Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan lingkungan kerja sering kali dikenal juga dengan istilah Higiene
Industri atau Higiene Perusahaan. Tujuan utama dari Higien Perusahan.
Kesehatan Kerja adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
Selain itu Kegiatannya bertujuan agar tenaga kerja terlindung dari berbagai
macam resiko akibat lingkungan kerja diantaranya melalui pengenalan, evaluasi,
pengendalian dan melakukan tindakan perbaikan yang mungkin dapat dilakukan.
Melihat risiko bagi tenaga kerja yang mungkin dihadapi di lingkungan kerjanya,
maka perlu adanya personil di lingkungan industri yang mengerti tentang hygiene
industri dan menerapkannya di lingkungan kerjanya. Hiperkes pada dasarnya
merupakan penggabungan dua disiplin ilmu yang berbeda yaitu medis dan teknis
yang menjadi satu kesatuan sehingga mempunyai tujuan yang sama yaitu
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Sejarah hiperkes berkembang
setelah abad ke-16. Pada tahun 1556 oleh Agricola dan 1559 oleh Paracelcus di
aderah pertambangan. Benardi Rammazini (1633-1714), dikenakl sebagai bapak
Hiperkes, yang membahas hiperkes di industry textile terutama mengenai
penyakit akibat kerja (PAK).

B. Rumusan Masalah

1. Siapa itu bernardino ramazzini


2. Apa yang dimaksud dengan hygiene perusahaan
3. Apa saja yang menjadi ruang lingkup hygiene perusahaan
4. Apa saja tujuan hygiene perusahaan
5. Bagaimana potensi bahaya pada faktor fisika dan faktor kimia yang
terjadi dalam hygiene perusahaan

1
C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui siapa itu bernardino ramazzini

2. Untuk mengetahui tentang hygiene perusahaan

D. Manfaat penulisan

Adapun manfaat penulisan dari makalah ini adalah untuk menambah


pengetahuan kita tentang “hygiene perusahaan” bagi para pembaca.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi bernardino ramazzini


Bernardino Ramazzini lahir di Carpi, Italia, pada 1633. Ketika ia masih
mahasiswa kedokteran di Universitas Parma, perhatiannya tertuju pada penyakit
yang diderita pekerja. Pada 1682, ketika ia ditunjuk sebagai ketua teori
kedokteran di Universitas Modena, Ramazzini memusatkan perhatian pada
masalah kesehatan pekerja secara sistematis dan ilmiah.1 Ia mengunjungi tempat
kerja, mengamati aktivitas pekerja, dan mendiskusikan penyakit mereka dengan
mereka. Kursus kedokteran yang ia ajarkan didedikasikan untuk penyakit
pekerja.2

Ramazzini mensistematisasikan pengetahuan yang ada dan membuat kontribusi


pribadi yang besar ke lapangan dengan mengumpulkan pengamatannya di De
Morbis Artificum Diatriba [Penyakit Pekerja]; edisi pertama dicetak di Modena
pada 1700 dan yang kedua di Padua pada 1713. Terutama atas dasar karya ini,
Ramazzini disebut "bapak kedokteran kerja." 3,4

Setiap bab dari De Morbis Artificum Diatriba berisi deskripsi penyakit yang
terkait dengan aktivitas kerja tertentu diikuti oleh analisis literatur, deskripsi
tempat kerja, pertanyaan untuk pekerja, deskripsi penyakit, pengobatan, dan saran.
Gambaran klinis diamati secara langsung oleh Ramazzini, yang menanyai pekerja
tentang keluhan mereka. Dia secara teratur bertanya kepada pasiennya tentang
jenis pekerjaan yang mereka lakukan dan menyarankan agar semua dokter
melakukan hal yang sama

Ramazzini menyadari bahwa tidak semua penyakit pekerja disebabkan oleh


lingkungan kerja (bahan kimia atau fisik). Dia mengamati bahwa berbagai
penyakit pekerja umum tampaknya disebabkan oleh gerakan yang
berkepanjangan, keras, dan tidak teratur serta postur yang berkepanjangan.

3
Trauma kumulatif dan cedera pengulangan seperti itu baru-baru ini disebut
sebagai epidemi akibat pekerjaan pada tahun 1990-an.5 Ramazzini mempelajari
hubungan antara gangguan tertentu dan sikap postur, pengulangan gerakan, dan
angkat berat serta mengantisipasi beberapa langkah pencegahan.

