Anda di halaman 1dari 12

Desain studi epidemiologi didefinisikan sebagai suatu rancangan atau desain

penelitian bidang kesehatan. Desain studi epidemiologi dapat digunakan untuk penelitian
gizi, kedokteran klinis, biomedis, dan penelitian kesehatan lainnya.

Manfaat suatu desain atau rancangan penelitian adalah :


1. Sebagai sarana untuk memperoleh jawaban terhadap masalah penelitian
2. Sebagai alat untuk mengendalikan atau mengontrol berbagai variabel yang berpengaruh
pada suatu penilaian.

Dalam Epidemiologi terdapat dua jenis desain penelitian epidemiologi, yaitu study
deskriptif dan study analitik. Desain study ini digunakan untuk mempermudah dalam
penelitian yang terkait dengan berbagai faktor penyebab, akibat, serta hubungan antar
berbagai faktor. berikut adalah kerangka garis besar beberapa desain study epidemiologi.

A. Studi Deskriptif
Untuk mempelajari distribusi dan frekuensi penyakit di populasi dipakai desain studi
epidemiologi deskriptif. Desain studi ini memiliki variant lebih dari 1 dan berupa presentase.

Cross Sectional Tujuan Penelitian Deskriptif

1. Menghasilkan gambaran yang akurat tentang sebuah kelompok,


2. Menggambarkan mekanisme dalam sebuah proses atau hubungan,
3. Memberikan gambaran lengkap dalam bentuk verbal atau numerikal,
4. Menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan,
5. Menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian

Ciri-ciri Metode Deskriptif

Secara harfiyah, metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran
mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi
data dasar belaka. Namun, dalam pengertian metode penelitian yang lebih luas, penelitian
deskriptif mencakup metode penelitian yang lebih luas di luar metode sejarah dan
eksperimental, dan secara lebih umum sering diberi nama, metode survei. Kerja peneliti,
bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan
hubungan, menguji hipotesis-hipotesis, membut predeksi serta mendapatkan makna dan
implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. Dalam mengumpulkan data digunakan
teknik wawancara, dengan mengunakan schedule questionair ataupun interview guide.
1. Cross Sectional
Digunakan untuk membedakan dua kelompok. Unit pengamatan merupakan individual
dan populasinya merupakan populasi yang umum serta samplenya random. Pengukuran
variable independent (exposure) dan variable dependent (outcome) dilakukan secara
bersamaan sehingga sulit untuk mengetahui hubungan antara exposure dan outcome.

2. Report
Merupakan study pada satu kasus yang sama atau kasus baru yang menggambarkan suatu
riwayat penyakit dan pengalaman klinis dari masing-masing kasus. Unit pengamatan atau
analisisnya individual. Desain study ini digunakan untuk melihat distribusi suatu penyakit
atau masalah kesehatan yang diteliti, memperoleh informasi tentang kelompok resiko tinggi
dan membuat hipotesis baru. Karena merupakan pengumpulan dari beberapa kasus-kasus
yang dilaporkan maka study ini tidak bisa digunakan untuk menggambarkan suatu populasi.
Study ini dapat digunakan sebagai langkah awal untuk meneliti serta dapat menjembatani
antara penelitian klinis dengan penelitian epidemiologi.

3. Case Series
Studi ini merupakan studi lanjutan dari case report. case report hanya terdiri dari satu
kasus saja, tetapi case series terdiri lebih dari satu kasus dan kurang dari sepuluh kasus. Studi
ini juga terkait pada sindrom atau penyakit baru. Unit pengamatannya juga individual.

4. Studi Kolerasi
Disebut juga studi ekologi. Merupakan studi observasional dengan unit
analisis/pengamatannya agregat. Populasi merupakan beberapa kumpulan dari unit
pengamatan. contohnya unit pengamatan untuk angka kepadatan jentik, dan insidens DHF
diukur berdasarkan area kerja puskesmas, maka populasi studi terdiri dari kumpulan
puskesmas - puskesmas. Desain kolerasi lemah dalam menjelaskan hubungan sebab akibat
dan tidak mempresentasikan sifat individu. Studi ini cocok untuk menilai efektifitas program
interverensi kesehatan pada populasi sasaran.
B. Study Analitik
1. PENGERTIAN

