Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di zaman modern ini, kehidupan manusia tidak lepas dari iptek dan seni
karena kedua hal itu dibutuhkan dalam kemajuan suatu bangsa. Segala segi
kehidupan pasti berhubungan dengan iptek dan sering dipadukan dengan seni
budaya. Tentu tujuannya adalah memudahkan aktivitas manusia agar menjadi
lebih efisien, efektif dan berkualitas. Disamping kegunaannya yang sangat
menguntungkan, terdapat pula efek negatif yang ditimbulkan iptek dan seni dunia.
Yang paling nyata adalah perubahan cara dan pola hidup masyarakat sekarang ini
yang dirasakan sudah megkhawatirkan.
Dalam aspek iptek, negara-negara barat memang dikenal dengan
kecerdasan dalam inovasi produk-produk terbaik yang menjanjikan kemudahan
dalam pemanfaatannya. Maka wajar saja bila iptek dunia dipimpin oleh peradaban
barat yang senantiasa mencengangkan banyak orang diberbagai dunia. Para
cendikiawan kita pun banyak yang dididik di barat.
Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh
perkembangan iptek modern membuat orang lalu mengagumi dan meniru-niru
gaya hidup peradaban barat tanpa dibarengi sikap kritis terhadap segala dampak
negatif yang diakibatkan.
Kita pasti menyadari, kini berbagai kalangan khususnya muda-mudi telah
sulit melepaskan diri dari kerasukan pengaruh gaya barat. Mereka bahkan sudah
keranjingan dan menggilai segala hal kebarat-baratan. Seni dan budaya kita telah
digantikan dan tergeser oleh seni budaya produk barat yang notabenya
menekankan kehidupan yang bebas tanpa ikatan agama apapundan cara hidup
hedonis, mendewakan kenikmatan badaniyah. Hasilnya, generasi yang jauh dari
Islam, menganggap Islam itu anti-modernitas, sebaliknya menganggap semua dari
barat itu keren, gaul.

 

Karena hal-hal semisal ini harus menjadi kekhawatiran bersama, karena ini
urusan umat dan bentuk kepedulian rasa sayang dengan generasi muda Muslim.
Sebagai Muslim, kita meyakini bahwa hanya dengan Islam manusia mulia dunia
akhirat dan hanya dengan Islam, Allah akan memberika ridha-Nya. Islam adalah
agama paling sempurna, acuan jawaban dari segala problematika dunia dan
mengatur segala aspek kehidupan. Untuk itu kita perlu berpegang teguh pada
tuntunan Islam. Iptek dan seni bukanlah sesuatu yang bebas nilaiya, segala sesuatu
telah diatur oleh Allah, di sinilah peran agama menjadi sangat penting. Lalu
muncul pertanyaan, bagaimana iptek dan seni budaya yang sesuai menurut syariat
Islam? Melalui makalah ini, kita akan membedah dan mengkaji lebih dalam
mengenai problematika kontenporer ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran latar belakang di atas maka yang menjadi
permasalahan adalah :
1. Bagaimana pandangan Islam terhadap perkembangan iptek dan seni?
2. Bagaimana korelasi iman, iptek dan amal dalam Islam?
3. Bagaimana kontibusi iptek dan seni dalam dakwah Islam?
4. Bagaimana taggung jawab ilmuan terhadap alam lingkugannya?

C. Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan mampu
mengimplementasikan hal berikut :
1. Konsep iptek dan seni menurut Islam.
2. Menyikapi perkembangan iptek dan seni sebagai seorang Muslim.
3. Sikap seorang beriman dan berilmu berdasarkan nilai-nilai Islam.
4. Bentuk kontribusi seorang berilmu dalam hal kecil sehari-hari.
5. Mengemban tanggung jawab sebagai generasi Muslim bangsa yang
berpengetahuan dan menjujung tinggi nilai-nilai moral.

 

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kajian Iptek
Berdasarkan sudut pandang filsafat ilmu, pengetahuan dan ilmu
pengetahuan mempunyai makna yang berbeda. Pengetahuan adalah segala sesuatu
yang diketahui manusia melalui pancaindra. Sedangkan ilmu adalah pengetahuan
yang telah disusun, diklasifikasikan, dan diverifikasi sehingga menghasilkan
kebenaran objektif dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Dalam Al-Quran ilmu
digunakan dalam proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan sehingga
memperoleh kejelasan. Ilmu pengetahuan adalah sumber teknologi yang mampu
memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide.
Semua ilmu pengetahuan yang kita kenal sekarang ini bersumber dari
Filsafat (Philosophia), yang dianggap sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan.
Filsafat pada masa itu mencakup pula segala pemikiran mengenai masyarakat.
Lama-kelamaan sejalan dengan perkembangan zaman dan tumbuhnya peradaban
manusia, berbagai ilmu pengetahuan yang semula tergabung dalam filsafat,
memisahkan diri dan berkembang mengejar tujuan masing-masing.
Dari berbagai ragam ilmu pengetahuan yang berinduk dari filsafat tersebut
pada garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
a. Ilmu-ilmu Alamiah (Natural Sciences), yang meliputi fisika, kimia,
astronomi, biologi, botani dan sebagainya.
b. Ilmu-ilmu Sosial (Social Sciences), yang terdiri dari sosiologi,
antropologi, psikologi, ekonomi, politik, sejarah, hukum dan
sebagainya.
c. Ilmu-ilmu budaya (Humanities), yang terdiri dari cinta kasih, agama,
ilmu, budaya, kesenian, bahasa, kesusastraan dan sebagainya.
Teknologi merupakan
an produk ilmu pengetahuan, terapan atau aplikasi dari
ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang lebih canggih dan dapat
mendorong manusia untuk berkembang lebih maju lagi. Iptek dapat membawa

