SUKU ASMAT
Disusun Oleh :
Sukmayani F061191028
Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan – nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu nabi Muhammad
SAW yang kita nanti – nantikan syafa’atnya diakhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada ALLAH SWT atas limpahan nikmat sehat – nya
baik itu berupa sehat fisik maupun sehat akal pikiran sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan tugas pembuatan makalah dengan judul “ Filsafat Suku Asmat ”. Penulis tentu
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan didalamnya untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran
dari pembaca untuk makalah ini, Agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Jika terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis memohon maaf yang
sebesar - besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal - usul Suku Asmat ?
2. Bagaimana kondisi dan letak geografis Suku Asmat ?
3. Bagaimana sistem religi dan kepercayaan Suku Asmat ?
4. Bagaimana adat istiadat dan kekerabatan di Suku Asmat ?
5. Seperti apa bahasa dan pakaian Suku Asmat ?
6. Bagaimana kesenian dan rumah adat Suku Asmat ?
7. Bagaimana mata pencaharian dan alat transportasi masyarakat Suku Asmat ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui asal usul Suku Asmat
2. Mengetahui bagaimana kondisi dan letak geografis Suku Asmat
3. Membantu pembaca untuk mengetahui kebudayaan yang terdapat di Suku Asmat
4. Sebagai sumber referensi untuk mengetahui kebudayaan Suku Asmat
5. Ikut menjaga dan melestarikan kebudayaan bangsa
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam mitologi orang Asmat yang berdiam di Teluk Flaminggo misalnya, dewa itu
namanya Fumeripitsy. Ketika ia berjalan dari hulu sungau ke arah laut, ia diserang oleh
seekor buaya raksasa. Perahu lesung yang ditumpanginya tenggelam. Sehingga terjadi
perkelahian yang akhirnya ia dapat membunuh buaya tersebut, tetapi ia sendiri luka
parah. Ia kemudian terbawa arus dan terdampar di tepi Sungai Asewetsy, Desa Syuru
sekarang. Untung ada seekor burung Flamingo yang merawatnya sampai ia sembuh
kembali, kemudian ia membangun rumah Yew dan mengukir dua patung yang sangat
indah serta membuat sebuah genderang, yang sangat kuat bunyinya. Setelah ia selesai, ia
mulai menari terus-menerus tanpa henti, dan kekuatan sakti yang keluar dari gerakannya
itu memberi hidup pada kedua patung yang diukirnya. Tak lama kemudian mulailah
patung - patung itu bergerak dan menari, dan mereka kemudian menjadi pasangan
manusia yang pertama, yaitu nenek - moyang orang Asmat.
3
B. Kondisi dan Letak Geografis
Letak Geografis Suku Asmat terdiri dari pantai selatan dan merupakan wilayah yang
terisolasi di Provinsi Irian Jaya. Papua terletak tepat di sebelah selatan garis khatulistiwa,
namun kerana daerahnya yang bergunung - gunung maka iklim di Papua sangat bervariasi
melebihi daerah Indonesia lainnya. Di daerah pesisiran barat dan utara beriklim tropika
lembap dengan tadahan hujan rata - rata berjumlah diantara 1.500 – 7.500 mm pertahun.
Tadahan hujan tertinggi terjadi di pesisir pantai utara dan di pegunungan tengah,
sedangkan tadahan hujan terendah terjadi di pesisir pantai selatan. Suhu udara bervariasi
sejajar dengan bertambahnya ketinggian. Daerah ini memiliki luas sekitar 10.000 mil
persegi dan terdiri daria rawa dan hutan bakau.
4
1
1
Angga Setyo Apriyono, “ Kebudayaa Suku Asmat “,
https://sipadu.isi-ska.ac.id/mhsw/laporan/laporan_4275151126092237.pdf, hlm. 2.
