Murah
Lebih mudah mengkases populasi besar pada studi
yang menggunakan pencatatan terutama dalam
pemilihan kasus dan control dengan cara yang sama
Membutuhkan sampel yang lebih kecil dibandingkan
dengan studi kohort
Berguna pada kasus-kasus yang jarang dan tidak
biasa
Bila data sudah tersedia studi bisa menjadi lebih
cepat
Mengidentifikai factor risiko (exposure) pada saat
yang sama
Kelemahan
Definisi
Desain studi observasional untuk melihat hubungan
status keterpaparan dengan penyakit (outcome),
1. Prospektif/concurrent/longitudinal
Status paparan diukur pada awal penelitian dan
diikuti untuk melihat penyakit atau outcome dimasa
yang akan dating.
2. Retrospektif/non-concurrent
Status paparan dan penyakit atau outcome sudah
terjadi dimasa sebelum penelitian. Sehingga
variable-variable tersebut diukur melalui catatan
historis.
Kelebihan Studi Kohort Prospektif
Analisis deskriptif
• Mendpatkan nilai mean, proporsi, confidence interval, standard deviasi, ranger
Analisis hubungan/asosiasi
• Melihat hubungan antara variable sebab dengan variable luarn
• Nilai yang didapatkan Relatif Risk, AR, OR
• RR = rasio dari risiko orang yang terpapar dan menjadi sakit dibandingkan dengan
risiko orang yang tidak terpapar dan menjadi sakit
Risiko Relatif
Ca+ Ca- J u m la h
R ok ok + 20 80 100
R ok ok - 5 95 100
J u m la h 25 175 200
52
STUDI EXPERIMEN
DEFINISI
54
Ciri Utama
Studi experimental mirip studi kohort karena untuk
melihat outcome dibutuhkan suatu proses
Perbedaannya pada studi experimen, peneliti
memanipulasi/ melakukan intervensi terhadap “
”.
Berbeda dengan studi observasional lainnya, dimana
peneliti tidak melakukan intervensi terhadap “
”.
Studi ini merupakan yg paling baik untuk menentukan
adanya hubungan sebab akibat (
).
yg terjadi pada kelompok experimen
merupakan efek dari intervensi ( ) pd kelp. tsb.
yg terjadi pada kelompok kontrol merupakan
efek bila tidak dilakukan intervensi (no causa) pd kelp
tsb. 55
Masalah Etika
56
Jenis Studi Experimen
1. Exeprimen Murni
Experimen yang menggunakan prosedur acak
(randomisasi) dalam penunjukkan subyek penelitian.
Tujuannya adalah untuk mengontrol situasi penelitian dan
faktor-faktor perancu sehingga peneliti dapat mengisolasi
dan menghitung
57
Jenis Desain Experimen Random
58
1. Completely Randomized Design
59
Diagram Completely Randomized Design
• Populai studi
• Perlakuan
• Kontrol
Randomisasi
Analisis pada Completely Randomized Design
61
2. Randomized Block Design
62
Analisis pada Randomized Block Design
64
3. Crossover Design
67
Unplanned crossover
Dimulai dengan Completely Randomized Design
Contoh pasien PK dirandom, satu kelompok diterapi
bedah pintas coroner dan kelompok lain mendapat terapi
medis.
Pada kelompok yang akan diterapi bedah ada yang
menolak dan memilih pindah terapi medis. Demian
sebaliknya pada kelompok yang diterapi medis ada yang
pindah ke terapi bedah.
Crossover tidak terencana ini menyebabkan masalah
pada analisis data. Analisis dilakukan sesuai hasil
randomisasi atau analisis dilakukan sesuai perlakuan.
69
Analisis pada Crossover Design
Jika variable hasil kategori dan perlakuan kategori
(dikotomi), maka perbedaan kedua sampel berpasangan
dapat dianalisis dengan “Matched pair analysis”,
menggunakan uji McNemar.
70
4. Factorial Design
71
Diagram Factorial Design dalam studi aspirin dan beta-
karoten
• Randomisasi
• Aspirin
• Beta-karoten
• Placebo
• Placebo
• Beta-karoten
• Placebo
Analisis pada Factorial Design
Jika factor-factor penelitian berpengaruh pada sebuah
variable hasil yang sama, dan variable terukur berskala
kontinu, maka dianalisis dengan uji F Two-Way Anova.
73
Bias Dalam Studi Experimen (1)
A.Bias kontaminasi
Bias ini terjadi ketika subyek pada kelompok kontrol
sengaja atau tidak terpengaruh oleh perlakuan,
sehingga penaksiran efek perlakuan akan lebih kecil
dari yg sesungguhnya.
Contoh: Sebuah uji klinik meneliti efikasi aspirin
dalam mereduksi kematian kardiovaskuler. Andaikata
sebagian subyek kelompok kontrol secara tidak
sengaja mengkonsumsi komponen obat yang
mengandung aspirin, maka efek preventif aspirin yg
dihipotesiskan akan lebih kecil dari yang sebenarnya.
74
Bias Dalam Studi Experimen (2)
B. Bias penarikan
Bias ini terjadi ketika pengunduran diri subyek dari
penelitian yg mengakibatkan ketidakseimbangan
proporsi faktor perancu antara kelompok intervensi
dan kelompok kontrol.
