Anda di halaman 1dari 37

Praktikum Investigasi KLB

LAPORAN INVESTIGASI KLB


MALARIA Kelompok 10
Selawati (11181010000019)
Ayu Suci Ramadhani (11181010000020)
Ditya Novani (11181010000027)
Aulia Maharani Putri (11181010000071)
Peminatan Epidemiologi Kesehatan Masyarakat 2018
I. Tahap Penyeledikan Wabah/KLB dari DKK
Purworejo
A. Persiapan
Sebelum penyelidikan KLB dilaksanakan, perlu adanya
persiapan dan rencana kerja. Persiapan lapangan sebaiknya
dikerjakan secepat mungkin, dalam 24 jam pertama sesudah
adanya informasi. Namun pada praktikum penyelidikan KLB
malaria Purworejo yang dilakukan mahasiswa Epidemiologi dan
Penyakit Tropik, persiapan dilakukan setelah Dinas Kesehatan
Kabupaten Purworejo menetapkan KLB malaria di Kabupaten
Purworejo. Persiapan dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori,
yaitu:
a. Persiapan investigasi yaitu pengetahuan perlengkapan dan alat untuk
penyelidikan malaria.
Hal yang termasuk dalam kategori ini adalah :
a) Persiapan pengetahuan mengenai penyakit malaria meliputi penyebab, gejala
klinis, cara penularan, masa inkubasi, diagnosis, kriteria KLB malaria, dan
bionomik vektor
b) Pengetahuan tentang keterampilan melakukan investigasi lapangan, termasuk
pengetahuan dan teknik pengumpulan data serta manajemen spesimen
c) Pengetahuan dan keterampilan melakukan analisis data dengan komputer
d) Dukungan tinjauan kepustakaan ilmiah yang memadai
e) Material instrumen investigasi, seperti kuesioner, peralatan yang dibutuhkan
untuk pengambilan sampel darah penduduk, peralatan tes RDT, serta berbagai
alat yang dapat digunakan untuk mengamati bionomik vektor seperti ciduk dan
pipet.
b. Persiapan administrasi yaitu prosedur administrasi termasuk izin
dan pengaturan perjalanan.
 Hal yang dilakukan dalam persiapan administrasi adalah
mempersiapkan aspek administratif dari investigasi, seperti penyediaan
perizinan, surat-surat atau dokumen formal/legal dalam melakukan
investigasi, penyediaan dana yang memadai, transportasi, penginapan,
dan konsumsi yang dapat digunakan, persiapan dokumentasi,
pembagian tugas dan koordinasi dalam tim.
 Perizinan dapat ditujukan kepada Dinas kesehatan atau Puskesmas
terkait, yang berada di wilayah yang akan diselidiki. Perizinan ini
bertujuan untuk legalitas kegiatan dan bentuk koordinasi agar dapat
dilakukan pertimbangan dalam penetapan status KLB suatu penyakit di
wilayah tersebut.
C. Persiapan kosultasi : peran masing-masing petugas yang
turun ke lapangan.
Pada tahap ini harus dipikirkan mengenai peran dan posisi
dalam proses investigasi. Peran kami dalam praktikum
penyelidikan KLB malaria Purworejo adalah membantu
petugas DKK Purworejo dan Puskesmas dalam melakukan
penyelidikan KLB malaria di Dukuh Gunung Asem Desa
Separe, Kecamatan Loano. Langkah-langkah persiapan yaitu :
 Konfirmasi informasi
 Pembuatan Rencana kerja
 Pembuatan Rencana Kerja
a) Pembuatan definisi kasus awal
b) Hipotesis awal mengenai agen penyebab, sumber dan
cara penularan
c) Macam dan sumber data yang diperlukan
d) Strategi penemuan kasus
e) Sarana dan tenaga yang diperlukan.
B. Pemastian Diagnostik
Langkah pemastian diagnostik didasarkan pada kasus dan dilakukan secara spesifik untuk
penentuan kasus selanjutnya. Langkah-langkah pemastian diagnostik meliputi:
1. Pemeriksaan
1) Anamnesis
Anamnesis dilakukan berdasarkan :
Gejala awal pada penyakit malaria yaitu :
 Demam
 Menggigil
 Berkeringat
 Sakit kepala
