Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga
saya bisa menyelesaikan makalah ini.

Saya mengharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam mempelajari agama
Islam terutama pada bidang studi pendidikan agama Islam. Dan saya selaku penulis menyadari
masih banyak kekurangan yang ada pada makalah kami ini.

Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca khususnya pada
Dosen Bidang Studi ini. Demi kesempurnaan dalam membuat makalah (karya tulis) pada waktu
mendatang. Untuk itu saya selaku penulis mengucapkan terima kasih.

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..
…………1
LATAR BELAKANG……….......
………………………………………………………………………2
IPTEK DALAM ISLAM…..
……………………………………………………………………………3
PENDAHULUAN…..
……………………………………………………………………………………4
PEMBAHASAN………………………………………...................................................................
.........5
Pengertian IPTEK dan kaitannya dengan
Islam…………………………………………………….6
Integritas pendidikan Islam terhadap
IPTEK……………………………………………………….7

(Disampaikan Pada Ceramah Jamaah Majelis Taklim Masjid Nurul Ismi Mamoa, 28 Mei 2020)
Kewajiban mencari
……………………………………………………………………………………8
Keutamaan orang yang
berilmu………………………………………………………………………9
KESIMPULAN……………………………………………………………………………..
…………..10

LATAR BELAKANG
Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sangatlah berpengaruh pada cara
serta pola hidup masyarakat sekarang ini, dimana hampir semua aspek dalamkehidupan sangat
dipengaruhi oleh adanya perkembangan IPTEK. Hal itu terbukti darisemakin banyaknya
orang yang dalam kehidupannya sehari-hari sangat bergantung padateknologi, contoh produk
dari kemajuan IPTEK yang tidak bisa lepas dari setiap orang salahsatunya televisi, handphone,
ditambah lagi internet yang sedang marak di setiap penjurudunia termasuk pelosok negeri.
Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan danteknologi sangat bermanfaat bagi
kehidupan masyarakat untuk mempermudah pekerjaanmanusia dalam kehidupan sehari-hari,
namun besarnya manfaat kemajuan IPTEK tersebutseiringan juga dengan pengaruh negatifnya
dalam semua bidang bahkan berpengaruh padaakhlak (perilaku), pola pikir/keyakinan(aqidah),
dan cara hidup manusia itu sendiri. Sehinggapada kenyataannya teknologi telah
menimbulkan keresahan dan ketakutan dikarenakankekhawatiran akan adanya
penyalahgunaan teknologi oleh orang-orang yang tidakbertanggung jawab.Melihat
problematika tersebut maka kita harus mengingat kembali pada agama ataukenyakinan yang
berfungsi sebagai pondasi dimana didalamnya sudah terdapat aturan danbatasan-batasan dalam
menjalankan kehidupan, agama yang terbaik tersebut adalah agamaislam. Islam merupakan
agama yang sangat memperhatikan segala aspek kehidupan dansegalanya telah diatur sesuai
dengan perintah dari Allah SWT, termasuk pada perkembanganilmu pengetahuan dan
teknologi bukan sesuatu yang bebas nilai, ketika IPTEKdisalahgunakan maka itu
merupakan perbuatan zalim yang tidak disukai oleh Allah SWT.

IPTEK DALAM ISLAM

(Disampaikan Pada Ceramah Jamaah Majelis Taklim Masjid Nurul Ismi Mamoa, 28 Mei 2020)
Di zaman sekatrang ini, kemajuan tidak bisa dibendung lagi. Dunia semakin maju dan
semakin modern. Dengan kemajuan tersebut, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin
maju dan berkembang bahkan semakin modern. Dalam islam, ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah suatu keharusan dan harus sesuai dengan pandangan islam. Ilmu
pengetahuan dan teknologi tanpa pandangan islam, maka akan terjadi kekacauan baik
secara fisik maupun secara nonfisik.

Pendahuluan

Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa memberikan kesempatan dan kesehatan
dalam aktivitas keseharian kita. Amin
Salam dan Taslim atas Baginda Rasulullah Muhammad SAW atas segalah risalah dan
petunjuk yang telah dibawahnya.
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada dua. Pertama, menjadikan
Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki
umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang (Zuhdi, 2015). Paradigma Islam
ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi
seluruh ilmu pengetahuan (Ilmi, 2012). Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber
segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan.
Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang
yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua, menjadikan
Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam
kehidupan sehari-hari (Ainiyah, 2013). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek jika telah
dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek dan telah diharamkan oleh
Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau menghasilkan manfaat sesaat
memenuhi kebutuhan manusia (Arsyam, M. 2020).

