BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman modern ini, kehidupan manusia tidak lepas dari iptek dan seni
karena kedua hal itu dibutuhkan dalam kemajuan suatu bangsa. Segala segi
kehidupan pasti berhubungan dengan iptek dan sering dipadukan dengan seni
budaya. Tentu tujuannya adalah memudahkan aktivitas manusia agar menjadi
lebih efisien, efektif dan berkualitas. Disamping kegunaannya yang sangat
menguntungkan, terdapat pula efek negatif yang ditimbulkan iptek dan seni dunia.
Yang paling nyata adalah perubahan cara dan pola hidup masyarakat sekarang ini
yang dirasakan sudah megkhawatirkan.
Dalam aspek iptek, negara-negara barat memang dikenal dengan
kecerdasan dalam inovasi produk-produk terbaik yang menjanjikan kemudahan
dalam pemanfaatannya. Maka wajar saja bila iptek dunia dipimpin oleh peradaban
barat yang senantiasa mencengangkan banyak orang diberbagai dunia. Para
cendikiawan kita pun banyak yang dididik di barat.
Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh
perkembangan iptek modern membuat orang lalu mengagumi dan meniru-niru
gaya hidup peradaban barat tanpa dibarengi sikap kritis terhadap segala dampak
negatif yang diakibatkan.
Kita pasti menyadari, kini berbagai kalangan khususnya muda-mudi telah
sulit melepaskan diri dari kerasukan pengaruh gaya barat. Mereka bahkan sudah
keranjingan dan menggilai segala hal kebarat-baratan. Seni dan budaya kita telah
digantikan dan tergeser oleh seni budaya produk barat yang notabenya
menekankan kehidupan yang bebas tanpa ikatan agama apapundan cara hidup
hedonis, mendewakan kenikmatan badaniyah. Hasilnya, generasi yang jauh dari
Islam, menganggap Islam itu anti-modernitas, sebaliknya menganggap semua dari
barat itu keren, gaul.
2
Karena hal-hal semisal ini harus menjadi kekhawatiran bersama, karena ini
urusan umat dan bentuk kepedulian rasa sayang dengan generasi muda Muslim.
Sebagai Muslim, kita meyakini bahwa hanya dengan Islam manusia mulia dunia
akhirat dan hanya dengan Islam, Allah akan memberika ridha-Nya. Islam adalah
agama paling sempurna, acuan jawaban dari segala problematika dunia dan
mengatur segala aspek kehidupan. Untuk itu kita perlu berpegang teguh pada
tuntunan Islam. Iptek dan seni bukanlah sesuatu yang bebas nilaiya, segala sesuatu
telah diatur oleh Allah, di sinilah peran agama menjadi sangat penting. Lalu
muncul pertanyaan, bagaimana iptek dan seni budaya yang sesuai menurut syariat
Islam? Melalui makalah ini, kita akan membedah dan mengkaji lebih dalam
mengenai problematika kontenporer ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran latar belakang di atas maka yang menjadi
permasalahan adalah :
1. Bagaimana pandangan Islam terhadap perkembangan iptek dan seni?
2. Bagaimana korelasi iman, iptek dan amal dalam Islam?
3. Bagaimana kontibusi iptek dan seni dalam dakwah Islam?
4. Bagaimana taggung jawab ilmuan terhadap alam lingkugannya?
C. Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan mampu
mengimplementasikan hal berikut :
1. Konsep iptek dan seni menurut Islam.
2. Menyikapi perkembangan iptek dan seni sebagai seorang Muslim.
3. Sikap seorang beriman dan berilmu berdasarkan nilai-nilai Islam.
4. Bentuk kontribusi seorang berilmu dalam hal kecil sehari-hari.
5. Mengemban tanggung jawab sebagai generasi Muslim bangsa yang
berpengetahuan dan menjujung tinggi nilai-nilai moral.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Iptek
Berdasarkan sudut pandang filsafat ilmu, pengetahuan dan ilmu
pengetahuan mempunyai makna yang berbeda. Pengetahuan adalah segala sesuatu
yang diketahui manusia melalui pancaindra. Sedangkan ilmu adalah pengetahuan
yang telah disusun, diklasifikasikan, dan diverifikasi sehingga menghasilkan
kebenaran objektif dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Dalam Al-Quran ilmu
digunakan dalam proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan sehingga
memperoleh kejelasan. Ilmu pengetahuan adalah sumber teknologi yang mampu
memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide.
