Anda di halaman 1dari 42

I.

Penjelasan singkat tentang surveilans

A. Pengertian

Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis, dan analisis

data secara terus menerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan

(disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan

penyakit dan masalah kesehatan lainnya (DCP2, 2008).

Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit,

mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor yang

mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada

agent, vektor, dan reservoir. Surveilans menghubungkan informasi tersebut kepada

pembuat keputusan agar dapat dilakukan langkah pencegahan dan pengendalian

penyakit (Last, 2001). Surveilans kesehatan masyarakat maupun surveilans

epidemiologi hakikatnya sama saja, sebab menggunakan metode yang sama, dan

tujuan epidemiologi adalah untuk mengendalikan masalah kesehatan masyarakat,

sehingga epidemiologi dikenal sebagai sains inti kesehatan masyarakat (core

science of public health).

Surveilans menurut WHO menjelaskan bahwa surveilans dapat diartikan

sebagai aplikasi metodologi dan teknik epidemiologi yang tepat untuk

mengendalikan penyakit.

Halperin (1992); Thacker (2002) mendefinisikan surveilans epidemiologi


sebagai suatu kegiatan yang berkesinambungan, sistematik dan teratur untuk
mengetahui adanya distribusi suatu penyakit atau faktor yang mempengaruhi
terjadinya penyakit, serta mengetahui besarnya masalah serta menentukan suatu
upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam kegiatan sehari-hari, batasan ini

1
diartikan secara sangat sempit dengan penerapan yang sangat sempit pula.
Surveilans epidemiologi seakan-akan hanya diperlukan untuk menangani
pencatatan dan pelaporan penyakit. Ada anggapan bahwa surveilans epidemiologi
hanya diperlukan atau digunakan pada saat berhadapan dengan masalah wabah,
KLB atau hal yang berhubungan dengan kejadian penyakit menular di suatu tempat
pada suatu kurun waktu tertentu dan mengancam sekelompok masyarakat tertentu
pula (Thacker, 2000). Surveilans epidemiologi digunakan untuk mengamati laporan
rutin mengenai penyakit menular, melakukan analisis kecendrungan dan
menyebarluaskan hasilnya.
Perkembangan berbagai disiplin ilmu termasuk didalamnya epidemiologi
cenderung menyesuaikan dengan tuntutan zaman, contoh telah berkembang
epidemiologi penyakit menular, epidemiologi lingkungan, epidemiologi gizi dan
lain sebagainya (Halperin and Baker, 1992). Thacker (2002) menjelaskan bahwa
sistem surveilans dianalogikan dengan suatu sistem syaraf yang mempunyai tangan
aferen guna menerima informasi, badan sel guna menganalisis data, dan tangan
aferen untuk mengambil tindakan tetap.
Pengertian surveilans epidemiologi (Thacker, 2002; Noor, 2008) merupakan
kegiatan pengumpulan dan pengamatan terus menerus, sistematis,
berkesinambungan, analisis, interpretasi data dalam proses menjelaskan dan
memonitoring peristiwa kesehatan secara aktif ataupun pasif, serta penyebaran
informasi epidemiologi.
Penjelasan tentang pola penyakit yang sedang berlangsung dapat diuraikan

beberapa contoh kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:

1. Melakukan deteksi perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan

distribusinya.

2. Melakukan identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit menurut

frekuensi kejadiannya.

3. Melakukan identifikasi faktor risiko dan penyebab lainnya, seperti vektor

yang dapat menyebabkan penyakit di kemudian hari.

2
4. Mendeteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi di masyarakat.

Penggunaan data untuk evaluasi serta pengendalian dan pencegahan penyakit

dapat berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Beberapa informasi tentang penyakit menstimulasi untuk pelaksanaan riset

lebih lanjut tentang proses terjadinya penyakit, misalnya sumber-sumber

penyebab penyakit memungkinkan untuk dieksplorasi secara mendalam.

2. Informasi tentang pola penyakit dan kecenderungannya sangat penting

untuk perencanaan pelayanan kesehatan dimasa mendatang karena dapat

dijadikan landasan yang kokoh dalam pengambilan keputusan.

3. Evaluasi dan tindakan pencegahan, misalnya evaluasi terhadap program

vaksinasi.

Upaya mempelajari riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) dan

epidemiologi penyakit, khususnya untuk mendeteksi epidemi penyakit melalui

pemahaman riwayat penyakit, dapat membantu beberapa hal sebagai berikut:

1. Membantu menyusun hipotesis untuk dasar pengambilan keputusan dalam

intervensi kesehatan masyarakat.

2. Membantu mengindetifikasi penyakit untuk keperluan penelitian

epidemiologi.

3. Mengevaluasi program-program pencegahan dan pengendalian penyakit.

4. Memberikan informasi dan data untuk memproyeksikan kebutuhan

pelayanan kesehatan dimasa mendatang.

3
B. Langkah Pengembangan Surveilans Berbasis Masyarakat

Meskipun di lapangan banyak variasi pelaksanaannya, namun secara garis

besarnya langkah pokok yang perlu ditempuh adalah dengan melakukan

persiapan internal dan persiapan eksternal. Secara rinci dapat diuraikan

sebagai berikut:

Persiapan

1. Persiapan Internal

Hal-hal yang perlu disiapkan meliputi seluruh sumber daya termasuk

petugas kesehatan, pedoman/petunjuk teknis, sarana dan prasarana

pendukung dan biaya pelaksanaan.

a. Petugas Surveilans

Kelancaran kegiatan surveilans pada desa siaga sangat dibutuhkan tenaga

kesehatan yang mengerti dan memahami kegiatan surveilans. Petugas

seyogyanya disiapkan dari tingkat Kabupaten/Kota, tingkat Puskesmas

sampai di tingkat Desa/Kelurahan. Untuk menyamakan persepsi dan

tingkat pemahaman tentang surveilans sangat diperlukan pelatihan

surveilans bagi petugas demi keperluan respon cepat terhadap

kemungkinan ancaman adanya KLB, di setiap unit pelaksana

(Puskesmas, Kabupaten dan Propinsi) perlu dibentuk Tim Gerak Cepat

(TGC) KLB. Tim tersebut bertanggung jawab merespon secara cepat dan

tepat terhadap adanya ancaman KLB yang dilaporkan oleh masyarakat.

b. Pedoman/Petunjuk Teknis

4
Sebagai panduan kegiatan maka petugas kesehatan sangat perlu dibekali

buku pedoman atau petunjuk teknis surveilans.

c. Sarana & Prasarana

Dukungan sarana dan prasarana sangat diperlukan untuk kegiatan

surveilans seperti: kendaraan bermotor, alat pelindung diri (APD),

surveilans KIT, dll.

d. Biaya

Sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan surveilans. Biaya

diperlukan untuk bantuan transport petugas ke lapangan, pengadaan alat

tulis untuk keperluan pengolahan dan analisis data, serta jika dianggap

perlu untuk insentif bagi kader surveilans.