Pembahasan

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh perdaban barat
satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai penjuru dunia (Nahadi, M.,
Sarimaya, F., & Rosdianti, S. R. 2011). Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang
dihasilkan oleh perkembangan iptek modern membuat orang lalu mengagumi dan meniru- niru
gaya hidup peradaban barat tanpa dibarengi sikap kritis trhadap segala dampak negatif yang
(Disampaikan Pada Ceramah Jamaah Majelis Taklim Masjid Nurul Ismi Mamoa, 28 Mei 2020)
diakibatkanya (Zahro, 2015). Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah
kepada Allah SWT. Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT seperti sholat, puasa,
dan menuntut ilmu. Menuntut ilmu ini hukumnya wajib. Seperti sabda Rasulullah SAW: “
menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Ilmu
adalah kehidupanya islam dan kehidupanya keimanan.
1. Pengertian iptek dan kaitannya dengan Islam

Untuk memperjelas, akan disebutkan dulu beberapa pengertian dasar. Ilmu pengetahuan
(sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui proses yang disebut
metode ilmiah (scientific method) (Aji, 2017). Sedang teknologi adalah pengetahuan dan
keterampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia seharihari.
Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas,
memperdalam, dan mengembangkan iptek
Peran Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan
standar pemanfaatan iptek (Hasibuan, 2014). Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah
Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya.
Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek
yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam.

2.Integritas pendidikan Islam terhadap IPTEK

Dalam tantangan nya dunia pendidikan banyak dihadapi dengan berbagai persoalan yang
berkaitan dengan IPTEK tak terlepas pada pendidikan Islam pula. Pertanyaannya bagaiman
pendidikan Islam mampu berkontribusi dalam perkembangan IPTEK yang semakin hari semakin
mengalami perkembangan. Sebagaimana yang disebutkan dalam karangan buku yang berjudul
Kapita Selekta Pendidikan yang dirangkum oleh Habibie mengatakan bahwa terdapat lima
prinsip yang harus dilakukan guna mencapai IPTEK yakni :

A. Melakukan Pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia (SDM) dalam bidang
IPTEK yang relevan dengan pembangunan bangsa.

(Disampaikan Pada Ceramah Jamaah Majelis Taklim Masjid Nurul Ismi Mamoa, 28 Mei 2020)
B. Mengembangkan konsep masyarakat tekhnologi dan industry serta melakukan
usaha yang serius dalam merealisasikan konsep tersebut.

C. Adanya transfer, aplikasi dan pengembangan lebih jauh dari tekhnologi yang
diarahkan pada pemecahan permasalahan yang nyata.

D. Kemandirian tekhnologi, tanpa harus bergantung ke luar negeri.

E. Perlu adanya perlindungan terhadap tekhnologi yang dikembangkan di dalam


negeri hingga mampu bersaing di arena Internasional

Maka pendidikan Islam harus mampu menyeimbangkan konsep pembelajaran dengan


IPTEK yang diberlakukan. Banyak orang yang beranggapan bahwasannya pendidikan Islam
hanya akan menghambat kemajuan IPTEK pada suatu lembaga. Mengapa sebagian orang
beranggapan demikian, karena mereka hanya memahmi bahwa pendidikan Islam yang selama ini
mereka pelajari hanya bersifat materi dan praktik saja. Lantas Ilmu pengetahuan tersebut tidak
mendukung perkembangan IPTEK. Padahal pendidikan Islam bukan sebagai alasan penghambat
kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi, juga tidak anti terhadap barang-barang produk
tekhnologi baik yang terdapat pada masa lampau, sekarang dan yang akan datang.

Selain itu, Pendidikan Islam juga harus mampu menahkodai dampak negative dari IPTEK
khususnya terhadap nilai-nilai etika, serta moral dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk itu
pendidikan Islam harus mampu menghadapi berbagai tantangan serta dampak yang di timbulkan
dari kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan cara perbaikan kembali konsepsi dan
sistemasi pendidikan yang ada. Yang mana konsep tersebut harus disetarakan dengan kehidupan
modern, berumuskan kembali konsep sosial dan ilmu pengetahuan alam, menyusun kembali
kurikulum serta mengadakan pelatihan para pendidik sehingga mereka mampu menerapkan serta
menanamkan nilai-nilai intelektual dengan menggunakan metode-metode pengajaran yang efektif
dan efisien.

