Anda di halaman 1dari 11

A.

Definisi Epidemiologi Analitik


Epidemologi Analitik adalah Adalah jenis penelitian yang berkaitan dengan upaya
epidemologi untuk menganalisis faktor penyebab (determinan) masalah kesehatan. Atau
dengan kata lain, epidemologi analitik merupakan pencarian jawaban terhadap faktor
faktor penyebab yang dimaksud(why) untuk kemudian dianalisa hubungannya dengan
akibat yang ditimbukkan.Contohnya setelah ditemukannya secara deskriptif bahwa angka
kejadian Infeksi Saluran pernafasan Akut (ISPA) pada orang yang merokok sangat tinggi
maka perlu dianalisis lebih lanjut apakah rokok memang benar penyebab terjadinya ISPA.

B. Ciri-ciri penelitian analitik
Ciri ciri penelitian analitik antara lain:
1. Melakukan pengujian hubungan
2. Mencari etiologi atau penyebab terjadinya masalah kesehatan
3. Dilakukan uji hipotesis
C. Jenis penelitian Analitik
Penelitian analitik dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Penelitian Observasional
Yaitu peneliti melakukan pengamatan atas perubahan alamia, tidak ada mnipulasi
perlakuan (exposure), seperti: study case control, study kohort.dan lain-lain.
2. Penelitian Eksperimental
Yaitu peneliti melakukan pengamatan atas dampak perlakuan dan ada manipulasi
perlakuan ada. Seperti: eksperiment laboratorium dan eksperiment lapangan.
Biasanya penelitian ini di gunakan pada bidang ilmu pasti, dimana ada upaya yang
memungkinkan untuk mengontrol/ mengendalikan variabel penelitian sehingga
ada faktor kontrol dan faktor eksperiment.
Penelitian Epidemiologi analitik yang sering digunakan adalah
a. Penelitian Kohort
Penelitian kohort merupakan penelitian yang dimulai dengan sekolompok
orang (kohort) yang bebas dari penyakit, subjek dibagi atas dasar ada atau
tidaknya exposure/paparan kemudian diikuti hingga munculnya penyakit pada
tiap group.



DESAIN penelitian Kohort
studi kros-seksonal atau skrining mengeluarkan mereka yang sakit





prospektif


Prosedur penelitian kohort
1. Tentukan kelompok terpapar dan group tidak terpapar
2. Amati hingga mereka sakit atau tidak
Jenis penelitian Kohort
Ada dua jenis penelitian kohort, yaitu :
1. Kohort Prospektif
Penelitian dimana paparan sedang atau akan berlangsung pada saat peneliti
memulai penelitiannya, jadi melihat kedepan (forward looking),studi
insidens, dimulai dengan populasi referens(bebas sakit)
Contoh Kohort Prospektif:








2. Kohort Retrospektif (Historical Kohort)
Penelitian di mana paparan telah terjadi sebelum peneliti memulai
penelitiannya sehingga peneliti merekonstruksi populasi terpajan dan tidak
terpajanmelalui catatan medik.

populasi

prospektif
sampel

terpajan

Tidak terpajan

Tidak Sakit

Sakit

Tidak Sakit

Sakit

SEKARANG
LAMPAU
Populasi
Referens
(bebas sakit)

prospektif
sampel

Mengunyah
tembakau

Tidak Mengunyah
tembakau

Tidak
Kanker mulut

Kanker mulut

Tidak
Kanker mulut

Kanker mulut

Exsposure

Penyakit
Jumlah Sakit Tak Sakit
ya A b a + b
tidak C d c + d
Jumlah a + c b + d a+b+c+d