Epidemiologi analitik adalah epidemiologi yang menekankan pada pencarian jawaban


terhadap penyebab terjadinya frekuensi, penyebaran serta munculnya suatu masalah
kesehatan. Studi analitik digunakan untuk menguji hubungan sebab akibat dan berpegangan
pada pengembangan data baru. Kunci dari studi analitik ini adalah untuk menjamin bahwa
studi di desain tepat sehingga temuannya dapat dipercaya (reliabel) dan valid.
Untuk mempelajari diterminan suatu penyakit di populasi dipakai desain studi
epidemiologi analitik. Desain studi ini dapat digunakan untuk mencari faktor-faktor yang
mempengaruhi dan membandingkan antara dua kelompok.

2. TUJUAN STUDI EPIDEMIOLOGI ANALITIK


Epidemologi Analitik adalah riset epidemiologi yang bertujuan untuk:
1. Menjelaskan faktor-faktor resiko dan kausa penyakit.
2. Memprediksikan kejadian penyakit
3. Memberikan saran strategi intervensi yang efektif untuk pengendalian penyakit.

3. JENIS STUDI EPIDEMIOLOGI ANALITIK


Berdasarkan peran epidemiologi analitik dibagi 2 :
1. Studi Observasional : Studi Kasus Control (case control), studi potong lintang (cross
sectional) dan studi Kohort.
2. Studi Eksperimental : Eksperimen dengan kontrol random (Randomized Controlled
Trial /RCT) dan Eksperimen Semu (kuasi).
1. STUDI OBSERVASIONAL

A. Studi potong lintang (Cross sectional)

Rancangan cross sectional adalah suatu rancangan epidemiologi yang mempelajari


hubungan penyakit dan faktor penyebab yang mempengaruhi penyakit tersebut dengan
mengamati status faktor yang mempengaruhi penyakit tersebut secara serentak pada individu
atau kelompok pada satu waktu.
Penelitian cross sectional adalah suatu penelitian dimana variabel-variabel yang
termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada
waktu yang sama.

Langkah – langkah penelitian cross sectional :

1. Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dan mengidentifikasi faktor resiko dan faktor


efek
2. Menetapkan subjek penelitian.
3. Melakukan observasi atau pengukuran variabel-variabel yang merupakan faktor resiko dan
efek sekaligus berdasarkan status keadaan variabel pada saat itu (pengumpulan data)
4. Melakukan analisi korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar kelompok-
kelompok hasil observasi (pengukuran)

Contoh : Ingin mengetahui hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan Berat Badab
Bayi Lahir (BBL) denagn menggunakan rancanagn atau pendekatan cross sectional.

Ciri khas rancangan cross sectional :


a. Peneliti melakukan observasi / pengukuran variabel pada suatu saat tertentu.
b. Status seorang individu atas ada atau tidaknya kedua faktor baik pemajanan (exposure)
maupun penyakit yang dinilai pada waktu yang sama.
c. Hanya menggambarkan hubungan aosiasi bukan sebab akibat.
d. Apabila penerapannya pada studi deskriptif, peneliti tidak melakukan tindak lanjut
terhadap pengukuran yang dilakukan.

Kelebihan rancangan cross sectional :

a. Mudah dilaksanakan.
b. Sederhana.
c. Ekonomis dalam hal waktu.
d. Hasilnya dapat diperoleh dengan cepat.

e. Dalam waktu bersamaan dapat dikumpulkan variabel yang banyak, baik variabel resiko
maupun efek
Kekurangan rancangan cross sectional :

a. Diperlukan subjek penelitian yang besar.


b. Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akurat.
c. Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan.
d. Kesimpulan korelasi faktor resiko dengan efek paling lemah bila dibandingan dengan dua
rancangan epidemiologi yang lain

B. Kasus kontrol (case control)

Rancangan Kasus Kontrol adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari


hubungan antara penyebab suatu penyakit dan penyakit yang diteliti dengan membandingkan
kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status penyebab penyakitnya.
Penelitian case control adalah suatu penelitian (survey) analitik yang menyangkut
bagaimana faktor resiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif.

