Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH AGAMA

Tentang:

SIKAP MUSLIM TERHADAP PERKEMBNGAN IPTEK

Disusun oleh :

1. WANDA HENY A. 18.O.P.221


2. WULANDEKA AYU A. 18.O.P.222
3. YOSSI PRASTICA 18.O.P.223
4. SOFYAH NURUL H 18.O.P.224

PROGRAM STUDY : S1 KEPERAWATAN SEMESTER 1


STIKES MITRA HUSADA KARANGANYAR TAHUN AJARAN
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan
Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang seharusnya
dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Paradigma Islam ini
menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi
seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala
macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka
ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang
yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua, menjadikan
Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam
kehidupan sehari-hari.

Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar
manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini
mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram
(hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan
oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek dan telah diharamkan oleh Syariah,
maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat
untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh perdaban barat
satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai penjuru dunia.
Kesejahteraan dan kemakmuran material yang dihasilkan oleh perkembangan iptek modern
membuat orang lalu mengagumi dan meniru- niru gaya hidup peradaban barat tanpa
dibarengi sikap kritis trhadap segala dampak negatif yang diakibatkanya.

1. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:

1. Apa Pengertian IPTEK


2. Bagaimana Pandangan Islam tentang IPTEK?
3. Pentingkah umat beragama mengikuti perkembangan IPTEK ?

1. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:

1. Untuk memahami pandangan islam tentang IPTEK.


2. Untuk memehami tentang Pentingnya Umat Beragama Mengikuti IPTEK.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian IPTEK

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yg tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Ilmu adl sumber teknologi yg mampu memberikan kemungkinan munculnya
berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknoogi adl terapan atau aplikasi dari ilmu
yg dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yg lbh canggih dan dapat mendorong manusia utk
berkembang lbh maju lagi. Sebagai umat Islam kita harus menyadari bahwa dasar-dasar
filosofis utk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran
sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan
dan teknologi.

Seperi kita ketahui, teknologi kini telah merembet dalam kehidupan kebanyakan manusia
bahkan dari kalangan atas hingga menengah kebawah sekalipun. Dimana upaya tersebut
merupakan cara atau jalan di dalam mewudkan kesejahteraan dan meningkatkan harkat dan
martabat manusia. Atas dasar kreatifitas, akalnya, manusia mengembangkan iptek dalam
rangka untuk mengolah SDA yang di berikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dimana dalam
pengembangan iptek harus didasari terhadap moral dan kemanusiaan yang adil dan beradab,
agar semua masyarakat mengecam IPTEK  secara merata. Disatu sisi telah terjadi
perkembangan yang sangat baik sekali di aspek telekomunikasi, namun oelaksanaan
pembangunan IPTEK masih belum merata.

Masih banyak masyarakat kurang mampuyang putus harapannya untuk mendapatkan


pengetahuan dan teknologi. Hal itu dikarenakan tingginy biaya pendidikan yang harus
mereka tanggung. Makadari itu pemerintah perlu menyikapi dan menanggapi masalah-
masalah tersebut, agar peranan IPTEK dapat bertujuan untuk meningkatkan SDM yang ada.
Perkrmbangan IPTEK disamping bermanfaat untukkemajuan hidup Indonesia juga
memberikan dampak negatif. Hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan IPTEK untuk
menekan dampaknya seminimal mungkin antara lain:

1. Menjaga keserasian dan keseimbangan dengan lingkungan setempat.


2. Teknologi yang akan diterapkan hendaknya betul-betul dapat mencegah timbulnya
permasalahan di tempat itu.
3. Memanfaatkan seoptimal mungkin segala sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang ada.

Dengan perkembangan dan kemajuan zaman dengan sendirinya pemanfaatan dan


penguatan iptek mutlak diperlukan untuk mencapaikesejahteraan bangsa. Visi dan Misi iptek
dirumuskan sebagai paduan untuk mengoptimalkan setiap sumber daya iptek yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia.Undang-undang No.18 Tahun2002 tentang Sistem Nasional Penelitiha,
Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang yelah berlaku sejak 29
Juli 2002, merupakan penjabaran dari visi dan misi Iptek sebagaimana termaksud dalam
UUD 1945 Amandemen pasal 31 ayat 5, agar dapat dilaksanakan oleh pemerintah beserta
seluruh rakyat dengan sebaik baiknya. Selain itu pula perkembangan iptek di berbagai bidang
di tengah perkembangan zaman yang semakin pesat semestinya dapat meningkatkan kualitas
SDM di tengah bermunculannya dampak negatif dari adanya perkembangan iptek, sehingga
diperlukan pemikiran yang serius dan mantap dalam menghadapi permasalahan dalam
penemuan-penemuan baru tersebut.