 

dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteran bagi manusia juga sebaliknya
iptek dapat berdampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam
kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta
jika kita atau seorang ilmuan tidak menerapkannya secara fungsional.
1. Kemelut Iptek
Implementasi dari iptek berada di tangan manusia sebagai mengembang
dan pengguna. Sebagai faktor pembentuk budaya masyarakat, iptek memiliki
andil atas fenomena yang kita jumpai saat ini. Seperti yang kita ketahui
bahwa teknologi kini merembet dalam kehidupan kebanyakan manusia, dari
kalangan atas hingga menengah ke bawah sekalipun. Dimana upaya tersebut
merupakan cara atau jalan meningkatkan harkat dan martabat manusia. Atas
dasar kreatifitas, akalnya, manusia mengembangkan iptek dalam rangka
untuk mengolah SDA yang diberikan sang Maha Pencipta dimana dalam
penggunaannya iptek harus dilandasi moral dan kemanusiaan yang adil dan
beradab, agar semua masyarakat mengecam iptek secara merata.
Dari sudut pandang filsafat, ilmu lebih khusus dibandingkan dengan
pengetahuan. Suatu pengetahuan dapat dikategorikan sebagai ilmu apabila
memenuhi tiga unsur pokok sebagai berikut:
a. Ontologi artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki obyek studi
yang jelas. Obyek studi harus dapat diidentfikasikan, dapat diberi
batasan, dapat diuraikan, sifat-sifatnya yang esensial. Obyek studi
sebuah ilmu ada dua yaitu obyek material dan obyek formal.
b. Epistimologi artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki metode
kerja yang jelas. Ada tiga metode kerja suatu bidang studi yaitu
metode deduksi, induksi dan induksi.
c. Aksiologi artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki nilai guna
atau kemanfaatannya. Bidang studi tersebut dapat menunjukkan nilai-
nilai teoritis, hukum-hukum, generalisasi, kecenderungan umum,
konsep-konsep dan kesimpulan-kesimpulan logis, sistematis dan
koheren. Dalam teori dan konsep terseubut tidak terdapat kerancuan

 

atau kesemerawutan pikiran, atau penetangan kondtradiktif diantara


satu sama lainnya.
Pada prinsipnya “modernisasi teknologi” dan akselerasi kemajuan
menjadi topik perlombaan, bahkan setiap individu maupun setiap bangsa
beradu cepat dalam mengangkat modernisasi tekonologi menjadi sebuah
kultur global. Kebanyakan di Negara-negara yang sedang membangun kedua
aspek modernisasi ini merambat secara berdampingan dan harmonis. Akan
tetapi dalam ritme perjalanan waktu keharmonisan tadi mulai membias dan
bergeser kerena adanya kemelut nilai-nilai multi komplikasi baik politik,
ekonomi, sosial budaya dan moral.
Dalam satu sisi dapat terjadi pembaruan mentalitas yang laju begitu
cepat dan sungguh dominan, namun kadang-kadang justru terjadi modernisasi
teknologi yang laju cepat sehingga memperbudak mental suatu bangsa.
Padahal sesungguhnya kemajuan teknologi sepantasnya hanya dijadikan
sekadar alat untuk menanggapi tuntutan zaman. Peradaban teknologi modern
pada saatnya akan mampu menggeser pola, tata cara, model, dan irama hidup
manusia.
Lain halnya apabila peradaban teknologi dijadikan tujuan dan cita-cita,
maka pada gilirannya peradaban teknologi akhirnya berubah menjadi
kekuasaan yang membelenggu manusia sendiri. Memang terdapat kebenaran
dalam kalimat sederhana Nicolas Berdyev dalam “The Destiny of Man”,
halaman 225-226 : Technical progress testifies not only to man’s strength and
power over nature; it only liberalesman but also weakens and enslaves him;
it mechanized human life and give man the image and semblance of machine.”
(Kemajua teknik tidak saja membuktikan kekuatan serta daya manusia untuk
menguasai alam, juga memperlemah dan memperbudaknya, kemajuan itu
memekanisasikan manusia da menimbulkan gambaran serta persamaan
manusia sebagai mesin.)
Hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan IPTEK untuk menekan
dampaknya seminimal mungkin antara lain:
a. Menjaga keserasian dan keseimbangan dengan lingkungan setempat.