Semua ilmu pengetahuan yang kita kenal sekarang ini bersumber dari
Filsafat (Philosophia), yang dianggap sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan.
Filsafat pada masa itu mencakup pula segala pemikiran mengenai masyarakat.
Lama-kelamaan sejalan dengan perkembangan zaman dan tumbuhnya peradaban
manusia, berbagai ilmu pengetahuan yang semula tergabung dalam filsafat,
memisahkan diri dan berkembang mengejar tujuan masing-masing.
Dari berbagai ragam ilmu pengetahuan yang berinduk dari filsafat tersebut
pada garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
a. Ilmu-ilmu Alamiah (Natural Sciences), yang meliputi fisika, kimia,
astronomi, biologi, botani dan sebagainya.
b. Ilmu-ilmu Sosial (Social Sciences), yang terdiri dari sosiologi,
antropologi, psikologi, ekonomi, politik, sejarah, hukum dan
sebagainya.
c. Ilmu-ilmu budaya (Humanities), yang terdiri dari cinta kasih, agama,
ilmu, budaya, kesenian, bahasa, kesusastraan dan sebagainya.
Teknologi merupakan
an produk ilmu pengetahuan, terapan atau aplikasi dari
ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang lebih canggih dan dapat
mendorong manusia untuk berkembang lebih maju lagi. Iptek dapat membawa
4
dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteran bagi manusia juga sebaliknya
iptek dapat berdampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam
kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta
jika kita atau seorang ilmuan tidak menerapkannya secara fungsional.
1. Kemelut Iptek
Implementasi dari iptek berada di tangan manusia sebagai mengembang
dan pengguna. Sebagai faktor pembentuk budaya masyarakat, iptek memiliki
andil atas fenomena yang kita jumpai saat ini. Seperti yang kita ketahui
bahwa teknologi kini merembet dalam kehidupan kebanyakan manusia, dari
kalangan atas hingga menengah ke bawah sekalipun. Dimana upaya tersebut
merupakan cara atau jalan meningkatkan harkat dan martabat manusia. Atas
dasar kreatifitas, akalnya, manusia mengembangkan iptek dalam rangka
untuk mengolah SDA yang diberikan sang Maha Pencipta dimana dalam
penggunaannya iptek harus dilandasi moral dan kemanusiaan yang adil dan
beradab, agar semua masyarakat mengecam iptek secara merata.
Dari sudut pandang filsafat, ilmu lebih khusus dibandingkan dengan
pengetahuan. Suatu pengetahuan dapat dikategorikan sebagai ilmu apabila
memenuhi tiga unsur pokok sebagai berikut:
a. Ontologi artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki obyek studi
yang jelas. Obyek studi harus dapat diidentfikasikan, dapat diberi
batasan, dapat diuraikan, sifat-sifatnya yang esensial. Obyek studi
sebuah ilmu ada dua yaitu obyek material dan obyek formal.
b. Epistimologi artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki metode
kerja yang jelas. Ada tiga metode kerja suatu bidang studi yaitu
metode deduksi, induksi dan induksi.
c. Aksiologi artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki nilai guna
atau kemanfaatannya. Bidang studi tersebut dapat menunjukkan nilai-
nilai teoritis, hukum-hukum, generalisasi, kecenderungan umum,
konsep-konsep dan kesimpulan-kesimpulan logis, sistematis dan
koheren. Dalam teori dan konsep terseubut tidak terdapat kerancuan
5
B. Konsep Seni
Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala
prosesnya membentuk keindahan yang dilahirkan dengan perantaraan alat
komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indra. Seni juga
merupakan ekspresi jiwa seseorang kemudian hasil ekspresi jiwa tersebut dapat
berkembang menjadi bagian dari budaya manusia, karena seni itu diidentik
dengan keindahan, keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran. Keduanya
memiliki nilai yang sama yaitu keabadian.
Benda-benda yang diolah secara kreatif oleh tangan-tangan halus sehingga
muncul sifat-sifat keindahan dalam pandangan manusia secara umum, itulah
sebagai karya seni. Seni yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi
karena ukurannya adalah nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik
yang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus
bertambah.
