Anda di halaman 1dari 9

PARADIGMA PERKEMBANGAN IPTEK

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Islam Interdisipliner yang diampu
oleh dosen Siti Majidah, Lc.,M.A.

Disusun oleh:

BIMBINGAN DAN KOSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunianya penulis
dapat menyelesaikan makalah berjudul “Paradigma Perkembangan IPTEK” tepat pada
waktunya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai acuan, pengetahuan, maupun materi
penunjang.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi kekuatan,
kemampuan, dan kemudahan dalam menyusun makalah ini. Terimakasih pula kepada dosen
pengampu mata kuliah Islam Interdisipliner ibu Siti Majidah, Lc.,M.A., keluarga, dan teman-
teman yang penulis tidak dapat tulis satu per satu yang selalu membantu dan mendukung penulis
dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu penulis memohon kritik dan sarannya untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan
agar makalah ini bisa lebih baik lagi. Penulis juga mohon maaf apabila dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan yang membuat makalah ini menjadi tidak sempurna.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Seiring dengan perkembangan zaman yang saja terus berkembang membuat adanya
perubahan di setiap tahapannya baik yang dapat di lihat dan di nikamati langsung maupun
tidak langsung, banyaknya penemuan yang dapat berguna bagi manusia baik pada zaman
penemuan itu di peraktekkan pertama kali hingga sampai sekarang ini masih bisa di nikmati
oleh kita semua. Perubahan dan perkembangan tersebut tidak hanya dalam bidang
penemuan saja, perubahan dan perkembangan tersebut juga terjadi dalam bidang
Pendidikan, politik, ekonomi, dan budaya saja, perkembangan tersebut juga terjadi pada
ilmu pengetahuan teknologi. Namun dalam perkembangan iptek sendiri memiliki dampak
negatif dimana dalam perkembangannya ini banyak sekali terjadi kerusakan ekosistem,
pencemaran lingkungan dan lain sebagainya. Hanya saja tidak sedikit juga dampak positif
dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di satu sisi memang
berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana
modern industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat.
Dalam hal ini juga perpengaruh dengan potensi dan sumber daya manusia, apabila
SDM yang tersedia tidak memiliki potensi dan skil yang baik maka akan terkalahkan oleh
mesin dan robat yang di buat untuk mengantikan tenaga kerja manusia dan mengakibatkan
banyaknya pengangguran karena tidak memiliki keahlian tersebut.
Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk
ditengok kembali. Dapatkah agama memberi tuntunan agar kita memperoleh dampak iptek
yang positif saja, seraya mengeliminasi dampak negatifnya semiminal mungkin. Pada
dasarnya peran agama dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada dua. Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang
seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang (Zuhdi,
2015). Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan
pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan (Ilmi, 2012). Ini bukan berarti
menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi
standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah
Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak
dan tidak boleh diamalkan. Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam)
sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari (Ainiyah, 2013).
Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan
iptek modern membuat orang lalu mengagumi dan meniru-niru gaya hidup peradaban barat
tanpa dibarengi sikap kritis trhadap segala dampak negatif yang diakibatkanya (Zahro,
2015). Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah kepada Allah SWT.
Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT seperti sholat, puasa, dan menuntut
ilmu.
Seharusnya dalam pradigma yang adanya manusia harus tetap berpeggan pada Al-
Quran yang merupakan kitab yang sangat berpengaruh begitu luas dan mendalam terhadap
jiwa dan tindakan manusia. Ia merupakan dokumen penting dalam historis yang
merefleksikan situasi sosial, ekonomi, keagamaan dan politik. Secara bersamaan ia menjadi
kitab petunjuk (hudan) QS 2:2 dan tata aturan tindakan bagi berjuta-juta manusia hidup di
bawah naungannya, dan mereka mencari makna kehidupan mereka di dalamnya.
Dari bebrapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kita sebagaimana telah
disebutkan bahwa kita merupakan khalifah yang berpengetahuan serta berteknologi modern
seharusnya menjaga dan merawat bukan merusak hal yang ada dibUmi ini agar tidak
terjanya kerusakan alam dan ekosistemnya memanfaatkan secara wajar dan perlunya, hal ini
di lakukan agar tidak punah dan tetap terga kelestariannya, sehingga tetap dapat dinikmati
oleh anak, cucuk kita kelak. Dengan ada berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
ini semoga membuat kita semakin taat dalam beribadah kepada Allah SWT.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa peran manusia dalam mengembangkan potensinya dalam iptek?
2. Apa peran al quran dalam pradigma perkembangan iptek?
3. Apa saja bukti ilmiah al quran dalam mendahului iptek dalam bidang sains?
C. MANFAAT
1. Dapat mengembangakan potensi manusia sesuai dengan yang ada di al quran
2. Dapat mengenal dan mengetahui adanya bukti nyata ilmiah al quran dalam iptek
3. Mengatahui peran al quran dalam pradigma perkembangan iptek
BAB II
PEMBAHASAN
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Sapada, A. O., & Arsyam, M. (2020). Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Menurut Pandangan
Islam.
Ilmi, Z. (2012). Islam Sebagai Landasan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan
Teknologi. LENTERA, 14(1 JUNI).
Hakim, F. (2017). PERGESERAN DAN PERUBAHAN MAKNA KATA ٌ‫ َسيَّا َرة‬DALAM AL-
QURAN. Tazkiya, 18(01), 1-12.

Anda mungkin juga menyukai