 Nyeri otot
 Mual
 Muntah
 Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu ke daerah endemik malaria.
 Riwayat sakit malaria.
 Riwayat transfusi darah.
 Riwayat minum obat malaria 1 bulan terakhir.
2) Pemeriksaan Fisik
 Badan lemah
 Pucat
 Kebingungan
 Koma
 Anemia berat
 Sulit bernafas
3) Pengambilan Sampel Darah
a. Pemeriksaan mikrosopis
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis ini
dilakukan untuk menentukan :
 Keberadaan parasit (positif atau negatif)
 Spesies dan stadium Plasmodium
 Kepadatan parasit
b. Pemeriksaan dengan RDT malaria
RDT malaria adalah tes kit yang digunakan untuk
mendeteksi antigen yang berasal dari parasit malaria. RDT
digunakan sebagai alternatif pemeriksaan pada situasi
dimana pemeriksaan diagnosis perlu dilakukan secara cepat.
Di Kabupaten Purworejo RDT dilakukan pada penduduk
yang mengalami gejala klinis. Walaupun sudah melakukan
diagnosis menggunakan RDT, pemeriksaan mikroskopis
tetap dilakukan sebagai pemastian diagnostik.
C. Strategi Penelusuran Kasus
 Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terhadap responden dengan kasus
malaria, observasi bionomik nyamuk Anopheles sp disekitar lingkungan kasus, serta MBS (Mass
Blood Survey) untuk menemukan kasus baru di lingkungan Dukuh Gunung Asem
 Waktu yang digunakan dalam penyidikan wabah ini adalah 2 hari yang mana hari pertama
digunakan untuk turun ke lapangan menyelidiki kasus malaria di Dukuh Gunung Asem dan hari
kedua digunakan untuk berdiskusi dengan Dinas Kesehatan setempat terkait penemuan yang
didapatkan di lapangan sehingga memperoleh hasil penyidikan wabah yang lebih akurat
 Sarana yang digunakan antara lain untuk MBS adalah RDT, Blood Lancet ACT, Primakuin,
Kapas, alkohol 70%, sarung tangan karet, alat tulis, dan daftar hadir penduduk serta untuk
wawancara kelompok kasus sarana yang dibutuhkan antara lain kuesioner dan kamera untuk
dokumentasi. Sedangkan dalam observasi bionomik vector malaria sarana yang dibutuhkan antara
lain cidukan dan pipet jentik serta alat penyemprot dan karbamat dalam melakukan IRS.
 Tenaga dan sumberdaya yang digunakan berasal dari mahasiswa Peminatan Epidemiologi dan
Penyakit Tropik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro yang terbagi dalam 2
kelompok yaitu kelompok yang melakukan wawancara terhadap kasus dan kontak (termasuk
melakukan MBS) serta kelompok yang melakukan observasi terhadap lingkungan sekitar kasus
untuk menemukan bionomik vektor malaria yaitu nyamuk Anopheles sp (termasuk melakukan IRS
pada rumah kasus).
D. Pemastian KLB
○ Analisis bedasarkan data dari puskesmas yaitu meningkatnya
kunjungan kasus kejadian malaria dani bulan April 2016. Dukuh
gunung asem didapatkan data kesakitan dengan malaria positip
Plasmodium falciparum sebanyak 8 kasus dengan jumlah penduduk
sebanyak 128 kk.jika dihitung Angka AMI desa gunung asem pada
bulan April sebesar 2% sedangkan pada bulan maret sebesar 0.1% ini
mengalami kenaikan yang cukup untuk dijadikan alasan terjadinya
KLB.dari Angka AMI puskesmas Banyuasin terjadi peningkatan dari
1% menjadi 1.7%.Proporsi kenaikan jumlah kasus positif dua kali atau
lebih dari kasus sebelumnya dan terus terjadi peningkatan yang
bermakna.
○ Pengambilan dan pemeriksaan sediaan darah (SD) pada penderita
demam (MFS) dari seluruh kelompok umur. Pemeriksaan secara
mikroskopis maupun secara cepat dengan RDT langsung di lapangan.
E. Identifikasi Masalah KLB