Tahap-tahap penelitian case control :

a. Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor resiko dan efek.


b. Menetapkan objek penelitian (populasi dan sampel).
c. Identifikasi kasus.
d. Pemilihan subjek sebagai kontrol.
e. Melakukan pengukuran retrospetif (melihat ke belakang) untuk melihat faktor resiko.
f.Melakukan analisis dengan menbandingkan proporsi antara variabel-variabel objek
penelitian dengan variabel-variabel kontrol

Contoh : Peneliti ingin membuktikan hubungan antara malnutrisi (kekurangan gizi) pada
balita dengan prilaku pemberian makanan oleh ibu.

Ciri rancangan kasus kontrol :

a. Subjek dipilih atas dasar apakah mereka menderita (kasus) atau tidak (kontrol) suatu kasus
yang ingin diamati kemudian proporsi pemajanan dari kedua kelompok tersebut
dibandingkan.
b. Diketahui variabel terikat (akibat), kemudian ingi diketahui variabel bebas (penyebab).
c. Observasi dan pengukuran tidak dilakukan pada saat yang sama.
d. Peneliti melakukan pengukuran variabel bergantung pada efek (subjek (kasus) yang
terkena penyakit) sedangkan variabel bebasnya dicari secara retrospektif.
e. Untuk kontrol, dipilih subjek yang berasal dari populasi dan karakteristik yang sama
dengan kasus.
f. Bedanya kelompok kontrol tidak menderita penyakit yang akan diteliti
Kelebihan rancangan penelitian case control :

a. Merupakan satu-satunya cara untuk meneliti kasus jarang atau yang masa latennya panjang
b. Hasil dapat diperoleh dengan cepat
c. Biaya yang dibutuhkan relatif sedikit
d. Subjek penelitian sedikit
e. Dapat melihat hubungan bebrapa penyebab terhadap suatu akibat
f. Adanya pembatasan atau pengendalian faktor resiko sehingga hasil penelitian lebih tajam
dibanding dengan hasil rancangan cross sectional

Kekurangan rancangan penelitian case control :

a. Sulit menentukan kontrol yang tepat


b. Validasi mengenai informasi kadang sukar diperoleh
c. Sukar untuk menyakinkan dua kelompok tersebut sebanding
d. Tidak dapat dipakai lebih dari satu variabel dependen
e. Tidak dapat diketahui efek variabel luar karena secara teknis tidak dapat dikendalikan

C. Kohort

Rancangan Kohort adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan


antara penyebab dari suatu penyakit dan penyakit yang diteliti dengan membandingkan
kelompok terpajan dan kelompok yang tidak terpajan berdasar status penyakitnya.

Penelitian kohort adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor resiko dengan faktor efek melalui pendekatan longitudinal kedepan atau
prospektif.

Langkah – langkah pelaksanaan penelitian kohort :

a. Identifikasi faktor-faktor resiko dan efek


b. Menetapkan subjek penelitian (menetapkan populasi dan sampel)
c. Pemilihan subjek dengan faktor risiko positif dari subjek dengan efek negatif
d. Memilih subjek yang akan menjadi anggota kelompok kontrol
e. Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang ditentukan, selanjutnya
mengidentifikasi timbul tidaknya efek pada kedua kelompok

f. Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapat efek positif dengan
subjek yang mendapat efek negatif baik pada kelompok risiko positif maupun kelompok
kontrol

Contoh : Penelitian ingin membuktikan adanya hubungan antara cancer (Ca) paru (efek)
dengan merokok (risiko) dengan menggunakan pendekatan atau rancangan prospektif.
Ciri khas dari rancangan kohort :

a. Berasal dari kata romawi kuno yang berarti kelompok tentara yang berbaris maju ke depan
b. Subjek dibagi berdasar ada atau tidaknya pemajanan faktor tertentu dan kemudian diikuti
dalam periode waktu tertentu untuk menentukan munculnya penyakit pada tiap kelompok
c. Digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dan efek
d. Sekelompok subjek yang belum mengalami penyakit atau efek diikuti secara prospektif
e. Diketahui variabel bebas (penyebab) kemudian ingin diketahui variabel terikat (akibat)
f. Dapat dilakukan secara prospektif dan retrospektif

Kelebihan Rancangan kohort :

1. Merupakan desain terbaik dalam menentukan insiden perjalanan penyakit atau efek
yang diteliti.
2. Desain terbaik dalam menerangkan dinamika hubungan antara faktor resiko dengan
efek secara temporal.
3. Dapat meneliti beberapa efek sekaligus
4. Baik untuk evaluasi pemajan yang jarang.
5. Dapat meneliti multipel efek dari satu pemajan.
6. Dapat menetapkan hubungan temporal.
7. Mendapat incidence rate
8. Biasnya lebih kecil

