Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEBUDAYAN SUKU ASMAT DIPAPUA

DISUSUN OLEH:
ANGGOTA KELOMPOK 4 :

HARIANTO 18.09.0.008
ALFANSURI 18.09.0.013
FAHRUDIN RAKA PAMUNGKAS 18.09.0.020

UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN


FAKULTAS TEKNIK PRODI ARSITEKTUR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa juga kami berterimakasih kepada Dosen
pengampu, keluarga, dan teman-teman kami yang telah berkontribusi dalam penyelesaian
makalah ini
Tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk mengkaji budaya suku Asmat yang ada
di daerah Indonesia bagian Timur, yaitu Papua. Semoga makalah yang kami susun ini dapat
menjadi pengetahuan dan dapat bermanfaat baik untuk kami selaku penyusun maupun kepada
para pembaca
Kami sadar dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu,
kami memohon kritik dan saran dari para pembaca agar selanjutnya kami dapat menyusun
sebuah makalah dengan lebih baik lagi. Terimaksaih

Batam, 30 Semptember 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………..… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….……….. ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………………………... 1


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………….…………… 2
1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………..……. 3

2.1 Pengertian Suku Asmat …………………………………………………………………………… 3


2.2 Kondisi dan Letak Geografis …………………………………………………………………... 3
2.3 Sistem Religi Dan Kepercayaan ……………………………………………………….………. 4
2.4 Sistem Kekerabatan ………………………………………………………………………………. 5
2.5 Sistem Mata Pencaharian Hidup …………………………………………..……………….…. 6
2.6 Sistem Peralatan dan Perlengkapan Hidup yang Dipakai Suku Asmat ………………. 7
2.7 Rumah Adat ……………………………………………………………………………………………..…. 8
2.8 Alat – alat transportasi ………………………………………………………………………..………. 9
2.9 Sistem Bahasa ………………………………………………………………………………………….…. 9
2.10 Sistem Kesenian ………………………………………………………………………………….……. 10
2.11 Sistem Pengetahuan ……………………………………………………………………….…. 11

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………… 13

 A. Simpulan ……………………………………………………………………………………………… 13
 B. Saran ……………………………………………………………………………………………….…… 13

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………... 14


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki keberagaman budaya sebagai modal dasar kekuatan dalam


membangun bangsa Indonesia menuju bangsa yang besar dan modern. Di samping itu,
keberagaman budaya juga memberi manfaat yaitu dalam bidang bahasa, kebudayaan, dan
pariwisata.

Potensi keberagaman budaya dapat dijasikan obyek dan tujuan pariwisata di Indonesia
yang bisa mendatangkan devisa. Budaya lokal yang meliputi suku-suku bangsa di
Indonesia di antaranya ada Suku Asmat yang berasal dari Papua.

Papua adalah satu diantara pulau-pulau di Indonesia yang memiliki berbagai


macam suku bangsa, salah satunya adalah suku asmat. Suku Asmat adalah sebuah suku di
Papua. Letak Geografis Suku Asmat terdiri dari pantai selatan dan merupakan wilayah
yang terisolasi di Propinsi Irian Jaya. Papua terletak tepat di sebelah selatan garis
khatulistiwa, namun kerana daerahnya yang bergunung-gunung maka iklim di Papua
sangat bervariasi melebihi daerah Indonesia lainnya.

Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik. Populasi suku Asmat terbagi
dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian
pedalaman.Suku Asmat sendiri memiliki beberapa keragaman, baik dalam bidang
kesenian, mata pencaharian, adat istiadat serta sistem kekerabatan.
1.2. Rumusan Masalah
 Bagaimana kondisi dan letak geografis suku Asmat ?
 Bagaimana sistem religi dan kepercayaan suku Asmat ?
 Seperti apakah sistem kekerabatan pada suku Asmat ?
 Apa mata pencaharian masyarakat suku Asmat ?
 Apa saja peralatan dan perlengkapan hidup yang biasa digunakan suku Asmat ?
 Apa bahasa yang digunakan suku Asmat ?
 Seperti apa kesenian yang dimiliki oleh suku Asmat ?
 Bagaimana sistem pengetahuan yang dimiliki oleh suku Asmat ?

