Anda di halaman 1dari 12

Makalah

Manusia: Antara Kesempurnaan dan Keterbatasan

Disusun oleh:

1. Brillianita Rezki. H (D121191047)


2. Reinhart Wibisono Soplantila (D121191051)
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya yang
telah memberikan kesempatan, kekuatan, dan kesehatan untuk bisa melaksanakan
praktikum ini hingga selesai. Puji Tuhan, berkat rahmat dan karunia-Nya pula kami
mampu menyelesaikan makalah ini dengan lancar.

Sejak tanggal 23 Agustus 2019 sampai tanggal 27 Agustus 2019, kami


mendapat banyak tantangan dalam menulis makalah ini seperti kurangnya
pemahaman dalam membaca materi dan kurangnya buku atau sumber-sumber materi
yang dapat dijadikan sebagai sumber dari makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun
demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik.

Gowa, 27 Agustus 2019

Kelompok 1

ii
Daftar Isi

Halaman judul…………………………………………………………………......…...i

Kata pengantar………………………………………………………...…………...…ii

Daftar isi……………………………………………………………………….……..iii

Bab 1: pendahuluan

1.1 Latar belakang……………………………………………………………….........1


1.2 Rumusan masalah………………………………………………….……………...1
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………..1

Bab 2: Pembahasan

2.1 Pengertian manusia………………………………………………………………..2


2.2 Sisi kesempurnaan manusia……………………………………………….............3
2.3 Sisi keterbatasan manusia…………………………………………………………4
2.4 Perkembangan ilmu pengetahuan…………………………………………............5
2.5 Cara manusia mengatasi keterbatasannya .……………………………….............6

Bab 3: Penutup

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..……8
3.2 Daftar Pustaka…………………………………………………………..…………9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna diantara semua makhluk
ciptaan Tuhan lainnya. Sebab pada dasarnya hanya manusia yang diberi anugerah
lebih oleh Tuhan dibanding makhlukNya yang lain. Selain hawa nafsu yang
menjadi faktor penggerak bagi setiap manusia untuk berbuat sesuatu, manusia
juga dianugerahkan akal budi agar mampu memperoleh ilmu pengetahuan dan
mengolahnya untuk menciptakan suatu teknologi sesuai apa yang dibutuhkan.
Sehebat apapun manusia, tetap memiliki keterbatasan. Keterbatasan yang
dimiliki manusia yaitu masih kurang dalam mengoptimalkan kemampuan yang
dimilikinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu manusia?
2. Apa saja sisi kesempurnaan manusia?
3. Apa saja sisi keterbatasan manusia?
4. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan dari dulu hingga saat ini?
5. Bagaimana cara mengatasi keterbatasan manusia?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian manusia
2. Untuk mengetahui sisi kesempurnaan manusia
3. Untuk mengetahui sisi keterbatasan manusia
4. Untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dari dulu hingga saat ini
5. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi keterbatasan manusia

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manusia

Manusia dapat diartikan sebagai makhluk hidup yang berakal budi dan
memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar untuk memperoleh pengetahuan tentang
sesuatu serta memiliki hasrat untuk menjadi makhluk yang lebih dari makhluk
lainnya.

Berikut ini adalah pendapat para ahli mengenai definisi manusia :

1. Erbe Sentanu

Manusia adalah makhluk sebaik – baiknya ciptaanNya. Bahkan


manusia adalah ciptaan yang paling sempurna dibandingkan makhluk lainnya.

2. Omar Mohammadal-Toumy Al-Syaibany

Manusia adalah makhluk yang paling mulia, manusia adalah makhluk


yang berpikir, dan manusia adalah makhlluk yang memiliki 3 dimensi (
badan, akal, ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi factor
keturunan dan lingkkungan.

3. Upanisads

Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran,


dan prana atau badan fisik.

4. Paula J.C & Janet W.K

Manusia adaalah makhluk terbuka, bebas memilih makna dalam


situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu
serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan
berbagai kemungkinan.

2
2.2 Sisi Kesempurnaan Manusia

Manusia memiliki kecerdasan yang dianugerahi oleh sang penciptanya.


Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
artinya sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti).

Berdasarkan jenisnya kecerdasan dibagi sebagai berikut :

1. IQ (intelligence quotient)

Kemampuan untuk berpikir, mengolah serta menguasai lingkungannya


untuk memecahkan masalah logika.

2. EQ (emotional quotient)

Kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri maupun orang lain.

3. SQ (spiritual quotient)

Kemampuan untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui


penciptanya.

4. CQ (Creativity Quotient)

Kemampuan untuk menciptakan suatu hal yang baru dalam bidang


ilmu teknologi maupun bidang lainnya.

5. AQ (Adeversity Quotient)

Kemampuan untuk bertahan dalam menghadapi atau mengatasi


masalah hidup.

Manusia dapat menggunakan kemampuan yang dimilikinya agar memperoleh


dan memperluas wawasan akal pikirannya. kata akal berasal dari bahasa arab al-‘aql
yang menurut Endang Saifuddin Anshari, merupakan suatu potensi dalam ruhani
manusia yang memiliki kesanggupan untuk menegerti sedikit secara teoritis realitas

3
kosmis yang mengelilinginya dan yang secara praktis dapat mengubah dan
mempengaruhinya. sedangkan pikiran berasal dari bahasa arab al-fikr, menurut
Wikipedia pikiran adalah ide dari pikiran dan proses mentalnya.

Kemampuan manusia untuk melahirkan pengetahuan-pengetahuan baru


sehingga mampu menyelesaikan masalah kehidupan. Pengetahuan ilmiah adalah
sebuah produk aktivitas raga, jiwa, dan roh. Raga kemampuan mengindra pertanda
melalui informasi dari objek kajian, jiwa berkemampuan menata dan menyimpan
informasi, dan akal pikiran berkemampuan mengolah informasi, jiwa dan rohaniah
merupakan pemroses informasi yang masuk untuk menjadi sebuah pengetahuan
ilmiah.

2.3 Sisi Keterbatasan Manusia

Seringkali ditemukan dan dialami bahwa hubungan antara pengamat dengan


realitas yang diamati tidak selalu bersesuaian. Karena tidak mungkin realitas secara
keseluruhan dapat diamati. Apa yang dipikirkan dari realitas dengan proses pemikiran
biasa berselisih karena terdapat bagian realitas yang tidak terpikirkan karena luput
dari pengamatan.

Menurut A. S. Eddington dalam buku berjududl ‘What is Life’ oleh E.


Schrodinger (1948), menggambarkan bahwa dalam dunia fisika, subjek melihat objek
bagaikan baying-bayang dari pertunjukkan kinerja kehidupan yang sebetulnya tidak
asing lagi. Kegiatan keilmuan fisika sangat berhubungan dengan pengungkapan dunia
baying-bayang sekalipun dalam kegiatannya. Karena itu, keilmuwan tidak dapat
membuat pernyataan faktual mengenai suatu objek eksternal tanpa melakukan
sentuhan dengannya.

Untuk menghasilkan sebuah pengetahuan akan sangat tergantung kepada


kualitas hubungan subjek dengan objek, antara objek yang diketahui dengan subjek
yang mengetahuinya harus terpelihara suatu ikatan interaksi atau dialog intensif agar
dapat mmendorong tindakan yang menghasilkan pengetahuan.

4
2.4 Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan bersifat mencabang-cabangkan ke dalam berbagai disiplin.


Pada awal abad ke-20 ilmu pengetahuan dikenal sebagai reductionism (pendekatan
yang mengurangi suatu kompleksitas masalah menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil). Wallerstein (1997) membagi ilmu pengetahuan menjadi 2 kutub. Kutub
pertama adalah kutub matematika, yaitu suatu aktivitas non-empirik. Ilmu
matematika adalah ilmu alam eksperimental yang perlu dibuktikan dengan melakukan
pengujian seperti ilmu fisika, ilmu biologi, dan ilmu kimia. Kutub kedua adalah kutub
filsafat. Yang juga bersifat non-empirik. Kutub filsafat di sisi lain memiliki ciri
pertimbangan terhadap berbagai kemungkinan, sehingga tidak bersifat deterministik
(keyakinan filosofis) tetapi lebih spekulatif (pemikiran secara teori) dan dekat dengan
ilmu-ilmu kemanusiaan, seperti kesenian dan kesusasteraan.

Mattulada (1991) membedakan pengetahuan hasil pemikiran Barat, seperti


contoh yang diuraikan sebelumnya oleh Wallerstein (1997), dengan pengetahuan
hasil pemikiran Timur. Mattulada berpendapat bahwa pengetahuan itu diperoleh dari
pengalaman batin meliputi segenap makhluk, dan mencakup alam-kodrati manusia,
segala masalah kehidupan manusia lahir dan batin, termasuk keimanan dan
kepercayaannya. Pada dasarnya yang menjadi buah pemikiran manusia adalah hasil
olahan daya-budi manusia. Selain perpisahan antara ilmu penegetahuan dengan
filsafat, pada saat itu terjadi juga proses percabangan filsafat, filsafat Barat mengarah
ke reduksionisme, dan filsafat Timur mengarah ke holisme.