 

b. Teknologi yang akan diterapkan hendaknya betul-betul dapat


mencegah timbulnya permasalahan di tempat itu.
c. Memanfaatkan seoptimal mungkin segala sumber daya alam dan
sumber daya manusia yang ada.
2. Pelaksanaan dan Pengembangan Iptek di Indonesia
Dengan perkembangan dan kemajuan zaman dengan sendirinya
pemanfaatan dan penguatan iptek mutlak diperlukan untuk mencapai
kesejahteraan bangsa. Visi dan Misi iptek dirumuskan sebagai paduan untuk
mengoptimalkan setiap sumber daya iptek yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia.
Undang-undang No.18 Tahun2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang telah
berlaku sejak 29 Juli 2002, merupakan penjabaran dari visi dan misi Iptek
sebagaimana termaksud dalam UUD 1945 Amandemen pasal 31 ayat 5, agar
dapat dilaksanakan oleh pemerintah beserta seluruh rakyat dengan sebaik
baiknya. Selain itu pula perkembangan iptek di berbagai bidang di tengah
perkembangan zaman yang semakin pesat semestinya dapat meningkatkan
kualitas SDM di tengah bermunculannya dampak negatif dari adanya
perkembangan iptek, sehingga diperlukan pemikiran yang serius dan mantap
dalam menghadapi permasalahan dalam penemuan-penemuan baru tersebut.
Peradaban bangsa dan masyarakat dunia di masa depan sudah di pahami
dan disadari akan berhadapan dengan situasi yang serba kompleks dalam
berbagai cabang ilmu pengetahuan, sebut saja antara lain: cloning, cosmology,
cryonics, cybernities, exobiology, genetik, engineering dan nanoteknology.
Cabang-cabang iptek itu telah memunculkan berbagai perkembangan yang
sangat cepat dan implikasi yang menguntungkan bagi manusia atau
sebaliknya.
Untuk mendayagunakan iptek diperlukan nilai-nilai luhur agar dapat
dipertanggungjawabkan. Rumusan 4 nilai luhur pembangunan iptek nasional.
a. Accountable, penerapan iptek harus dapat dipertanggungjawabkan
baik secara moral, lingkungan, finansial bahkan dampak politis.

 

b. Visionary, pembangunan ipek memberikan solusi strategis dan jangka


panjang, tetapi taktis dimana kini tidak bersifat sektoral dan hanya
memberi implikasi terbatas.
c. Innovative, asal katanya adalah “innovere” yang artinya temuan baru
yang bermanfaat. Nilai luhur dari pembangunan iptek artinya dapat
berorientasi pada segala sesuatu yang baru, dan memberikan apresiasi
tinggi terhadap upaya untuk memproduksi inivasi baru dalam upaya
inovatif untuk mendapatkan produktifitas.
d. Excellence, keseluruhan tahapan pembanguna iptek mulai dari fase
inisiasi, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, implikasi
pada bangsa harus baik, yang terbaik atau berusaha menuju terbaik.
Pesatnya kemajuan iptek untek memperkuat posisi daya saing
Indonesia dalam kehidupan global.
3. Dampak Negatif Iptek
Bagi masyarakat sekarang iptek sudah merupakan suatu religion.
Pengembangan iptek dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang ada.
Sementara orang bahkan memuja iptek lebagai liberator yang akan
membebaskan mereka dari kungkungan kefanaan dunia. Iptek diyakini akan
memberi umat manusia kesehatan, kebahagiaan dan imortalitas.
Sumbangan iptek terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidak
dapat dipungkiri. Namum manusia tidak bisa menipu diri akan kenyataan
bahwa iptek mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia.
Dalam peradaban modern yang muda, terlalu sering manusia terhenyak oleh
disilusi dari dampak negatif iptek terhadap kehidupan umat manusia.
Kalaupun ipek mampu mengungkap semua tabir rahasia alam dan
kehidupan, tidak berarti iptek sinonim dengan kebenaran. Sebab iptek hanya
mampu menampilkan kenyataan. Kebenaran yang manusiawi haruslah lebih
dari sekedar kenyataan objektif. Kebenaran harus mencakup pula unsur
keadilan. Tentu saja iptek tidak mengenal unsur kemanusiaan, oleh karena itu
iptek tidak pernah bisa menjadi standar kebenaran ataupun solusi dari
masalah-masalah kemanusiaan.