Dalam bahasa Latin pada abad pertengahan, ada terdapat istilah-istilah ars,
artes, dan artista. Ars adalah teknik atau craftsmanship, yaitu ketangkasan dan
kemahiran dalam mengerjakan sesuatu; adapun artes berarti kelompok orang-
orang yang memiliki ketangkasan atau kemahiran; artista adalah anggota yang
ada di dalam kelompok-kelompok itu. Ars inilah yang kemudian berkembang
menjadi I’arte (italia), I’art (Perancis), Elarte (Spanyol), dan Art (Inggris), dan
bersamaan dengan itu isinya pun berkembang sedikit demi sedikit ke arah
pengertiaannya yang sekarang. Tetapi di Eropa ada juga istilah-istilah yang lain,
orang Jerman menyebut seni dengan Kunst dan orang Belanda dengan Kunst,
9
yang berasal dari kata lain walaupun dengan pengertian yang sama. Bahasa
Jerman juga menyebut dengan istilah Die Art yang berarti cara, jalan, atu modus,
yang juga dapat dikembalikan pada asal mula pengertian dan kegiatan seni,
namun demikian Die Kunst-lah yang di angkat untuk istilah tersebut.
Islam sebagai agama yang mengandung aturan, moral, aqidah dan syariah,
senantiasa mengukur sesuatu (benda-benda, karya seni, aktivitas) dengan
pertimbangan-pertimbangan ketiga aspek tersebut. Oleh karena itu, seni yang
bertentangan atau merusak moral, akidah dan syariat, tidak akan diakui sebagai
sesuatu yang bernilai seni.
Berikut beberapa estetika seni :
1. Seni musik
Seni musik (instrumental art) adalah bidang seni yang berhubungan
dengan alat-alat musik dan irama, yang ke luar dari alat musik tersebut.
Masing-masing alat music memiliki nada tertentu. Bidang ini membahas cara
menggunakan instrument musik, di samping itu juga membahas cara
membuat not dan bermacam aliran musik, misalnya musik vokal dan musik
instrumentalia.
2. Seni tari
Seni tari adalah seni menggerakkan tubuh secara berirama dengan
iringan musik. Ferakannya dapat sekedar dinikmati sendiri, merupakan suatu
ekspresi suatu gagasan atau emosi, dan cerita (kisah). Seni tari juga
digunakan untuk mencapai ekskatase (semacam mabuk atau tak sadar diri
bagi yang melakukannya.
Dari zaman dahulu seni tari telah memaikan peranan penting dalam
upcara kerajaan, di kalangan masyarakat maupun individu. Seni tari
merupakan akar tari barat yang popular pada masa kini. Bangsa-bangsa
primitive bahkan percaya pada daya magis tari, seperti tari kesuburan, hujan,
perburuan, perang dan sebagainya. Asia Timur yang hampir seluruhnya
bersumber dari keagamaan walaupun ada juga tarian yang bersifat sosial.
Selain itu ada pula tarian komunal (folk dance) yang umumnya berbentuk
tarian rakyat atau kreasi baru. Biasanya tarian seperti ini dijadikan sebagai
10
“Dia (Allah) mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-
Alaq [96]: 5)
Namun ilmu Allah sangat luas dan dalam, karena sebanyak apapun sumber
daya yang kita memiliki tak akan cukup bagi kita untuk menjelaskan luas dan
dalamnya ilmu Allah itu. Sebagaimana Allah berfirman,
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi
tinta), ditamkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)-nya, niscaya
akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Luqman [31]: 27)
agama telah dipisahkan dari kehidupan agama tidak dinafikan eksistensinya, tapi
hanya dibatasi perannya dalam hubungan pribadi manusia
dengan tuhannya. Agama tidak mengatur kehidupan umum/publik. Paradigma
ini memandang agama dan iptek tidak bisa mencampuri dan mengintervensi yang
lainnya.