 Melakukan kunjungan ke tempat daerah endemik atau pandemik dengan melakukan


perlindungan diri terlebih dahulu.
 Melakukan survey terhadap penderita, sehingga diketahui bahwa seorang tersebut menderita
penyakit malaria.
 Mencari tahu penyebab penyakit. Pathogen atau agent penyakit apa yang menyebabkan
terjadinya penyakit malaria. Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium. Pada
manusia, Plasmodium terdiri dari 4 spesies, yaitu Plasmodium falciparium, Plasmodium
vivax, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale.
 Mencari tahu riwayat alamiah penyakit dengan mengetahui patogenesis plasmodium serta
dihubungkan dengan waktu atau musim pra, saat kejadian berlangsung. Periode paroksisme
biasanya terdiri dari tiga stadium yang berurutan yakni stadium dingin (cold stage), stadium
demam (hot stage), stadium berkeringat (sweating stage). Biasanya penularan terjadi saat
malam hari.
 Mencari tahu mekanisme penularan penyakit malaria. Malaria dapat ditularkan melalui dua
cara yaitu cara alamiah dan bukan alamiah.
 Mencari batasan area penularan sehingga dapat ditetapkan daerah endemik atau pandemik
suatu penyakit
 Mencari tahu kegiatan atau pekerjaan, usia, kebiasaan, makanan serta tingkat perekonomian
penduduk sekitar. Sehingga diketahui area beraktivitas dan kehidupan para penduduknya.
Kemungkinan menjadi faktor-faktor penyakit dan penularan.
 Mencari tahu lokasi pemberian pelayanan kesehatan dan lokasi dari daerah endemik. Karena hal
ini erat kaitannya dengan kualitas kesehatan masyarakanya. Apabila ditemui keluhan penderita
bahawa jauhnya atau bahkan terbatasanya pusat pelyanan kesehatan maka hal ini penyedia
pelayanan kesehatan dapat pula menjadi tersangka penularan penyakit malaria.
 Setelah mengumpulkan data yang dibutuhkan, dapat dibuat semacam peta area penyebaran
penyakit. Serta prosentase penularan masing-masing daerah dengan jumlah penduduk yang ada.
 Lalu dapat disimpulkan bahawa area tersebut dengan letak astronomi, geografi, jenis penduduk
dengan segala macam karakteristik, kondisi lingkungan dan pelayanan kesehatan serta sumber
penyakit adalah penyebab terjadinya suatu kejadian timbulnya penularan penyakit.
 Dengan analisis dan identifikasi penyebab KLB yang sedemikian rupa, dibuatlah tindakan
pengobatan dan yang paling utama adalah pembatasan penularan dengan cara pencegahan bagi
warga yang belum terkena penyakit malaria.
F. Penanggulangan Yang Sudah Dilakukan
 Pemberian kelambu berinsektisida
 IRS (Indoor Residual Spraying)
 Bekerjasama dengan Lintas Sektor
G. Cara Memastikan KLB Berakhir
Mengumumkan bahwa wabah sudah berakhir jika,
 Jumlah kasus baru kembali ke tingkat semula
 Tidak terjadi risiko kesehatan masyarakat yang lebih
lanjut
 Kasusnya sudah berhenti
H. Analisis Kritis Terhadap Kelemahan Tahapan yang Dilakukan DKK