 

Dari segala dampak terburuk dari perkembangan iptek adalah dampak


terhadap perilaku dari manusia penciptanya. Iptek telah membuat sang
penciptanya dihinggapi sifat over confidence dan superiotas tidak saja
terhadap alam melainkan pula terhadap sesamamya. Eksploitasi terhadap
alam dan dominasi pihak yang kuat (negara barat) terhadap negara yang
lemah (negara dunia ketiga) merupakan ciri yang melekat sejak lahirnya
revolusi industri.

B. Konsep Seni
Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala
prosesnya membentuk keindahan yang dilahirkan dengan perantaraan alat
komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indra. Seni juga
merupakan ekspresi jiwa seseorang kemudian hasil ekspresi jiwa tersebut dapat
berkembang menjadi bagian dari budaya manusia, karena seni itu diidentik
dengan keindahan, keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran. Keduanya
memiliki nilai yang sama yaitu keabadian.
Benda-benda yang diolah secara kreatif oleh tangan-tangan halus sehingga
muncul sifat-sifat keindahan dalam pandangan manusia secara umum, itulah
sebagai karya seni. Seni yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi
karena ukurannya adalah nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik
yang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus
bertambah.
Dalam bahasa Latin pada abad pertengahan, ada terdapat istilah-istilah ars,
artes, dan artista. Ars adalah teknik atau craftsmanship, yaitu ketangkasan dan
kemahiran dalam mengerjakan sesuatu; adapun artes berarti kelompok orang-
orang yang memiliki ketangkasan atau kemahiran; artista adalah anggota yang
ada di dalam kelompok-kelompok itu. Ars inilah yang kemudian berkembang
menjadi I’arte (italia), I’art (Perancis), Elarte (Spanyol), dan Art (Inggris), dan
bersamaan dengan itu isinya pun berkembang sedikit demi sedikit ke arah
pengertiaannya yang sekarang. Tetapi di Eropa ada juga istilah-istilah yang lain,
orang Jerman menyebut seni dengan Kunst dan orang Belanda dengan Kunst,

 

yang berasal dari kata lain walaupun dengan pengertian yang sama. Bahasa
Jerman juga menyebut dengan istilah Die Art yang berarti cara, jalan, atu modus,
yang juga dapat dikembalikan pada asal mula pengertian dan kegiatan seni,
namun demikian Die Kunst-lah yang di angkat untuk istilah tersebut.
Islam sebagai agama yang mengandung aturan, moral, aqidah dan syariah,
senantiasa mengukur sesuatu (benda-benda, karya seni, aktivitas) dengan
pertimbangan-pertimbangan ketiga aspek tersebut. Oleh karena itu, seni yang
bertentangan atau merusak moral, akidah dan syariat, tidak akan diakui sebagai
sesuatu yang bernilai seni.
Berikut beberapa estetika seni :
1. Seni musik
Seni musik (instrumental art) adalah bidang seni yang berhubungan
dengan alat-alat musik dan irama, yang ke luar dari alat musik tersebut.
Masing-masing alat music memiliki nada tertentu. Bidang ini membahas cara
menggunakan instrument musik, di samping itu juga membahas cara
membuat not dan bermacam aliran musik, misalnya musik vokal dan musik
instrumentalia.
2. Seni tari
Seni tari adalah seni menggerakkan tubuh secara berirama dengan
iringan musik. Ferakannya dapat sekedar dinikmati sendiri, merupakan suatu
ekspresi suatu gagasan atau emosi, dan cerita (kisah). Seni tari juga
digunakan untuk mencapai ekskatase (semacam mabuk atau tak sadar diri
bagi yang melakukannya.
Dari zaman dahulu seni tari telah memaikan peranan penting dalam
upcara kerajaan, di kalangan masyarakat maupun individu. Seni tari
merupakan akar tari barat yang popular pada masa kini. Bangsa-bangsa
primitive bahkan percaya pada daya magis tari, seperti tari kesuburan, hujan,
perburuan, perang dan sebagainya. Asia Timur yang hampir seluruhnya
bersumber dari keagamaan walaupun ada juga tarian yang bersifat sosial.
Selain itu ada pula tarian komunal (folk dance) yang umumnya berbentuk
tarian rakyat atau kreasi baru. Biasanya tarian seperti ini dijadikan sebagai
10 
 