1. Pandangan Islam Tentang IPTEK

            Setiap manusia diberikan hidayah dari Allah swt berupa “alat” untuk mencapai dan
membuka kebenaran. Hidayah tersebut adalah (1) indera, untuk menangkap kebenaran fisik,
(2) naluri, untuk mempertahankan hidup dan kelangsungan hidup manusia secara pribadi
maupun sosial, (3) pikiran dan atau kemampuan rasional yang mampu mengembangkan
kemampuan tiga jenis pengetahuan akali (pengetahuan biasa, ilmiah dan filsafi). Akal juga
merupakan penghantar untuk menuju kebenaran tertinggi, (4) imajinasi, daya khayal yang
mampu menghasilkan kreativitas dan menyempurnakan pengetahuannya, (5) hati nurani,
suatu kemampuan manusia untuk dapat menangkap kebenaran tingkah laku manusia sebagai
makhluk yang harus bermoral.

Dalam menghadapi perkembangan budaya manusia dengan perkembangan IPTEK


yang sangat pesat, dirasakan perlunya mencari keterkaitan antara sistem nilai dan norma-
norma Islam dengan perkembangan tersebut. Menurut Mehdi Ghulsyani (1995), dalam
menghadapi perkembangan IPTEK ilmuwan muslim dapat dikelompokkan dalam tiga
kelompok; (1) Kelompok yang menganggap IPTEK modern bersifat netral dan berusaha
melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen dengan mencari ayat-ayat Al-Quran yang sesuai; (2)
Kelompok yang bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha juga mempelajari sejarah
dan filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-elemen yang tidak islami, (3) Kelompok yang
percaya adanya IPTEK Islam dan berusaha membangunnya. Untuk kelompok ketiga ini
memunculkan nama Al-Faruqi yang mengintrodusir istilah “islamisasi ilmu pengetahuan”.
Dalam konsep Islam pada dasarnya tidak ada pemisahan yang tegas antara ilmu agama dan
ilmu non-agama. Sebab pada dasarnya ilmu pengetahuan yang dikembangkan manusia
merupakan “jalan” untuk menemukan kebenaran Allah itu sendiri. Sehingga IPTEK menurut
Islam haruslah bermakna ibadah. Yang dikembangkan dalam budaya Islam adalah bentuk-
bentuk IPTEK yang mampu mengantarkan manusia meningkatkan derajat spiritialitas,
martabat manusia secara alamiah. Bukan IPTEK yang merusak alam semesta, bahkan
membawa manusia ketingkat yang lebih rendah martabatnya.

Dari uraian di atas “hakekat” penyikapan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari yang islami
adalah memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan martabat manusia dan
meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah swt. Kebenaran IPTEK menurut Islam adalah
sebanding dengan kemanfaatannya IPTEK itu sendiri. IPTEK akan bermanfaat apabila (1)
mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya, (2) dapat membantu umat
merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik), (3) dapat memberikan pedoman bagi sesama,
(4) dapat menyelesaikan persoalan umat. Dalam konsep Islam sesuatu hal dapat dikatakan
mengandung kebenaran apabila ia mengandung manfaat dalam arti luas.

Ada beberapa kemungkinan hubungan antara agama dan iptek:

1. Berseberangan atau bertentangan.


2. Bertentangan tapi dapat hidup berdampingan secara damai
3. Tidak bertentangan satu sama lain
4. Saling mendukung satu sama lain, agama mendasari pengembangan iptek atau iptek
mendasari penghayatan agama.
Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak. Apa yang
dianggap benar oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.
Demikian pula sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek akan
menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran agama dan pendalaman agama dapat
menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran ilmu pengetahuan. Orang yang ingin
menekuni ajaran agama akan cenderung untuk menjauhi ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dikembangkan oleh manusia. Pola hubungan pertama ini pernah terjadi di zaman
Galileio-Galilei. Ketika Galileo berpendapat bahwa bumi mengitari matahari sedangkan
gereja berpendapat bahwa matahari lah yang mengitari bumi, maka Galileo dipersalahkan dan
dikalahkan. Ia dihukum karena dianggap menyesatkan masyarakat.

Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika
kebenaran iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat disangkal
sementara keyakinan akan kebenaran agama masih kuat di hati, jalan satu-satunya adalah
menerima kebenaran keduanya dengan anggapan bahwa masing-masing mempunyai wilayah
kebenaran yang berbeda. Kebenaran agama dipisahkan sama sekali dari kebenaran ilmu
pengetahuan. Konflik antara agama dan ilmu, apabila terjadi, akan diselesaikan dengan
menganggapnya berada pada wilayah yang berbeda. Dalam pola hubungan seperti ini,
pengembangan iptek tidak dikaitkan dengan penghayatan dan pengamalan agama seseorang
karena keduanya berada pada wilayah yang berbeda. Baik secara individu maupun komunal,
pengembangan yang satu tidak mempengaruhi pengembangan yang lain. Pola hubungan
seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler yang sudah terbiasa untuk memisahkan
urusan agama dari urusan negara/masyarakat.

Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini, kebenaran ajaran
agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga tidak saling
mempengaruhi. Kendati ajaran agama tidak bertentangan dengan iptek, ajaran agama tidak
dikaitkan dengan iptek sama sekali. Dalam masyarakat di mana pola hubungan seperti ini
terjadi, penghayatan agama tidak mendorong orang untuk mengembangkan iptek dan
pengembangan iptek tidak mendorong orang untuk mendalami dan menghayati ajaran agama.
Keadaan seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler. Karena masyarakatnya sudah
terbiasa dengan pemisahan agama dan negara/masyarakat, maka. ketika agama
bersinggungan dengan ilmu, persinggungan itu tidak banyak mempunyai dampak karena
tampak terasa aneh kalau dikaitkan. Mungkin secara individu dampak itu ada, tetapi secara
komunal pola hubungan ini cenderung untuk tidak menimbulkan dampak apa-apa.

Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya pola
hubungan seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama dan ilmu
pengetahuan serta kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori, pola hubungan ini
dapat terjadi dalam tiga wujud: ajaran agama mendukung pengembangan iptek tapi
pengembangan iptek tidak mendukung ajaran agama, pengembangan iptek mendukung ajaran
agama tapi ajaran agama tidak mendukung pengembangan iptek, dan ajaran agama
mendukung pengembangan iptek dan demikian pula sebaliknya.

Dalam wujud pertama, pendalaman dan penghayatan ajaran agama akan mendukung
pengembangan iptek walau pengembangan iptek tidak akan mendorong orang untuk
mendalami ajaran agama. Sebaliknya, dalam wujud ke dua, pengembangan iptek akan
mendorong orang untuk mendalami dan menghayati ajaran agama walaupun tidak sebaliknya
terjadi. Pada wujud ke tiga, pengembangan iptek akan mendorong orang untuk lebih
mendalami dan menghayati ajaran agama dan pendalaman serta penghayatan ajaran agama
akan mendorong orang untuk mengembangkan iptek.

Adapun alasan mengapa kita harus menguasai IPTEK, terdapat tiga alasan pokok, yakni:

1. Ilmu pengetahuan yang berasal dari dunia Islam sudah diboyong oleh negara-negara
barat. Ini fakta, tidak bisa dipungkiri.
2. Negara-negara barat berupaya mencegah terjadinya pengembangan IPTEK di negara-
negara Islam. Ini fakta yang tak dapat dipungkiri.
3. Adanya upaya-upaya untuk melemahkan umat Islam dari memikirkan kemajuan
IPTEK-nya, misalnya umat Islam disodori persoalan-persoalan klasik agar umat Islam
sibuk sendiri, ramai sendiri dan akhirnya bertengkar sendiri.

1. Pentingnya Umat Beragama Mengikuti Perkembangan IPTEK

Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang disebut ilmu itu tidak hanya terbatas pada
pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) saja, melainkan ilmu oleh Allah dirumuskan
dalam lauhil mahfudz yang disampaikan kepada kita melalui Alquran dan As-Sunnah. Ilmu
Allah itu melingkupi ilmu manusia tentang alam semesta dan manusia sendiri. Jadi bila
diikuti jalan pikiran ini, maka dapatlah kita pahami, bahwa Alquran itu merupakan sumber
pengetahuan dan ilmu pengetahuan manusia (knowledge and science).

Seandainya penggunaan satu hasil teknologi telah melalaikan seseorang dari zikir dan
tafakur serta mengantarkannya kepada keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan maka ketika itu
bukan hasil teknologinya yang mesti ditolak, melainkan kita harus memperingatkan dan
mengarahkan manusia yang menggunakan teknologi itu. Jika hasil teknologi sejak semula
diduga dapat mengalihkan manusia dari jati diri dan tujuan penciptaan sejak dini pula
kehadirannya ditolak oleh islam. Karena itu menjadi suatu persoalan besar bagi martabat
manusia mengenai cara memadukan kemampuan mekanik demi penciptaan teknologi dengan
pemeliharaan nilai-nilai fitrahnya.