 Adanya penduduk yang terkena kasus malaria namun tidak mendapatkan kelambu
berinsektisida sebab akses yang sulit dicapai.
 Sistem monitoring dalam pelaksanaan kegiatan surveilans maupun kegiatan
pengendalian dan penanggulangan malaria lainnya masih lemah.
 Kegiatan penanggulangan malaria seperti IRS dan MBS dilakukan oleh orang-
orang yang bukan berlatarbelakang dari pendidikan kesehatan.
 Banyakya kegiatan, namun kurang sumberdaya manusia. Program yang dijalankan
dimulai dari pengobatan hingga penanganan vektor.
 Survei bionomik difokuskan pada genangan air pada tanah.
 Kurangnya survei penyakit impor seperti datangnya supir dari bus AKAP yang
berasal dari luar kota terutama yang berasal dari kota endemis malaria seperti
menanyakan riwayat bepergian dan penginapan.
 Lebih memerhatikan kandang ternak yang banyak sekali terdapat di desa Gunung
Asem karena dapat menjadi faktor resiko (resting place dan breeding place).
II. Laporan Survey
a. Survey Penderita dan Suspek
1. Survei penderita
Berdasarkan survey penderita malaria yang dilakukan
di dukuh Gunung Asem ada 8 penderita malaria yang
teridentifikasi. 5 orang berasal dari satu keluarga
sedangkan 3 orang berasal dari keluarga berbeda.
2. Survei Suspect
Berdasarkan MBS (Mass Blood Survey) yang dilakukan
kepada 121 penduduk dukuh Gunung Asem dengan
RDT tidak ditemukan penderita baru malaria. 5 orang
warga yang dilakukan RDT tidak menunjukkan hasil
positif mengandung Plasmodium falcifarum maupun
Plasmodium vivax.
b. Survey Lingkungan
 Kualitas air dalam hal ini suhu air dilokasi yang terdapat
jentik Anophelesberkisar antara 30,0 – 32,4OC, sedangkan pH
anatara 3,4 – 5,7. Suhu air dan pH memungkinkan untuk
terdapatnya jentik Anopheles.
 Kualitas udara dalam hal ini kelembaban antara 90,0 – 91,0%,
suhu air 30,0 – 32,4, kecepatan angin yang 1,30 – 2,90 meter per
detik  merupakan tingkat kelembaban, suhu dan kecepatan
angin yang optimum bagi perkembangan dan penyebaran
nyamuk Anopheles
 Survei lingkungan yang dilakukan di dusun karang asem
desa separe kecamatan loano mendapatkan hasil :
 Tempat tinggal penderita berdekatan dengan sawah, kebun,
dan hutan.
 Di sekitar pemukiman terdapat sungai dan mata air.
 Lingkungan rumah yang penuh tanaman baik pohon maupun
perdu membuat udara cukup lembab.
 Banyak genangan air di sekitar tempat tinggal.
C. Survey Masyarakat untuk Identifikasi Faktor Lain
Penyebab KLB
 Kebiasaan Masyarakat Keluar Malam Hari
 Lokasi Geografis
 Pekerjaan
 Pengobatan dan penanganan yang terlambat
 Pemakaian kelambu yang tidak teratur
 Ventilasi rumah yang tidak tertutup kasa (terbuka)
Gambaran Kasus
Kabupaten Purworejo Sebagai Kasus
Indigenous Tinggi di Jawa Tengah Tahun 2015
Kabupaten Purworejo merupakan
salah satu kabupaten di Jawa Tengah
dengan kasus indigenous malaria yang
tinggi (≥ 95%) pada tahun 2015.
Kabupaten dengan kasus indigenous
malaria tinggi lainnya yaitu Kabupaten
Banjarnegara. Hal ini menunjukkan bahwa
penularan malaria di Kabupaten
Purworejo lebih banyak terjadi di wilayah
setempat dibandingkan penularan dari luar
pulau (kasus import).
Desa HCI Malaria di Kabupaten Purworejo

 Malaria hampir ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia.


Berdasarkan nilai Annual Parasite Incidence (API), daerah
Jawa-Bali termasuk sratifikasi malaria rendah (API 0-1 per
1000 penduduk) tetapi masih terdapat desa/ fokus malaria
tinggi. Hampir setengah (45%) dari desa endemis merupakan
daerah terpencil. Saat ini masih ditemukan desa High Case
Incidence (HCI). Di Provinsi Jawa Tengah terdapat 31 desa
dengan HCI yang tersebar di 5 kabupaten yaitu Purworejo,
Purbalingga, Banjarnegara, Grobogan dan Pati.
Desa HCI Malaria di Kabupaten Purworejo