perlambang kekuatan kerjasama secara kelompok dan sebagai perwujudan


saling menghormati. Semua itu didasari oleh tradisi-tradisi masyarakat.
Seni tari modern lebih mengutamakan keindahan dan irama dengan
fokus hiburan. Seni tari sekarang berbeda halnya dengan tarian abad-abad
sebelumnya. Gaya tarian abad ini lebih berkembang dengan irama-irama
musik pop, misalnya dansa Cha-cha-cha, Tango, Soul, Twist dan akhir-akhir
ini menggejala adalah Breakdance dan disko. Kedua tarian ini memiliki
gerakan yang “menggila” dan banyak digandrungi kawula muda.
3. Seni drama
Merupakan bentuk seni pertunjukan yang kompleks, di dalamnya
tercakup beberapa seni, seperti seni sastra, seni peran, seni gerak, seni rupa,
seni musik dan bahkan dapat melibatkan seni tari. Seni rupa diterapkan dalam
busana, properti, panggung dan dekorasi. Seni music berfungsi sebagai
pembentuk dan penegas suasana adegan. Sedangkan tarian digunakan untuk
menggantikan gerak biasa menjadi gerak simbolis, gerak tari yang lebih halus
daripada gerak biasa juga memperindah pertunjukan drama.
Dalam drama seseorang memerankan sebuah tokoh asli di kehidupan
sehari-hari. Imitasi realitas kehidupan adalah ciri khas seni drama. Kata
drama berasal dari bahasa Yunani ‘dramoi’ yang artinya berbuat, bertindak
atau bereaksi yang dilakukan di atas pentas. Kata teater berasal dari kata
‘theatre’ yang berarti gedung atau tempat pertunjukan.
4. Seni rupa
Seni rupa adalah seniyang mengunggkapkan gagasna dan perasaan
manusia yang diwujudkan melalui pengolahan media dan penataan elemen
serta prinsip-prinsip desain dalam bentuk rupa, yang meliputi unsur garis,
warna, bidang, tekstur, gelap terang dan titik yang penerapannya terbentuk
dua atau tiga dimensi karena memiliki panjang dan lebar serta volume. Seni
rupa ini dikatakan sebuah realisasi dari sebuah imajinasi yang tanpa batas dan
tidak ada batasan dalam sebuah karya seni sehigga dalam berkaryaseni tidak
akan kehabisan ide dan imajinasi.
11 
 

C. Pandangan Islam Terhadap Perkembangan Iptek dan Seni

1. Iptek Menurut Islam


Ilmu adalah Maha Kumpulan Pengetahuan yang dikuasai Allah, Tuhan
Yang Maha Tahu. Sedangkan ilmu pengetahuan adalah sebagian dari ilmu yang
diperoleh manusia melalui akan dan daya nalarnya yang disusun secara sistematis.
Ilmu pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun informal
(pengalaman). Beberapa ayat Al-Qur’an menerangkan bagaimana Allah
mangajarkan ilmu kepada hambanya. Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah :
31-32 dan Surah Al-Alaq : 5, yang artinya sebagai berikut :
“Dan Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu
berfirman, “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu bila kamu
memeng orang yang benar!” Mereka menjawab, “Maha Suci Engkau,
tidak ada (ilmu) yang kami ketahui selain daripada apa yang Engkau
ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah [2]: 31-32)

“Dia (Allah) mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-
Alaq [96]: 5)
Namun ilmu Allah sangat luas dan dalam, karena sebanyak apapun sumber
daya yang kita memiliki tak akan cukup bagi kita untuk menjelaskan luas dan
dalamnya ilmu Allah itu. Sebagaimana Allah berfirman,
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi
tinta), ditamkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)-nya, niscaya
akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Luqman [31]: 27)

Secara garis besar, berdasarkan tinjauan ideologi yang mendasari


hubungan keduanya, terdapat 3 (tiga) jenis paradigma :
Pertama, paradagima sekuler, yaitu paradigma yang memandang agama
dan iptek adalah terpisah satu sama lain. Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat,
12 
 

agama telah dipisahkan dari kehidupan agama tidak dinafikan eksistensinya, tapi
hanya dibatasi perannya dalam hubungan pribadi manusia
dengan tuhannya. Agama tidak mengatur kehidupan umum/publik. Paradigma
ini memandang agama dan iptek tidak bisa mencampuri dan mengintervensi yang
lainnya.
Kedua, paradigma sosialis, yaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang
menafikan eksistensi agama sama sekali. Agama itu tidak ada, tidak ada hubungan
dan kaitan apa pun dengan iptek. iptek bisa berjalan secara independen dan lepas
secara total dari agama. Paradigma ini mirip dengan paradigma sekuler di atas,
tapi lebih ekstrem. Dalam paradigma sekuler, agama berfungsi secara sekularistik,
yaitu tidak dinafikan keberadaannya, tapi hanya dibatasi perannya dalam
hubungan vertikal manusia-tuhan. Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka
agama tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan iptek. Seluruh bangunan
ilmu pengetahuan dalam paradigma sosialis didasarkan pada ide dasar
materialisme, khususnya Materialisme Dialektis. Paham Materialisme Dialektis
adalah paham yang memandang adanya keseluruhan proses perubahan yang
terjadi terus menerus melalui proses dialektika, yaitu melalui pertentangan-
pertentangan yang ada pada materi yang sudah mengandung benih perkembangan
itu sendiri. Sedang dalam paradigma sosialis, agama dipandang secara ateistik,
yaitu dianggap tidak ada (in-exist) dan dibuang sama sekali dari kehidupan.
Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya sama
sekali dengan iptek.
Ketiga, paradigma Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama
adalah dasar dan pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala
ilmu pengetahuan. Aqidah Islam yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam al-
Qur`an dan al-Hadits-- menjadi qaidah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu
asas yang di atasnya dibangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan
manusia. Paradigma ini memerintahkan manusia untuk membangun segala
pemikirannya berdasarkan Aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini bisa kita
pahami dari ayat yang pertama kali turun:
13 
 

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.” (Qs.


