A. Pengertian
epidemiologi hakikatnya sama saja, sebab menggunakan metode yang sama, dan
mengendalikan penyakit.
1
diartikan secara sangat sempit dengan penerapan yang sangat sempit pula.
Surveilans epidemiologi seakan-akan hanya diperlukan untuk menangani
pencatatan dan pelaporan penyakit. Ada anggapan bahwa surveilans epidemiologi
hanya diperlukan atau digunakan pada saat berhadapan dengan masalah wabah,
KLB atau hal yang berhubungan dengan kejadian penyakit menular di suatu tempat
pada suatu kurun waktu tertentu dan mengancam sekelompok masyarakat tertentu
pula (Thacker, 2000). Surveilans epidemiologi digunakan untuk mengamati laporan
rutin mengenai penyakit menular, melakukan analisis kecendrungan dan
menyebarluaskan hasilnya.
Perkembangan berbagai disiplin ilmu termasuk didalamnya epidemiologi
cenderung menyesuaikan dengan tuntutan zaman, contoh telah berkembang
epidemiologi penyakit menular, epidemiologi lingkungan, epidemiologi gizi dan
lain sebagainya (Halperin and Baker, 1992). Thacker (2002) menjelaskan bahwa
sistem surveilans dianalogikan dengan suatu sistem syaraf yang mempunyai tangan
aferen guna menerima informasi, badan sel guna menganalisis data, dan tangan
aferen untuk mengambil tindakan tetap.
Pengertian surveilans epidemiologi (Thacker, 2002; Noor, 2008) merupakan
kegiatan pengumpulan dan pengamatan terus menerus, sistematis,
berkesinambungan, analisis, interpretasi data dalam proses menjelaskan dan
memonitoring peristiwa kesehatan secara aktif ataupun pasif, serta penyebaran
informasi epidemiologi.
Penjelasan tentang pola penyakit yang sedang berlangsung dapat diuraikan
distribusinya.
frekuensi kejadiannya.
2
4. Mendeteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi di masyarakat.
vaksinasi.
epidemiologi.
3
B. Langkah Pengembangan Surveilans Berbasis Masyarakat
sebagai berikut:
Persiapan
1. Persiapan Internal
a. Petugas Surveilans
(TGC) KLB. Tim tersebut bertanggung jawab merespon secara cepat dan
b. Pedoman/Petunjuk Teknis
4
Sebagai panduan kegiatan maka petugas kesehatan sangat perlu dibekali
d. Biaya
tulis untuk keperluan pengolahan dan analisis data, serta jika dianggap
2. Persiapan Eksternal
5
terdapat kelompok sosial seperti karang taruna, pramuka dan LSM dapat
Anggota Tim Surveilans Desa dapat berasal dari kader Posyandu, Juru
6
5. Membuat Perencanaan Kegiatan Surveilans
kesehatan
d. Frekuensi Pemantauan
f. Waktu pemantauan
A. Tujuan Umum
B. Tujuan Khusus
berikut:
b. Pengamatan Data
c. Pengumpulan Data
d. Pengolahan data
7
e. Analisis Data
f. Interpretasi Data
h. Feedback
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan sebagai berikut yaitu:
d. Mendeteksi epidemic
pelayanan yang tepat, control dan pencegahan untuk populasi yang baru.
8
IV. Bahan Diskusi
Agar proses persentasi dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun
1. Kegiatan Fasilitator
7. Kegiatan Peserta
9
11. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang belum
1. Kegiatan Fasilitator
singkat
4. Kegiatan Peserta
diberikan
1. Kegiatan Fasilitator
disajikan.
6. Kegiatan Peserta
10
7. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
8. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
fasilitator.
1. Kegiatan Fasilitator
daerah kerja
4. Kegiatan Peserta
b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh fasilitator
1. Kegiatan Fasilitator
pokok bahasan
11
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing masing pertanyaan
d. Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
A. Pengamatan data
terjadi di masyarakat
dari sarana pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, atau laporan
dari petugas surveilans di lapangan dan laporan dari masyarakat serta petugas
12
Unsur yang diamati untuk pengumpulan data adalah 10 Elemen Langmuir,
yaitu:
a. Data Mortalitas
b. Data Morbiditas
d. Laporan Penyakit
f. Laporan Wabah
register (pelaporan) biasa. Karakter itu antara lain: Data dilaporkan secara teratur
dan up to date.