2. Persiapan Eksternal

Tujuan langkah tersebut adalah untuk mempersiapkan masyarakat,

terutama tokoh masyarakat, agar mereka tahu, mau dan mampu

mendukung pengembangan kegiatan surveilans berbasis masyarakat.

Pendekatan kepada para tokoh masyarakat diharapkan agar mereka

memahami dan mendukung dalam pembentukan opini publik untuk

menciptakan iklim yang kondusif bagi kegiatan surveilans di desa siaga.

Dukungan yang diharapkan dapat berupa moril, finansial dan material,

seperti kesepakatan dan persetujuan masyarakat untuk kegiatan

surveilans. Langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu

kebijakan, agar mereka mau memberikan dukungan. Jika di desa tersebut

5
terdapat kelompok sosial seperti karang taruna, pramuka dan LSM dapat

diajak untuk menjadi kader bagi kegiatan surveilans di desa tersebut.

3. Survei Mawas Diri atau Telaah Mawas Diri

Survei mawas diri (SMD) bertujuan agar masyarakat dengan bimbingan

petugas mampu mengidentifikasi penyakit dan masalah kesehatan yang

menjadi problem di desanya. SMD tersebut harus dilakukan oleh

masyarakat setempat dengan bimbingan petugas kesehatan. Melalui

SMD tersebut diharapkan masyarakat sadar akan adanya masalah

kesehatan dan ancaman penyakit yang dihadapi di desanya, dan dapat

membangkitkan niat dan tekad untuk mencari solusinya berdasarkan

kesepakatan dan potensi yang dimiliki. Informasi tentang situasi

penyakit/ancaman penyakit dan permasalah kesehatan yang diperoleh

dari hasil SMD merupakan informasi untuk memilih jenis surveilans

penyakit dan faktor risiko yang diselenggarakan di desa tersebut.

4. Pembentukan Kelompok Kerja Surveilans Tingkat Desa.

Kelompok kerja surveilans desa bertugas melaksanakan pengamatan dan

pemantauan setiap saat secara terus menerus terhadap situasi penyakit di

masyarakat dan kemungkinan adanya ancaman KLB penyakit, untuk

kemudian melaporkannya kepada petugas kesehatan di Poskesdes.

Anggota Tim Surveilans Desa dapat berasal dari kader Posyandu, Juru

pemantau jentik (Jumantik) desa, Karang Taruna, Pramuka, Kelompok

pengajian, Kelompok peminat kesenian, dan lain-lain. Kelompok

tersebut dapat dibentuk melalui Musyawarah Masyarakat Desa.

6
5. Membuat Perencanaan Kegiatan Surveilans

Setelah kelompok kerja surveilans terbentuk, maka tahap selanjutnya

adalah membuat perencanaan kegiatan, meliputi:

a. Rencana Pelatihan Kelompok Kerja Surveilans oleh petugas

kesehatan

b. Penentuan jenis surveilans penyakit dan faktor risiko yang dipantau.

c. Lokasi pengamatan dan pemantauan

d. Frekuensi Pemantauan

e. Pembagian tugas/penetapan penanggung jawab lokasi pemamtauan

f. Waktu pemantauan

g. Rencana Sosialisasi kepada warga masyarakat

II. Tujuan Praktek Surveilans

A. Tujuan Umum

Setelah melakukan praktek surveilans, mahasiswa mampu menjelaskan

konsep surveilans penyakit melalui praktek di masyarakat

B. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti melakukan praktek surveilans, mahasiswa mampu:

1. Membuat Laporan Hasil Praktek Surveilans berdasarkan 7 elemen sebagai

berikut:

b. Pengamatan Data

c. Pengumpulan Data

d. Pengolahan data

7
e. Analisis Data

f. Interpretasi Data

g. Diseminasi Hasil Praktek Surveilans

h. Feedback

2. Menggunakan Metode Surveilans yang sesuai dengan kondisi di lapangan

3. Manfaat hasil surveilens dalam pengambilan keputusan

4. Evaluasi Hasil surveilains

III. Penjelasan Pelaksanaan Praktek Surveilans

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan sebagai berikut yaitu:

Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan:

a. Mengestimasi kuantitatif besarnya masalah kesehatan masyarakat

b. Mengetahui Potret riwayat alamiah penyakit

c. Mengembangkan definisi kasus penyakit

d. Mendeteksi epidemic

e. Menganisilis distribusi penyebaran penyakit

f. Menganisilis determinan penyebaran penyakit

g. Mengukur penilaian pemberantasan dan pencegahan penyakit

h. Memantau perubahan dalam agent infeksius

i. Mendeteksi perubahan dalam praktek kesehatan

j. Perencanaan data membantu petugas kesehatan merencanakan aktivitas

pelayanan yang tepat, control dan pencegahan untuk populasi yang baru.

8
IV. Bahan Diskusi

1. Modul Praktek surveilans

2. Petunjuk diskusi kelompok.

V. Langkah Peresentasi Hasil Praktek surveilans

Agar proses persentasi dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun

langkah-langkah sebagai berikut:

A. Langkah 1: Penyiapan Proses Persentasi

1. Kegiatan Fasilitator

2. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas

3. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat.

4. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan

memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap,

instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.

5. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang apa yang dimaksud

dengan pelayanan prima dengan metode curah pendapat (brainstorming).

6. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran tentang

pelayanan prima yang sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

7. Kegiatan Peserta

8. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan

9. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator

10. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting

9
11. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang belum

jelas dan perlu diklarifikasi.

B. Langkah 2: Review hasil praktek

1. Kegiatan Fasilitator

1. Menyampaikan materi persentasi secara garis besar dalam waktu yang

singkat

2. Memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk menanyakan hal-hal

yang kurang jelas

3. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta

4. Kegiatan Peserta

5. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting

6. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan yang

diberikan

7. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.

C. Langkah 3: Pendalaman Hasil Praktek

1. Kegiatan Fasilitator

2. Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (3 kelompok) dan

setiap kelompok akan diberikan tugas diskusi kelompok.

3. Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan penyaji.

4. Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil dikusi untuk

disajikan.

5. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses diskusi.

6. Kegiatan Peserta

10
7. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan penyaji.

8. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada

fasilitator.

9. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan / sub pokok

bahasan yang ditugaskan dan menuliskan hasil dikusi untuk disajikan.

D. Langkah 4: Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman hasil praktek

dikaitkan dengan situasi dan kondisi di tempat tugas.

1. Kegiatan Fasilitator

a. Meminta masing-masing kelompok diminta untuk

mempresentasikan hasil diskusi

b. Memimpin proses tanggapan (tanya jawab)

2. Memberikan masukan khususnya dikaitkan dengan situasi dan kondisi di

daerah kerja

3. Merangkum hasil diskusi

4. Kegiatan Peserta

a. Mengikuti proses penyajian kelas

b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh fasilitator

5. Bersama fasilitator merangkum hasil presentasi masing masing pokok

bahasan yang dikaitkan dengan situasi dan kondisi di daerah kerja.

E. Langkah 5: Rangkuman dan evaluasi hasil diskusi

1. Kegiatan Fasilitator

a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 3 pertanyaan sesuai topik

pokok bahasan

11
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing masing pertanyaan

c. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses

pembelajaran koordinasi lintas program dan lintas sektor.

d. Membuat kesimpulan.

2. Kegiatan Peserta

a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.

b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran koordinasi

lintas program dan lintas sektor.

VI. Uraian Materi

1. Terdapat 7 (tujuh) elemen dalam melakukan praktek surveilans, sebagai

berikut: (Masriadi, 2012)

A. Pengamatan data

Pengamatan data dilakukan dengan mengadakan kunjungan langsung ke

masyarakat atau ke penyedia data agar mengetahui kondisi yang sebenranya

terjadi di masyarakat

B. Pengumpulan Data Surveilans

Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pencatatan insidensi

terhadap masyarakat yang dicurigai (population at risk) melalui kunjungan

rumah (active surveillance) atau pencatatan insidensi berdasarkan laporan rutin

dari sarana pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, atau laporan

dari petugas surveilans di lapangan dan laporan dari masyarakat serta petugas

kesehatan lain (passive surveillance).

12
Unsur yang diamati untuk pengumpulan data adalah 10 Elemen Langmuir,

yaitu:

a. Data Mortalitas

b. Data Morbiditas

c. Data Pemeriksaan Laboratorium

d. Laporan Penyakit

e. Penyelidikan Peristiwa Penyakit

f. Laporan Wabah

g. Laporan Penyelidikan Wabah

h. Survey Penyakit, Vektor dan Reservoir

i. Penggunaan Obat, Vaksin dan Serum

j. Demografi dan Lingkungan

Data surveilans memiliki ciri atau karakter yang membedakannya dengan

register (pelaporan) biasa. Karakter itu antara lain: Data dilaporkan secara teratur

dan up to date.

1. Data disusun menurut spasial dan proses waktu (where & when)

2. Tidak dapat mengakses distribusi kasus jika hanya tersedia data agregat

3. Proses surveilans umumnya adalah suatu proses multivariat.

Tujuan dari data surveilans kesehatan masyarakat antara lain adalah:

1. Menilai status kesehatan masyarakat

2. Menentukan prioritas kesehatan masyarakat

3. Memantau dan mengevaluasi program

13
4. Melaksanakan riset

5. Mengidentifikasi masalah

Kegiatan surveilans kesehatan masyarakat tentunya harus dapat memberikan

manfaat bagi peningkatan kesehatan masyarakat dan manfaat data surveilans

tersebut adalah:

1. Menyediakan estimasi kuantitatif besarnya masalah kesehatan masyarakat

2. Potret riwayat alamiah penyakit

3. Mendeteksi epidemik

4. Dokumentasi distribusi dan penyebaran suatu peristiwa kesehatan

5. Memfasilitasi riset epidemiologis dan riset.

6. Pengujian hipotesis

7. Mengukur penilaian pemberantasan dan pencegahan penyakit

8. Memantau perubahan dalam agen infeksius

9. Mendeteksi perubahan dalam praktek kesehatan

10. Perencanaan data membantu petugas kesehatan merencanakan aktivitas

pelayanan yang tepat, control dan pencegahan untuk populasi yang baru.

Kinerja tenaga surveilans di era globalisasi diharapkan dapat meningkat untuk

itu diperlukan faktor penunjang antara lain:

1. Peranan computer National Electronic Telecommunication System for

Surveillance (NETSS).

2. Analisis statistik yang lebih canggih

3. Peningkatan manfaat media elektronik untuk diserninasi data surveilans

14
4. Peningkatan aplikasi konsep surveilans pada area baru praktek kesehatan

masyarakat seperti penyakit kronik, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan

pencegahan cedera.

Melakukan kegiatan surveiians dibutuhkan perencanaan adapun perencanaan

tersebut bertujuan untuk menemukan perubahan kebutuhan masyarakat,

menemukan perubahan kebutuhan kesehatan masyarakat dan untuk memperoleh

informasi untuk aksi. Dalam merencanakan surveilans ada tahap-tahap yang harus

dilalui antara lain:

1. Menetapkan tujuan

2. Mengembangkan definisi kasus

3. Mengembangkan system pengumpulan data

4. Mengembangkan instrument pengumpulan data

5. Menguji metode di lapangan

6. Mengembangkan pendekatan analisis data

7. Menentukan mekanisme diseminasi

8. Menentukan metode evaluasi

Melakukan surveilans tentu diperlukan kriteria tertentu sehingga suatu kasus

atau kejadian dianggap perlu di lakukan surveilans penetapan criteria tersebut

antara lain adalah: frekuensi terjadinya kasus atau peristiwa tersebut, tingkat

keparahan dari kasus tersebut, biaya untuk melakukan kegiatan surveilans baik

langsung maupun tidak langsung, prevebtabilitas, komunikabilitas, minat

masyarakat umum, isu penyakit atau kasus tersebut yang muncul kemba!i, proses

consensus, sedangkan untuk suatu definisi kasus diperlukan elemen-elemen

15
pendukung antara lain adalah: kriteria waktu, tempat serta orang, diagnosis klinis

dan laboratories, sifat-sifat epidemiologis penyakit, derajat tertentu yang berkenaan

dengan diagnosis, sangat sensitivitas dan spesifisitas. Selain itu dalam

mendefinisikan suatu kasus ada faktor yang sangat berpengaruh yaitu tingkat

pengetahuan dan kriteria pendefinisian kasus.