B. Pengertian Hygiene Perusahaan

Higiene Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu hygiene beserta


prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab
penyakit kualitatif dan kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui
pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada
lingkungan tersebut serta bila perlu pencegahan, agar pekerja dan masyarakat
sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja serta dimungkinkan
mengecap derajat kesehatan setinggi-tingginya.
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran
beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat memperoleh derajat
kesehatan setingg-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan
usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan-
gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan
kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum. Jenis sifat-sifat kesehatan kerja
yaitu; sasaran adalah manusia dan bersifat medis.

Kesehatan lingkungan kerja yang sering kali dikenal juga dengan istilah
Higiene Industri atau Higiene Perusahaan. Tujuan utama dari Higiene Perusahan
dan Kesehatan Kerja adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
Selain itu Kegiatannya bertujuan agar tenaga kerja terlindung dari berbagai
macam resiko akibat lingkungan kerja, masyarakat sekitar perusahaan dan
masyarakat umum yang menjadi konsumen dari hasil-hasil produksi perusahaan,
diantaranya melalui pengenalan, evaluasi, pengendalian dan melakukan tindakan
perbaikan yang mungkin dapat dilakukan. Sehingga dibutuhkan pemahaman
mengenai hygiene perusahaan dan kesehatan kerja.

4
Tujuan utama dari Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja adalah
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan demikian mungkin
dicapai, oleh karena terdapatnya korelasi diantara derajat kesehatan yang tinggi
dengan produktivitas kerja atau perusahaan, yang didasarkan kenyataan-kenyataan
sebagai berikut :

1. Untuk efisiensi kerja yang optimal dan sebaik-baiknya. Pekerjaan harus


dilakukan dengan cara dan dalam lingkungan kerja yang memenuhi syarat-
syarat kesehatan. Lingkungan dengan cara yang dimaksud meliputi
diantaranya : tekanan panas, penerangan ditempat kerja, debu di udara
ruang kerja, sikap badan, perserasian manusia dan mesin, pengekonomisan
upaya. Cara dan lingkungan tersebut perlu disesuaikan pula dengan tingkat
kesehatan dan keadaan gizi tenaga kerja yang bersangkutan.
2. Biaya dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta penyakit umum
yang meningkat jumlahnya oleh karena pengaruh yang memburukkan
keadaan oleh bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh pekerjaan adalah
sangat mahal dibandingkan dengan biaya untuk pencegahannya. Biaya-
biaya kuratif yang mahal seperti itu meliputi : pengobatan, peralatan
rumah sakit, rehabilitasi, absenteisme, kerusakan mesin, peralatan dan
bahan oleh karna kecelakaan, terganggunya pekerjaan, dan cacat yang
menetap.

C. Sejarah Hygiene Perusahaan

Seperti halnya profesi yang lain, menentukan kapan pertama kalinya praktek
higiene industri dilakukan sangat sulit untuk ditentukan, bahkan hampir mustahil.
Namun, kita bisa mulai menjawabnya dengan mengidentifikasi kapan manusia
mulai menyadari adanya bahaya di tempat kerja dan bagaimana cara
mengendalikannya.
Pada tahun 370 SM, seorang dokter yang bernama Hippocrates (460-370SM)
membuat tulisan tentang penyakit akibat kerja, keracuan timbal pada pekerja
pertambangan dan metalurgi. Tulisannya ini merupakan tulisan pertama dalam
bidang kedokteran kerja (occupational medicine).

5
Pada awal abad pertama setelah masehi, Plinius Secundus (Pliny the Elder)
menulis bahwa ”sedikit penambang menyelimuti mukanya dengan loose bladder
(kain penutup yang terbuat dari kandung kemih binatang), yang memungkinkan
mereka melihat tanpa menghirup debu-debu yang berbahaya”. Dari tulisannya
tersebut kita melihat bahwa pada awal abad pertama setelah masehi, Pliny berhasil
mengidentifikasi adanya bahaya debu di tempat kerja dan menuliskan bagaimana
sebagian pekerja telah berusaha melakukan kontrol terhadap bahaya tersebut
dengan menggunakan alat pelindung diri berupa loose bladder. Pada tahun 1473,
Ellenbog mengenali bahaya dari uap logam dan menggambarkan gejala-gejala
akibat keracunan uap logam timbal dan merkuri. Ellenbog juga memberikan
beberapa saran bagaimana cara mencegah keracunan tersebut.

Pada tahun 1556, Georgius Agricola menerbitkan tulisan De Re Metallica


menyatakan bahwa semua aspek di industri pertambangan, peleburan dan
penyulingan, tidak ada yang terbebas dari penyakit dan celaka, dan alat yang bisa
digunakan untuk mencegah penyakit dan celaka tersebut adalah ventilasi.
Dilanjutkan dengan adanya hasil penelitian yang luar biasa dari Paracelsus, pada
tahun 1567 tentang penyakit respirasi pada pekerja pertambangan disertai
penjelasan tentang keracunan merkuri.