1. Data disusun menurut spasial dan proses waktu (where & when)
2. Tidak dapat mengakses distribusi kasus jika hanya tersedia data agregat
13
4. Melaksanakan riset
5. Mengidentifikasi masalah
tersebut adalah:
3. Mendeteksi epidemik
6. Pengujian hipotesis
pelayanan yang tepat, control dan pencegahan untuk populasi yang baru.
Surveillance (NETSS).
14
4. Peningkatan aplikasi konsep surveilans pada area baru praktek kesehatan
pencegahan cedera.
informasi untuk aksi. Dalam merencanakan surveilans ada tahap-tahap yang harus
1. Menetapkan tujuan
antara lain adalah: frekuensi terjadinya kasus atau peristiwa tersebut, tingkat
keparahan dari kasus tersebut, biaya untuk melakukan kegiatan surveilans baik
masyarakat umum, isu penyakit atau kasus tersebut yang muncul kemba!i, proses
15
pendukung antara lain adalah: kriteria waktu, tempat serta orang, diagnosis klinis
mendefinisikan suatu kasus ada faktor yang sangat berpengaruh yaitu tingkat
Tipe sistem pengumpulan data antara lain: sistem pencatatan vital, kumpulan
data yang ada, register-register yang ada atau survey. Sedangkan system surveilans
dibedakan menjadi 3 bagian yaitu: sistem surveilans pasif, system surveilans aktif
dan system surveilans terbatas. Sistem pasif memiliki ciri dan kegunaan antara lain:
Sedangkan kegunaan dan ciri dari system surveilans terbatas yaitu: dapat
16
C. Pengolahan Data
kasus
3. Teknik pengolahan data yg dipakai tdk menimbulkan pengertian yang salah atau
berbeda
1. ketepatan waktu
2. Sensitifitas data
D. Analisis Data
Analisis data diperlukan untuk menjamin bahwa sumber data dan proses
pengumpulan data adalah adekuat. Untuk menganalisa data surveilans kita harus
lebih canggih. Jika ada data yang bias maka data tersebut tidak usah digunakan.
17
Analisis data menurut waktu yaitu dengan membandingkan jumlah kasus yang
diterima selama interval waktu tertentu dan membandingkan jumlah kasus selama
periode waktu sekarang dengan jumlah yang dilaporkan selama interval waktu yang
canggih.
Analisis menurut orang yaitu dengan menggunakan data umur; gender; ras
Semua data orang tersebut dibutuhkan untuk dapat mengetahui sebab kasus terjadi.
1. Analisis deskriptif
Uraian/penjelasan.
1). Orang meliputi urnur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan etnik.
18
2). Waktu: Analisis data menurut waktu akan memberikan pola analisis seperti
2. Analisis analitik
Analisis analitik dilakukan dengan cara uji komparasi, korelasi, dan regresi.
berbeda. Uji korelasi untuk membuktikan keterkaitan antara satu variabel dengan
variabel lainnya. Uji regresi untuk membuktikan pengaruh suatu variabel (kondisi)
Tahap-tahapnya meliputi:
sebagai berikut.
1. Teks
2. Tabel
19
tabulasi silang digunakan untuk melihat adanya hubungan antara 2 variabel
3. Grafik
Grafik membantu pembaca mengerti dengan cepat perbedaan yang ada pada
horizontal.
b. Histogram
c. Poligon frekuensi
20
e. Grafik garis (line diagram)
E. Interpretasi data
adalah melakukan interpretasi dari data yang telah dialisis, sehingga menghasilakan
1). Kecenderungan
Misalnya kecenderungan dari data surveilans, data bulanan kejadian sakit, data
2). Perbandingan
kejadian dengan kejadian yang lain pada suatu populasi atau populasi berbeda.
waktu pada populasi yang sama, atau berdasarkan populasi yang berbeda.
21
Diseminasi adalah proses salah satu cara melalui informasi yang disampaikan
dari satu titik ke titik lain. Penyampaian informasi dibutuhkan komunikasi yang
baik atara si pemberi informasi dan si penerima informasi. Adapun sasaran, tujuan,
kebijakan.