Penetapan sistem pengumpulan data dilakukan hal sebagai berikut:

1. Memilih metode pengumpulan data

2. Menyelaraskan sistem dan tujuannya

3. Memilih waktu yang tepat

4. Mengetahui tipe konsisi

5. Menggunakan basis laboratorium untuk informasi

Tipe sistem pengumpulan data antara lain: sistem pencatatan vital, kumpulan

data yang ada, register-register yang ada atau survey. Sedangkan system surveilans

dibedakan menjadi 3 bagian yaitu: sistem surveilans pasif, system surveilans aktif

dan system surveilans terbatas. Sistem pasif memiliki ciri dan kegunaan antara lain:

sederhana, tidak memberatkan, terbatas oleh variabilitas, mung kin tidak

representative, mungkin gagal mengidentifikasi outbreak, menggambarkan

kecenderungan (trends). System aktif ciri dan kegunaannya adalah: dapat

memvalidasi kerepresentatifan, laporannya lebih lengkap, dapat digunakan

bersama investigasi khusus, dapat digunakan untuk periode yang singkat.

Sedangkan kegunaan dan ciri dari system surveilans terbatas yaitu: dapat

memecahkan masalah khusus, dapat mengidentifikasi semua kasus dan berguna

untuk logistik serta alasan ekonomis.

16
C. Pengolahan Data

Pengolahan data biasanya dilakukan secara manual atau dengan

komputerisasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki. kriteria

pengolahan data yang baik:

1. Tidak membuat kesalahan selama proses pengolahan data

2. Dapat mengidentifikasikan adanya perbedaan dalam frekuensi dan distribusi

kasus

3. Teknik pengolahan data yg dipakai tdk menimbulkan pengertian yang salah atau

berbeda

4. Metode yang dipakai sesuai degan metodeyang lazim digunakan

Dua aspek kualitatif yg perlu dipertimbangkan dlm pengolahan data yaitu

1. ketepatan waktu

2. Sensitifitas data

D. Analisis Data

Analisis data diperlukan untuk menjamin bahwa sumber data dan proses

pengumpulan data adalah adekuat. Untuk menganalisa data surveilans kita harus

mempertimbangkan hal - hal berikut:

1. Apa keistimewaan atau kekhasan data.

2. Memulai dari yang paling sederhana ke yang paling kompleks.

3. Menyadari bila ketidaktepatan dalam data menghalangi analisis-analisis yang

lebih canggih. Jika ada data yang bias maka data tersebut tidak usah digunakan.

Menganalisis data kita dapat menggunakan parameterparameter antara lain

adalah parameter waktu, tempat dan orang.

17
Analisis data menurut waktu yaitu dengan membandingkan jumlah kasus yang

diterima selama interval waktu tertentu dan membandingkan jumlah kasus selama

periode waktu sekarang dengan jumlah yang dilaporkan selama interval waktu yang

sama dalam periode waktu tertentu.

Analisis data menurut tempat yaitu dengan mengetahui tempat pemajan

terjadi, bukan tempat laporan berasal, mengetahui kemungkinan sumber-sumber

pencegahan akan menjadi sasaran yang efektif, menggunakan computer dan

perangkat lunak untuk pemetaan spasial, memungkinkan analisis yang lebih

canggih.

Analisis menurut orang yaitu dengan menggunakan data umur; gender; ras

atau entitas; status perkawinan; pekerjaan; tingkat pendapatan dan pendidikan.

Semua data orang tersebut dibutuhkan untuk dapat mengetahui sebab kasus terjadi.

Analisis menurut kejadian penyakit berdasarkan tingkat/derajad keparahan

penyakit seperti penyakit hipertensi (Sistol/Diastol), penyakit DM (Gula darah

sewaktu /GDS dan Gula darah puasa/GDP, dll.

Analisis data dilakukan dengan 2 cara yaitu:

1. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan berdasarkan variabel orang, tempat dan waktu

sehingga diperoleh gambaran yang sistematis tentang penyakit yang sedang

diamati. Visualisasi dalam bentuk Grafik, Tabel, diagram yang disertai

Uraian/penjelasan.

1). Orang meliputi urnur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan etnik.

18
2). Waktu: Analisis data menurut waktu akan memberikan pola analisis seperti

secular, cyclical, seasonal, dan epidemic.

3). Tempat meliputi kota, desa, pegunungan, dan pantai.

2. Analisis analitik

Analisis analitik dilakukan dengan cara uji komparasi, korelasi, dan regresi.

Uji komparasi untuk membandingkan kejadian penyakit pada kondisi yang

berbeda. Uji korelasi untuk membuktikan keterkaitan antara satu variabel dengan

variabel lainnya. Uji regresi untuk membuktikan pengaruh suatu variabel (kondisi)

terhadap kejadian penyakit.

Kunci keberhasilan: Data lengkap, Cepat, Tahu cara memanfaatkannya.

Tahap-tahapnya meliputi:

1. Coding: membuat kode dari data yang ada.

2. Editing: melengkapi dan memperjelas tulisan.

3. Entry: memasukkan dalam program pengolahan data.

4. Pengolahan secara deskriptif, Analitik.

Penyajian hasil analisis data surveilans epidemiologi dapat dalam bentuk

sebagai berikut.

1. Teks

Gambaran dari variabel-variabel yang ada dituangkan dalam bentuk tulisan

atau uraian dalam bentuk kalimat-kalimat.

2. Tabel

Tabel dapat menggambarkan satu variabel atau lebih. Apabila

menggambarkan 2 variabel atau lebih disebut dengan tabulasi silang. Jadi

19
tabulasi silang digunakan untuk melihat adanya hubungan antara 2 variabel

atau lebih. Tabulasi silang dapat bersifat deskriptif maupun analitik.

3. Grafik

Grafik membantu pembaca mengerti dengan cepat perbedaan yang ada pada

data. Terdapat beberapa bentuk grafik, yaitu sebagai berikut.

a. Grafik Batang (diagram bar).

Grafik batang pada umumnya digunakan untuk menggambarkan distribusi

data kategori. Grafik batang dapat digambarkan secara vertikal maupun

horizontal.

b. Histogram

Histogram termasuk dalam grafik batang, tetapi digunakan untuk

menggambarkan data kontinu

c. Poligon frekuensi

Poligon frekuensi menggambarkan hal yang sama dengan histogram,

hanya pada poligon frekuensi digunakan titiktitik koordinat yang

dihubungkan dengan garis. Tidak boleh menggunakan poligon frekuensi

bersama histogram untuk menggambarkan satu distribusi data karena

grafik yang dihasilkan akan sulit dibaca.

d. Grafik lingkaran (pie chart)

Grafik lingkaran umumnya digunakan untuk menggambarkan proporsi.

