validitas skrining
(mammamografi dan pemeriksaan fisik).
Setelah 15 tahun, dari 1115 tes skrining
positif, dikonfirmasi 132 kanker
payudara. Sedangkan pada 63.695
peserta yang tes skrining negative,
ternyata 45 orang dikonfirmasi kanker
payudara. Bagaimana tingakat validitas
tes skrining?
Penanggungjawab Skrining
Kesehatan

Pelaksanaan skrining bisa dilakukan di masyarakat oleh tenaga


kesehatan yang datang di wilayah yang berpoteni terjadinya
penyakit dan atau masalah kesehatan, atau dilakukan di
pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat yang
datang sendiri (Adnani, 2010).

BPJS→ Penanggungjawab kegiatan Skrining untuk Preventif


Primer dan Skrining untuk Preventif Sekunder Selektif adalah
Kantor Cabang BPJS Kesehatan Bagian Manajemen Pelayanan
Primer (BPJS, Tanpa tahun).
Beberapa Pemeriksaan Skrining

⚫ M
⚫ Te
SURVEILANS
EPIDEMIOLOGI
RARA WARIH GAYATRI
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
⚫ KEGIATAN PENGUMPULAN DATA
EPIDEMIOLOGI SECARA SISTIMATIS,
TERATUR & TERUS MENERUS
⚫ PENGOLAHAN ANALISA DAN
INTERPRETASI DAT A TSB HINGGA
MENGHASILKAN INFORMASI
⚫ SELANJUTNYA INFORMASI DISEBARKAN
KEPADA ORANG/LEMBAGA YANG
BERKEPENTINGAN
⚫ DALAM RANGKA MEMANTAU, MENILAI DAN
MERENCANAKAN KEMBALI PROGRAM-
PROGRAM ATAU PELAYANAN
⚫ Menurut WHO: Pengumpulan, pengolahan, analisis
data kesehatan secara sistematis dan terus menerus,
serta desiminasi informasi tepat waktu kepada pihak –
pihak yang perlu mengetahui sehingga dapat diambil
tindakan yang tepat
⚫ Menurut Centers for Disease Control ( CDC ), 1996:
Pengumpulan, analisis dan interpretasi data
kesehatan secara sistematis dan terus menerus, yang
diperlukan untuk perencanaan, implementasi dan
evaluasi upaya kesehatan masyarakat, dipadukan
dengan desiminasi data secara tepat waktu kepada
pihak – pihak yang perlu mengetahuinya.
Tujuan program surveilans:
1. Mempersiapkan standar nilai, atau rate penyakit endemik
2. Mengidentifikasi peningkatan rate penyakit di atas standar
nilai yang telah ditetapkan atau diperkirakan
3. Mengidentifikasi faktor resiko penyakit
4. Mengevaluasi efektivitas tindakan pengendalian
5. Menilai Status Kesehatan Masyarakat
6. Menilai Kejadian/Masalah
7. Menentukan Prioritas Masalah Kesehatan Masyarakat
8. Menginformasikan Masalah Kesehatan MasyarakaT
9. Memberikan Masukan pada Penentu KebijakaN
10. Melaksanakan Riset
Fungsi surveilans
1. Melakukan monitoring kecenderungan penyakit
endemis.
2. Memberikan informasi dan data dasar untuk
proyeksi yayasan kesehatan dimasa yang akan
datang.
3. Memantau pelaksanaan dan daya guna program
pengendalian.
4. Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas
(frekuensi kejadian : kegawatan, biaya, dapat
dicegah, dapat dikomukasikan, public intrest).
5. Dapat mengidentifikasi kelompok resiko tinggi.
Manfaat surveilans
epidemiologi:
1. Perencanaan Program Pemberantasan
Penyakit. Mengenal Epidemiologi Penyakit
berarti mengenal apa yang kita hadapi dan
mengenal perencanaan program yang baik.
2. Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit.
Bagaimana keadaan sebelum dan sesudah
program
dilaksanakan sehingga dapat diukur
keberhasilannya
menggunakan data sueveilans epidemiologi.
3. Penanggulangan wabah Kejadian Luar Biasa.
Perbedaan Survei , Surveilans, dan Monitoring(Depkes RI, 2006)