 Kabupaten Purworejo menyumbang kasus


malaria terbesar di Provinsi Jawa Tengah yaitu
sebanyak 712 penderita dengan API sebesar
0,98%. Pada tahun 2014 berada diurutan
kedua setelah banjarnegara, namun di tahun
2015 kembali memberi kasus terbanyak di
Provinsi jawa Tengah yaitu sebanyak 1411
penderita dengan API sebesar 1,99 per 1000
penduduk.
 Kabupaten Purworejo memiliki beberapa desa
dengan kategori HCI malaria (High Case
Incidence) yang tersebar di beberapa wilayah
kerja puskesmas. Selama kurun waktu Januari-
April 2016, puskesmas dengan indikasi desa
HCI salah satunya adalah puskesmas
Banyuasin dengan total 4 desa HCI yaitu
Kembaran, Ngargosari, Separe, dan Sedayu.
Kondisi Malaria Kabupaten Purworejo Bulan Januari-
April 2016
Dilihat dari pola grafik diatas bahwa
Pola Tren Kasus Malaria di Puskesmas Banyuasin pada daerah wilayah kerja Puskesmas
Kabupaten Purworejo Bulan Januari-April 2016
Banyuasin Kabupaten Purworejo
Kasus Malaria Wilayah Puskesmas Banyuasin Kabupaten didapatkan total 21 kasus malaria
Purworejo Bulan Januari-April 2016 indigenous di bulan Januari-April 2016.
12 Dengan jumlah penduduk 11.942 orang.
10 Wilayah kerja Puskesmas Banyuasin
88
6
Kasus
Malaria sendiri terdapat 10 desa diantaranya
5 5 kemejing, guyangan, tepansari, rimun,
4
3
2 separe, kembaran, ngargosari, tridadi,
0 kaliglagah, sedayu. Puskesmas dengan
Januari Februari Maret April
indikasi desa HCI (High Case Incidence)
salah satunya adalah puskesmas Banyuasin
dengan total 4 desa HCI yaitu Kembaran,
Ngargosari, Separe, dan Sedayu.
Nilai API
 Nilai API diperoleh angka sebesar 1,99. Angka ini
dikategorikan sebagai LCI (LowCase Incidence). Jadi
dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2015, Kabupaten
Purworejo termasuk dalam kategori wilayah LCI (Low
Case Incidence) malaria. Wilayah ini kemungkinan
dapat naik status menjadi wilayah kategori MCI atau
HCI malaria pada tahun 2015 apabila angka API
didapatkan diatas 50 per 1000 penduduk
Kasus Malaria Dukuh Gunung Asem
Kecamatan Loano Purworejo

Gambar 2.8. Persebaran kasus malaria di dukuh Gunung Asem


III. Penutup
A. Kesimpulan
 Topografi desa Gunung Asem yaitu perbukitan, dengan banyak pepohonan, sawah dan terdapat
sungai dengan mata pencaharian penduduknya yaitu petani.
 Pada kegiatan MBS terdapat sebanyak 121 penduduk Desa Gunungasem yang diperiksa,
sedangkan penduduk yang melakukan pengujian RDT sebanyak 5 orang.
 Hasil pemeriksaan RDT menunjukkan bahwa 5 penduduk yang diuji negatif malaria, meskipun
mengalami gejala mirip malaria.
 Pada bulan Januari-Mei 2015 ditemukan 8 kasus baru malaria dan terjadi KLB di Desa Gunung
Asem.
 Berdasarkan surveI penderita malaria yang dilakukan di Gunung Asem Gunung Asem ada 8
penderita malaria yang teridentifikasi. 5 orang berasal dari satu keluarga sedangkan 3 orang
berasal dari keluarga berbeda.
 Identifikasi kasus lama dilakukan dengan melakukan wawancara dengan penderita yang
pemeriksaan laboratoriumnya dinyatakan positif
 Berdasarkan data diketahui bahwa jenis plasmodium yang paling banyak menyebabkan malaria
adalah falciparum dalam fase ring.
 Kasus malaria di Desa Gunung Asem pada bulan Januari-Mei 2015 diindikasikan
sebagai kasus indigenous
 Berdasarkan hasil surveI yang dilakukan sebagian besar responden di Desa Gunung
Asem menunjukkan adanya riwayat kontak dengan kasus sebelumnya seperti
keluarga yang tinggal satu rumah, tetangga maupun teman di tempat pekerjaan.
 Survei lingkungan yang dilakukan diketahui bahwa tempat tinggal penderita
berdekatan dengan sawah, kebun, dan hutan, dekat mata air dan banyak genangan air
serta udara cukup lembab.
 Pada survei jentik ditemukan jentik Anopheles di tempat perindukan kolam.
 Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan diketahui bahwa Faktor Risiko
Malaria di desa Gunung Asem antara lain yaitu kondisi geografis, kebiasaan
masyarakat keluar malam, pengobatan dan deteksi yang terlambat, ventilasi rumah
yang terbuka, dan pemakaian kelambu yang tidak teratur.
 Penanggulangan KLB malaria yang telah dilakukan DKK Purworejo khususnya di
Desa Gunung Asem yaitu Pemberian Kelambu kepada penderita, IRS dan Kerjasama
Lintas Sektoral.
B. Saran
 Peningkatan Sistem Kewaspadaan Dini kasus malaria untuk
mencegah terjadinya KLB
 Monitoring dan evaluasi terhadap pemakaian kelambu yang telah
dibagikan kepada penderita
 Mengoptimalkan peran Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK) desa
untuk mencegah berkembangbiaknya jentik Anopheles guna
mencegah KLB malaria
 Peran aktif msyarakat dalam memberantas breading place dan resting
place nyamuk serta menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah
berkembangbiaknya nyamuk Anopheles
Diseminasi Informasi dan Respon
 Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45
Tahun 2014 Tentang Penyelenggaran Surveilans Kesehatan, Diseminasi
informasi dapat disampaikan dalam bentuk buletin, surat edaran, laporan
berkala, forum pertemuan, termasuk publikasi ilmiah.
 Informasi yang diberikan dapat dijadikan pedoman dalam pengambilan
keputusan, salahsatunya adalah dalam penetapan status KLB/Wabah.
Diseminasi informasi KLB Malaria diimplementasikan dengan adanya
laporan kewaspadaan dimana terdapat laporan penderita atau tersangka
penderita yang disampaikan kepada lurah atau kepala desa dan atau fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat selambat-lambatnya 24 jam sejak mengetahui
adanya penderita atau tersangka penderita (KLB), baik dengan cara lisan
(tatap muka, telepon, radio, dan lainnya) maupun tertulis (surat, faksimili,
dan sebagainya).
 Isi laporan kewaspadaan antara lain adalah:
 Nama penderita atau yang meninggal;
 Golongan umur;
 Tempat dan alamat kejadian;
 Waktu kejadian;
 Jumlah yang sakit dan meninggal.