4. Metode: tertulis dan deseminasi laporan, verbal dalam rapat, media cetak dan
elektronik.
untuk seminar dan pertemuan dan memanfaatkan media internet yg setiap saat
22
4. Memasarkan pesan bagaimana pesan seharusnya dinyatakan: dengan
menggunakan format grafik dan peragaan visual lainnya (harus jelas dan
5. Menilai dampak apa dampak dari pesan yang dibuat: apakah informasi
informasi (evaluasi proses) dan apakah informasi itu mempunyai efek yang
(evaluasi dampak).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam diseminasi data kita
1. Media
2. Audiens
3. Respons
4. Penilaian
5. Proses.
Umpan balik diberikan kepada unit yang menjadi sumber data yang
berupa koreksi laporan atau ringkasan informasi. Umpan balik dilakukan guna
dan ketepatan waktu serta analisis terhadap laporan. Frekuensi umpan balik pada
23
umpan balik: ringkasan informasi atau korektif laporan yg dikirimkan instansi
pemberi laporan
2. Metode surveilans
secara konseptual antara kegiatan surveilans epidemiologi penyakit akut dan kronis:
Surveilans epidemiologi ini dilakukan pada suatu wilayah administrasi atau pada
terhadap data yang dikumpulkan mengenai kejadian kesakitan atau kematian, dapat
musim atau periode waktu tertentu, mengetahui daerah geografis dimana jumlah
menurut umur, jenis kelamin, ras, agama, status sosial ekonomi serta pekerjaan.
24
Karakteristik Umum Surveilans Surveilans Epidemiologi
Akut
beban penyakit
Mengarahkan
dan
evaluasi program
pengendalian dan
pencegahan penyakit
sakit, registrasi
penduduk, dsb
25
Penyebarluasan Rutin, frekuensinya Lebih sering Relatif lebih jarang
Saat ini penderita penyakit menular yang dirawat d rumah sakit jumlahnya masih
cukup besar. Suatu keadaan khusus dimana faktor lingkungan, secara bermakna
tekhnik surveilans termasuk kontrol penyakit pada rumah sakit rujukan pada tingkat
propinsi dan regional memerlukan perlakuan tersendiri. Pada rumah sakit tersebut,
Selain itu, rumah sakit mungkin dapat menjadi tempat berkembangbiaknya serta
Untuk mengatasi masalah penularan penyakit infeksi di rumah sakit maka telah
dikembangkan sistem surveilans epidemiologi yang khusus dan cukup efektif untuk
26
pasien yang dites
secara sukarela
dan rahasia.
Jenis Surveilans
Dikenal beberapa jenis surveilans: (1) Surveilans individu; (2) Surveilans penyakit;
1. Surveilans Individu
27
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individu-
individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar,
institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang
sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode
Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS 1980an dan
SARS. Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina total; (2) Karantina parsial.
Karantina total membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit
menular selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak
sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara yang ditugaskan
pada pos tertentu dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap bekerja. Dewasa ini
etika, moral, dan filosofi tentang legitimasi, akseptabilitas, dan efektivitas langkah-
2. Surveilans Penyakit
28
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus
serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit,
dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan
penyakit vertikal yang berlangsung paralel antara satu penyakit dengan penyakit
mengakibatkan inefisiensi.
3. Surveilans Sindromik
seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat
regional, maupun nasional. Sebagai contoh, Centers for Disease Control and
29
Prevention (CDC) menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala nasional
laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam surveilans tersebut, para dokter yang
(demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang
jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan
jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor
aneka penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks,
sehingga dapat memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrumen
untuk memonitor krisis yang tengah berlangsung (Mandl et al., 2004; Sloan et al.,
2006). Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari
Pelaporan sampel melalui sistem surveilans sentinel merupakan cara yang baik
penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan
segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari
30
5. Surveilans Terpadu
analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni, pelatihan dan
negara maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya epidemi global
31
dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan
yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit menular merebak pada
seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang
Informasi kesehatan yang berasal dari data dasar pola penyakit sangat penting untuk
menyusun perencanaan dan untuk mengevaluasi hasil akhir dari intervensi yang
Keuntungan
32
2. Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit
3. Identifikasi dan faktor risiko dan penyebab lainnya, seperi vektor yang dapat
epidemiologi
Data dasar sangat penting untuk menyusun perencanaan dan untuk mengevaluasi
keputusan dalam bidang kesehatan masyarakat, maka diperlukan data yang cukup
pelaksanaan program.