1. Surveilans :
⚫ Penilaian status kesehatan
⚫ Mengumpulkan, interprestasi data untuk mendeteksi
kemungkinan alternative penyelesain masalah
kesehatan.
⚫ Tidak spesifik pada penyakit tapi beberapa factor yang
menyebabkan timbulnya penyakit
2. Monitoring :
⚫ A. Penilaian status kesehatan
⚫ B. Evaluasi intervensi (tindakan)
⚫ C. Penilaiansecara terus menerus program pelayanan
⚫ D. Penilaian secara terus menerus pada program
pelayanan kesehatan profesi kesehatan
3. Survei :
⚫ Kegiatan pengumpulan informasi yang berasal dari populasi dan
sampel
⚫ Survei pemeriksaan atau penilitian secara komprehensif.
⚫ Survei yang dilakukan dalam melakukan penelitian biasanya
dilakukan dengan menyebarkan kuesioner atau wawancara,
dengan tujuan untuk mengetahui: siapa mereka, apa yang
mereka pikir, rasakan, atau kecenderungan suatu tindakan.
Mereka pikir, rasakan, atau kecenderungan suatu tindakan.
⚫ Survei lazim dilakukan dalam penelitian kuantitatif maupun
kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, survei lebih merupakan
pertanyaan tertutup, sementara dalam penelitian kualitatif berupa
wawancara mendalam dengan pertanyaan terbuka.
Pertimbangan penggunaan
surveilans
⚫ Surveilans beralasan untuk dilakukan jika
dilatari oleh kondisi – kondisi berikut ( WHO,
2002 ) :
1. Beban Penyakit ( Burden of Disease ) tinggi,
sehingga merupakan masalah penting
kesehatan masyarakat.
2. Terdapat tindakan masyarakat yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
3. Data yang relevan mudah diperoleh
4. Hasil yang diperoleh sepadan dengan upaya
yang dilakukan ( pertimbangan efisiensi ).
Prinsip Surveilans Epidemiology:
1. Pengumpulan data pencatatan insidensi terhadap
population at risk:
Pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit,
puskesmas, dan sarana pelayanan kesehatan lain,
laporan petugas surveilans di lapangan, laporan
masyarakat, dan petugas kesehatan lain; Survei khusus;
dan pencatatan jumlah populasi berisiko terhadap
penyakit yang sedang diamati. Tehnik pengumpulan data
dapat dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan.
Tujuan pengumpulan data adalah menentukan kelompok
high risk; Menentukan jenis dan karakteristik
(penyebabnya); Menentukan reservoir; Transmisi;
Pencatatan kejadian penyakit; dan KLB.
2. Pengelolaan data:
Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data
mentah (row data) yang masih perlu disusun sedemikian
rupa sehingga mudah dianalisis. Data yang terkumpul
dapat diolah dalam bentuk tabel, bentuk grafik maupun
bentuk peta atau bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut
harus dapat memberikan keterangan yang berarti.
3. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan:
Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya
dianalisis dan dilakukan interpretasi untuk memberikan
arti dan memberikan kejelasan tentang situasi yang ada
dalam masyarakat.
4. Penyebarluasan data dan keterangan termasuk umpan balik:
Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki
keterangan yang cukup jelas dan sudah disimpulkan dalam
suatu kesimpulan, selanjutnya dapat disebarluaskan kepada
semua pihak yang berkepentingan, agar informasi ini dapat
dimanfaatkan sebagai mana mestinya.
5. Evaluasi:
Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya
dapat digunakan untuk perencanaan, penanggulangan khusus
serta program pelaksanaannya, untuk kegiatan tindak lanjut
(follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan
program dan pelaksanaan program, serta untuk kepentingan
evaluasi maupun penilaian hasil kegiatan.
Jenis surveilans epidemiologi
⚫ Surveilans Individu (individual surveillance) yaitu
jenis surveilans epidemiologi yang mendeteksi
dan memonitor individu individu yang mengalami
kontak dengan penyakit serius, misalnya pes,
cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis.
Surveilans individu memungkinkan dilakukannya
isolasi institusional segera terhadap kontak,
sehingga penyakit yang dicurigai dapat
dikendalikan.
⚫ Surveilans Penyakit (disease surveillance) yaitu
jenis surveilans epidemiologi yang melakukan
pengawasan terus-menerus terhadap distribusi