Kekurangan rancangan kohort :

1. Memerlukan waktu yang lama.


2. Sarana dan biaya yang mahal.
3. Rumit.
4. Kurang efisien untuk kasus yang jarang.
5. Terancam Drop Out dan akan mengganggu analisis.
6. Menimbulkan masalah etika.
7. Hanya dapat mengamati satu faktor penyebab

C. STUDI EKSPERIMENTAL

Rancangan studi eksperimen adalah jenis penelitian yang dikembangkan untuk


mempelajari fenomena dalam kerangka korelasi sebab-akibat. Menurut Bhisma Murti
rancangan studi ini digunakan ketika peneliti atau oranglain dengan sengaja memperlakukan
berbagai tingkat variabel independen kepada subjek penelitian dengan tujuan mengetahui
pengaruh variabel independen tersebut terhadap variabel dependen.
Berdasarkan penelitian tersebut studi eksperimen (studi perlakuan atau intervensi dari
situasi penelitian ) terbagi dalam dua macam yaitu rancangan eksperimen murni dan quasi
eksperimen.

A. Rancangan eksperimen murni

Eksperimen murni adalah suatu bentuk rancangan yang memperlakukan dan


memanipulasi sujek penelitian dengan kontrol secara ketat.

Penelitian eksperimen mempunyai ciri :

1. Ada perlakuan, yaitu memperlakukan variabel yang diteliti (memanipulasi suatu


variabel).

2. Ada randominasi, yaitu penunjukan subjek penelitian secara acak untuk mendapatkan
salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian.

3. Semua variabel terkontrol, eksperimen murni mampu mengontrol hampir semua


pengaruh faktor penelitian terhadap variabel hasil yang diteliti

B. Quasi Eksperimen (eksperimen semu)

Quasi Eksperimen (eksperimen semu) adalah eksperimen yang dalam mengontrol


situasi penelitian tidak terlalu ketat atau menggunakan rancangan tertentu dan atau
penunjukkan subjek penelitian secara tidak acak untuk mendapatkan salah satu dari berbagai
tingkat faktor penelitian.

Ciri dari quasi eksperimen :

Tidak ada randominasi, yaitu penunjukkan sujek penelitian secara tidak acak untuk
mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian. Hal ini disebabkan karena
ketika pengalokasian faktor penelitian kepada subjek penelitian tidak mungkin, tidak etis,
atau tidak praktis menggunakan randominasi.

Tidak semua variabel terkontrol karena terkait dengan pengalokasian faktor penelitian kepada
subjek penelitian tidak mungkin, tidak etis, atau tidak praktis menggunakan randominasi
sehinggasulit mengontrol variabel secara ketat

D. Penelitian Kualitatif Dan Penelitian Deskriptif


Desain Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan
dalam penelitian kualitatif. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam
penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian
berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap
teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data,
memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.

Penelitian harus mempertimbangkan secara matang pendekatan yang tepat baik


sintektik maupun analitik, dan tujuan dari penelitian tersebut apakah bersifat heuristik
maupun deduktif. Peneliti dapat menggabungkan pendekatan-pendekatan ini. Sebagai contoh,
hipotesis yang diturunkan dari penelitian sintektik-heuristik kemudian dapat dipilih menjadi
dasar penelitian dengan menggunakan desain analitik-deduktif.

Perbedaan yang paling mendasar terletak pada sifat intrinsik subjek penelitian, peran
peneliti, dan apakah kebenaran diperoleh melalui fakta yang objektif atau persepsi subjektif.
Hasil yang ditunjukkan oleh perbaikan verbal pembelajar bahasa sebagai strategi
pemerolehan berbeda dengan hasil yang ditunjukkan oleh nilai kuantitatif pada judgment test
yang dikontrol dalam penelitian eksperimental.

Beberapa Perbedaan Dalam Penelitian Kualitatif, Deskriptif, dan Eksperimental

Penelitian Kualitatif dan Deskriptif

Baik penelitian kualitatif maupun deskriptif, keduanya mendeskripsikan fenomena


yang terjadi secara alami tanpa adanya interferensi dari sebuah eksperimen atau suatu
perlakuan tertentu yang direncanakan. Keduanya berkaitan dengan pendeskripsian, tetapi
pendekatan penelitian berasal dari perspektif yang berbeda.