Akhir abad ke-20, kecenderungan kembali menuju kepada pandangan ‘serba


utuhan’ atau holistik. Klein menjelaskan keunggulan sebuah penelitian yang bersifat
interdisipliner dimaksudkan untuk menggapai beberapa tujuan, yaitu untuk:

1. Menjawab masalah yang kompleks


2. Membahas isu yang luas
3. Menjajaki hubungan antar berbagai disiplin dan profesi

5
4. Memecahkan masalah yang berada di luar jangkauan sebuah disiplin
5. Mencapai keutuhan pengetahuan pada skala yang terbatas ataupun luas.
2.6 Cara manusia mengatasi keterbatasannya

Dengan keterbatasannya, manusia hanya bisa mengandalkan akal budi


mereka. Maka dari itu diperlukan cara agar manusia dapat mengatasi keterbatasan
mereka. Caranya adalah dengan mempelajari pengetahuan interdisipliner.

Menurut Wikipedia, pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan


dengan pemahaman dan potensi untuk menindak yang lantas melekat di benak
seseorang. Sedangkan interdisipliner adalah pendekatan melalui pemecahan masalah
dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan
secara terpadu. Jadi pengetahuan interdisipliner adalah informasi yang telah
dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi melalui pendekatan pemacahan
masalah dengan menggunakan berbagai sudut pandang ilmu serumpun.

Penelitian interdisipliner muncul karena mengangkat permasalahan dari


realitas, yang merupakan hasil interaksi antara manusia (culture) dengan alam
(nature). Karena keterbatasan pemikiraan dan pengalaman manusia dalam mengelola
alam, maka seringkali dinamika alam di luar jangkauan alur pikiran manusia. Bahkan
para peneliti juga tidak mampu mengamati realitas secara keseluruhan. Maka dari itu,
dengan penelitian interdisipliner manusia dapat menjalin kerja sama untuk
keterpaduan melalui komunikasi antar bidang disiplin ilmu namun tidak saling
interpensi.

Dalam memecahkan sebuah kasus, interdisipliner ini seringkali digunakan.


Dalam hal ini selain sebagai pemecahan masalah juga sebagai alat analisis yang kuat
sehingga dapat diketahui bagian-bagian kasus melalui cabang yang berbeda. Dalam
memecahkan banyak kasus, pelaksanaan penelitian dengan kerangka kognitif
interdisiplin memerlukan pemikiran individu yang terkibat berpihak kearah spektrum
dengan sudut pandang yang lebih luas.

6
Kerangka kognitif penelitian aditif (multidisipliner) bermanfaat dalam
kompilasi hasil yang luas, sehingga gambaran aneka warna dan ragam objek kajian
dapat disajikan. Sedangkan dalam kerangka kognitif penelitiaan yang integratif
(interdisipliner) lebih mementingkan bentuk interaksi di antara banyak bidang
tinjauan, apakah hubungannya tersebut bersifat fungsional, mutual dan yang lainnya.
Dengan kata lain, penelitian yang integratif selain menghasilkan konfigurasi berbagai
kesimpulan, dan penelitian yang integratif selain menghasilkan konfigurasi berbagai
kesimpulan juga dapat mengutarakan pola interaksi di antara berbagai kesimpulan.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada sisi kesempurnaan, manusia dianugerahi kecerdasan intelektual,


emosional, dan spiritual, sehingga dengan akal-pikiran dan akal-budinya mampu
menyusun berbagai jenis pengetahuan dan mengembangkan nilai-nilai kearifan. Pada
sisi keterbatasan, karena kompleksitas dan kerumitan realitas fenomenal maupun
noumenal yang dihadapi, dan karena keterbatasan kemampuannya, maka manusia
mendekati realitas melalui penyederhanaan model tinjauan, sehingga seringkali
terjebak kedalam reduksionisme. Jebakan ini memperlemah tindakan yang adil,
sehingga pengetahuan kembali ke arah holism seperti dipesankan oleh filsafat timur.

8
DAFTAR PUSTAKA

Suriamihardja Dadang, dkk. 2017. Wawasan Ipteks Ilmu Pengetahuan, Teknologi,


dan Seni. Jakarta: Erlangga

https://id.wikipedia.org/wiki/Pikiran

https://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Cerdas

Anda mungkin juga menyukai