Grafik tersebut merupakan metode untuk menggambarkan data statistik

dengan satu koordinat. Pada grafik lingkaran, sebuah lingkaran dibuat

untuk menggambarkan semua responden (100%).

20
e. Grafik garis (line diagram)

f. Spot Map/ GIS (map diagram)

E. Interpretasi data

Setelah melakukan analisis data, langkah selanjutnya yang harus dilakukan

adalah melakukan interpretasi dari data yang telah dialisis, sehingga menghasilakan

suatu informasi (kesimpulan) yang dapat digunakan dalam melakukan tindakan.

Menarik kesimpulan dari suatu rangkaian data deskriptif

1). Kecenderungan

Kecenderungan merupakan hubungan antara jumlah kejadian penyakit atau

kondisi populasi berdasarkan waktu kejadian pada sekelompok populasi.

Misalnya kecenderungan dari data surveilans, data bulanan kejadian sakit, data

mingguan wabah, dan data tahunan kasus campak.

2). Perbandingan

Perbandingan merupakan upaya untuk membandingkan antara jumlah satu

kejadian dengan kejadian yang lain pada suatu populasi atau populasi berbeda.

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyamakan jumlah populasi

teramati (population at risk) dengan mengubah data menjadi ukuran frekuensi

yan sesuai (misalnya rate).

3). Perbandingan dari suatu kecenderungan

Membandingkan kecenderungan perubahan dari data kejadian berdasarkan

waktu terhadap data kejadian lain berdasarkan kejadian lain, berdasarkan

waktu pada populasi yang sama, atau berdasarkan populasi yang berbeda.

F. Diseminasi (Penyebaran informasi) Hasil Surveilans

21
Diseminasi adalah proses salah satu cara melalui informasi yang disampaikan

dari satu titik ke titik lain. Penyampaian informasi dibutuhkan komunikasi yang

baik atara si pemberi informasi dan si penerima informasi. Adapun sasaran, tujuan,

manfaat dan metode diseminasi adalah

1. Sasarannya adalah instansi terkait, baik secara vertikal maupun horizontal,

2. Tujuan: untuk memperoleh kesepahaman dan feedback dalam perumusan

kebijakan.

3. Manfaat: mendapatkan respon dari instansi terkait sebagai feedback, tindak

lanjut dan kesepahaman.

4. Metode: tertulis dan deseminasi laporan, verbal dalam rapat, media cetak dan

elektronik.

Bentuk diseminasi informasi yaitu membuat laporan hasil kajian yang

disampaikan kepada atasan, membuat suatu tulisan di majalah, laporan kajian

untuk seminar dan pertemuan dan memanfaatkan media internet yg setiap saat

dapat diakses dengan mudah.

Tahap diseminasi data antara lain:

1. Menetapkan yang hendak dikomunikasikan dengan tujuan untuk menentukan

etiologi dan riwayat aiamiah penyakit serta untuk mendeteksi dan

mengendalikan epidemik. Mengevaluasi ukuran pengendalian.

2. Menentukan audiens kepada siapa infomasi harus disampaikan: praktisi

kesehatan masyarakat, penyedia yankes, organisasi profesi dan organisasi

sukarela, pembuat kebijakan, media, publik, pendidik.

3. Memilih sarana melalui apa publikasi (nerbitan) elektronik, media massa,)

22
4. Memasarkan pesan bagaimana pesan seharusnya dinyatakan: dengan

menggunakan format grafik dan peragaan visual lainnya (harus jelas dan

sederhana), pertimbangan satu penolakan tujuan komunikasi (apa yang baru?;

siapa yang dipengaruhi?; apa pekerjaan yang terbaik?)

5. Menilai dampak apa dampak dari pesan yang dibuat: apakah informasi

surveilans telah dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan

informasi (evaluasi proses) dan apakah informasi itu mempunyai efek yang

menguntungkan atas masalah kesmas atau kondisi yang menjadi perhatian

(evaluasi dampak).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam diseminasi data kita

mempunyai komponen kunci antara lain:

1. Media

2. Audiens

3. Respons

4. Penilaian

5. Proses.

G. Feedback (Umpan balik)

Umpan balik diberikan kepada unit yang menjadi sumber data yang

berupa koreksi laporan atau ringkasan informasi. Umpan balik dilakukan guna

meningkatkan kualitas dan memelihara kesinambungan pelaporan, kelengkapan

dan ketepatan waktu serta analisis terhadap laporan. Frekuensi umpan balik pada

masing-masing tingkat administrasi minimal dua kali dalam setahun. Bentuk

23
umpan balik: ringkasan informasi atau korektif laporan yg dikirimkan instansi

pemberi laporan

2. Metode surveilans

Dalam surveilans epidemiologi, kita mengenal adanya surveilans

epidemiologi penyakit menular, surveilans epidemiologi penyakit tidak menular,

surveilans epidemiologi penyakit infeksi, surveilans epidemiologi penyakit akut

dan surveilans epidemiologi penyakit kronis. Beberapa persamaan dan perbedaan

secara konseptual antara kegiatan surveilans epidemiologi penyakit akut dan kronis:

Ruang lingkup surveilans epidemiologi menurut tempatnya dapat dibedakan

menjadi 2, yaitu surveilans epidemiologi dalam masyarakat dan surveilans

epidemiologi di rumah sakit.

1. Surveilans epidemiologi dalam masyarakat

Surveilans epidemiologi ini dilakukan pada suatu wilayah administrasi atau pada

kelompok populasi tertentu. Dengan analisis secara teratur berkesinambungan

terhadap data yang dikumpulkan mengenai kejadian kesakitan atau kematian, dapat

memberikan kesempatan lebih mengenal kecenderungan penyakit menurut variabel

yang diteliti. Variabel tersebut diantaranya adalah distribusi penyakit menurut

musim atau periode waktu tertentu, mengetahui daerah geografis dimana jumlah

kasus/penularan meningkat atau berkurang, serta berbagai kelompok risiko tinggi

menurut umur, jenis kelamin, ras, agama, status sosial ekonomi serta pekerjaan.