C. Sistem Kepercayaan dan Religi
Masyarakat Suku Asmat beragama Katolik, Protestan dan Animisme yakni suatu
ajaran dan praktek keseimbangan alam dan penyembahan kepada roh orang mati atau
patung. Bagi Suku Asmat ulat sagu merupakan bagian penting dari ritual mereka. Setiap
ritual ini diadakan, dapat dipastikan kalau banyak sekali ulat yang dipergunakan. Menurut
Eros Rumansa (2003), ada banyak pertentangan di antara masyarakat Asmat, yang paling
mengerikan adalah cara yang dipakai untuk membunuh musuhnya. Ketika musuh
terbunuh, mayatnya dibawa ke kampung, kemudian dipotong dan dibagikankepada
seluruh penduduk untuk memakan bersama. Mereka menyanyikan lagu kematian dan
memenggal kepalanya. Otaknya dibungkus daun sago dan dipanggang kemudian
dimakan.Ini menunjukkan bahwa jika setelah berhasil membunuh musuhnya, lalu
memakan mayat musuh melambangkan seluruh kekuatan musuh berpindah ketubuhnya.
(Eros, 2003).
Suku Asmat percaya bila di wilayahnya terdapat tiga macam roh yang masing-masing
mempunyai sifat baik, jahat dan yang jahat namun mati. Berdasarkan mitologi
masyarakat Asmat berdiam di Teluk Flamingo, dewa itu bernama Fumuripitis. Orang
Asmat yakin bahwa di lingkungan tempat tinggal manusia juga diam berbagai macam roh
yang mereka bagi dalam 3 golongan, yaitu :
5
Yi – ow atau roh nenek moyang yang bersifat baik terutama bagi
keturunannya.
Kehidupan orang Asmat banyak diisi oleh upacara - upacara. Upacara besar
menyangkut seluruh komuniti desa yang selalu berkaitan dengan penghormatan roh
nenek moyang seperti berikut ini :
Suku ini percaya bahwa sebelum memasuki surga, arwah orang yang sudah
meninggal akan mengganggu manusia. Gangguan bisa berupa penyakit, bencana, bahkan
peperangan. Maka, demi menyelamatkan manusia serta menebus arwah, mereka yang
masih hidup membuat patung dan menggelar pesta seperti pesta patung bis
(bioskokombi), pesta topeng, pesta perahu dan pesta ulat - ulat sagu.
6
2) Kematian
Orang Asmat tidak mengenal dalam hal mengubur mayat orang yang telah
meninggal. Bagi mereka, kematian bukan hal yang alamiah. Bila seseorang tidak
mati dibunuh , mereka tetap percaya bahwa orang tersebut mati karena suatu sihir
hitam. Bayi yang baru lahir yang kemudian mati pun dianggap hal yang biasa,
mereka tidak terlalu sedih karena mereka percaya bahwa roh bayi itu ingin segera
ke alam roh – roh ( W kurniati, 2013 ). Sebaliknya kematian orang dewasa
mendatangkan duka cita yang amat mendalam bagi masyarakat Asmat. Suku
Asmat percaya bahwa kematian yang datang kecuali pada usia yang terlalu tua
atau terlalu muda, adalah disebabkan oleh tindakan jahat, baik dari kekuatan
magis atau tindakan kekerasan. Kepercayaan mereka mengharuskan pembalasan
dendam untuk korban yang sudah meninggal kepada roh leluhur, kepada siapa
mereka membaktikan diri, direpresentasikan dalam ukiran kayu spektakuler di
kano, tameng atau tiang kayu yang berukir figur manusia. ( Bambang Suwondo,
1982: 78 ).
7
Orang asmat menunjukan kesedihan mereka karena kehilangan dengan cara
menangis selama berhari - hari. Menurut Eros Rumansa mayat orang yang telah
meninggal biasa diletakkan di atas para ( anyaman bambu ), yang telah
disediakan di luar kampung dan dibiarkan sampai busuk. Kelak, tulang
belulangnya dikumpulkan dan disipan di atas pokok - pokok kayu. Tengkorak
kepala diambil dan dipergunakan sebagai bantal petanda cinta kasih pada yang
meninggal ( Siti Nurbayani, 2014 ). Orang Asmat percaya bahwa roh - roh
orang yang telah meninggal tersebut masih tetap berada di dalam kampung,
terutama kalau orang itu diwujudkan dalam bentuk patung mbis, yaitu patung
kayu yang tingginya 5 - 8 meter. Cara lain yaitu dengan meletakkan jenazah di
perahu lesung panjang dengan perbekalan seperti sagu dan ulat sagu untuk
kemudian dilepas di sungai dan seterusnya terbawa arus ke laut menuju
peristirahatan terakhir roh-roh ( Eros Rumansa, 2013 ). Saat ini, dengan
masuknya pengaruh dari luar, orang Asmat telah mengubur jenazah dan
beberapa barang milik pribadi yang meninggal. Orang Asmat juga tidak
memiliki pemakaman umum, maka jenazah biasanya dikubur di hutan, di
pinngir sungai atau semak - semak tanpa nisan. Namun mungkin karena insting
mereka yang tajam dimana pun jenazah itu dikubur, keluarga tetap dapat
menemukan kuburannya
3) Kelahiran
Tidak lama sesudah kelahiran bayi dilaksanakan upacara selamatan secara
sederhana dengan acara pemotongan tali pusar yang memakai Sembilu, alat yang
terbuat dari bambu yang dilanjarkan. Selanjutnya, diberi ASI sampai berusia 2
tahun atau 3 tahun.
Kekerabatan
Suku bangsa Asmat, dalam sistem kekerabatan mengenal 3 (tiga) bentuk
keluarga, yaitu :
Di samping itu, orang - orang Asmat tinggal bersama dalam rumah panggung
seluas 3 x 4 x 4 meter yang disebut Tsyem. Ini juga berfungsi sebagai tempat
penyimpanan senjata dan peralatan berburu, bercocok tanam, dan menangkap ikan.
Suku bangsa Asmat mengenal rumah panggung Yew seluas 10 x 15 meter.
Fungsinya sebagai rumah keramat dan untuk upacara keagamaan. Yew ini pada
umumnya di kelilingi oleh 10 – 15 tsyem dan rumah keluarga luas.
8
Masyarakat Asmat mengenal sistem kemasyarakatan disebut Aipem.
Pemimpin Aipem biasanya mengambil prakarsa untuk menyelenggarakan
musyawarah guna membicarakan suatu persoalan atau pekerjaan. Syarat untuk
dapat dipilih menjadi pemimpin Aipem yaitu harus orang - orang yang pandai
berkelahi, kuat dan bijaksana.
2
Angga Setyo Apriyono, “ Kebudayaa Suku Asmat “,
Selain terkenal dengan ukirannya, suku asmat juga memiliki pakaian adat yang
khas. Seluruh bahan yang digunakanpakaian tersebut langsung berasal dari alam.
Ini merupakan representatikedekatan Suku Asmat dengan alam sekitarnya.tidak
hanya bahan, desain pakaian tradisional Suku Asmat pun juga terinspirasi dari alam.
Pakaian tradisional laki - laki dibuat menyerupai burung atau binatang lainnya
karena di anggap sebagai lambang kejantanan. Sementara rok dan penutup dada
bagi perempuan yang dibuat dengan daun sagu sehingga sekilas mirip dengan
keindahan bulu burung kasuari (Ahmadibo,2011). Bagian penutup kepala juga
terbuat dari daun sagu dengan bagian samping menggunakan bulu burung kasuari.
Semua hal tersebut seolah menunjukkan betapa dekatnya Suku Asmat dengan
alamnya.
10
F. Kesenian dan Rumah Adat Suku Asmat
Kesenian Suku Asmat
1) Alat Musik Tifa
Alat musik Tifa seperti daerah - daerah di Indonesia lannya, papua juga
memiliki alat musik khas daerahnya. Tifa merupakan alat musik yang mirip
dengan gendang yang merupakan alat musik khas daerah maluku dan papua.
Menurut Ahmadibo, alat musik ini terbuat dari kayu yang dilubangi tengahnya
dengan penutup biasanya menggunakan kulit rusa. hal ini dimaksudkan untuk
membuat bunyi - bunyian yang indah ( Ahmadibo, 2011 ).
Alat musik ini biasa digunakan untuk acara - acara tertentu seperti upacara
adat dan yang paling sering dalam tari - tarian peperangan. layaknya sebuah
genderang, tifadigunakan untuk mengobarkan semangat masyarakat saat akan
melakukan perang. beda dengan genderang Tifa biasanya digunakan untuk
mengiringi tari - tarian yang dilakukan sebelum perang.
2) Ukiran – Ukiran
Ukiran merupakan kesenian yang paling terkenal dari Suku Asmat. Ukiran
- ukiran Suku Asmat tidak hanya terkenal di Indonesia namun juga dikalangan
turis - turis asing.
11
Suku Asmat biasanya mengadopsi pengalaman dan lingkungan hidup
sehari - hari sebagai pola ukiran mereka, seperti pohon, perahu binatang dan
orang berperahu, orang berburu dan lain - lain. Mengukir merupaka sebuah
tradisi dan ritual yang terkait erat dengan spiritualitas hidup Suku Asmat yang
kebanyakan masih menganut kepercayaan dinamisme. Mereka tidak hanya
sekedar mengukir namun juga merupakan cerminan dari sebuah kehidupan
spiritual masyarakat Suku Asmat sendiri. Masyarakat Asmat terdiri dari 12 sub
etnis dan masing - masing memiliki ciri khas pada karya seni ukirnya. Begitu
juga dengan kayu yang digunakan. Ada sub etnis yang menonjol ukiran
patungnnya, ada juga yang menonjol ukiran salawaku atau perisai ada pula yang
memiliki ukiran untuk perhiasan dinding dan peralatan perang ( Ahmadibo,
2011 ).
3) Tarian Tobe
12
Rumah Adat Suku Asmat
Suku Asmat memiliki sebuah rumah adat yang diberi nama Jew. Setiap desa
Suku Asmat umumnya memiliki satu buah Jew dengan fungsi yang mirip dengan
balai desa. Menurut Ahmadibo, Jew merupakan sebuah rumah yang cukup besar
yang biasa dibangun diantara pohon di pinggir sungai dengan pondasi
menggunakan kayu - kayu besi yang kokoh. Bentuknya memanjang memiliki pintu
masuk yang lebih dari satu dengan tangga sederhana untuk jalur masuk didepan
pintu rumah.
Jew disebut juga rumah bujang karena yang tinggal didalam rumah tersebut
adalah kaum laki - laki yang belum pernah menikah. Rumah ini juga dapat
digunakan untuk seluruh penduduk Suku Asmat terutama laki - laki karena
dianggap sebagai pimpinan keluarga. Biasanya rumah ini digunakan juga untuk
berkumpulnya para pemuka adat dan pimpinan Suku Asmat untuk melakukan rapat
desa maupun menentukan strategi perang (Ahmadibo, 2011).
13
G. Mata Pencaharian dan Alat Transportasi Suku Asmat
Mata Pencaharian Suku Asmat
Mata pencaharian Suku Asmat antara lain meramu sagu dan berburu binatang
( babi hutan). Masyarakat Suku Asmat yang tinggal di daerah hulu menanam pohon
pada kebun – kebun mereka.
Alat Transportasi
Masyarakat Asmat mengenal perahu lesung sebagai alat transportasinya.
Pembuatan perahu dahulunya digunakan untuk persiapan suatu penyerangan dan
pengayauan kepala. Bila telah selesai, perahu tersebut dicoba menuju ke tempat
musuh dengan maksud memanas - manasi musuh dan memancing suasana musuh
agar siap berperang. Selain itu, perahu lesung juga digunakan untuk keperluan
pengangkutan dan pencarian bahan makanan. Setiap 5 tahun sekali, orang -orang
Asmat membuat perahu - perahu baru.
Walaupun daerah Asmat kaya akan berbagai jenis kayu, namun pembuatan
perahu mereka memilih jenis kayu khusus yang jumlahnya tidak begitu banyak.
Yang digunakan adalah kayu kuning, ketapang, bitanggur atau sejenis kayu susu
yang disebut yerak. Ada 2 macam perahu yang biasa digunakan, yaitu perahu milik
keluarga yang tidak terlalu besar dan memuat 2 - 5 orang dengan panjang 4 - 7
meter. Sedangkan perahu clan biasa memuat antara 20 - 20 orang dengan panjang
10 - 20 meter. Dayung terbuat dari kayu yang tahan lama, misalnya kayu besi.
Karena dipakai sambil berdiri, maka dayung orang Asmat sangat panjang
ukurannya. Benda ini wajib dimiliki oleh setiap orang Asmat karena daerah tempat
tinggal banyak dikelilingi dengan rawa - rawa.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suku Asmat merupaka suku terbesar di tanah Papua. Mereka memiliki
berbagai macam budaya yang unik dan menarik. Kehidupan adat yang sangat
kompleks menjadi sebuah hal yang menarik untuk selalu di pelajari. Kehidupan sehari
- hari Suku Asmat memang tidak bisa lepas dari akar budaya mereka. Dimulai dari
rumah, pakaian senjata bahkan proses pernikahan pun terlihat sangat khas.
Adat istiadat Suku Asmat mengakui dirinya sebagai anak dewa yang berasal
dari dunia mistik atau gaib yang lokasinya berada di mana mentari tenggelam setiap
sore hari. Mereka yakin bila nenek moyangnya pada jaman dulu melakukan
pendaratan di bumi di daerah pegunungan. Selain itu orang Suku Asmat juga percaya
bila di wilayahnya terdapat tiga macam roh yang masing-masing mempunyai sifat
baik, jahat dan yang jahat namun mati. Berdasarkan mitologi masyarakat Asmat
berdiam di Teluk Flamingo dewa itu bernama Fumuripitis.
Kedekatan mereka dengan alam sangat tercermin dari tata cara kehidupan
mereka. Pakaian mereka yang terbuat dari bahan -bahan yang ada di alam. Ukiran -
ukiran bahkan konsep tata cara hidup mereka juga terinspirasi dari alam.
B. Saran
1) Bagi pemerintah
Dalam rangka meningkatkan dan mengangkat budaya daerah diantaranya
budaya Suku Asmat hendaklah pemerintah memperhatikan keberadaan budaya
di daerah tersebut dengan memperkenalkan dalam pertunjukan nasional baik
seni tari maupun seni pahat patung sebagai aneka ragam budaya Indonesia yang
di kenal di manca negara dan salah satu pengahasil devisa negara.
2) Bagi pembaca
Memberikan nuansa baru dalam menambah wawasan pengetahuan yang
memungkinkan mahasiswa berkesempatan untuk memperbaiki cara dan sikap
dalam memahami budaya daerah yang beraneka ragam sebagai budaya nasional
dan menumbuhkan rasa persatuan kebangsaan.
15
DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH
JURNAL
INTERNET
http://loita-kurrota-a.blog.ugm.ac.id/2011/11/09/sistem-kepercayaan-
sukuasmat/(Kamis, 31 Oktober 2019 : 20:10 )
http://suku-asmat-smk.blogspot.co.id/2013/08/letak-geografis.html
1) Mengapa kehidupan sosial budaya Suku Asmat tidak berubah dari dulu sampai sekarang
beserta apa penghambatnya ?
Kehidupan sosial budaya Suku Asmat tidak berubah dari dulu sampai sekarang
dikarenakan dampak globalisasi yang terjadi dan sulitnya untuk mengakses wilayah
tersebut ( tidak adanya sarana dan prasana yang memadai ).
2) Apakah Suku Asmat termasuk suku kanibal ?
Iya Suku Asmat termasuk suku kanibal beberapa puluh tahun yang lalu, namun
sejak tahun 1980 Suku Asmat mulai tersentuh peradaban modern ( diawali dengan
masukya para misionaris yang mengenalkan tata cara dan perilaku kehidupan yang
beradab dan wajar ) dan mulai meninggalkan tradisi yang tidak semestinya (
kanibalisme yang melekat sebagai sifat mereka ).
3) Sebutkan keunikan – keunikan yang dimiliki Suku Asmat Papua ?
Suku Asmat adalah salah satu suku terunik yang terletak di Papua Indonesia.
Suku Asmat terkenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik yang dihasilkan dari
tangan terampil mereka begitu pun dengan koteka ( baju adat ), tradisi dan rumah
adatnya.
4) Hal apa yang menyebabkan sehingga gizi buruk pernah terjadi di Suku Asmat ?
Ada beberapa hal yang menyebabkan sehigga gizi buruk melanda suku asmat,
diantaranya :
a. Akses tempat tinggal yang jauh
Faktor pertama yang menjadi kendala pemerintah untuk memberikan layanan
kesehatan adalah akses tempat tinggal yang jauh yang sulit dijangkau oleh sarana
transportasi. Jarak antara tempat tinggal masyarakat dengan sarana kesehatan
terdekat menyebabkan penduduk asmat kesulitan dalam mendapatkan pertolongan
kesehatan pertama. Kondisi akses juga diperburuk dengan cuaca yang
menyebabkan terganggunya aliran sungai sebagai sarana transportasi.
b. Kurangnya persediaan obat
Keterbatasan vaksin dan obat obatan di tengah gizi buruk yang terjadi juga
menambah pekerjaan rumah pemerintah.
c. Kekurangan tenaga medis
Kurangnya tenaga medis
5) Jelaskan upacara besar yang berhubungan dengan penghormatan roh nenek moyang Suku
Asmat ?
a. Mbismbu ( pembuat tiang )
b. Yentpokmbu ( pembuatan dan pengukuhan rumah yew )
c. Tsyimbu ( pembuatan dan pengukuhan perahu lesung )
d. Yamasy pokumbu ( upacara perisai )
e. Mbipokumbu ( upacara topeng )
6) Orang Asmat yakin bahwa di lingkungan tempat tinggal manusia terdapat berbagai
macam roh yang mereka bagi dalam 3 golongan. Jelaskan ketiga golongan tersebut ?
a. Yi – ow atau roh nenek moyang yang bersifat baik terutama bagi keturunannya
b. Osbopan atau roh jahat dianggap penghuni beberapa jenis tertentu.
c. Dambin – ow atau roh jahat yang mati konyol.
7) Bagaimana proses pernikahan masyarakat Suku Asmat ?
Tidak ada upacara khusus dalam pernikahan Sukua Asmat. Menurut Hanisa,
saat ada laki - laki dan wanita akan menikah, laki - laki harus “membeli” wanita
pilihannya dengan menawarkan mas kawin berupa piring antik dan uang yang
senilai denganperahu Johnson (sejenis perahu motor untuk melaut). Pihak laki -
laki dilarang melakukan tindakan aniaya walaupun sudah diperbolehkan tinggal
dalam satu atap ( Hanisa, 2011 ). Hal ini menunjukan bentuk bahwa suku asmat
sangat menghargai dan menjunjung derajat wanita.
8) Apa makna dibalik pmbuatan ukiran kayu atau patung masyarakat Suku Asmat ?
Suku Asmat biasanya mengadopsi pengalaman dan lingkungan hidup sehari -
hari sebagai pola ukiran mereka, seperti pohon, perahu binatang dan orang
berperahu, orang berburu dan lain-lain. Mengukir merupaka sebuah tradisi dan
ritual yang terkait erat dengan spiritualitas hidup Suku Asmat yang kebanyakan
masih menganut kepercayaan dinamisme. Mereka tidak hanya sekedar mengukir
namun juga merupakan cerminan dari sebuah kehidupan spiritual masyarakat Suku
Asmat sendiri.
9) Nilai luhur apa yang terkandung dalam tarian pesta ulat sagu Suku Asmat ?
Tarian pesta ulat sagu adalah sebuah hasil olah rasa Suku Asmatyang bermakna
pengucapan syukur atas limpahan berkat Tuhan terhadap hasil panen sagu mereka.
Biasanya Suku Asmat melakukan tarian ini ketika sebelum dan sesudah masa panen
tiba. Hal ini mereka lakukan karena percaya tarian ini dapat menyenangkan hati
Tuhan.
10) Bagaimana cara masyarakat Suku Asmat mengubur mayat orang yang telah meninggal
dunia ?
Orang Asmat tidak mengenal dalam hal mengubur mayat orang yang telah
meninggal. Bagi mereka, kematian bukan hal yang alamiah. Bila seseorang tidak
mati dibunuh , mereka tetap percaya bahwa orang tersebut mati karena suatu sihir
hitam. Bayi yang baru lahir yang kemudian mati pun dianggap hal yang biasa,
mereka tidak terlalu sedih karena mereka percaya bahwa roh bayi itu ingin segera
ke alam roh – roh ( W kurniati, 2013 ).
Sebaliknya kematian orang dewasa mendatangkan duka cita yang amat
mendalam bagi masyarakat Asmat. Suku Asmat percaya bahwa kematian yang
datang kecuali pada usia yang terlalu tua atau terlalu muda, adalah disebabkan oleh
tindakan jahat,baik dari kekuatan magis atau tindakan kekerasan. Kepercayaan
mereka mengharuskan pembalasan dendam untuk korban yang sudah
meninggalkepada roh leluhur, kepada siapa mereka membaktikan diri,
direpresentasikan dalam ukiran kayu spektakuler di kano, tameng atau tiang kayu
yang berukir figur manusia. ( Bambang Suwondo, 1982: 78 ).