Penelitian kualitatif adalah heuristik, bukan deduktif. Hal tersebut dikarenakan


terdapat pertanyaan penelitian atau data yang dibuat sebelum penelitian dimulai. Wilayah
penelitian dan pertanyaan menggunakan perspektif sintektik/ holistik dalam rangka
memperoleh informasi sebanyak-banyaknya, dan menghindari manipulasi atau interferensi di
dalam konteks penelitian. Terdapat istilah ‘organic development’ yang maknanya adalah
penelitian ini menyempitkan fokus sesuai perkembangan penelitian dan tidak didikte oleh
hipotesis.

Penelitian deskriptif dapat bersifat heuristik atau deduktif. Tipe atau kategori
penelitian ini mengacu pada penelitian yang menggunakan data-data yang telah ada atau
sebagai penelitian non-eksperimen dengan hipotesis yang telah dibentuk sebelumnya.Studi
deskriptif dapat menjelaskan aspek pemerolehan bahasa kedua dari sudut pandang yang lebih
sintektik atau dapat berfokus pada deskripsi mengenai sebuah konstituen tertentu di dalam
proses, contohnya pemerolehan struktur bahasa tertentu atau perilaku tertentu terhadap
pembelajaran bahasa yang berbeda dengan lainnya. Studi deskriptif beranjak dari sebuah
pertanyaan umum mengenai sebuah fenomena yang sedang dikaji atau dengan menggunakan
pertanyaan dan fokus yang lebih spesifik.
Beberapa ahli metode penelitian menyatakan bahwa penelitian deskriptif berbeda
dengan penelitian kualitatif dilihat dari data analisisnya. Data pada penelitian deskriptif
adalah kuantitatif. Tetapi faktanya, pendapat mengenai perbedaan tersebut tidak selamanya
benar. Pada penelitian kualitatif mengenai pemerolehan bahasa, elemen-elemen baik
kualitatif maupun kuantitatif dapat digunakan. Data pada penelitian kualitatif menjadi data
kuantitatif setelah data-data tersebut dikumpulkan dan dikategorikan. Brown memberikan
contoh mengenai hal tersebut. Prosedur khas yang banyak ditemukan pada penelitian
kualitatif antara lain; observasi, perekaman, dan transkripsi manual. Pertama, data-data
tersebut akan dianalisa secara kualitatif, kemudian dianalisa secara kuantitatif dalam hal
urutan frekuensi dan rata-rata panjang ungkapan. Contoh yang dikemukakan oleh Brown
tersebut merupakan studi Brown mengenai pemerolehan morfem gramatika oleh orang
dewasa dan pembelajar anak bahasa kedua. Penelitian deskriptif studi kasus memberikan
sebuah analisis linguistik yang mendalam mengenai aspek kemampuan gramatika
pembelajar bahasa kedua, sedangkan studi etnografi menyediakan analisis kuantitatif dalam
bentuk frekuensi kejadian fenomena dalam bahasa kedua.

Penelitian Deskriptif dan eksperimental

Penelitian deskriptif dapat berupa sintektik maupun analitik dalam pendekatannya


terhadap fenomena bahasa kedua yang dikaji, sedangkan penelitian eksperimen harus
analitik. Hal tersebut merupakan perbedaan yang mendasar. Penelitian deskriptif dapat
dilakukan dengan alasan-alasan heuristik. Contohnya untuk menyelidiki fenomena tertentu
bahasa kedua secara mendalam atau untuk menguji sebuah hipotesis a priori. Kedua
penelitian ini dapat berangkat dari hipotesis di mana peneliti memulainya dengan sebuah teori
atau pertanyaan penelitian.

Perbedaan dari kedua penelitian ini yang sama pentingnya adalah dalam penelitian
deskriptif, tidak ada manipulasi pada fenomena kebahasaan yang berlangsung, sedangkan
dalam penelitian eksperimental, manipulasi dan kontrol merupakan parameter penting untuk
validitas internal dan eksternal.

Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami


makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah
sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting,
seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data
yangspesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema
yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna data. Laporan akhir untuk
penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel (Creswell, 2010 : 5).