Tabel 1 Surveilans Penyakit Akut dan Kronis

24
Karakteristik Umum Surveilans Surveilans Epidemiologi

Epidemiologi Penyakit Penyakit Kronis

Akut

Maksud dan Monitor Monitor perubahan Monitor perubahan dari

tujuan kecenderungan atau variasi mingguan tahun ke tahun

Menguraikan dan bulanan

masalah dan estimasi

beban penyakit

Mengarahkan

dan

evaluasi program

pengendalian dan

pencegahan penyakit

Data Rutin atau Tergantung pelaporan Lebih menggantungkan

berkala oleh petugas kesehatan pada data basis diluar

dan laboratorium petugas kesehatan,

termasuk dari rumah

sakit, registrasi

penduduk, dsb

Analisis data Statistika deskriptif Menekankan jumlah Menekankan pada

untuk orang, tempat kasus atau penderita angka-angka statistik

dan waktu misalnya rate

25
Penyebarluasan Rutin, frekuensinya Lebih sering Relatif lebih jarang

data dan seiring dengan

informasi periode pelaporan

1. Surveilans epidemiologi di rumah sakit

Saat ini penderita penyakit menular yang dirawat d rumah sakit jumlahnya masih

cukup besar. Suatu keadaan khusus dimana faktor lingkungan, secara bermakna

dapat mendukung terjadinya risiko meendapatkan penyakit infeksi, sehingga

tekhnik surveilans termasuk kontrol penyakit pada rumah sakit rujukan pada tingkat

propinsi dan regional memerlukan perlakuan tersendiri. Pada rumah sakit tersebut,

terdapat beberapa penularan penyakit dan dapat menimbulkan infeksi nosokomial.

Selain itu, rumah sakit mungkin dapat menjadi tempat berkembangbiaknya serta

tumbuh suburnya berbagai jenis mikro-organisme.

Untuk mengatasi masalah penularan penyakit infeksi di rumah sakit maka telah

dikembangkan sistem surveilans epidemiologi yang khusus dan cukup efektif untuk

menanggulangi kemungkinan terjadinya penularan penyakit (dikenal dengan

infeksi nosokomial) di dalam lingkungan rumah sakit.

Tabel 2: Metoda surveilans untuk mengukur prevalensi infeksi Penyakit

Metoda Survei periodik Metoda sentinel Data dari

surveilans (khusus) layanan rutin

Deskripsi Survei sero-prevalensi sistem surveilans sentinel Data

cross-sectional dalam secara umum pada suatu dikumpulkan dari

suatu negara. wilayah, atau layanan rutin

26
pasien yang dites

secara sukarela

dan rahasia.

Tujuan Metoda ini sebaiknya Informasi ini berguna Tujuan utama

pokok digunakan jika dalam merencanakan, adalah

prevalensi sebelumnya melaksanakan dan memberikan

tidak diketahui. memantau program informasi yang

Tujuannya untuk kesehatan masyarakat bermanfaat untuk

memberikan estimasi untuk pencegahan dan perencanaan,

point. pengendalian. pelaksanaan dan

Sistem ini juga dapat Estimasi prevalensi monitoring

digunakan di negara secara rutin juga dapat program

yang sudah ada sistem digunakan untuk, pencegahan dan

surveilansnya identifikasi secara dini pengendalian

berdasarkan data dari daerah dimana program

layanan rutin pasien testing yan dilaksanakan.

Jenis Surveilans

Dikenal beberapa jenis surveilans: (1) Surveilans individu; (2) Surveilans penyakit;

(3) Surveilans sindromik; (4) Surveilans Berbasis Laboratorium; (5) Surveilans

terpadu; (6) Surveilans kesehatan (Murti,2010).

1. Surveilans Individu

27
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individu-

individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar,

tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan

dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang

dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi

institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang

sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode

menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa

inkubasi seandainya terjadi infeksi (Last, 2001).

Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS 1980an dan

SARS. Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina total; (2) Karantina parsial.

Karantina total membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit

menular selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak

terpapar. Karantina parsial membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif,

berdasarkan perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmisi penyakit.

Contoh, anak sekolah diliburkan untuk mencegah penularan penyakit campak,

sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara yang ditugaskan

pada pos tertentu dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap bekerja. Dewasa ini

karantina diterapkan secara terbatas, sehubungan dengan masalah legal, politis,

etika, moral, dan filosofi tentang legitimasi, akseptabilitas, dan efektivitas langkah-

langkah pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat

(Bensimon dan Upshur, 2007).

2. Surveilans Penyakit

28
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus

terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan

sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian,

serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit,

bukan individu. Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya

didukung melalui program vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans

tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa dari sistem surveilans vertikal

dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan

akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya. Banyak program surveilans

penyakit vertikal yang berlangsung paralel antara satu penyakit dengan penyakit

lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya

untuk sumberdaya masingmasing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga

mengakibatkan inefisiensi.

3. Surveilans Sindromik

Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan

terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-

masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator

kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi

diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit,

seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat

ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang

suatu penyakit. Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level lokal,

regional, maupun nasional. Sebagai contoh, Centers for Disease Control and

29
Prevention (CDC) menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala nasional

terhadap penyakit-penyakit yang mirip influenza (flu-like illnesses) berdasarkan

laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam surveilans tersebut, para dokter yang

berpartisipasi melakukan skrining pasien berdasarkan definisi kasus sederhana

(demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang

jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan

jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor

aneka penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks,

sehingga dapat memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrumen

untuk memonitor krisis yang tengah berlangsung (Mandl et al., 2004; Sloan et al.,

2006). Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari

fasilitas kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi tertentu,

disebut surveilans sentinel.

Pelaporan sampel melalui sistem surveilans sentinel merupakan cara yang baik

untuk memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang

terbatas (DCP2, 2008; Erme dan Quade, 2010).

4. Surveilans Berbasis Laboratorium

Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor

penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan

seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi

strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih

segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari

klinik-klinik (DCP2, 2008).

30
5. Surveilans Terpadu

Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua

kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota)

sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan

struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan

informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun

pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data

khusus penyakitpenyakit tertentu (WHO, 2001, 2002; Sloan et al., 2006).

Karakteristik pendekatan surveilans terpadu: (1) Memandang surveilans sebagai

pelayanan bersama (common services); (2) Menggunakan pendekatan solusi

majemuk; (3) Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural; (4)

Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan, pelaporan,

analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni, pelatihan dan

supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya); (5)

Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun

menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap memandang penyakit

yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda (WHO, 2002).

6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global

Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia dan

binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas negara.

Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan

negara maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya epidemi global

(pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh

31
dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan

organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans

yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit menular merebak pada

skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging

diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (new emerging diseases),

seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang

komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan

pertahanan keamanan dan ekonomi (Calain, 2006; DCP2, 2008).

3. Manfaat hasil surveilens dalam pengambilan keputusan

Informasi kesehatan yang berasal dari data dasar pola penyakit sangat penting untuk

menyusun perencanaan dan untuk mengevaluasi hasil akhir dari intervensi yang

telah dilakukan. Semakin kompleksnya proses pengambilan keputusan dalam

bidang kesehatan masyarakat, memerlukan informasi yang cukup handal untuk

mendeteksi adanya perubahan-perubahan yang sistematis dan dapat dibuktikan

dengan data (angka).

Keuntungan

Keuntungan dari kegiatan surveilans epidemiologi disini dapat juga diartikan

sebagai kegunaan surveilans epidemiologi, yaitu: dapat menjelaskan pola penyakit

yang sedang berlangsung yang dapat dikaitkan dengan tindakantindakan/intervensi

kesehatan masyarakat. Dalam rangka menguraikan pola kejadian penyakit yang

sedang berlangsung, contoh kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Deteksi perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya

32
2. Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit

3. Identifikasi dan faktor risiko dan penyebab lainnya, seperi vektor yang dapat

menyebabkan sakit dikemudian hari

4. Deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi

5. Dapat melakukan monitoring kecenderungan penyakit endemis

6. Dapat mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologi penyakit,

khususnya untuk mendeteksi adanya KLB/wabah

Melalui pemahaman riwayat penyakit, dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Membantu menyusun hipotesis untuk dasar pengambilan keputusan dalam

intervensi kesehatan masyarakat

2. Membantu untuk mengidentifikasi penyakit untuk keperluan penelitian

epidemiologi

3. Mengevaluasi program-program pencegahan dan pengendalian penyakit

4. Memberikan informasi dan data dasar untuk memproyeksikan kebutuhan

pelayanan kesehatan dimasa mendatang

Data dasar sangat penting untuk menyusun perencanaan dan untuk mengevaluasi

hasil akhir intervensi yang diberikan. Dengan semakin kompleksnya pengambilan

keputusan dalam bidang kesehatan masyarakat, maka diperlukan data yang cukup

handal untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan yang sistematis dan dapat

dibuktikan dengan data (angka).

1. Dapat membantu pelaksanaan dan daya guna program pengendalian khusus

dengan membandingkan besarnya masalah sebelum dan sesudah

pelaksanaan program.

33
2. Membantu menetapkan masalah kesehatan dan prioritas sasaran program

pada tahap perencanaan program.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat prioritas masalah dalam

kegiatan surveilans epidemiologi adalah:

1. Frekuensi kejadian (insidensi, prevalensi dan mortalitas);

2. Kegawatan/ Severity (CFR, hospitalization rate, angka kecacatan);

3. Biaya (biaya langsung dan tidak langsung);

4. Dapat dicegah (preventability);

5. Dapat dikomunikasikan (communicability);

6. f. Public interest

7. Mengidentifikasi kelompok risiko tinggi menurut umur, pekerjaan, tempat

tinggal dimana masalah kesehatan sering terjadi dan variasi terjadinya dari

waktu ke waktu (musiman, dari tahun ke tahun), dan cara serta dinamika

penularan penyakit menular.

4. Evaluasi Hasil Surveilans

Evaluasi hasil Surveilans dapat dilakukan dengan menggunakan lima


pendekatan berdasarkan penilaian dari suatu sistem surveilans, dapat dilakukan
penilaian terhadap sifat utama dari suatu sistem surveilans yang meliputi:
(Masriadi, 2012)
a. Kemudahan (Simplicity)
Simplicity yang dimaksud adalah struktur yang sederhana dan mudah
dioperasikan, tetapi tetap dapat mencapai objektif; pihak yang terlibat dalam sistem
bersedia memberikan data dan memonitor sistem; serta data yang relevan untuk
surveilans harus dapat diperoleh dengan mudah.
b. Flexibility/Acceptability

34
Flexibility/Acceptability yang dimaksud adalah dapat menyesuaikan diri
terhadap perubahan informasi yang dibutuhkan di lapangan, dapat diterapkan pada
keadaan penyakit yang baru dengan perubahan definisi kasus dan sumber
pelaporan; serta mampu menjaga penerimaan dan komitmen pihak yang terlibat
dalam sistem surveilans.
c. Akurat (Sensitivity)
Sensitivity/akurasi yang dimaksud adalah kemampuan suatu sistem surveilans
untuk mendeteksi semua insidensi penyakit dan bukan penyakit yang sesungguhnya
dalam populasi, mampu meramalkan kecenderungan akan terjadinya atau tidak
terjadinya insidensi penyakit yang akan datang dan keakurasian dipengaruhi oleh
infrastruktur laboratorium dan kemampuan petugas.
d. Keterwakilan (Representativeness)
Representativeness yang dimaksud adalah mampu menguraikan dengan tepat
kejadian peristiwa kesehatan sepanjang waktu dan memperhatikan keterwakilan
dan kelengkapan data survailans.
e. Ketepatan waktu (Timeliness)
Cara yang dilakukan dalam meningkatkan ketepatan waktu, yaitu analisis
sedekat mungkin dengan pelapor data primer; lembagakan pelaporan wajib untuk
sejumlah penyakit tertentu; ikut sertakan sektor swasta melalui peraturan
perundangan; lakukan fasilitasi agar keputusan diambil dengan cepat berdasarkan
hasil analisis dan penentuan prioritas; implementasikan sistem umpan balik yang
teratur dan segera. Pelaksanaan sistem surveilans yang baik minimal dapat
menjawab ketiga pertanyaan, yaitu: who, dapat mendeteksi siapa yang terganggu
kesehatannya; why, dapat mendeteksi mengapa terganggu kesehatannya; dan how,
dapat memberikan solusi alternatif bagaimana mengatasi gangguan kesehatan.

VII. Daftar Pustaka

1. Amiruddin, Ridwan (2012). Surveilans Kesehatan Masyarakat. IPB


Press.Bogor.