Kedua, paradigma sosialis, yaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang
menafikan eksistensi agama sama sekali. Agama itu tidak ada, tidak ada hubungan
dan kaitan apa pun dengan iptek. iptek bisa berjalan secara independen dan lepas
secara total dari agama. Paradigma ini mirip dengan paradigma sekuler di atas,
tapi lebih ekstrem. Dalam paradigma sekuler, agama berfungsi secara sekularistik,
yaitu tidak dinafikan keberadaannya, tapi hanya dibatasi perannya dalam
hubungan vertikal manusia-tuhan. Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka
agama tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan iptek. Seluruh bangunan
ilmu pengetahuan dalam paradigma sosialis didasarkan pada ide dasar
materialisme, khususnya Materialisme Dialektis. Paham Materialisme Dialektis
adalah paham yang memandang adanya keseluruhan proses perubahan yang
terjadi terus menerus melalui proses dialektika, yaitu melalui pertentangan-
pertentangan yang ada pada materi yang sudah mengandung benih perkembangan
itu sendiri. Sedang dalam paradigma sosialis, agama dipandang secara ateistik,
yaitu dianggap tidak ada (in-exist) dan dibuang sama sekali dari kehidupan.
Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya sama
sekali dengan iptek.
Ketiga, paradigma Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama
adalah dasar dan pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala
ilmu pengetahuan. Aqidah Islam yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam al-
Qur`an dan al-Hadits-- menjadi qaidah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu
asas yang di atasnya dibangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan
manusia. Paradigma ini memerintahkan manusia untuk membangun segala
pemikirannya berdasarkan Aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini bisa kita
pahami dari ayat yang pertama kali turun:
13
menuntut ilmu. Menuntut ilmu ini hukumnya wajib. Seperti sabda Rasulullah
SAW: “ menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim laki-laki dan
perempuan”. Ilmu adalah kehidupannya Islam dan kehidupannya keimanan.
Islam sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan,
sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati,
memahami dan merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain
Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berbeda dengan pandangan Barat yang melandasi pengembangan ipteknya
hanya untuk mementingkan duniawi, maka Islam mementingkan penguasaan
Iptek untuk menjadi sarana ibadah atau pengabdian Muslim kepada Allah SWT
dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi
untuk berkhidmat kepada manusia dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam.
Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang
fakta ilmiah, maka kemungkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran
terhadap ajaran agama tersebut. Bila ada ilmu pengetahuan yang menentang
prinsip pokok ajaran agama Islam maka yang salah adalah tafsiran filosofis atau
paradigma materialisme yang berada di balik wajah ilmu pengetahuan modern
tersebut. Karena alam semesta yang dipelajari melalui ilmu pengetahuan dan ayat-
ayat suci Tuhan (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasulullah SAW adalah tanda-tanda dan
perwujudan Allah SWT, maka tidak mungkin satu sama lain saling
bertentangan dan bertolak belakang, karena keduanya berasal dari satu sumber
yang sama, Allah Yang Maha Pencipta dan Maha Pemelihara alam semesta.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna,
kesempurnaannya karena dibekali seperangkat potensi. Potensi yang paling utama
adalah akal. Dan akal tersebut berfungsi untuk berpikir hasil pemikirannya adalah
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
terungkap melalui bantuan alat instrumental baik berupa suara maupun ruang. Hal
ini juga bisa kita lihat dalam catatan sejarah bahwa dalam perkembangannya baik
seni suara maupun ruang termanifestasikan.
Dengan definisi demikian, maka setiap perkembangan seni baik pada masa
lampau maupun masa kini bisa dikatakan seni Islam asalkan memenuhi kerangka
dasar dari difinisi-difinisi di atas. Dengan kata lain, seni bisa kita kategorikan seni
Islam bukan terletak pada dimana dan kapan eksistensi seni tersebut, melainkan
pada esensi dari ajaran-ajaran Islam yang terkandung dalam karya seni tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan iptek dan seni, adalah hasil dari segala langkah dan
pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek dan seni.
Dari uraian di atas dapat dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam
perkembangan iptek dan seni setidaknya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah
Islam sebagai paradigm pemikiran dan ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan
syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek dan seni. Jadi, syariah Islam-lah,
bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolok ukur
umat Islam dalam mengaplikasikan iptek dan seni.
Untuk itu setiap muslim harus bisa memanfaatkan alam yang ada untuk
perkembangan iptek dan seni, tetapi harus tetap menjaga dan tidak merusak yang
ada. Yaitu dengan cara mencari ilmu dan mengamalkanya dan tetap berpegang
teguh pada syari’at Islam.
B. Saran
Untuk mengembangkan iptek dan seni harus kita dasar dengan keimanan
dan ketakwaan kepada Allah swt agar dapat memberikan jaminan kemaslahatan
bagi kehidupan serta lingkungan sekitar kita.