Pengukuran Efek
1. Insiden Rate (IR)
Group terpapar (Exposure) IE=a/a+b
Group tak terpapar(Non-Exposure) IO=c/c+d
2. Resiko Relatif (RR)
Resiko Relatif RR=IE/IO=a/(a+b):c/(c+d)
Resiko Relatif
1) Estimasi besarnya hubungan antara faktor pemapar dan penyakit
2) Menunjukan kekerapan munculnya pada group terpapar relatif di
bandingkan dengan group tidak terpapar
Interpretasi RR :
1) RR=1, berarti asosiasi/ hubungan faktor resiko dan penyakit
2) RR>1, berarti ada asosiasi positif antara faktor resiko dengan penyakit
(Penyebab)
3) RR<1,berarti ada asosiasi negatif antara faktor resiko dan
penyakit(pencegah)
b. Penelitian Kasus Control (Case Control Study)
Penelitian kasus kontrol merupakan penelitian yang membandingkan kelompok
kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Pemilihan subyek
berdasarkan status penyakitnya, apakah mereka menderita (group kasus) atau
tidak(group control) untuk kemudian dilakukan amatan apakah subyek
mempunyai riwayat terpapar atau tidak.





Desain Penelitian Kasus Kontrol :












Retrospektif

Prosedur Penelitian Kasus Kontrol
1. Tentukan group kasus dan group control
2. Riwayat exposure ditanya atas group kasus dan kontrol
3. Definisi kasusu dan kontrol merupakan hal terpenting
4. Kasus harus sama dengan kontrol kecuali mereka tidak menderita penyakit yang
diteliti
Persentasi Data :
Penyakit

Exsposure


Jumlah
Sakit Tak Sakit
ya A b a + b
tidak C d c + d
Jumlah a + c b + d a+b+c+d


Pengukura Efek:
1. Proporsi kasus yang terpapar
Pc = a/ (a+b)
Proporsi control yang terpapar
Kasus
(kelompok dengan kondisi )
Terpajan
(dengan karakteristik atau faktor resiko)
Terpajan
(dengan karakteristik atau faktor resiko)
Kontrol
(kelompok dengan kondisi )
Terpajan
(dengan karakteristik atau faktor resiko)
Terpajan
(dengan karakteristik atau faktor resiko)
SEKARANG LAMPAU
PC = c/ (c+d)
2. Odds Ratio (OR) adalah Estimasi Resiko relative (RR)
OR = (axd) / (bxc)
Interpretasi OR :
1) RR=1, berarti asosiasi/ hubungan faktor resiko dan penyakit
2) RR>1, berarti ada asosiasi positif antara faktor resiko dengan penyakit
(Penyebab)
3) RR<1,berarti ada asosiasi negatif antara faktor resiko dan
penyakit(pencegah)
Kasus Control Kohort
Kekuatan
Relatif cepat dan mahal
Optimal untuk kejadian yang jarang,
misalnya kanker organ spesifik
Relatif efesien,memerlukan sampel yang
kecil
Sedikit masalah pengurangan periode
investigasi dan beberapa subjek menolak
kerja sama
Kelemahan
Inefesiensi untuk pemaparan jarang
Tidak dapat incidence rate
Sulit mendapatkan hubungan temporal
Bias seleksi berpeluang besar
Sangat sulit memperoleh informasi bila
priode terlalu lama
Kekuatan
Baik untuk evaluasi pemaparan yang
jarang
Mempelajari multiple pemaparan
Mendapat incidance rate
Mudah mendapatkan hubungan temporal
Bias seleksi kexil
Dapat menemukan penyakit lain/multiple
efek dari suatu exposure
Kelemahan
Inefesiensi untuk penyakit yang jarang
Tidak selalu layak jangka panjang
Mahal dan menyita waktu
Jumlah sample sangat besar
Rentan dengan hilangnya subjek
Rentan dengan perubahan
individu,lingkungan,tipe intervensi
Masalah etika










JENIS PENELITIAN ANALITIK
1. Studi obervasional. Dengan studi observasional peneliti tidak sengaja
memberikan intervensi, melainkan hanya mengamati (mengukur), mencatat,
mengklasifikasi, menghitung, dan menganalisis (membandingkan) perubahan pada
variabel-variabel pada kondisi yang alami. Studi observasional mencakup studi
kohor, studi kasus kontrol, dan studi potong-lintang. Agar diperoleh kesimpulan yang
benar secara internal (validitas internal) tentang hubungan/ pengaruh variabel, maka
peneliti harus mengontrol bias dan kerancuan (confounding). Peneliti harus
menghindari bias dalam memilih subjek penelitian (bias seleksi) dan bias dalam
mengukur variabel (bias informasi, bias pengukuran). Kerancuan dapat dicegah
pada tahap desain penelitian, yaitu (1) restriksi; (2) pencocokan, atau dikontrol
pada tahap analisis data, yaitu (1) analisis berstrata, dan (2) analisis multivariat.
2. Eksperimen. Dengan studi eksperimental, peneliti meneliti efek intervensi
dengan cara memberikan berbagai level intervensi kepada subjek penelitian dan
membandingkan efek dari berbagai level intervensi itu. Kelompok subjek yang
mendapatkan intervensi disebut kelompok eksperimental (kelompok intervensi).
Kelompok subjek yang tidak mendapatkan intervensi atau mendapatkan
intervensi lain disebut kelompok kontrol. Kelompok kontrol mendapatkan intervensi
kosong (plasebo, sham treatment), intervensi lama (standar), atau intervensi
dengan level/ dosis yang berbeda.




Epidemologi analitik yang paling sering digunakan adalah
a) Penelitian Kohort
Penelitian cohort atau sering disebut penelitian prospektif adalah penelitian non eksperimen yang
paling baik dalam mengkaji hubungan antara faktor resiko dengan efek. Seperti telah diuraikan
sebelumnya penelitian cohort adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor resiko dan efek melalui pendekatan longitudinal kedepan. Artinya,
faktor resiko yang akan dipelajari diidentifikasi dulu, kemudian diikuti kedepan secara prospektif
timbulnya efek.
Dalam penelitian ini akan dibagi 2 kelompok, yaitu kelompok resiko dan kelompok tanpa resiko,
kemudian kedua kelompok diikuti sampai batas waktu tertentu untuk menentukan ada tidaknya
efek yang diteliti.subyek yang dipilih dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi
penelitian.
Pemantauan sederhana ini sifatnaya deskriptif akan tetapi pada umunya penelitaian bersifat
analitik, yakni mempelajari hubungan antara variabel bebas (faktor resiko) dan variabel
tergantung (efek).
Kesimpulan hasil penelitian ini akan membandingkan proporsi subyek yang menjadi efek positif
antara kelompok subyek yang diteliti dengan faktor resiko positif dengan kelompok subyek
dengan faktor resiko negatif (kontrol).





Skema Studi Kohort
1. Kohor prospektif
penelitian non eksperimen yang paling baik dalam mengkaji hubungan antara faktor resiko
dengan efek. Seperti telah diuraikan sebelumnya penelitian cohort adalah suatu penelitian yang
digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dan efek melalui pendekatan
longitudinal kedepan. Artinya, faktor resiko yang akan dipelajari diidentifikasi dulu, kemudian diikuti
kedepan secara prospektif timbulnya efek.



Contoh Kohor Prospektif







populasi

prospektif
sampel

terpajan

Tidak terpajan

Sakit

Tidak Sakit

Sakit

Tidak Sakit

Populasi
Bebas sakit

sampel


Mengunyah
tembako

Tidak
Mengunyah
tembako

Tidak Sakit

Sakit

Tidak Sakit

Sakit

Dalam merencanakan penelitian prospektif, harus dibuat rancangan analisisnya agar
orang dapat mengetahui analisis yang dilakukan oleh peneliti sehingga mudah dilakukan
evaluasi terhadap hasil penelitian. Secara skematis, analisis dan perhitungan yang akan
dilakukan sebagai berikut.