De Morbis Artificium Diatriba (penyakit para pekerja) merupakan tulisanpertama


yang dianggap sebagai risalah lengkap dalam bidang penyakit akibat kerja.
Tulisan ini adalah hasil karya Bernardino Ramazzini (1633-1714), yang dikenal
sebagai Bapak kedokteran kerja (occupational Medicine) dan diterbitkan pada
tahun 1713. Melalui observasinya sendiri, Ramazzini menggambarkan dengan
sangat akurat stratifikasi dari pekerjaan, bahaya yang ada di tempat kerja tersebut
dan penyakit yang mungkin muncul akibat pekerjaan tersebut. Meskipun
Ramazzini memberikan cara pencegahan penyakit tersebut, seperti perlunya
menutupi wajah untuk menghindari debu, tetapi kebanyakan dari rekomendasinya
bersifat terapi dan kuratif.

6
Pada tahun 1775 Percival Pott, menyatakan bahwa para pekerja pembersih
cerobong asap di Inggris menderita penyakit kanker skrotum. Percival Pott
menekankan bahwa adanya jelaga dan kurangnya higiene di cerobong asap yang
menyebabkan terjadinya kanker skrotum. Dari penelitiannya ini, maka Percival
Pott menjadi Occupational epidemiologist pertama dalam sejarah.

Baru pada abad ke-19, dua orang dokter yakni Charles Thackrah di Inggris dan
Benjamin W. Mc Cready di Amerika, memulai lahirnya literatur modern dalam
bidang rekognisi penyakit akibat kerja. On the influenece of Trades, Professions,
and Occupations in the United States, in the Production of disease, hasil karya
Benjamin Mc Cready, merupakan literatur kedokteran kerja pertama yang
dipublikasikan di Amerika.

Untuk penerapan higiene perusahaan di tempat kerja suatu perusahaan


akan di perlukan pemahaman terhadap tiga prinsip dasar yaitu :

1. Pengenalan terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja.


Pengenalan dalam prinsip dasar penerapan Higiene Industri/perusahaan
yang pertama adalah pengenalan terhadap bahaya faktor – faktor yang timbul di
lingkungan kerja sebagai akibat penerapan teknologi proses produksi suatu
industri (yang meliputi faktor kimia, faktor fisik, faktor ergonomik dan faktor
biologi) yang dapat berpengaruh buruk kepada pekerjaan dan lingkungan kerja,
yang terhadap tenaga kerja dapat mengakibatkan gangguan kesehatan (sakit) yang
akan mencakup pengetahuan dan pengertian tentang berbagai jenis bahaya serta
pengaruhnya terhadap kesehatan tenaga kerja atau akibat – akibat yang dapat
ditmbulkan kepada kesehatan tenaga kerja.
Mengenal atau rekognisi merupakan serangkaian kegiatan untuk
mengenali suatu bahaya lebih detil dan lebih komprehensif dengan menggunakan
suatu metode yang sistematis sehingga dihasilkan suatu hasil yang objektif dan
bisa dipertanggungjawabkan. Dimana dalam rekognisi ini kita melakukan
pengenalan dan pengukuran untuk mendapatkan informasi tentang konsentrasi,

7
dosis, ukuran (partikel), jenis, kandungan atau struktur, dan sifat. Adapun tujuan
dari pengenalan, yaitu :

 Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat, kandungan, efek,


severity, pola pajanan, besaran).
 Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko.
 Mengetahui pekerja yang berisiko.

2. Penilaian/evaluasi terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja.


Di dalam higiene industry/perusahaan evaluasi adalah proses pengambilan
keputusan untuk menilai tingkat resiko pajanan dari bahaya semua faktor yang
timbul (yang ada) di lingkungan tempat kerja kepada tenaga kerja, sebagai akibat
penerapan teknologi proses produksi suatu industry ( termasuk faktor kimia,
faktor fisik, faktor ergonomic, dan faktor biologi ).
Kebutuhan untuk melakukan evaluasi terhadap bahaya tersebut didorong
oleh suatu kenyataan bahwa faktor yang timbul dilingkungan tempat kerja dapat
menyebabkan sakit, lika, cacatdan kematian yang lebih cepat kepada tenaga kerja
yag terpajan kepadanya. Maka dengan evaluasi telah diperoleh suatu manfaat
yang berupa keinginan melakukan upaya pencegahan terhadap pajanan faktor –
faktor lingkungan kerja yang berbahaya yang dapat menghasilkan pengaruh yang
merugikan keehatan.
Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran,
pengambilan sampel dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian lingkungan
dapat ditentukan kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif dan terinci, serta
membandingkan hasil pengukuran dan standar yang berlaku, sehingga dapat
ditentukan perlu atau tidaknya teknologi pengendalian, ada atau tidaknya korelasi
kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan lingkungannya , serta
sekaligus merupakan dokumen data di tempat kerja. Tujuan dari pengukuran
dalam evaluasi, yaitu :

 Untuk mengetahui tingkat risiko.