Kesenian Islam tidak harus berbicara tentang islam. Ia tidak harus berupa nasihat
langsung, atau anjuran berbuat kebajikan,bukan juga penampilan abstrak tentang akidah. Seni
yang islami adalah seni yang dapat menggambarkan wujud ini dengan bahasa yang indah
serta sesuai dengan cetusan fitrah. Seni islam adalah ekspresi tentang keindahan wujud dari
sisi pandangan islam tentang alam, hidup, dan manusia yang mengantar menuju pertemuan
sempurna antara kebenaran dan keindahan.

Ada 4 hal pandangan Islam dalam etos kerja yaitu: Niat (komitmen) sebagai dasar nilai
kerja, Konsep ihsan dalam bekerja, Bekerja sebagai bentuk keberadaan manusia, dan Orang
mukmin yang kuat lebih disukai.

Secara lebih spesifik, integrasi pendidikan iptek dan imtaq ini diperlukan karena empat
alasan:

Pertama, iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan
hidup umat manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Sebaliknya, tanpa asas imtaq, iptek bisa disalahgunakan pada tujuan-tujuan yang bersifat
destruktif. Iptek dapat mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Jika demikian, iptek hanya absah
secara metodologis, tetapi batil dan miskin secara maknawi.
Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah menimbulkan pola
dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik, dan hedonistik, yang sangat
berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut oleh bangsa kita.

Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan jasmani, tetapi juga
membutuhkan imtaq dan nilai-nilai sorgawi (kebutuhan spiritual). Oleh karena itu, penekanan
pada salah satunya, hanya akan menyebabkan kehidupan menjadi pincang dan berat sebelah,
dan menyalahi hikmat kebijaksanaan Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam kesatuan
jiwa raga, lahir dan bathin, dunia dan akhirat.

Keempat, imtaq menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar manusia
menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtaq, segala atribut duniawi, seperti harta,
pangkat, iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal mengantar manusia meraih
kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman dan upaya mencari ridha Allah SWT,
hanya akan menghasilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan
palsu.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Qur’an :

Artinya : “Dan orang – orang yang kafir amal – amal mereka adalah laksana fatamorgana
di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang – orang yang dahaga, tetapi bila
didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan)
Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal – amal dengan cukup
dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya”. (Q.S An-Nur : 39)

Dengan demikian integrasi iptek dan imtaq harus diupayakan dalam format yang tepat
sehingga keduanya berjalan seimbang dan dapat mengantar kita meraih kebaikan dunia dan
kebaikan akhirat seperti do’a yang setiap saat kita panjatkan kepada Allah.

َ ‫َو ِم ْنهُ ْم َم ْن يَقُو ُل َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬
‫اب‬
ِ َّ‫الن‬
‫ار‬
Artinya : “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka”. (Q.S. Al-Baqarah : 201)

Sehubungan dengan alasan yang disebutkan di atas, maka perlu dikembangkan usaha
perbaikan yang lebih mendasar terhadap pendekatan dan metode pembelajaran misalnya
usaha-usaha yang berhubungan dengan psikologi belajar, mengintensifkan program imtaq di
sekolah-sekolah salah satunya dapat dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai agama
(imtaq) ke dalam setiap mata pelajaran. Dengan kata lain model pembelajaran harus
memadukan antaraIptek dengan imtaq.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Kemajuan IPTEK merupakan tantangan yang besar bagi kita. Apakah kita sanggup atau
tidak menghadapi tantangan ini tergantung pada kesiapan pribadi masing-masing. Diantara
penyikapan terhadap kemajuan IPTEK masa terdapat tiga kelompok, yaitu: (1) Kelompok
yang menganggap IPTEK moderen bersifat netral dan berusaha melegitimasi hasil-hasil
IPTEK moderen dengan mencari ayat-ayat Al-Quran yang sesuai; (2) Kelompok yang
bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha juga mempelajari sejarah dan filsafat ilmu
agar dapat menyaring elemen-elemen yang tidak islami, (3) Kelompok yang percaya adanya
IPTEK Islam dan berusaha membangunnya.

Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas,
memperdalam, dan mengembangkan iptek. Dari uraian di atas dapat dipahami, bahwa peran
Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan
Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan
syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar
manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolak ukur umat Islam dalam
mengaplikasikan iptek.

Adapun dampak negatif maupun positif dalam perkembangan iptek, Kemajuan dalam bidang
iptek telah menimbulkan perubahan sangat cepat dalam kehidupan umat manusia. Perubahan
ini, selain sangat cepat memiliki daya jangkau yang amat luas. Hampir tidak ada segi-segi
kehidupan yang tidak tersentuh oleh perubahan. Perubahan ini pada kenyataannya telah
menimbulkan pergeseran nilai nilai dalam kehidupan umat manusia, termasuk di dalamnya
nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan.

Anda mungkin juga menyukai