Pancasila bukan merupakan ideologi yang kaku dan tertutup, namun justru bersifat
reformatif, dinamis, dan antisipatif. Dengan demikian Pancasilan mampu menyesuaikan dengan
perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yaitu dengan tetap
memperhatikan dinamika aspirasi masyarakat. Kemampuan ini sesungguhnya tidak berarti
Pancasila itu dapat mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung, tetapi lebih menekan pada
kemampuan dalam mengartikulasikan suatu nilai menjadi aktivitas nyata dalam pemecahan
masalah yang terjadi (inovasi teknologi canggih).
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada hakekatnya merupakan hasil kreatifitas
rohani (jiwa) manusia. Atas dasar kreatifitas akalnya, manusia mengembangkan IPTEK untuk
mengolah kekayaan alam yang diciptakan Tuhan YME.
Tujuan dari IPTEK ialah untuk mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan
martabat manusia, maka IPTEK pada hakekatnya tidak bebas nilai, namun terikat nilai- nilai.
Pancasila telah memberikan dasar nilai-nilai dalam pengembangan IPTEK, yaitu didasarkan moral
ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab.
Dengan memasuki kawasan IPTEK yang diletakan diatas Pancasila sebagai paradigmanya,
perlu dipahami dasar dan arah peranannya, yaitu :
1. Aspek ontologi
Bahwa hakekat IPTEK merupakan aktivitas manusia yang tidak mengenal titik henti dalam
upayanya untuk mencari dan menentukan kebenaran dan kenyataan. Ilmu Pengetahuan harus
dipandang secara utuh, dalam dimensinya sebagai :
a. Sebagai masyarakat, menunjukkan adanya suatu academic community yang dalam hidup
keseharian para warganya untuk terus menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
b. Sebagai proses, menggambarkan suatu aktivitas masyarakat ilmiah yang melalui abstraksi,
spekulasi, imajinasi, refleksi, observasi, eksperimentasi, komparasi dan eksplorasi mencari dan
menemukan kebenaran dan kenyataan.
c. Sebagai produk, adalah hasil yang diperoleh melalui proses, yang berwujud karya – karya
ilmiah beserta implikasinya yang berwujud fisik ataupun non-fisik.
2. Aspek Epistemologi
Nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai “metode berfikr”, dalam arti sebagai dasar dan arah dalam
mengembangkan ilmu, serta sebagai parameter kebenarannya.
3. Aspek Askiologi, dengan menggunakan nilai-nilai yang terkandung didalam pancasila sebagai
metode berpikir, maka kemanfaatan dan efek pengembangan ilmu pengetahuan secara negatif
tidak bertentangan dengan ideal dari pancasila dan secara positif mendukung atau mewujudkan
nilai-nilai ideal pancasila.
Menurut Kaelan (2000) bahwa Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila-silanya harus
merupakan sumber nilai, kerangka berpikir serta asas moralitas bagi pembangunan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sila-sila pancasila yang harus menjadi sistem etika dalam
pengembangan IPTEK, yaitu:
Sebagaimana dinyatakan oleh Teuku Jacob (2000) bahwa perkembangan IPTEK dewasa ini
dan di masa yang akan datang sangat cepat, makin menyentuh inti hayati dalam materi disuatu
pihak serta menggapai angkasa luar dan luar angkasa di lain pihak, lagi pula memasuki dan
mempengaruhi makin dalam segala aspek kehidupan dan industri budaya. Akibat yang baik adalah
mengamankan, meyejahterakan, dan menyelamatkan manusia, menambah atau mengurangi
manusia, memperluas cakrawalanya, menggeser umur matinya.akibat yang buruk adalah
mendesak manusia secara temporosoasial, mengusangkan kelompok yang kurang mujur, merusak
lingkungan kerak bumi dan atmosfer, bahkan membinasakan dirinya, secara individual maupun
massal.
Selanjutnya T. Jacob (2000) berpendapat bahwa Pancasila mengandung hal-hal yang penting
dalam pengembangan ilmu dan teknologi, yaitu;
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengingatkan manusia bahwa ia hanyalah makhluk Tuhan yang
mempunyai keterbatasan seperti makhluk-makhluk lain, baik yang hidup maupun yang tidak
hidup. Ia tidak dapat terlepas dari alam, sedangkan alam raya dapat berada tanpa manusia.
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, usaha untuk menyejahterakan manusia haruslah dengan
cara-cara yang berprikemanusiaan. Desain, eksperimen, ujicoba dan penciptaan harus etis dan
tidak merugikan uamat manusia zaman sekarang maupun yang akan datang. Sehingga kita tidak
boleh terjerumus mengembangkan iptek tanpa nilai-nilai perikemanusiaan.
3. Sila Persatuan Indonesia, mengingatkan pada kita untuk mengembangkan iptek untuk seluruh
tanah air dan bangsa. Dimana segi-segi yang khas Indonesia harus mendapat prioritas untuk
dikembangkan secara merata untuk kepentingan seluruh bangsa, tidak hanya atau terutama untuk
kepentingan bangsa lain.
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
membuka kesempatan yang sama bagi semua warga negara untuk mengembangkan iptek, dan
mengenyam hasilnya, sesuai kemampuan dan keperluan masing-masing.
5. Sila Keadilan sosial, memperkuat keadilan yang lengkap dalam alokasi dan perlakuan, dalam
pemutusan, pelaksanaan,perolehan hasil dan pemikiran resiko, dengan memaksimalisasi
kelompok-kelompok minimum dalam pemanfaatan pengembangan teknologi.
b. Adanya situasi yang kondusif secara kultural, yaitu harus adanya semangat pantang menyerah
untuk mencari kebenaran ilmiah yang belum selesai, dan adanya kultur bahwa disiplin merupakan
suatu kebutuhan bukan sebagai beban atau paksaan.
c. Adanya situasi yang kondusif secara struktural, bahwa perguruan tinggi harus terbuka wacana
akademisnya, kreatif, inovatif, dan mengembangkan kerja sama dengan bidang-bidang yang
berbeda