 Untuk mengetahui pajanan pada pekerja.

8
 Untuk memenuhi peraturan (legal aspek).
 Untuk mengevaluasi program pengendalian yang sudah dilaksanakan.
 Untuk memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki pekerja.
 Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik.

3. Pengendalian terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja.


Pengendalian faktor – faktor lingkungan kerja sesungguhnya dimaksudkan
untuk menciptakan atau memelihara lingkungan kerja agar tetap sehat dan aman
atau memenuhi persyaratan kesehatan dan norma keselamatan, sehingga tenaga
kerja terbebas dari ancaman gangguan kesehatan dan keamanan atau tenaga kerja
tidak menderita penyakit akibat kerja dan tidak mendapat kecelakaan kerja.
Pengendalian faktor – faktor lingkungan kerja sesungguhnya dimaksudkan
untuk menciptakan atau memelihara lingkungan kerja agar tetap sehat dan aman
atau memenuhi persyaratan kesehatan dan norma keselamatan, sehingga tenaga
kerja terbebas dari ancaman gangguan kesehatan dan keamanan atau tenaga kerja
tidak menderita penyakit akibat kerja dan tidak mendapat kecelakaan kerja. Ada
beberapa bentuk pengendalian atau pengontrolan di tempat kerja yang dapat
dilakukan , yaitu :

 Eliminasi : Merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya serta


menghentikan semua kegiatan pekerja di daerah yang berpotensi bahaya.
 Substitusi : Modifikasi proses untuk mengurangi penyebaran debu atau
asap, dan mengurangi bahaya, pengendalian bahaya kesehatan kerja
dengan mengubah beberapa peralatan proses untuk mengurangi bahaya,
mengubah kondisi fisik bahan baku yang diterima untuk diproses lebih
lanjut agar dapat menghilangkan potensi bahayanya.
 Isolasi : Menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan pekerja
dengan menempatkannya di tempat lain atau menjauhkan lokasi kerja
yang berbahaya dari pekerja lainnya, dan sentralisasi kontrol kamar.
 Engineering control : Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi
pada faktor lingkungan kerja selain pekerja.

9
 Administrasi control: Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi
pada interaksi pekerja dengan lingkungan kerja.
 APD (Alat Pelindung Diri) : Langkah terakhir dari hirarki pengendalian.
 Ventilasi umum : Mengalirkan udara bersih, aman, dan untuk menekan
kadar kontaminan dari bahan yang berbahaya.
 Ventilasi lokal : Menangkap bahan kontaminan sebelum membahayakan
pekerja.

D. pengujian lingkungan kerja.

Proses pengujian lingkungan kerja yang dilakukan oleh seorang ahli


hygiene perusahaan terutama ditujukan kepada faktor fisika, seperti suhu/tekanan
panas, kelembaban, pencahayaan, kebisingan, getaran, radiasi, dan faktor kimia
berupa gas, uap, larutan kimia, debu. Akan tetapi bersamaan dengan keahlian lain
seperti ahli biologi, ahli ergonomi, psikolog, ahli lingkungan.
Pengujian lingkungan kerja dilakukan atas inisiatif pejabat yang
berwenang untuk menentukan sejauh mana pekerja terpajan oleh faktor
lingkungan kerja, menentukan efektivitas alat pengendali di perusahaan, meneliti
tempat kerja berdasarkan keluhan atau gangguan kesehatan pekerja, peningkatan
kesehatan pekerja dan produktivitas pekerja dan memenuhi komitmen perusahaan
dalam penerapan Hiperkes dan Keselamatan Kerja dalam sistem manajemen
nasional dan internasional. Terdapat juga NAB yang ditentukan sebagai
pengendali. Nilai ambang batas (NAB) adalah sebagai pedoman dalam
pengendalian bahaya lingkungan kerja.

E. Tujuan hygiene perusahaan

 Meningkatkan derajat kesehatan karyawan setinggi-tingginya melalui


pencegahan dan penanggulangan penyakit dan kecelakaan akibat kerja serta
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi karyawan.
 Meningkatkan produktivitas karyawan dengan memberantas kelelahan
kerja,meningkatkan kegairahan kerja dan memberikan perlindungan kepada
karyawan dan masyarakat sekitarnya thd.bahaya-bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh perusahaan.