Pemajanan
Insiden Penyakit
Jumlah Sakit Tak Sakit
Positif + (a) - (b) a + b
Negatif + (c) - (d) c + d
Jumlah a + c b + d N

Risiko kelompok terpajan : a/(a + b) = m
Risiko tidak terpajan : c/(c + d) = n
Perhitungan Risiko Relatif = m / n Risiko Atribut = m - n
Contohnya : Penelitian untuk menentukan adanya hubungan antara peminum alkohol dengan
terjadinya stroke
Dalam penelitian ini dikumpulkan sebanyak 4.952 orangn peminum alkohol dan 2.916 orang
bukan peminum alkohol. Dilakukan pengamatan pada kedua kelompok selama 12 tahun dan
diperoleh hasil berikut.
Dari 4.952 peminum ditemukan 197 orang menderita stroke dan dari 2.916 bukan peminum
terdapat 93 orang menderita stroke. Temuan tersebut dapat disajikan dalam bentuk tabel
kontingensi 2 x 2 sebagai berikut.
STROKE
+ - Jumlah Resiko

Peminum
+ 193 2.723 2.916 0,066
- 93 4.859 4.952 0,018
Jumlah 286 7.582 7.868

Resiko Relatif (RR) = 0,006/0,018 = 3.67
Resiko Atribut(RA) = 0,066 0,018 = 0,048
Dari hasil Penelit tersebut dapat disimpulkan bahwa peminum alkohol mempunyai resiko
3.67 kali lebih besar jika dibandingkan dengan bukan peminum dan besar resiko yang dapat
dihindarkan dengan tidak menjadi peminum adalah 4,8%

Case Control
Penelitian case control adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana variabel
bebas/faktor resiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retropektif. Dengan kata lain
efek/variabel tergantungnya diidentifikasi saat ini, kemudian faktor resiko diidentifukasi adanya
atau terjadinya pada waktu lalu. Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut :











Tahap tahap penelitian case control ini adalah sebagai berikut :
a) Menetukan pertanyaan penelitian dan hipotesis
b) Identifikasi variabel-variabel penelitian (bebas, tergantung)
c) Identifikasi obyek penelitian (populasi, sampel)
d) Identifikasi kasus
e) Pemilihan subyek sebagai kontrol
f) Melakukan pengukuran retrospektif (kebelakang) untuk melihat faktor resiko
g) Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi antara variabel objek dengan variabel
kontrol.
Contoh sederhana : penelitian tentang hubungan antara malnutrisi pada anak balita dan perilaku
pemberian makanan oleh ibu.
disease
Retrospektif
Terpajan
(dengan karakteristik atau faktor resiko)

tidakTerpajan
(dengan karakteristik atau faktor resiko)

disease
Retrospektif
Terpajan
(dengan karakteristik atau faktor resiko)

tidakTerpajan
(dengan karakteristik atau faktor resiko)

SEKARANG
LAMPAU

Dari judul ini bisa diambil langkah sebagai berikut :
Tahap pertama, yang dilakukan yaitu mengidentifikasi variabel dependent (efek) dan variabel
independent (faktor resiko)
Vaiabel dependent : Malnutrisi
Variabel independent : perilaku ibu dalam memberikan maknan
Variabel independent yang lain : Pendidikan ibu, pedapatan keluarga, jumlah anak, dan
sebagainya.
Tahap kedua, yaitu dengan menetapkan objek penelitian yatiu populasi dan sampel penelitian.
Obyek penelitaian disini adalah pasangan ibu dan anak balitanya. Namun demikian perlu dibatasi
pasangan ibu dan balita daerah mana yang dianggap menjadi populasi dan sampel penelitian ini.
Jumlah subyek yang diteliti untuk dapat membuktikan hubungan tersebut perlu ditentukan
sebelum penelitian dimulai.
Pada dasarnya untuk penelitian kasus kontrol jumlah subyek yang akan diteliti bergantung
kepada :
a) Berapa besar densitas faktor resiko pada populasi. Hal ini penting terutama bila kontrol
diambil dari populasi. Kalau jumlah sampel yang diambil sebagai resiko terlalu kecil atau
terlalu besar, maka kemungkinan pejanan resiko kasus dan kontrol hampir sama dan
diperlukan sampel yang besar untuk mengetahui perbedaannya.
b) Derajat kemaknaan yang diinginkan, biasanya dipilih = 5%
c) Perbadingan antara kasus dan kontrol, yaitu dengam mengambil kontrol lebih banyak jumlah
kasus bisa dikurangi.
d) Apakah pemilihan kontrol dimatching atau tidak.
Tahap ketiga, dengan melakukan identifikasi kasus, yaitu anak balita yang menderita malnutrisi.
Yang dimaksud kasus disini adalah anak balita yang memenuhi kriteria malnutrisi yang
ditetapkan, misalnya berat per umurnya kurang dari 75 % standart harvard. Kasus diambil dari
populasi yang telah ditetapkan.