Al-Alaq [96]: 1).
Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk membaca guna
memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu
tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena iqra` haruslah dengan bismi rabbika,
yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas Aqidah Islam.
Paradigma inilah yang telah mencetak muslim-muslim yang taat dan shaleh tapi
sekaligus cerdas dalam iptek. Itulah hasil dan prestasi cemerlang dari paradigma
Islam ini yang dapat dilihat pada masa kejayaan iptek dunia Islam antara tahun
700 M - 1400 M.
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada dua. Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah
yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada
sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan
landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan
berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan,
melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan
yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang
bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan.
Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai
standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria
inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat
pragmatism atau utilitarianisme seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini
mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan
halal-haram menurut hukum-hukum syariah Islam. Umat Islam boleh
memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika
suatu aspek iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat
Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk
memenuhi kebutuhan manusia.
Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah kepada
Allah SWT. Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT salah satunya
14 
 

menuntut ilmu. Menuntut ilmu ini hukumnya wajib. Seperti sabda Rasulullah
SAW: “ menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim laki-laki dan
perempuan”. Ilmu adalah kehidupannya Islam dan kehidupannya keimanan.
Islam sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan,
sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati,
memahami dan merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain
Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berbeda dengan pandangan Barat yang melandasi pengembangan ipteknya
hanya untuk mementingkan duniawi, maka Islam mementingkan penguasaan
Iptek untuk menjadi sarana ibadah atau pengabdian Muslim kepada Allah SWT
dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi
untuk berkhidmat kepada manusia dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam.
Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang
fakta ilmiah, maka kemungkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran
terhadap ajaran agama tersebut. Bila ada ilmu pengetahuan yang menentang
prinsip pokok ajaran agama Islam maka yang salah adalah tafsiran filosofis atau
paradigma materialisme yang berada di balik wajah ilmu pengetahuan modern
tersebut. Karena alam semesta yang dipelajari melalui ilmu pengetahuan dan ayat-
ayat suci Tuhan (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasulullah SAW adalah tanda-tanda dan
perwujudan Allah SWT, maka tidak mungkin satu sama lain saling
bertentangan dan bertolak belakang, karena keduanya berasal dari satu sumber
yang sama, Allah Yang Maha Pencipta dan Maha Pemelihara alam semesta.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna,
kesempurnaannya karena dibekali seperangkat potensi. Potensi yang paling utama
adalah akal. Dan akal tersebut berfungsi untuk berpikir hasil pemikirannya adalah
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan pada


Allah SWT, akan memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan umat
manusia termasuk bagi lingkungannya. Allah berjanji dalam Q.S 58 (Al-
Mujadalah): 11:
15 
 

‫ﻳﺮﻓﻊ ا ﻪ ا ﺬﻳﻦ ﻨﻜ ﺂ ﻨﻮا وا ﺬﻳﻦ درﺟﺎﺗﺎ ﻌ ﺄوﺗﻮا‬

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan


orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

2. Seni Menurut Islam


Seni merupakan ekspresi keindahan. Dan keindahan menjadi salah satu
sifat yang dilekatkan Allah pada penciptaan jagat raya ini. Allah melalui
kalamnya di Al-Qur’an mengajak manusia memandang seluruh jagat raya dengan
segala keserasian dan keindahannya. Allah berfirman:
“Maka apakah mereka tidak melihat ke langit yang ada di atas mereka,
bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan tiada baginya
sedikit pun retak-retak?” (QS 50: 6)
Allah itu indah dan menyukai keindahan. Inilah prinsip yang didoktrinkan Nabi
SAW kepada para sahabatnya. Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah saw.
bersabda :
“Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terbetik sifat sombong
seberat atom.”Ada orang berkata,” Sesungguhnya seseorang senang
berpakaian bagus dan bersandal bagus.” Nabi bersabda,” Sesungguhnya
Allah Maha Indah, menyukai keindahan. Sedangkan sombong adalah
sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR. Muslim).
Bahkan salah satu mukjizat Al-Qur’an adalah bahasanya yang sangat
indah, sehingga para sastrawan arab dan bangsa arab pada umumnya merasa kalah
berhadapan dengan keindahan sastranya, keunggulan pola redaksinya, spesifikasi
irama, serta alur bahasanya, hingga sebagian mereka menyebutnya sebagai sihir.
Dalam membacanya, kita dituntut untuk menggabungkan keindahan suara dan
akurasi bacaannya dengan irama tilawahnya sekaligus. Rasulullah bersabda :

“Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud,


Nasa’I, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Darimi)
Maka manusia menyukai kesenian sebagai representasi dari fitrahnya
mencintai keindahan. Dan tak bisa dipisahkan lagi antara kesenian dengan
16 
 

kehidupan manusia. Namun bagaimana dengan fenomena sekarang yang ternyata


dalam kehidupan sehari-hari nyanyian-nyanyian cinta ataupun gambar-
gambar seronok yang diklaim sebagai seni oleh sebagian orang semakin marak
menjadi konsumsi orang-orang bahkan anak-anak. Sebaiknya dikembalikan
kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Bahwa dalam Al-Qur’an disebutkan :
“Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan
yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa
pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu sebagai olok-olokan. Mereka
itu memperoleh azab yang menghinakan.” (QS.Al-Luqman: 6)
Jikalau kata-kata dalam nyanyian itu merupakan perkataan-perkataan yang
tidak berguna bahkan menyesatkan manusia dari jalan Allah, maka haram
nyanyian tersebut. Nyanyian-nyanyian yang membuat manusia terlena,
mengkhayalkan hal-hal yang tidak patut maka kesenian tersebut haram hukumnya.
Seni akan menjadi haram jika:
a. Seni suara dan seni musik (membuat orang lupa akan Allah), Al-Khamr
(minuman arak) , dan al-qainat (penyanyi cabul).
b. Seni rupa (gambar, terutama patung), yang ada hubungannya dengan
jiwa kemusyrikan dan penyembahan berhala. Pelukisan Tuhan
merupakan menyekutukanNya sehingga itu merupakan kesenian yang
diharamkan.
Menurut Seyyed Hossein Nasr, seni Islam merupakan hasil dari
pengejawantahan Keesaan pada bidang keanekaragaman. Artinya seni Islam
sangat terkait dengan karakteristik-karakteristik tertentu dari tempat penerimaan
wahyu Al-Qur’an yang dalam hal ini adalah masyarakat Arab. Jika demikian, bisa
jadi seni Islam adalah seni yang terungkap melalui ekspresi budaya lokal yang
senada dengan tujuan Islam. Sementara itu, bila kita merujuk pada akar makna
Islam yang berarti menyelamatkan ataupun menyerahkan diri, maka bisa jadi yang
namanya seni Islam adalah ungkapan ekspresi jiwa setiap manusia yang
termanifestasikan dalam segala macam bentuknya, baik seni ruang maupun seni
suara yang dapat membimbing manusia kejalan atau pada nilai-nilai ajaran Islam.
Dari difinisi ini jadi seni Islam adalah ekspresi jiwa kaum muslim yang
17 
 

terungkap melalui bantuan alat instrumental baik berupa suara maupun ruang. Hal
ini juga bisa kita lihat dalam catatan sejarah bahwa dalam perkembangannya baik
seni suara maupun ruang termanifestasikan.
Dengan definisi demikian, maka setiap perkembangan seni baik pada masa
lampau maupun masa kini bisa dikatakan seni Islam asalkan memenuhi kerangka
dasar dari difinisi-difinisi di atas. Dengan kata lain, seni bisa kita kategorikan seni
Islam bukan terletak pada dimana dan kapan eksistensi seni tersebut, melainkan
pada esensi dari ajaran-ajaran Islam yang terkandung dalam karya seni tersebut.

D. Interaksi Iman, Ilmu dan Amal

Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan


seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terinteraksi ke dalam
suatu sistem yang disebut dinul Islam, didalamnya terkandung tiga unsur pokok
yaitu akidah, syariah, dan akhlak dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh.
Islam merupakan ajaran agama yang sempurna, karena kesempurnaannya
dapat tergambar dalam keutuhan inti ajarannya. Di dalam Al-Qur’an dinyatakan
yang artinya “Tidaklah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik (dinul Islam) seperti sebatang pohon yang baik,
akarnya kokoh (menghujam kebumi) dan cabangnya menjulang ke langit, pohon
itu mengeluarkan buahnya setiap muslim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia agar mereka ingat”.
Dari penjelasan tersebut di atas menggambarkan keutuhan antara iman,
ilmu dan amal atau syariah dan akhlak dengan menganalogikan dinul Islam
bagaikan sebatang pohon yang baik. Ini merupakan gambaran bahwa antara iman,
ilmu dan amal merupakan suatu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisahkan antara
satu sama lain. Iman diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon yang menupang
tegaknya ajaran Islam, ilmu bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahan.
Dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari
pohon itu ibarat dengan teknologi dan seni. Iptek dan seni yang dikembangkan di
atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal shaleh bukan kerusakan
alam.
18 
 