1.3. TUJUAN

1. Untuk memenuhi tugas dalam mata pelajaran Sosiologi


2. Agar membantu pembaca untuk mengetahui kebudayaan yang terdapat pada suku Asmat
3. Sebagai sumber referensi untuk mengetahui kebudayaan suku Asmat
4. Untuk ikut menjaga dan melestarikan kebudayaan bangsa
Bab II

Pembahasan

2.1. Pengertian Suku Asmat

Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua. Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran
kayunya yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir
pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda
satu sama lain dalam hal dialek, cara hidup, struktur sosial dan ritual. Populasi pesisir pantai
selanjutnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu suku Bisman yang berada di antara sungai
Sinesty dan sungai Nin serta suku Simai.

Daerah kebudayaan suku bangsa Asmat adalah daerah pegunungan di bagian


selatan Papua (Irian). Suku bangsa Asmat terdiri dari Asmat Hilir dah Asmat Hulu. Asmat
Hilir bertempat tinggal di dataran rendah yang luas sepanjang pantai yang tertutup hutan
rimbun, rawa dan sagu. Sedangkan suku Asmat Hulu bertempat tinggal di daerah berbukit-
bukit dengan padang rumput yang luas. Suku bangsa Asmat menggunakan bahasa lokal
yaitu bahasa Asmat.

2.2. Kondisi dan Letak Geografis

Letak Geografis Suku Asmat terdiri dari pantai selatan dan merupakan wilayah
yang terisolasi di Propinsi Irian Jaya. Papua terletak tepat di sebelah selatan garis
khatulistiwa, namun kerana daerahnya yang bergunung-gunung maka iklim di Papua
sangat bervariasi melebihi daerah Indonesia lainnya. Di daerah pesisiran barat dan utara
beriklim tropika lembap dengan tadahan hujan rata-rata berjumlah diantara 1.500 – 7.500
mm pertahun. Tadahan hujan tertinggi terjadi di pesisir pantai utara dan di pegunungan
tengah, sedangkan tadahan hujan terendah terjadi di pesisir pantai selatan. Suhu udara
bervariasi sejajar dengan bertambahnya ketinggian. Daerah ini memiliki luas sekitar 10.000
mil persegi dan terdiri daria rawa dan hutan bakau.
Populasi suku Asmat:

1. Penduduk daerah pantai dan kepulauan dengan ciri-ciri umum rumah di atas tiang
(rumah panggung) dengan mata pencaharian menokok sagu dan menangkap ikan).
2. Penduduk daerah pedalaman yang hidup di daerah sungai, rawa danau dan lembah
serta kaki gunung. Umumnya mereka bermata pencaharian menangkap ikan, berburu
dan mengumpulkan hasil hutan.
3. Penduduk daerah dataran tinggi dengan mata pencaharian berkebun dan berternak
secara sederhana.

2.3. Sistem Religi Dan Kepercayaan

Masyarakat Suku Asmat beragama Katolik,Protestan,dan Animisme yakni suatu


ajaran dan praktek keseimbangan alam dan penyembahan kepada roh orang mati atau
patung. Bagi Suku Asmat ulat sagu merupakan bagian penting dari ritual mereka.Setiap
ritual ini diadakan,dapat dipastikan,kalau banyak sekali ulat yang dipergunakan.

Adat istiadat suku Asmat mengakui dirinya sebagai anak dewa yang berasal dari
dunia mistik atau gaib yang lokasinya berada di mana mentari tenggelam setiap sore hari.
Mereka yakin bila nenek moyangnya pada jaman dulu melakukan pendaratan di bumi di
daerah pegunungan. Selain itu orang suku Asmat juga percaya bila di wilayahnya terdapat
tiga macam roh yang masing-masing mempunyai sifat baik, jahat dan yang jahat namun
mati. Berdasarkan mitologi masyarakat Asmat berdiam di Teluk Flamingo, dewa itu
bernama Fumuripitis. Orang Asmat yakin bahwa di lingkungan tempat tinggal manusia
juga diam berbagai macam roh yang mereka bagi dalam 3 golongan. Yaitu :