Metode penelitian kualitatif pada mulanya dikembangkan oleh para ahli antropologi
dan sosiologi yang mengkaji perilaku manusia dalam konteks bahwa peran peneliti tidak akan
mengubah perilaku alami subjek penelitian. Tidak seperti penelitian deskriptif, penelitian
kualitiatif menghindari pembentukan pertanyaan-pertanyaan penelitian, hipotesis,
identifikasi, a priori, dan variabel-variabel yang akan menjadi fokus penelitian.
Tujuan akhir dari penelitian kualitatif adalah untuk menemukan fenomena seperti pola
perilaku bahasa kedua yang belum pernah dijelaskan sebelumnya dan untuk memahami
fenomena-fenomena tersebut menurut perpektif aktivitas peserta atau pembelajar. Peneliti
juga dapat sekaligus berperan sebagai participant observer (partisipan pengamat) dengan
kegiatan seperti mencatat, merekam dan mengamati tanpa adanya kontrol atau pedoman dari
kuesioner atau instrumen lainnya. Tujuan dari observasi non partisipan adalah untuk
menyusun kembali bagaimana pengalaman yang dialami oleh para subjek seakurat mungkin.
Pada pemerolehan bahasa kedua, penelitian kualitatif mencoba untuk memahami fenomena
bahasa kedua dari perspektif para pembelajar bahasa kedua, bukan dari perspektif peneliti.

Pada dasarnya, bahasa itu sendiri dapat menjadi sebuah variabel. Penelitian tipe ini
adalah untuk menjelaskan apa yang terjadi dan bagaimana maknanya menjadi pelaku di
dalam aktivitas pemerolehan bahasa. Bukanlah sesederhana seperti menanyakan pendapat
pembelajar, dikarenakan pembelajar dan peneliti biasanya menggunakan bahasa yang
berbeda. Bahasa yang digunakan oleh pembelajar untuk menggambarkan pengalaman mereka
juga belum sempurna. Penelitian kualitatif lebih sesuai untuk mendeskripsikan konteks sosial
bahasa kedua, seperti interaksi tuturan (siapa berkata apa, kepada siapa, dan kapan),
frekuensi, dan deskripsi tindak tutur dalam konteks penggunaan bahasa, seperti deskripsi
perihal bahasa yang digunakan antara guru dan siswa.

Prosedur Melakukan Penelitian Kualitatif

Jenis penelitian kualitatif tidak memiliki desain atau prosedur standar sebagaimana
yanga ada di dalam penelitian eksperimen. Prosedur penelitian kualitatif dapat diilustrasikan
sebagai sebuah corong atau piramida terbalik, yang bermakna bahwa perkembangan
penelitian dari hal yang umum ke hal yang spesifik. Ilustrasi lainnya adalah spiral yang juga
menggambarkan penelitian kualitatif berangkat dari hal umum ke pengumpulan data secara
lebih spesifik, selain itu spiral menunjukkan siklus perulangan observasi dan analisis.

Berikut adalah proses pelaksanaan penelitian kualitatif :

a) Menentukan fenomena yang akan dikaji/ dijelaskan.

Dikarenakan penelitian kualitatif bersifat sintetik dalam pendekatannya, maka pada


tahap tertentu perlu mempersempit fokus observasi. Digunakan unit dan sub-set dalam hirarki
penelitian.

b) Menggunakan metode kualitatif untuk memperoleh data.

Penelitian kualitatif menggunakan berbagai alat/ cara untuk mengumpulkan data.


Dalam rangka memperoleh gambaran kegiatan atau kejadian secara lengkap, sering kali
digunakan metode-metode yang berbeda sekaligus di dalam satu penelitian. Tidak seperti
penelitian eksperimen yang bergantung pada satu pendekatan. Cara-cara memperoleh data
kualitatif antara lain : observasi, perekaman, kuesioner, wawancara, case history, catatan
lapangan, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

http://addhintheas.blogspot.com/2013/04/metode-penelitian-deskriptif.html

http://Catatankuliahdatin.blogspot.com

Buku Ajar Epidemiologi Gizi (Konsep dan Aplikasi)

http://handoutkul.blogspot.com/2015/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html

https://samoke2012.wordpress.com/2012/09/28/desain-penelitian-epidemiologi/

Anda mungkin juga menyukai