Perbuatan baik seseorang tidak akan bernilai amal shaleh apabila


perbuatan tersebut tidak dibangun atas nilai-nilai iman dan ilmu yang benar. Sama
halnya dengan perkembangan iptek dan seni yang lepas dari keimanan dan
ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan
bagi umat manusia dan alam lingkungannya.
Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai ‘abdun’ (hamba
Allah) dan sebagai khalifah Allah dibumi. Esensi dan “abdun’ adalah ketaatan,
ketundukan, dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah sedangkan
esensi khalifah adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri dan alam
lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.
Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah swt sebagai
pencipta akan menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan oleh sang
pencipta berupa potensi-potensi dan keikhlasan manusia menghambakan dirinya
kepada Allah akan mencegah kehambaan kepada sesama manusia termasuk
kepada dirinya.
Manusia diciptakan dimuka bumi ini dengan dua kecenderungan yaitu
kecenderungan kepada ketakwaan dan kencenderungan kepada perbuatan fasik,
serta berfungsi sebagai khalifah atau wakil Allah di muka bumi agar ia mampu
mempunyai tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan
lingkungannya tempat tinggalnya. Sehingga manusia diberi kebebasan untuk
mengeksplorasi, menggali sumber daya alam serta dapat memanfaatkannya
dengan sebaik-baiknya, akan tetapi manusia juga harus dapat menyadari terlebih
dahulu bahwa potensi sumber daya alam akan habis terkuras untuk memenuhi
kebutuhan hidup apabila manusia tidak hanya menjaga keseimbangannya.
Dengan memiliki ilmu pengetahuan kita pasti bisa tidak akan
mengeksploitasi alam ini secara berlebihan paling hanya kebutuhan primernya
bukan untuk memenuhi kepuasan hawa nafsu saja. Terlepas dari pada itu
kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebabkan karena ulah manusia
sendiri, mereka banyak berkhianat terhadap perjanjiannya sendiri kepada Allah
dan mereka tidak menjaga amanat Allah untuk menjaga kelestarian alam ini.
19 
 

E. Kontribusi Iptek dan Seni dalam Dakwah

Kontribusi adalah kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang


di hasilkan oleh perkembangan iptek moderen membuat orang mengagumi meniru
gaya hidup peradaban orang barat samapidi barengi sikap kritis terhadap segala
dampak negatif yang diakibatkannya, bukan hanya bidang iptek saja tetapi dalam
bidang seni juga.
Dalam kontribusi iptek dan seni dalam dakwah islam banyak memberikan
perkembangan di dalam dakwahnya, misalnya pada jaman dahulu ketika para
ulama di pulau jawa menyebarkan ajaran agama Islam mereka menyebarkan
dakwahnya melalui kesenian wayang yang isinya tentang ajaran-ajaran agama
Islam. Maka dengan adanya kesenian wayang ini digunakan sebagai media
dakwah Islam dan daya tarik masyarakat untuk menyaksikan kesenian wayang
tersebut.
Pada saat ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat maju,
dibuktikan dengan adanya penemuan-penemuan baru yang fungsinya untuk
memudahkan segala aktifias manusia, begitu juga kemudahan dalam derdakwah
bagi para ulama.
Contok-contoh Kontribusi Iptek dan Seni bagi dakwah Islam
a. Arsitektur masjid yang indah membuat para jamaah senang dan nyaman
beribadah
b. Wayang sebagai media dakwah bagi Wali Songo
c. Perkembangan busana muslim seperti jilbab
d. Media dakwah di televisi, internet, koran, dan majalah
e. Penggunaan internet, blog, dan situs Islami sepertisuara Islam, Muslim,dll
f. Al-Qur’an dan Hadist dalam bentuk digital semuga mempermudah
pencarian ayat, terjemaah, tafsiran Al-Qur’an
g. Penggunaan LCD sebagai media dakwah sehingga lebih jelas dipahami.
20 
 

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan iptek dan seni, adalah hasil dari segala langkah dan
pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek dan seni.
Dari uraian di atas dapat dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam
perkembangan iptek dan seni setidaknya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan  Aqidah 
Islam  sebagai  paradigm  pemikiran dan ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan
syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek dan seni. Jadi, syariah Islam-lah,
bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolok ukur
umat Islam dalam mengaplikasikan iptek dan seni.
Untuk itu setiap muslim harus bisa memanfaatkan alam yang ada untuk
perkembangan iptek dan seni, tetapi harus tetap menjaga dan tidak merusak yang
ada. Yaitu dengan cara mencari ilmu dan mengamalkanya dan tetap berpegang
teguh pada syari’at Islam. 

B. Saran
Untuk mengembangkan iptek dan seni harus kita dasar dengan keimanan
dan ketakwaan kepada Allah swt agar dapat memberikan jaminan kemaslahatan
bagi kehidupan serta lingkungan sekitar kita.

Anda mungkin juga menyukai