 Laporan kewaspadaan itu kemudian harus


diteruskan kepada Kepala Puskesmas setempat.
 Dalam Laporan Penyelidikan Wabah Malaria di Purworejo yang
dilakukan oleh Mahasiswa Universitas Diponegoro diseminasi
informasi dilakukan secara lisan, yaitu dengan berbicara
langsung secara tatap muka dengan Dinas Kesehatan Kabupaten
Purworejo.
 Dari hasil penyelidikan yang dilakukan selama kurang lebih dua
hari tersebut dihasilkan laporan hasil investigasi dan dilakukan
langkah-langkah penanggulangan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Purworejo berupa pemberian kelambu berinsektisida,
IRS (Indoor Residual Spraying) dan kerjasama lintas sektor.
Telaah Laporan Investigasi KLB Malaria
 Berdasarkan hasil laporan Penyelidikan Wabah Malaria di Purworejo yang dibuat
oleh mahasiswa Universitas Diponegoro, pelaksanaan investigasi Wabah/KLB
malaria sudah dilaksanakan dengan baik. Laporan yang berisikan rincian
kegiatan dijelaskan secara rinci mulai dari tahapan persiapan hingga akhir
temuan penyelidikan. Dalam melakukan Penyelidikan Epidemiologi, penulis
tidak hanya melakukan analisis terhadap laporan kasus yang terjadi, akan tetapi
juga melaksanakan survei penderita dan suspek, survei lingkungan dan
identifikasi masyarakat untuk menemukan faktor risiko apa saja yang berpotensi
menyebabkan terjadinya KLB Malaria di Desa Gung Asem, Purworejo.
 Akan tetapi, dalam laporan tersebut pada bagian survei penderita, penulis
mencantumkan identitas penderita malaria yang mana hal ini tidak tepat
dilakukan meskipun sudah mendapatkan persetujuan dari para responden, karena
identitas responden adalah privasi yang harus dijaga kerahasiaannya.
Referensi
 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaran Surveilans
Kesehatan. Jakarta: Kementerian Hukum dan HAM Indonesia.
 Prof. Bisma Murthi. Investigasi Outbreak. Diakses dari
https://fk.uns.ac.id/static/materi/Investigasi_Outbreak_-
_Prof_Bhisma_Murti.pdf pada 20 November 2020 pukul 20.00 WIB.
 Rahayuningsih, Dwi, dkk. 2016. Langkah-Langkah Penyelidikan
Wabah Malaria Di Kabupaten Purworejo Mata Kuliah Penyelidikan
Wabah.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai