penelitian bidang kesehatan. Desain studi epidemiologi dapat digunakan untuk penelitian
gizi, kedokteran klinis, biomedis, dan penelitian kesehatan lainnya.
Dalam Epidemiologi terdapat dua jenis desain penelitian epidemiologi, yaitu study
deskriptif dan study analitik. Desain study ini digunakan untuk mempermudah dalam
penelitian yang terkait dengan berbagai faktor penyebab, akibat, serta hubungan antar
berbagai faktor. berikut adalah kerangka garis besar beberapa desain study epidemiologi.
A. Studi Deskriptif
Untuk mempelajari distribusi dan frekuensi penyakit di populasi dipakai desain studi
epidemiologi deskriptif. Desain studi ini memiliki variant lebih dari 1 dan berupa presentase.
Secara harfiyah, metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran
mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi
data dasar belaka. Namun, dalam pengertian metode penelitian yang lebih luas, penelitian
deskriptif mencakup metode penelitian yang lebih luas di luar metode sejarah dan
eksperimental, dan secara lebih umum sering diberi nama, metode survei. Kerja peneliti,
bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan
hubungan, menguji hipotesis-hipotesis, membut predeksi serta mendapatkan makna dan
implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. Dalam mengumpulkan data digunakan
teknik wawancara, dengan mengunakan schedule questionair ataupun interview guide.
1. Cross Sectional
Digunakan untuk membedakan dua kelompok. Unit pengamatan merupakan individual
dan populasinya merupakan populasi yang umum serta samplenya random. Pengukuran
variable independent (exposure) dan variable dependent (outcome) dilakukan secara
bersamaan sehingga sulit untuk mengetahui hubungan antara exposure dan outcome.
2. Report
Merupakan study pada satu kasus yang sama atau kasus baru yang menggambarkan suatu
riwayat penyakit dan pengalaman klinis dari masing-masing kasus. Unit pengamatan atau
analisisnya individual. Desain study ini digunakan untuk melihat distribusi suatu penyakit
atau masalah kesehatan yang diteliti, memperoleh informasi tentang kelompok resiko tinggi
dan membuat hipotesis baru. Karena merupakan pengumpulan dari beberapa kasus-kasus
yang dilaporkan maka study ini tidak bisa digunakan untuk menggambarkan suatu populasi.
Study ini dapat digunakan sebagai langkah awal untuk meneliti serta dapat menjembatani
antara penelitian klinis dengan penelitian epidemiologi.
3. Case Series
Studi ini merupakan studi lanjutan dari case report. case report hanya terdiri dari satu
kasus saja, tetapi case series terdiri lebih dari satu kasus dan kurang dari sepuluh kasus. Studi
ini juga terkait pada sindrom atau penyakit baru. Unit pengamatannya juga individual.
4. Studi Kolerasi
Disebut juga studi ekologi. Merupakan studi observasional dengan unit
analisis/pengamatannya agregat. Populasi merupakan beberapa kumpulan dari unit
pengamatan. contohnya unit pengamatan untuk angka kepadatan jentik, dan insidens DHF
diukur berdasarkan area kerja puskesmas, maka populasi studi terdiri dari kumpulan
puskesmas - puskesmas. Desain kolerasi lemah dalam menjelaskan hubungan sebab akibat
dan tidak mempresentasikan sifat individu. Studi ini cocok untuk menilai efektifitas program
interverensi kesehatan pada populasi sasaran.
B. Study Analitik
1. PENGERTIAN
Contoh : Ingin mengetahui hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan Berat Badab
Bayi Lahir (BBL) denagn menggunakan rancanagn atau pendekatan cross sectional.
a. Mudah dilaksanakan.
b. Sederhana.
c. Ekonomis dalam hal waktu.
d. Hasilnya dapat diperoleh dengan cepat.
e. Dalam waktu bersamaan dapat dikumpulkan variabel yang banyak, baik variabel resiko
maupun efek
Kekurangan rancangan cross sectional :
Contoh : Peneliti ingin membuktikan hubungan antara malnutrisi (kekurangan gizi) pada
balita dengan prilaku pemberian makanan oleh ibu.
a. Subjek dipilih atas dasar apakah mereka menderita (kasus) atau tidak (kontrol) suatu kasus
yang ingin diamati kemudian proporsi pemajanan dari kedua kelompok tersebut
dibandingkan.
b. Diketahui variabel terikat (akibat), kemudian ingi diketahui variabel bebas (penyebab).
c. Observasi dan pengukuran tidak dilakukan pada saat yang sama.
d. Peneliti melakukan pengukuran variabel bergantung pada efek (subjek (kasus) yang
terkena penyakit) sedangkan variabel bebasnya dicari secara retrospektif.
e. Untuk kontrol, dipilih subjek yang berasal dari populasi dan karakteristik yang sama
dengan kasus.
f. Bedanya kelompok kontrol tidak menderita penyakit yang akan diteliti
Kelebihan rancangan penelitian case control :
a. Merupakan satu-satunya cara untuk meneliti kasus jarang atau yang masa latennya panjang
b. Hasil dapat diperoleh dengan cepat
c. Biaya yang dibutuhkan relatif sedikit
d. Subjek penelitian sedikit
e. Dapat melihat hubungan bebrapa penyebab terhadap suatu akibat
f. Adanya pembatasan atau pengendalian faktor resiko sehingga hasil penelitian lebih tajam
dibanding dengan hasil rancangan cross sectional
C. Kohort
Penelitian kohort adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor resiko dengan faktor efek melalui pendekatan longitudinal kedepan atau
prospektif.
f. Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapat efek positif dengan
subjek yang mendapat efek negatif baik pada kelompok risiko positif maupun kelompok
kontrol
Contoh : Penelitian ingin membuktikan adanya hubungan antara cancer (Ca) paru (efek)
dengan merokok (risiko) dengan menggunakan pendekatan atau rancangan prospektif.
Ciri khas dari rancangan kohort :
a. Berasal dari kata romawi kuno yang berarti kelompok tentara yang berbaris maju ke depan
b. Subjek dibagi berdasar ada atau tidaknya pemajanan faktor tertentu dan kemudian diikuti
dalam periode waktu tertentu untuk menentukan munculnya penyakit pada tiap kelompok
c. Digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dan efek
d. Sekelompok subjek yang belum mengalami penyakit atau efek diikuti secara prospektif
e. Diketahui variabel bebas (penyebab) kemudian ingin diketahui variabel terikat (akibat)
f. Dapat dilakukan secara prospektif dan retrospektif
1. Merupakan desain terbaik dalam menentukan insiden perjalanan penyakit atau efek
yang diteliti.
2. Desain terbaik dalam menerangkan dinamika hubungan antara faktor resiko dengan
efek secara temporal.
3. Dapat meneliti beberapa efek sekaligus
4. Baik untuk evaluasi pemajan yang jarang.
5. Dapat meneliti multipel efek dari satu pemajan.
6. Dapat menetapkan hubungan temporal.
7. Mendapat incidence rate
8. Biasnya lebih kecil
C. STUDI EKSPERIMENTAL
2. Ada randominasi, yaitu penunjukan subjek penelitian secara acak untuk mendapatkan
salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian.
Tidak ada randominasi, yaitu penunjukkan sujek penelitian secara tidak acak untuk
mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian. Hal ini disebabkan karena
ketika pengalokasian faktor penelitian kepada subjek penelitian tidak mungkin, tidak etis,
atau tidak praktis menggunakan randominasi.
Tidak semua variabel terkontrol karena terkait dengan pengalokasian faktor penelitian kepada
subjek penelitian tidak mungkin, tidak etis, atau tidak praktis menggunakan randominasi
sehinggasulit mengontrol variabel secara ketat
Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan
dalam penelitian kualitatif. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam
penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian
berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap
teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data,
memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.
Perbedaan yang paling mendasar terletak pada sifat intrinsik subjek penelitian, peran
peneliti, dan apakah kebenaran diperoleh melalui fakta yang objektif atau persepsi subjektif.
Hasil yang ditunjukkan oleh perbaikan verbal pembelajar bahasa sebagai strategi
pemerolehan berbeda dengan hasil yang ditunjukkan oleh nilai kuantitatif pada judgment test
yang dikontrol dalam penelitian eksperimental.
Penelitian deskriptif dapat bersifat heuristik atau deduktif. Tipe atau kategori
penelitian ini mengacu pada penelitian yang menggunakan data-data yang telah ada atau
sebagai penelitian non-eksperimen dengan hipotesis yang telah dibentuk sebelumnya.Studi
deskriptif dapat menjelaskan aspek pemerolehan bahasa kedua dari sudut pandang yang lebih
sintektik atau dapat berfokus pada deskripsi mengenai sebuah konstituen tertentu di dalam
proses, contohnya pemerolehan struktur bahasa tertentu atau perilaku tertentu terhadap
pembelajaran bahasa yang berbeda dengan lainnya. Studi deskriptif beranjak dari sebuah
pertanyaan umum mengenai sebuah fenomena yang sedang dikaji atau dengan menggunakan
pertanyaan dan fokus yang lebih spesifik.
Beberapa ahli metode penelitian menyatakan bahwa penelitian deskriptif berbeda
dengan penelitian kualitatif dilihat dari data analisisnya. Data pada penelitian deskriptif
adalah kuantitatif. Tetapi faktanya, pendapat mengenai perbedaan tersebut tidak selamanya
benar. Pada penelitian kualitatif mengenai pemerolehan bahasa, elemen-elemen baik
kualitatif maupun kuantitatif dapat digunakan. Data pada penelitian kualitatif menjadi data
kuantitatif setelah data-data tersebut dikumpulkan dan dikategorikan. Brown memberikan
contoh mengenai hal tersebut. Prosedur khas yang banyak ditemukan pada penelitian
kualitatif antara lain; observasi, perekaman, dan transkripsi manual. Pertama, data-data
tersebut akan dianalisa secara kualitatif, kemudian dianalisa secara kuantitatif dalam hal
urutan frekuensi dan rata-rata panjang ungkapan. Contoh yang dikemukakan oleh Brown
tersebut merupakan studi Brown mengenai pemerolehan morfem gramatika oleh orang
dewasa dan pembelajar anak bahasa kedua. Penelitian deskriptif studi kasus memberikan
sebuah analisis linguistik yang mendalam mengenai aspek kemampuan gramatika
pembelajar bahasa kedua, sedangkan studi etnografi menyediakan analisis kuantitatif dalam
bentuk frekuensi kejadian fenomena dalam bahasa kedua.
Perbedaan dari kedua penelitian ini yang sama pentingnya adalah dalam penelitian
deskriptif, tidak ada manipulasi pada fenomena kebahasaan yang berlangsung, sedangkan
dalam penelitian eksperimental, manipulasi dan kontrol merupakan parameter penting untuk
validitas internal dan eksternal.
Penelitian Kualitatif
Metode penelitian kualitatif pada mulanya dikembangkan oleh para ahli antropologi
dan sosiologi yang mengkaji perilaku manusia dalam konteks bahwa peran peneliti tidak akan
mengubah perilaku alami subjek penelitian. Tidak seperti penelitian deskriptif, penelitian
kualitiatif menghindari pembentukan pertanyaan-pertanyaan penelitian, hipotesis,
identifikasi, a priori, dan variabel-variabel yang akan menjadi fokus penelitian.
Tujuan akhir dari penelitian kualitatif adalah untuk menemukan fenomena seperti pola
perilaku bahasa kedua yang belum pernah dijelaskan sebelumnya dan untuk memahami
fenomena-fenomena tersebut menurut perpektif aktivitas peserta atau pembelajar. Peneliti
juga dapat sekaligus berperan sebagai participant observer (partisipan pengamat) dengan
kegiatan seperti mencatat, merekam dan mengamati tanpa adanya kontrol atau pedoman dari
kuesioner atau instrumen lainnya. Tujuan dari observasi non partisipan adalah untuk
menyusun kembali bagaimana pengalaman yang dialami oleh para subjek seakurat mungkin.
Pada pemerolehan bahasa kedua, penelitian kualitatif mencoba untuk memahami fenomena
bahasa kedua dari perspektif para pembelajar bahasa kedua, bukan dari perspektif peneliti.
Pada dasarnya, bahasa itu sendiri dapat menjadi sebuah variabel. Penelitian tipe ini
adalah untuk menjelaskan apa yang terjadi dan bagaimana maknanya menjadi pelaku di
dalam aktivitas pemerolehan bahasa. Bukanlah sesederhana seperti menanyakan pendapat
pembelajar, dikarenakan pembelajar dan peneliti biasanya menggunakan bahasa yang
berbeda. Bahasa yang digunakan oleh pembelajar untuk menggambarkan pengalaman mereka
juga belum sempurna. Penelitian kualitatif lebih sesuai untuk mendeskripsikan konteks sosial
bahasa kedua, seperti interaksi tuturan (siapa berkata apa, kepada siapa, dan kapan),
frekuensi, dan deskripsi tindak tutur dalam konteks penggunaan bahasa, seperti deskripsi
perihal bahasa yang digunakan antara guru dan siswa.
Jenis penelitian kualitatif tidak memiliki desain atau prosedur standar sebagaimana
yanga ada di dalam penelitian eksperimen. Prosedur penelitian kualitatif dapat diilustrasikan
sebagai sebuah corong atau piramida terbalik, yang bermakna bahwa perkembangan
penelitian dari hal yang umum ke hal yang spesifik. Ilustrasi lainnya adalah spiral yang juga
menggambarkan penelitian kualitatif berangkat dari hal umum ke pengumpulan data secara
lebih spesifik, selain itu spiral menunjukkan siklus perulangan observasi dan analisis.
http://addhintheas.blogspot.com/2013/04/metode-penelitian-deskriptif.html
http://Catatankuliahdatin.blogspot.com
http://handoutkul.blogspot.com/2015/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html
https://samoke2012.wordpress.com/2012/09/28/desain-penelitian-epidemiologi/