33
2. Membantu menetapkan masalah kesehatan dan prioritas sasaran program
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat prioritas masalah dalam
6. f. Public interest
tinggal dimana masalah kesehatan sering terjadi dan variasi terjadinya dari
waktu ke waktu (musiman, dari tahun ke tahun), dan cara serta dinamika
34
Flexibility/Acceptability yang dimaksud adalah dapat menyesuaikan diri
terhadap perubahan informasi yang dibutuhkan di lapangan, dapat diterapkan pada
keadaan penyakit yang baru dengan perubahan definisi kasus dan sumber
pelaporan; serta mampu menjaga penerimaan dan komitmen pihak yang terlibat
dalam sistem surveilans.
c. Akurat (Sensitivity)
Sensitivity/akurasi yang dimaksud adalah kemampuan suatu sistem surveilans
untuk mendeteksi semua insidensi penyakit dan bukan penyakit yang sesungguhnya
dalam populasi, mampu meramalkan kecenderungan akan terjadinya atau tidak
terjadinya insidensi penyakit yang akan datang dan keakurasian dipengaruhi oleh
infrastruktur laboratorium dan kemampuan petugas.
d. Keterwakilan (Representativeness)
Representativeness yang dimaksud adalah mampu menguraikan dengan tepat
kejadian peristiwa kesehatan sepanjang waktu dan memperhatikan keterwakilan
dan kelengkapan data survailans.
e. Ketepatan waktu (Timeliness)
Cara yang dilakukan dalam meningkatkan ketepatan waktu, yaitu analisis
sedekat mungkin dengan pelapor data primer; lembagakan pelaporan wajib untuk
sejumlah penyakit tertentu; ikut sertakan sektor swasta melalui peraturan
perundangan; lakukan fasilitasi agar keputusan diambil dengan cepat berdasarkan
hasil analisis dan penentuan prioritas; implementasikan sistem umpan balik yang
teratur dan segera. Pelaksanaan sistem surveilans yang baik minimal dapat
menjawab ketiga pertanyaan, yaitu: who, dapat mendeteksi siapa yang terganggu
kesehatannya; why, dapat mendeteksi mengapa terganggu kesehatannya; dan how,
dapat memberikan solusi alternatif bagaimana mengatasi gangguan kesehatan.
35
2. Amiruddin. Ridwan. 2011. Epidemiologi Perencanaan dan Pelayanan
Kesehatan. Makassar. Masagena press. Jogjakarta.
3. Amon J.; Brown T.; Hogle J.; Macneil J.; Magnani R.; Mills S.;Pisani E.;
Rehle T.; Saidel T. 2000 Behavioral Surveillance Surveys (BSS) :
Guidelines for repeated behavioral surveys
4. Bensimon CM, Upshur REG (2007). Evidence and effectiveness in
decisionmaking for quarantine. Am J Public Health; 97: S44-48.
5. Centers for Disease Control and Prevention. 2000. Monitoring hospital-
acquired infections to promote patient safetyUnited States, 1990-1999.
MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 49(RR-8):149-53.
6. DCP2 (2008). Public health surveillance. The best weapon to avert
epidemics. Disease Control
7. Erme MA, Quade TC (2010). Epidemiologic surveillance. Enote.
http://www.enotes.com/public-health/epidemiologic-surveillance.
Diakses 24 Agustus 2014.
8. Giesecke J (2002). Modern infectious disease epidemiology. London:
Arnold.
9. Halperin, W, Baker, E, 1992. Public health surveilans. New York: Van
Nostrand Reinhold.
36
15. McNabb SJN, Chungong S, Ryan M, Wuhib T, Nsubuga P, Alemu W,
Karande-Kulis V, Rodier G (2002).Conceptual framework of public health
surveillance and action and its application in health sector reform. BMC
Public Health, 2:2 http://www.biomedcentral. Com
16. Murti, Bisma (2010), Surveilan Kesehatan masyarakat
17. Pavlin JA (2003). Investigation of disease outbreaks detected by
syndromic surveillance systems.
18. Thacker, S, B, 2000. Historical development, in principal and practice of
public health surveillance. 2nd ed. London: Oxford University Press.
19. Thacker, S. B, dan Birkhead, G. S, 2002. Surveillance, in field
epidemiology. London: Oxford University Press.
20. Treadwell T, Koski E, Hutwagner L, Buckeridge DL , Aller RD, Grannis S
(2004). Implementing syndromic surveillance: A practical guide informed
by the early experience. J Am Med Inform Assoc., 11:141150.
Indonesia
telah di analisis.
37
1. Bagaimana epidemiologi penyakit tersebut (distribusi kasus menurut
surveilans.
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan masalah
m. Mendeteksi epidemik
38
r. Mendeteksi perubahan dalam praktek kesehatan
pelayanan yang tepat, control dan pencegahan untuk populasi yang baru.
1. Surveilans
7. Pengolahan data
a. Table
b. Grafik
c. GIS
6. Feecback
7. Metode Evaluasi
39
BAB IV HASIL PRAKTEK SURVEILANS
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
40
MODUL PRAKTEK SURVEILANS
PENYUSUN
MAKASSAR
2017
41
Daftar isi
2. Metode surveilans.
42