35
2. Amiruddin. Ridwan. 2011. Epidemiologi Perencanaan dan Pelayanan
Kesehatan. Makassar. Masagena press. Jogjakarta.
3. Amon J.; Brown T.; Hogle J.; Macneil J.; Magnani R.; Mills S.;Pisani E.;
Rehle T.; Saidel T. 2000 Behavioral Surveillance Surveys (BSS) :
Guidelines for repeated behavioral surveys
4. Bensimon CM, Upshur REG (2007). Evidence and effectiveness in
decisionmaking for quarantine. Am J Public Health; 97: S44-48.
5. Centers for Disease Control and Prevention. 2000. Monitoring hospital-
acquired infections to promote patient safetyUnited States, 1990-1999.
MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 49(RR-8):149-53.
6. DCP2 (2008). Public health surveillance. The best weapon to avert
epidemics. Disease Control
7. Erme MA, Quade TC (2010). Epidemiologic surveillance. Enote.
http://www.enotes.com/public-health/epidemiologic-surveillance.
Diakses 24 Agustus 2014.
8. Giesecke J (2002). Modern infectious disease epidemiology. London:
Arnold.
9. Halperin, W, Baker, E, 1992. Public health surveilans. New York: Van
Nostrand Reinhold.

10. JHU (=Johns Hopkins University) (2006). Disaster epidemiology.


Baltimore, MD: The Johns Hopkins and IFRC Public Health Guide for
Emergencies.
11. Journal of Urban Health: Bulletin of the New York Academy of Medicine,
80 (Suppl 1): i107- i114 (1).
12. Last, JM (2001). A dictionary of epidemiology. New York: Oxford
University Press, Inc.
13. Mandl KD, Overhage M, Wagner MM, Lober WB, Sebastiani P, Mostahari
F, Pavlin JA, Gesteland PH,
14. Masriadi, 2012. Model Sistem Surveilans TB Paru Kepulauan. Yogyakarta:
Pustaka Timur.

36
15. McNabb SJN, Chungong S, Ryan M, Wuhib T, Nsubuga P, Alemu W,
Karande-Kulis V, Rodier G (2002).Conceptual framework of public health
surveillance and action and its application in health sector reform. BMC
Public Health, 2:2 http://www.biomedcentral. Com
16. Murti, Bisma (2010), Surveilan Kesehatan masyarakat
17. Pavlin JA (2003). Investigation of disease outbreaks detected by
syndromic surveillance systems.
18. Thacker, S, B, 2000. Historical development, in principal and practice of
public health surveillance. 2nd ed. London: Oxford University Press.
19. Thacker, S. B, dan Birkhead, G. S, 2002. Surveillance, in field
epidemiology. London: Oxford University Press.
20. Treadwell T, Koski E, Hutwagner L, Buckeridge DL , Aller RD, Grannis S
(2004). Implementing syndromic surveillance: A practical guide informed
by the early experience. J Am Med Inform Assoc., 11:141150.

VIII. Lembar Penugasan

1. Kelas di bagi menjadi 3 kelompok dengan kegiatan

1. Diskusi pelaksanaan surveilan; data collecting, data compilasi, data

analysis, data interpretasi dan disseminasi data HIV dan AIDS di

Indonesia

2. Menjelaskan epidemiologi HIV dan AIDS di Indonesia berdasarkan

karakteristik data HIV dan AIDS di Indonesia tahun 2012 (IV.3)

3. Merumuskan manfaat surveilans HIV dan AIDS berdasarkan data yang

telah di analisis.

2. Kegiatan Praktik Lapangan untuk dimaksudkan untuk memberikan

kesan dan pengalaman bagi mahasisw tentang bagaimana pelaksanaan

surveilans di unit Pelayanan kesehatan (PKM, RS, LSM), meliputi:

37
1. Bagaimana epidemiologi penyakit tersebut (distribusi kasus menurut

variable orang (;mis.umur, jenis kelamin,), variable waktu

(kecenderungan kasus dari waktu ke waktu) dan variael tempat di tempat

praktek (unit layanan kesehatan).

2. Bagaimana pelaksanaan surveilans di unit layanan yang dikunjungi.

3. Bagaimana kelengkapan dan validitas laporan kasus

3. Merencanakan program pencegahan berdasarkan hasil analisis data

surveilans.

4. Rencana Aksi Penanggulangan

IX. Contoh Format Laporan Praktek Surveilans

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

2. Rumusan masalah

3. Tujuan Praktek Surveilans

a. Mengestimasi kuantitatif besarnya masalah kesehatan masyarakat

k. Mengetahui Potret riwayat alamiah penyakit

l. Mengembangkan definisi kasus penyakit

m. Mendeteksi epidemik

n. Menganisilis distribusi penyebaran penyakit

o. Menganisilis determinan penyebaran

p. Menganalisis pencegahan dan penanggulangan penyakit

q. Memantau perubahan dalam agent infeksius

38
r. Mendeteksi perubahan dalam praktek kesehatan

s. Perencanaan data membantu petugas kesehatan merencanakan aktivitas

pelayanan yang tepat, control dan pencegahan untuk populasi yang baru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Surveilans

2. Penyakit yang dilakukan surveilans

3. Pelaksanaan surveilans penyakit secara umum

4. Pelaksanaan surveilans penyakit di instansi penelitian

5. Pelaksanaan surveilans penyakit ..di instansi penelitian

BAB III SISTEM PENGUMPULAN DATA

1. Metode pengumpulan data

2. Sistem dan tujuan pengumpulan data

3. Waktu praktek yang tepat

6. Instrumen pengumpulan data

7. Pengolahan data

a. Table

b. Grafik

c. GIS

4. Analisis dan Interpretasi Data Survei!ans

5. Diseminasi Hasil Surveilans

6. Feecback

7. Metode Evaluasi

39
BAB IV HASIL PRAKTEK SURVEILANS

BAB V Tindakan Pencegahan dan Penanggulangan (Intervensi)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

40
MODUL PRAKTEK SURVEILANS

PENYUSUN

Dr. H. drg. MASRIADI., S.KM., S.Pd.I., S,Kg., M.Kes., M.H

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TAMALATEA

MAKASSAR

2017

41
Daftar isi

I. Penjelasan singkat tentang surveilans

II. Tujuan Praktek surveilans

III. Peenjelasan Praktek Surveilans

IV. Bahan Diskusi

V. Langkah-langkah persentasi hasil praktek surveilans

VI. Uraian materi

1. Tujuh elemen dalam praktek surveilans

2. Metode surveilans.

3. Manfaat hasil surveilens dalam pengambilan keputusan

4. Evaluasi hasil surveilans

VII. Daftar Pustaka

VIII. Lembaran Penugasan

IX. Contoh format laporan hasil praktek surveilans

42

Anda mungkin juga menyukai