⚫ Surveilans Laboratorium, jenis surveilans berbasis laboratorium digunakan
untuk mendeteksi dan memonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada
penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis,
penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri
tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera
dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari
klinik-klinik.
⚫ Surveilans Terpadu (integrated surveillance) yaitu menata dan
memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi
(negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik
bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan
personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang
diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan
surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data
khusus penyakit-penyakit tertentu.
⚫ Surveilans Global, yang terakhir adalah surveilans yang dilakukan secara
serempak di seluruh dunia, yang menyatukan para praktisi kesehatan,
peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara.
Kegiatannya ditujukan untuk mengawasi ancaman aneka penyakit menular
yang menyebar pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang
muncul kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang
baru muncul (newemerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan
SARS.
surveilans epidemiologi
(Kepmenkes
RINo.1116/Menkes/SK/VIII/2003)
1. Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan
masyarakat.
2. Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan serta
laporan kantor pemerintah dan masyarakat.
3. Data demografi yang dapat diperoleh dari unit statistik kependudukan dan
masyarakat
4. Data geografi yang dapat diperoleh dari unit unit meteorologi dan geofisika
5. Data laboratorium yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan
masyarakat.
6. Data kondisi lingkungan
7. Laporan wabah
8. Laporan penyelidikan wabah/KLB
9. Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan
10. Studi epidemiology dan hasil penelitian lainnya
11. Data hewan dan vektor sumber penular penyakit yang dapat diperoleh dari
unit pelayanan kesehatan dan masyarakat.
12. Laporan kondisi pangan
Penyelenggaraan Surveilans
Epidemiologi
1. Berdasarkan Metode Pelaksanaan
⚫ Surveilans Epidemiologi Rutin Terpadu: Penyelenggaraan
Surveilans Epidemiologi terhadap beberapa kejadian,
permasalahan,dan ataufaktor risiko kesehatan.
⚫ Surveilans Epidemiologi Khusus: Penyelenggaraan
Surveilans Epidemiologi terhadap suatukejadian,
permasalahan, faktor risiko atau situasikhusus kesehatan.
⚫ Surveilans Epidemiologi Sentinel: Penyelenggaraan
Surveilans Epidemiologi padapopulasi dan wilayah terbatas
untuk mendapatkan signal adanyamasalah kesehatan pada
suatu populasi atau wilayah yglebih luas.
⚫ Studi Epidemiologi: Penyelenggaraan Surveilans
Epidemiologi untuk mengetahui gambaran epidemiologi
penyakit.
2. Berdasarkan Aktifitas Pengumpulan Data:
⚫ Surveilans Aktif: Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi, dimana unit
surveilans mengumpulkan data dengan cara mendatangi unit pelayanan
kesehatan, masyarakat atau sumber datalainnya.
⚫ Surveilans Pasif: Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi, dimana unit
surveilans mengumpulkandata dengan cara menerima data tersebut dari
unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.
3. Berdasarkan Pola Pelaksanaan:
⚫ Pola kedaruratan: Kegiatan surveilans yang mengacu pada ketentuan
yang berlaku untuk penanggulangan KLB dan atau wabahdan atau
bencanadan atau bencana
⚫ Pola selain kedaruratan: Kegiatansurveilans yang mengacu pada
ketentuan yang berlaku untuk keadaan diluar KLB dan atau wabah dan
atau bencana
3. Berdasarkan Kualitas Pemeriksaan
⚫ Bukti klinis atau tanpa peralatan pemeriksaan: Kegiatan surveilans
dimana data diperolehberdasarkan pemeriksaan klinis atau tidak
menggunakan peralatan pendukungpemeriksaan.
⚫ Bukti laboratorium atau dengan peralatan khusus: Kegiatan surveilans
dimana data diperolehberdasarkan pemeriksaan laboratorium atau
peralatan pendukung pemeriksaan lainnya.
Tahapan Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi

Langkah-langkah
Surveilans
Kesehatan
Masyarakat

1
Tahapan Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi

Pengumpulan Pengolahan Analisis Deskriptif


Data Data & Inferensial

Desiminasi Data Interpretasi Data

1
1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan memuat informasi epidemiologi yang dilaksanakan secara


teratur dan terus-menerus.

SURVEILANS SURVEILANS
AKTIF PASIF

2
Unsur yang diamati untuk pengumpulan data adalah :

❑ Data mortalitas
❑ Data morbiditas
❑ Data pemeriksaan laboratorium
❑ Laporan penyakit
❑ Penyelidikan peristiwa penyakit
❑ Laporan wabah
❑ Laporan penyelidikan wabah
❑ Penggunaan obat, vaksin dan serum
❑ Demografi dan lingkungan.

3
Menentukan golongan populasi
Menentukan reservoir yang mempunyai resiko
infeksinya terbesar terkena penyakit

Tujuan
Pengumpulan Menentukan
Data jenis penyebab penyakit
dan karakteristiknya

Mencatat kejadian
penyakit, terutama pada
kejadian luar biasa.

4
Sumber data surveilans
epidemiologi:

unit statistik
kependudukan
dan masyarakat
Unit Meteorologi
dan Geofisika

5
2. Pengolahan Data

merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan
pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna
dalam memecahkan masalah penelitian

Penggunaan komputer sangat diperlukan untuk mempermudah


dalam pengolahan data diantaranya dengan menggunakan
program (software) seperti epid info, SPSS, lotus, excel dan lain-
lain (Budioro, 2007).

6
Langkah-langkah pengolahan data

Penyusunan Klasifikasi
Data Data

Pengolahan Interpretasi
Data Data

7
3. Analisis Deskriptif dan Inferensial Data
Surveilans Epidemiologi

DESKRIPTIF INFERENSIAL

variabel orang, tempat ditujukan untuk menarik


dan waktu kesimpulan ciri-ciri
populas yang
Visualisasi dalam bentuk dinyatakan dengan
grafik, tabel, diagram parameter populasi mel
yang disertai dengan alui perhitungan-
uraian atau penjelasan perhitungan statistik
sampel
Data yang sudah diolah selanjutnya dianalisis dengan
membandingkan data bulanan atau tahun-tahun sebelumnya,
sehingga diketahui ada peningkatan atau penurunan dan
mencari hubungan penyebab penyakit

8
4. Interpretasi Surveilans Epidemiologi

kegiatan yang menggabungkan hasil analisis dengan pernyataan, kriteria, atau


standar tertentu untuk menemukan makna dari data yang dikumpulkan.
Menghubungkan data dengan
pengalaman peneliti.

Mengaitkan temuan (data) dengan hasil


kajian pustaka atau teori terkait

Memperluas analisis dengan mengajukan


pertanyaan mengenai penelitian dan
implikasi hasil penelitian.

Meminta nasihat teman sejawat jika


mengalami kesulitan

9
5. Desiminasi Data

DISEMINASI Bentuk dari umpan balik bisa berupa ringkasan dari


informasi yang dimuat dalam buletin (news letter).
Penyebar luasan
(umpan balik)

kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target


atau individu agar mereka memperoleh
informasi, timbul kesadaran, menerima, dan
akhirnya memanfaatkan informasi tersebut.

10

Anda mungkin juga menyukai