10
. F. Potensi Bahaya Pada Factor Fisika dan Kimia yang Terjadi dalam
Hygiene Perusahaan

Faktor lingkungan kerja yang dapat menimbulkan bahaya di tempat


kerja(occupational health hazards) adalah bahaya faktor fisika, bahaya faktor
kimia.
1. Bahaya Fisika :
Bahaya faktor fisika meliputi : kebisingan, pencahayaan, iklim kerja/tekanan
panas, getaran, radiasi dsb.

 Kebisingan
Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan
kerusakan pada indera pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil penelitian
diperoleh bukti bahwa in tensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang
mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah diatas 60 dB. Oleh sebab itu para
karyawan yang bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB
maka harus dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat) telinga guna mencegah
gangguan pendengaran. Disamping itu kebisingan juga dapat mengganggu
komunikasi.Sumber Suara Skala intensitas(dB) :
Halilintar 120 Kantor gaduh 70,ü
Meriam 110 Radio 60ü
Mesin uap 100 Kantor pd umumnya 40ü
Jalan yg ramai 90 Rumah tenang 30ü
Pluit 80 Tetesan air 10ü

 Penerangan atau pencahayaan


Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah
beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan
kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup
untuk menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan
memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan
menghindarkan dari kesalahan kerja. Akibat dari kurangnya penerangan di

11
lingkungan kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para
karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit
kepala (pusing-pusing), menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya
konsentrasi dan kecepatan berpikir. Disamping itu kurangnya penerangan
memaksa pekerja untuk mendekatkan matanya ke objek guna memperbesar
ukuran benda.
Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan
dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

 Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan


latar belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja
harus berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.
 Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat
kerja.
Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan
dengan lampu-lampu tersendiri.
Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing
tenagakerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak
diberikan tugas di malam hari.
 Getaran
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti:
frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau
intermitten.Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam
memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan “powered
tool” berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai ”
Raynaud’s phenomenon ” atau ” vibration-induced white fingers”(VWF).

Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem
saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan
sakit tulang belakang.

12
2. Bahaya Kimia
Bahaya faktor kimia meliputi korosi,debu Pb, NOx, NH3, CO, dsb.
 Korosi
Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada
permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan
adalah bagain tubuh yang paling umum terkena. Contoh : konsentrat asam dan
basa , fosfor.
 Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi
kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat
pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema
(bengkak)
Contoh:
Kulit ( asam, basa,pelarut, minyak), Pernapasan : aldehydes, alkaline dusts,
amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine ,bromine, ozone.

 Racun Sistemik
Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ atau
sistem tubuh. Contoh :
Otak : pelarut, lead,mercury, manganese
Sistem syaraf peripheral : n-hexane,lead,arsenic,carbon disulphide
Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene glycol ethers
Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated hydrocarbons
Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis )

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Higiene industri didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam melakukan


antisipasi, rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor
lingkungan atau stresses, yang timbul di atau dari tempat kerja, yang bisa
menyebabkan sakit, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau ketidaknyamanan
yang berarti bagi pekerja maupun warga masyarakat. Higene industri dapat
dikatakan sebagai juru bicara antara profesi keselamatan dan kedokteran.Adapu
ruang lingkup hygiene industry terdiri dari antisipasi, rekognisi, evaluasi dan
pengontrolan.Potensi bahaya yang terdapat di lingkungan industry yaitu bahaya
fisik, bahaya kimia, factor biologi, ergonomic dan factor psikologi.

B. Saran

Agar pekerja bisa nyaman dan produktif perlu upaya untuk


meminimalkan bahaya di tempat kerja(factor fisika dan factor kimia). Upaya
untuk melakukan pengendalian bahaya tersebut meliputi: eliminasi,
substitusi,isolasi dan rekayasa enginering, upaya administrasi dan menggunakan
Alat Pelindung Diri (APD)

14
DAFTAR PUSTAKA

https://consisteria.blogspot.com/2015/07/higiene-perusahaan.html

https://consisteria.blogspot.co.id/2015/07/higiene-perusahaan.html

https://dyahpithaloka.wordpress.com/2010/11/22/higiene-industri/

http://kesmasy.wordpress.com/2010/02/03/hiperkes-higiene-perusahaan-
ergonomi-dan-kesehatan/

http://percikcahaya.blogspot.com/2011/01/higiene-perusahaan-dan-kesehatan-
kerja_19.html

15

Anda mungkin juga menyukai