Contoh: Sebuah uji klinik membandingkan efektivitas
terapi bedah syaraf (intervensi) dengan terapi medic
(kontrol) dalam mengobati penyakit
serebrovaskuler. Pasien yang meninggal atau
mengalami stroke selama pembedahan dikeluarkan
dari analisis, karena dianggap tidak bisa difollow up.
Jika pasien yg dikeluarkan ini menyebabkan
perbedaan proporsi faktor perancu antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol, maka terjadi
distorsi penaksiran pengaruh terapi.
75
Bias Dalam Studi Experimen (3)
C. Bias kepatuhan
Bias ini terjadi ketika terdapat perbedaan tingkat
kepatuhan antara kelompok experimen dan
kelompok kontrol dalam mematuhi aturan
pemakaian terapi experimen dan terapi alternatif
(placebo)
Ketidakpatuhan ini biasanya karena beberapa alasan,
diantaranya: efek samping, lupa, kondisi pasien
semakin buruk, atau sekedar menarik persetujuan.
Ketidakpatuhan ini dapat mengacaukan penilaian
efikasi terapi yang sesungguhnya.
76
Beberapa Issue Dlm Proses Intervensi
1. Blinding
Sedapat mungkin peneliti mendesain sedemikian rupa
proses intervensi sehingga baik subyek, peneliti serta orang
lain yg berhubungan dengan subyek tidak mengetahui siapa
yg menerima “ “ dan siapa yg bukan.
Blinding merupakan tindakan mencegah adanya efek
“ ”/” yg dapat terjadi
bila blinding tidak dilakukan, misal:
✔ Perhatiian extra terhadap subyek yg diintervensi
✔ Pasien yg tahu hanya dapat “ ” akan mencari
pengobatan lain
Jenis
.a Single blinding subyek tidak tahu dan peneliti tahu
.b Double blinding subyek tidak tahu dan peneliti tidak
tahu
.c Triple blinding double blinding + penganalisis
77
2. Pilihan Atas “ ”
“ ” dapat berupa tindakan medis
(operasi, fisioterapi, dll), pemberian obat (suntik,
peroral, dll), tindakan pencegahan (imunisasi,
penyuluhan, health services lain)
Adakalanya pada suatu studi dapat dilakukan proses
blinding (misalnya bila active treatment “suatu
tindakan operasi”) peneliti harus
mempertimbangkan mana lebih baik studi experimen
yg dilakukan bersifat “non blinding trial” atau memilih
dg cara observasional saja
Pilihan terhadap akan menjadi lebih
sulit jika studi yg dilakukan memerlukan waktu yg
panjang, karena “ ” yg diteliti, pada
akhir penelitian sudah “ ”
78
Mengukur
“ ” yg akan diukur harus didefinisikan dg tepat
dan akurat dan sesuai dengan research question
Adakalanya pada akhir penelitian “ ”
tidak muncul (karena kasusnya jarang) peneliti biasanya
mengalihkannya dengan outcome lain yg muncul yg
dipertimbangkan mewakili kondisi “ ”,
misalnya:
1. Studi ttg pengaruh PMT pada bumil dengan
kecacatan kongenital diperlukan sampel yg sangat
besar untuk penelitian ini.
2. Dalam hal ini peneliti mengambil sebagai
mewakili cacat kongenital, karena dianggap
BBLR ada kaitannya dengan cacat kongenital
79
Mengukur
Seperti halya studi kohort, “ ” muncul dapat lebih
dari satu, maka peneliti dalam hal ini harus
mempertimbangkan sebelumnya (definisi, cara
pengukuran, dll), misalnya reaksi samping tindakan
intervensi dapat bermacam-macam.
“ ” pada pengukuran “ ” diperlukan untuk
menghindarkan bias.
Istilah sering dipakai untuk
menggambarkan bahwa:
1. Subyek yg diteliti
2. Peneliti yg melakukan intervensi kondisi
blind
3. Peneliti yg mengukur outcome
80
Kelebihan
Studi experiment dapat memberikan bukti yang kuat
hubungan sebab akibat
Dapat dilakukan validasi data karena data dikumpulkan
saat berlangsungnya studi
Potensial mengurangi bias dengan jalan
membandingkan dua kelompok identik
Dll
81
Kelemahan
Studi experiment biasanya memakan waktu dan mahal
Banyak RCT dilakukan terlalu sedikit sampel, sehingga
tujuan randomisasi untuk distribusi factor perancu tidak
tercapai
Banyak RCT dilakukan pada waktu yang terlalu pendek
Kegagalan melakukan randomisasi (peneliti hanya
menawarkan kepada subyek yang diperkirakan mau
ikut)
dll
82
Quasi Experimen
One group before and after design; one group pre and
post test design.
Design ini merupakan quasi karena masing-masing
unit experiment (subyek atau kelompok) berfungsi
sebagai control bagi dirinya sendiri.
Pengamatan variable hasil dilakukan sebelum dan
sesuah perlakuan.
Contoh: experiment yang mengevaluasi prevalensi
polio antara sebelum dan sesudah implementasi
program imunisasi polio.
Pengaruh perlakuan ditentukan dengan
membandingkan nilai-nilai variable hasil sesudah dan
sebelum perlakuan yang terjadi pada kelompok tsb.
Desain Sesudah dengan Kontrol