Sebagaimana yang dikatakan Chabib Thoha yang berpendapat dua strategi pendidikan
islam dalam menghadapi kemajuan IPTEK, yaitu strategi global dan strategi sektoral. Strategi
(Disampaikan Pada Ceramah Jamaah Majelis Taklim Masjid Nurul Ismi Mamoa, 28 Mei 2020)
global mencakup dua pendekatan: sistematik dan proses. Pendekatan sistematik dalam bidang
pendidikan memerlukan keputusan politik karena Negara Indonesia sebagai Negara kesatuan
sehingga perlu disusun sistem nasional dalam berbagai bidang. Sedangkan pendekatan proses
sebagai peningkatan sistem pendidikan nasional melalui pendidikan yang berwawasan nilai,
maksud dari pendidikan yang berwawasan nilai adalah pendidikan yang sampai pada hakikat
ilmu dan tekhnologi. Sedangkan strategi sektoral sendiri bersifat temporal dan kondisional
dengan maksud pendekatan yang ditawarkan tidak mampu diimplementasikan pada setiap
kondisi dan waktu.

Melalui pendekatan diatas maka yang menjadikan titik ukur yang baik bagi pembaharuan
sistem pendidikan dan sebagai solusi agar pendidikan Islam mampu bersaing di era modernisasi
serta dalam kemajuan IPTEK mampu berpegang teguh pada landasan dari pendidikan Islam yaitu
Al-Qur’an dan hadist.

3. Kewajiban mencari ilmu


Pada dasarnya kita hidup didunia ini tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah.

Tentunya beribadah dan beramal harus berdasarkan ilmu yang ada di Al-Qur’an dan Al-Hadist
(Wiartha, 2017). Tidak akan tersesat bagi siapa saja yang berpegang teguh dan sungguh-sungguh
perpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadist. Disebutkan dalam hadist, bahwasanya ilmu yang
wajib dicari seorang muslim ada, sedangkan yang lainnya akan menjadi fadhlun (keutamaan).
Ketiga ilmu tersebut adalah ayatun muhkamatun (ayat-ayat Al-Qur’an yang menghukumi),
sunnatun qoimatun (sunnah dari Al-hadist yang menegakkan) dan faridhotun adilah (ilmu bagi
waris atau ilmu faroidh yang adil). Dimasa pandemi covid-19, terjadi transformasi dibidang
agama khususnya di bidang dakwah (Sainuddin, 2020). Dari transformasi inilah, maka sosial
media menjadi salah satu trand dalam mendapatkan pendidikan bagi keluarga khususnya
pendidikan agama. Dalam pendidikan agama, dakwah menjadi salah satu yang dilakukan
(Sainuddin, 2020).
Dalam sebuah hadist rasulullah bersabda, “mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, dan
orang yang meletakkan ilmu pada selain yang ahlinya bagaikan menggantungkan permata dan
emas pada babi hutan.”(HR. Ibnu Majah dan lainya)

(Disampaikan Pada Ceramah Jamaah Majelis Taklim Masjid Nurul Ismi Mamoa, 28 Mei 2020)
Juga pada hadist rasulullah yang lain,”carilah ilmu walau sampai ke negeri cina”. Dalam
hadist ini kita tidak dituntut mencari ilmu ke cina, tetapi dalam hadist ini rasulullah menyuruh
kita mencari ilmu dari berbagai penjuru dunia. Walau jauh ilmu haru tetap dikejar.
Kadang-kadang orang lupa dalam mendidik anaknya, sehingga lebih mengutamakan
ilmu-ilmu umum daripada ilmu agama (Kosim, 2015). Maka anak menjadi orang yang buta
agama dan menyepelekan kewajiban-kewajiban agamanya. Dalam hal ini orang tua perlu sekali
memberikan bekal ilmu keagamaan sebelum anaknya mempelajari ilmu-ilmu umum.
Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda, “sedekah yang paling utama adalah orang islam
yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan ilmu itu kepada orang lain.”(HR. Ibnu Majah)
Maksud hadis diatas adalah lebih utama lagi orang yang mau menuntut ilmu kemudian
ilmu itu diajarkan kepada orang lain. Inilah sedekah yang paling utama dianding sedekah harta
benda. Ini dikarenakan mengajarkan ilmu, khususnya ilmu agama, berarti menenan amal yang
muta’adi (dapat berkembang) yang manfaatnya bukan hanya dikenyam orang yang diajarkan itu
sendiri, tetapi dapat dinikmati orang lain.
4. Keutamaan orang yang berilmu

Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah dan
masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai gelaran mulia dan terhormat
yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di sisi Allah SWT
(Andriani, 2016).
Dalam surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT berfirman: "Allah menyatakan bahwasanya tidak
ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat
dan orang- orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan
melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". Dalam ayat
ini ditegaskan pada golongan orang berilmu bahwa mereka amat istimewa di sisi Allah SWT .
Mereka diangkat sejajar dengan para malaikat yang menjadi saksi Keesaan Allah SWT.
Peringatan Allah dan Rasul-Nya sangat keras terhadap kalangan yang menyembunyikan
kebenaran/ilmu, sebagaimana firman-Nya: "Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan
apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah
Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati

Allah dan dilaknati pula oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati." (Al-Baqarah: 159)

(Disampaikan Pada Ceramah Jamaah Majelis Taklim Masjid Nurul Ismi Mamoa, 28 Mei 2020)
Kesimpulan

Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas,
memperdalam, dan mengembangkan iptek.Dari uraian di atas dapat dipahami, bahwa peran Islam
yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah
Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam
sebagai standar penggunaan iptek .

DAFTAR PUSTAKA

Ainiyah, N. (2013). Pembentukan karakter melalui pendidikan agama Islam. Al-Ulum, 13(1), 25-

38.
Aji, S. D. (2017, August). Etnosains dalam membentuk kemampuan berpikir kritis dan kerja
ilmiah siswa. In Prosiding SNPF (Seminar Nasional Pendidikan Fisika) (pp. 7-11).
Andriani, A. (2016). Munculnya Lembaga Pendidikan Islam. FALASIFA: Jurnal Studi
Keislaman, 7(2), 285-298.
Arsyam, M. (2020, August 3). PENGARUH KEMAMPUAN SUPERVISIONAL KEPALA SEKOLAH
DAN PERAN KOMITE SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMA NEGERI DI KOTA
MAKASSAR. https://doi.org/10.31219/osf.io/j84ew

Hasibuan, N. (2014). Peran Islam dalam perkembangan teknologi pendidikan. LOGARITMA:


Jurnal Ilmu-ilmu Kependidikan dan Sains, 2(1), 108-126.

Ilmi, Z. (2012). Islam Sebagai Landasan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi. LENTERA, 14(1 JUNI).


Kosim, M. (2015). PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM IBN KHALDUN DAN
RELEVANSINYA DENGAN SISDIKNAS. Jurnal Tarbiyah, 22(2).
Sainuddin, I. H., S. (2020, July 19). Transformasi Dakwah di Masa Pandemi Covid-19.
https://doi.org/10.31219/osf.io/nakhy
Sainuddin, I. H., S. (2020, July 27). Dakwah di Era Sosial Media.
https://doi.org/10.31219/osf.io/2jxny
WIARTHA, H. A. P. (2017). PERAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI
AGAMA ISLAM DI DESA WINONG KALIDAWIR TULUNGAGUNG.

(Disampaikan Pada Ceramah Jamaah Majelis Taklim Masjid Nurul Ismi Mamoa, 28 Mei 2020)
Zahroh, L. (2015). Integrasi iman dan ilmu pengetahuan dalam pendidikan Islam (kajian QS
AlMujadalah ayat 11, QS Al-Taubah ayat 122, dan QS Al-Isra ayat 36) (Doctoral
dissertation, UIN Walisongo).
Zuhdi, M. H. (2015). PARADIGMA FIQH AL-BI’AH BERBASIS KECERDASAN
NATURALIS: TAWARAN HUKUM ISLAM TERHADAP KRISIS EKOLOGI. Al-
'Adalah, 12(2), 771-784.

(Disampaikan Pada Ceramah Jamaah Majelis Taklim Masjid Nurul Ismi Mamoa, 28 Mei 2020)

Anda mungkin juga menyukai