Tahap keempat, adalah pemilihan subyek sebagai kontrol, yaitu pasanmgan ibu-ibu dengan anak
balita mereka. Pemilihan kontrol hendaknya didasarkan pada kesamaan karakteristik subyek
kasus. Misalnya ciri-ciri masyarakatnya, sosila ekonominya, letak geografinya dan sebagainya.
Pada kenyataannya memang sulit untuk memilih kelompok kontrol yang mempunyai
karakteristik yang sama dengan kelompok kasus. Oleh sebab itu sebagian besar ciri-ciri tersebut
kiranya dapat dianggap mewakili.
Pemilihan konrol memberi masalah yang lebih besar daripada pemilihan kasus, karena kontrol
semata-mata ditentukan oleh peneliti, sehingga sangat terancam oleh bias. Yang perlu
ditekankan adalah bahwa kontrol harus berasal dari populasi yang sama dengan kasus sehingga
baik kasus maupun maupun kontrol mempunyai propbability yang sama untuk terpajan oleh
faktor resiko
Ada beberapa cara untuk memilih kontrol yang baik :
a) Memilih kasus dan kontrol dari populasi yang sama. Misalnya kasus adalah semua pasien
dalam populasi tertentu sedangkan kontrolnya diambil secara acak dari populasi sisanya.
Bisa juga dari yang sudah ditentukan sebelumnya yang lebih kecil.
b) Matching. Cara kedua untuk mendapatkan kontrol yang baik adalah dengan melakukan
matching yaitu memilih kontrol yang mempunyai karakter yang sama dengan kasus dalam
semua variabel yang mungkin berperan sebagai faktor resiko tetapi yang tidak diteliti.
Apabila matching dilakukan dengan baik, maka pelbagai jenis variabel yang mungkin
berperan terhadap kejadian penyakit (kecuali yang sedang diteliti) dapat disamakan,
sehingga didapatkan assosiasi yang lebih kuat antara variabel yang sedang diteliti dengan
penyakit. Tekhnik ini mempunyai keuntuingan lain yaitu subyek penelitian yang diteliti
menjadi lebih sedikit. Akan tetapi jangan sampai terjadi overmatching yaitu melakukan
matching terhadap variabel yang mempengaruhi pejanan faktor resiko, sehingga akan
didapatkan resiko relatif yang terlalu rendah. Terlalu banyak faktor yang disamakan juga
menyebabkan kesulitan untu mencari kontrol.
c) Cara lain ialah dengan memilih lebih dari satu kelompo kontrol. Karena sukar mencari
kelompok kontrol yang benar-benar sebanding maka dapat dipilih lebih dari satu kelompok
kontrol yang berbeda lokasi dan demogfrafinya yang tidak terlalu berbeda jauh. Tetapi bila
didapatkan perbedaan yang cukup besar antara kedua kelompok tersebut, maka berarti
salah satu atau kedua hasil tersebut tidak sahih( terdapat bias) dan perlu diteliti dimana
letak biasnya.

Anda mungkin juga menyukai