 Yi – ow atau roh nenek moyang yang bersifat baik terutama bagi keturunannya.
 Osbopan atau roh jahat dianggap penghuni beberapa jenis tertentu.
 Dambin – Ow atau roh jahat yang mati konyol.
Kehidupan orang Asmat banyak diisi oleh upacara-upacara. Upacara besar menyangkut
seluruh komuniti desa yang selalu berkaitan dengan penghormatan roh nenek moyang
seperti berikut ini :

 Mbismbu (pembuat tiang)


 Yentpokmbu (pembuatan dan pengukuhan rumah yew)
 Tsyimbu (pembuatan dan pengukuhan perahu lesung)
 Yamasy pokumbu (upacara perisai)
 Mbipokumbu (Upacara Topeng)

Suku ini percaya bahwa sebelum memasuki surga, arwah orang yang sudah meninggal akan
mengganggu manusia. Gangguan bisa berupa penyakit, bencana, bahkan peperangan.
Maka, demi menyelamatkan manusia serta menebus arwah, mereka yang masih hidup
membuat patung dan menggelar pesta seperti pesta patung bis (Bioskokombi), pesta
topeng, pesta perahu, dan pesta ulat-ulat sagu.

2.4. Sistem Kekerabatan

Suku bangsa Asmat, dalam sistem kelerabatan mengenal 3 (tiga) bentuk keluarga, yaitu :

 Keluarga Inti Monogamy dan Kandung Poligami


 Keluarga Luas Uxorilokal : keluarga yang telah menikah berdiam di rumah keluarga
dari pihak istri
 Keluarga Ovunkulokal : keluarga yang sudah menikah bediam di rumah keluarga istri
pihak ibu.

Di samping itu, orang-orang Asmat tinggal bersama dalam rumah panggung seluas 3
x 4 x 4 meter yang disebut Tsyem. Ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan senjata
dan peralatan berburu, bercocok tanam, dan menangkap ikan. Suku bangsa Asmat
mengenal rumah panggung Yew seluas 10 x 15 meter. Fungsinya sebagai rumah keramat
dan untuk upacara keagamaan. Yew ini pada umumnya di kelilingi oleh 10 – 15 tsyem dan
rumah keluarga.
Masyarakat Asmat mengenal sistem kemasyarakatan disebut Aipem. Pemimpin Aipem
biasanya mengambil prakarsa untuk menyelenggarakan musyawarah guna membicarakan
suatu persoalan atau pekerjaan. Syarat untuk dapat dipilih menjadi pemimpin Aipem yaitu
harus orang-orang yang pandai berkelahi, kuat dan bijaksana.

2.5. Sistem Mata Pencaharian Hidup

Pada masyarakat yang tingkat peradaban atau kebudayaan masih sederhana, mata
pencahariannya juga bersifat sederhana. Sistem mata pencaharian meliputi : berbur dan
meramu, bercocok tanam di ladang, bercocok tanam dengan irigasi, beternak dan mencari
ikan.

 Beruburu dan meramu merupakan bentuk mata pencaharian yang tertua dan terjadi di
berbagai tempat di dunia. Untuk meningkatkan hasil berburu biasanya dengan teknik
tertentu missalnya dengan cara ilmu ghaib.
 Di samping itu ada kebiasaan membagi hasil buruan kepada kerabat maupun tetangga.
Sisanya diproses dan dijual kepada msyarakat luar dan ke pasar-pasar. Bercocok tanam
di ladang merupakan bentuk bercocok tanam tanpa irigasi, tetapi lambat laun diganti
dengan bercocok tanam menetap : bercocok tanam di ladang terdapat di daerah rimba
tropik terutama di Asia Tenggara.
 Bercocok tanam dengan irigasi timbul di berbagai dunia yang terletak di perairan
sungai besar, karena tanahnya subur. Beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu
masalah tanah, modal, tenaga kerja dan masalah teknologi tentang irigasi, konsumsi,
distribusi dan pemasaran. Berternak biasanya dilakukan di daerah sabana, stepa dan
gurun. Di Asia tengah memelihara kuda, unta kambing dan domba.
 Mencari ikan juga merupakan mata pencaharian yang tua ini dilakukan manusia zaman
purba yang hidup di dekat sungai, danau atau laut.
2.6. Sistem Peralatan dan Perlengkapan Hidup yang Dipakai Suku Asmat

Sistem teknologi dari suatu suku bangsa ataumasyarakat masih sederhana, karena
dilihat dari dasar-dasar, bahan-bahan, carapembuatan dan tujuan pemberian. Peralatan
hidup terdiri dari :

a) Alat Produksi

Alat-alat produksi dalam masyarakat tradisional dibedakan menurut fungsi dan


lapangan pekerjaannya. Berdasarkan fungsinya, alat-alat produksi berupa alat
potong, alat tusuk, alat menyalakan api, alat pukul dan sebagainya. Berdasarkan
lapangan pekerjaannya, alat-alat produksi berupa alat ikat, alat tenun, alat pertanian,
alat menangkap ikan, dan sebagainya.

b) Senjata

Senjata dalam kebudayaan tradisional dibedakan nmenurut fungsi dan


pemakaiannya. Menurut fungsinya dapat berupa alat potong, alat tusuk, senjata
lepas. Sedang menurut pemakaiannya senjata digunakan untuk berburu, berperang
dan sebaginya.

c) Wadah

Dalam budaya masyarakat tradisional, wadah digunakan untuk menyimpan,


menimbun dan membawa barang. Berdasarkan bahan mentahnya wadah tersebut
terbuat dari kayu, bambu, kulit kayu, tempurung dan tanah liat. Ada pula yang
terbuat dari serat-serat seperti keranjang. Selain tempat penyimpanan, wadah
digunakan untuk memasak atau membawa barang (transportasi)

d) Makanan

Makanan dilihat dari bahan mentahnya berupa sayur-sayuran dan daun-daunan,


buah-buahan, biji-bijian, daging, susu, ikan dan sebaginya.

e) Pakaian

Pakaian merupakan benda budaya yang sangat penting bagaimana tingkat


kebudayaan masyarakat tercermin dari cara pemilihan dan mengenakan pakaian.
Pada masyarakat tradisional cara berpakaian masih sangat sederhana. Dari bahan
mentahnya, pekaian terbuat dari daun-daunan, seperti diikat dan dicelup. Ditinjau
dari fungsinya, pakaian tradisional dibagi menjadi 4 (empat) macam, yaitu :

1. Alat untuk melindungi tubuh dari pengaruh alam (panas dan dingin)
2. Lambang keunggulan
3. Simbol yang dianggap suci
4. Sebagai perhiasan

Pada masysarakat modern, fungsi pakaian sudah lebih komplek dan bervariasi.
Selain keempat fungsi tersebut, pakaian merupakan simbol dan status sosial budaya.

2.7. Rumah Adat

Rumah Tradisional Suku Asmat adalah Jew dengan panjang sampai 25


meter.Sampai sekarang masih dijumpai Rumah Tradisional ini jika kita berkunjung ke
Asmat Pedalaman.Bahkan masih ada juga diantara mereka yang membangun rumah
tinggal diatas pohon.

Ada 3 (tiga) bentuk rumah, yaitu :

1. Rumah setengah dibawah tanah (semi sub-terranian dwelling)


2. Rumah di atas tanah (surface dwellings)
3. Rumah-rumah di atas tiang (Pile dwelling)

Dilihat dari pemakaiannya rumah sebagai tempat berlindung dibagi ke dalam rumah tadah
angin, tenda-tenda, rumah menetap. Rumah menetap dapat dibedakan menjadi : rumah
tempat tingggal keluarga kecil, rumah tempat tinggal keluarga besar, rumah-rumah suci,
rumah-rumah pemujaan dan sebagainya
2.8. Alat – alat transportasi

Alat-alat transportasi dengan segala jenis dan bentuknya merupakan unsur


kebudayan. Sejak zaman purba, manusia telah mengembangkan alat transportasi, walaupun
sifatnya masih sederhana. Pada masyarakat tradisional, alat-alat transportasi terpenting
adalah rakit/sampan, perahu, kereta beroda, alat seret dan binatang. Sejak dulu manusia
telah menggunakan binatang sebagai alat transportasi.

Di siberia sejak dahulu orang telah menggunakan sapi, kerbau, keledai, dan gajah
sebagai alat angkut. Asia Utara dan Kanada Utara, rusa Reider dan anjing menjadi binatang
transpotasi yang penting. Untuk mengangkut barang menggunakan alat yang disebut
Travois dan alat seret (sledge).

2.9. Sistem Bahasa

Bahasa baik lisan, tulisan, maupun isyarat merupakan komponen kebudayaan.


Dengan bahasa, manusia dapat memberikan arti secara aktif pada suatu obyek materiil
sehingga bahasa dapat merupakan dasar kebudayaan. Manusia dapat berkomunikasi karena
ada bahasa-bahasa yang digunakan sebagai alat penghubung.

Pada masyarakat Asmat terdapat bahasa-bahasa yang oleh para ahli lingustik
disebut kelompok bahasa Language Of The Southern Division yaitu bahasa-bahasa bagian
selatan Papua. Penggolongan bahasa tersebut telah dipelajari oleh C. L. Voorhoeve (1965)
dan masuk pada golongan filum bahasa-bahasa Papua Non-Melanesia. Bahasa-bahasa
tersebut digolongkan lagi berdasarkan wilayah orang Asmat yaitu orang Asmat wilayah
pantai atau hilir sungai dan Asmat hulu sungai.

Secara khusus, para ahli linguistik membagi bahasa-bahasa tersebut yaitu


pembagian bahasa Asmat hilir sungai menjadi bagian kelompok pantai barat laut atau
pantai Flamingo seperti bahasa Kaniak, Bisman, Simay, dan Becembub dan bagian
kelompok Pantai Barat daya atau Kasuarina seperti misal bahasa Batia dan Sapan.
Pembagian bahasa Asmat hulu sungai menjadi bagian kelompok Keenok dan Kaimok.
Untuk mengetahui bahasa masyarakat Asmat dapat dilakukan dengan cara
mengidentifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga, dan
subkeluarga. Selain itu, upaya untuk mengidentifikasi bahasa masyarakat Asmat dapat
dilakukan dengan cara melihat aspek fonetik, fonologi, sintaksis, morfologi dan semantik
bahsa Asmat.

2.10. Sistem Kesenian

Suku bangsa Asmat memiliki bidang seni ukiran terutama ukir patung, topeng,
perisai gaya seni patung Asmat, meliputi :

1. Gaya A, Seni Asmat Hilir dan Hulu Sungai.

Patung-patung dengan gaya ini tersusun dari atas ke bawah menurut tata urut silsilah
nenek moyangnya. Contohnya, mbis yang dibuat jika masyarakat akan mengadakan balas
dendam atas kematian nenek moyang yang gugur dalam perang melawan musuh.

2. Gaya B, Seni Asmat Barat Laut.

Bentuk patung gaya ini lonjong agak melebar bagian bawahnya. Bagian kepala
terpisah dari bagian lainnya dan berbentuk kepala kura-kura atau ikan. Kadang ada gambar
nenek moyang di bagian kepala, sedangkan hiasan bagian badan berbentuk musang
terbang, kotak, kepala burung tadung, ular, cacing, dan sebagainya.

3. Gaya C, Seni Asmat Timur.

Gaya ini merupakan ciri khusus gaya ukir orang Asmat Timur. Perisai yang dibuat
umumnya berukuran sangat besar bahkan melebihi tinggi orang Asmat. Bagian atasnya
tidak terpisah jelas dari bagian lain dan sering dihiasi garis-garis hitam dan merah serta
titik-titik putih.

4. Gaya D, Seni Asmat Daerah Sungai Brazza.

Perisai gaya D ini hampir sama besar dan tingginya dengan perisai gaya C, hanya
bagian kepala terpisah dari badannya. Morif yang sering digunakan aladalh hiasannya
geometris seperti lingkaran, spiral, siku-siku dan sebagainya.
Kesenian yang berhubungan dengan upacara keagamaan atau penghormatan kepada roh
nenek moyang, yaitu :

1. Mbisu adalah pembuatan tiang mbis atau patung nenek moyang


2. Yentpojmbu, adlah pembuatan dan pengukuhan rumah Yew
3. Tsyembu, adalah pembuatan dan pengukuhan perahu lesung
4. Yamasy, adalah upacara perisai
5. Mbipokumbu, adalah upacara topeng

2.11. Sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan dalam suatu kebudayaan meliputi pengetahuan tentang:

1. Alam sekitarnya
2. Alam flora dalam daerah tempat tinggalnya
3. Alam fauna dalam daerah tempat tinggalnya
4. Zat-zat bahan-bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungan
5. Tubuh manusia
6. Sifat-sifat dan kelakuan sesama manusia
7. Ruang dan waktu

 Pengetahuan tentang alam sekitarnya berupa pengetahuan tentang musim-musim,


bintang-bintang, dan tentang sifat-sifat dari gejala-gejala alam
 Pengetahuan tentang alam flora merupakan salah satu pengetahuan dasar bagi
kehidupan manusia dalam masyarakat kecil, terutama mata pencaharian yaitu
pertanian. Pengetahuan tentang fauna merupakan pengetahuan dasar, suku-suku
bangsa hidup dari berburu dan perikanan. Daging binatang merupakan unsur
penting dalam makanan.
 Pengetahuan tentang ciri-ciri dan zat-zat bahan-bahan mentah, benda-benda
sekelilingnya juga penting bagi manusia karena tanpa itu manusia tidak mungkin
dapatmempergunakan alat-alat hidup.
 Pengetahuan tentang tubuh manusia dalam kebudayaan belum banyak dipengaruhi
oleh ilmu kedokteran modern.
 Pengetahuan dan ilmu untuk menyembuhkan penyakit-penyakit dalam masyarakat
pedesaan dilakukan oleh para dukun dan tukang pijat. Manusia yang hidup dalam
masyarakat perlu mengetahui sesama manusia termasuk pengetahuan tentang
sopan-santun bergaul, norma dan sebagainya.

Pengetahuan tentang ruang dan waktu meliputi sistem untuk menghitung, mengukur,
menimbang, untuk mengukur waktu misalnya dengan tanggalan.
BAB III

PENUTUP
Daftar Pustaka

Giovani, Marsela. Etnografi Suku Asmat. Available at


: http://marselagiovani89.blogspot.co.id/2010/04/etnografi-suku-asmat.html
Azizah, Zulfa. Sejarah Asal Usul dan Kebudayaan Suku Asmat. Available at
: http://dunia-kesenian.blogspot.co.id/2015/01/sejarah-asal-usul-dan-kebudayaan-
suku-asmat.html
Pethaks, Toya. Suku Asmat. Available at
: http://toyapethaksadventuresteam.blogspot.co.id/2011/12/suku-asmat.html
Setiadi, Restu. Unsur-Unsur Kebudayaan Suku Asmat. Available at
: http://restusangidaman.blogspot.co.id/2015/10/unsur-unsur-kebudayaan-suku-
asmat.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Asmat

http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/02/suku-asmat-kebudayaan-sistem-
kepercayaan- bangsa-kekerabatan.html
http: //ragamtugas.blogspot. com / 2011/11 / makalah-tentang-suku-asmat.html
http://tugassekolahtentang.blogspot.com/2011/11/kata-pengantar-syukur-
alhamdulillah_01.html
http://watipuspitasari.blogspot.com/2011/ 04 / budaya-suku-asmat.html
http://forum.jalan2.com/topic/4296-suku-asmat-dan-dani/
http://greenbirepapua.blogspot.com/2012/04/budaya-suku-asmat.html

Anda mungkin juga menyukai