DISUSUN OLEH:
ANGGOTA KELOMPOK 4 :
HARIANTO 18.09.0.008
ALFANSURI 18.09.0.013
FAHRUDIN RAKA PAMUNGKAS 18.09.0.020
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa juga kami berterimakasih kepada Dosen
pengampu, keluarga, dan teman-teman kami yang telah berkontribusi dalam penyelesaian
makalah ini
Tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk mengkaji budaya suku Asmat yang ada
di daerah Indonesia bagian Timur, yaitu Papua. Semoga makalah yang kami susun ini dapat
menjadi pengetahuan dan dapat bermanfaat baik untuk kami selaku penyusun maupun kepada
para pembaca
Kami sadar dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu,
kami memohon kritik dan saran dari para pembaca agar selanjutnya kami dapat menyusun
sebuah makalah dengan lebih baik lagi. Terimaksaih
Penyusun
DAFTAR ISI
A. Simpulan ……………………………………………………………………………………………… 13
B. Saran ……………………………………………………………………………………………….…… 13
PENDAHULUAN
Potensi keberagaman budaya dapat dijasikan obyek dan tujuan pariwisata di Indonesia
yang bisa mendatangkan devisa. Budaya lokal yang meliputi suku-suku bangsa di
Indonesia di antaranya ada Suku Asmat yang berasal dari Papua.
Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik. Populasi suku Asmat terbagi
dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian
pedalaman.Suku Asmat sendiri memiliki beberapa keragaman, baik dalam bidang
kesenian, mata pencaharian, adat istiadat serta sistem kekerabatan.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana kondisi dan letak geografis suku Asmat ?
Bagaimana sistem religi dan kepercayaan suku Asmat ?
Seperti apakah sistem kekerabatan pada suku Asmat ?
Apa mata pencaharian masyarakat suku Asmat ?
Apa saja peralatan dan perlengkapan hidup yang biasa digunakan suku Asmat ?
Apa bahasa yang digunakan suku Asmat ?
Seperti apa kesenian yang dimiliki oleh suku Asmat ?
Bagaimana sistem pengetahuan yang dimiliki oleh suku Asmat ?
1.3. TUJUAN
Pembahasan
Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua. Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran
kayunya yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir
pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda
satu sama lain dalam hal dialek, cara hidup, struktur sosial dan ritual. Populasi pesisir pantai
selanjutnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu suku Bisman yang berada di antara sungai
Sinesty dan sungai Nin serta suku Simai.
Letak Geografis Suku Asmat terdiri dari pantai selatan dan merupakan wilayah
yang terisolasi di Propinsi Irian Jaya. Papua terletak tepat di sebelah selatan garis
khatulistiwa, namun kerana daerahnya yang bergunung-gunung maka iklim di Papua
sangat bervariasi melebihi daerah Indonesia lainnya. Di daerah pesisiran barat dan utara
beriklim tropika lembap dengan tadahan hujan rata-rata berjumlah diantara 1.500 – 7.500
mm pertahun. Tadahan hujan tertinggi terjadi di pesisir pantai utara dan di pegunungan
tengah, sedangkan tadahan hujan terendah terjadi di pesisir pantai selatan. Suhu udara
bervariasi sejajar dengan bertambahnya ketinggian. Daerah ini memiliki luas sekitar 10.000
mil persegi dan terdiri daria rawa dan hutan bakau.
Populasi suku Asmat:
1. Penduduk daerah pantai dan kepulauan dengan ciri-ciri umum rumah di atas tiang
(rumah panggung) dengan mata pencaharian menokok sagu dan menangkap ikan).
2. Penduduk daerah pedalaman yang hidup di daerah sungai, rawa danau dan lembah
serta kaki gunung. Umumnya mereka bermata pencaharian menangkap ikan, berburu
dan mengumpulkan hasil hutan.
3. Penduduk daerah dataran tinggi dengan mata pencaharian berkebun dan berternak
secara sederhana.
Adat istiadat suku Asmat mengakui dirinya sebagai anak dewa yang berasal dari
dunia mistik atau gaib yang lokasinya berada di mana mentari tenggelam setiap sore hari.
Mereka yakin bila nenek moyangnya pada jaman dulu melakukan pendaratan di bumi di
daerah pegunungan. Selain itu orang suku Asmat juga percaya bila di wilayahnya terdapat
tiga macam roh yang masing-masing mempunyai sifat baik, jahat dan yang jahat namun
mati. Berdasarkan mitologi masyarakat Asmat berdiam di Teluk Flamingo, dewa itu
bernama Fumuripitis. Orang Asmat yakin bahwa di lingkungan tempat tinggal manusia
juga diam berbagai macam roh yang mereka bagi dalam 3 golongan. Yaitu :
Yi – ow atau roh nenek moyang yang bersifat baik terutama bagi keturunannya.
Osbopan atau roh jahat dianggap penghuni beberapa jenis tertentu.
Dambin – Ow atau roh jahat yang mati konyol.
Kehidupan orang Asmat banyak diisi oleh upacara-upacara. Upacara besar menyangkut
seluruh komuniti desa yang selalu berkaitan dengan penghormatan roh nenek moyang
seperti berikut ini :
Suku ini percaya bahwa sebelum memasuki surga, arwah orang yang sudah meninggal akan
mengganggu manusia. Gangguan bisa berupa penyakit, bencana, bahkan peperangan.
Maka, demi menyelamatkan manusia serta menebus arwah, mereka yang masih hidup
membuat patung dan menggelar pesta seperti pesta patung bis (Bioskokombi), pesta
topeng, pesta perahu, dan pesta ulat-ulat sagu.
Suku bangsa Asmat, dalam sistem kelerabatan mengenal 3 (tiga) bentuk keluarga, yaitu :
Di samping itu, orang-orang Asmat tinggal bersama dalam rumah panggung seluas 3
x 4 x 4 meter yang disebut Tsyem. Ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan senjata
dan peralatan berburu, bercocok tanam, dan menangkap ikan. Suku bangsa Asmat
mengenal rumah panggung Yew seluas 10 x 15 meter. Fungsinya sebagai rumah keramat
dan untuk upacara keagamaan. Yew ini pada umumnya di kelilingi oleh 10 – 15 tsyem dan
rumah keluarga.
Masyarakat Asmat mengenal sistem kemasyarakatan disebut Aipem. Pemimpin Aipem
biasanya mengambil prakarsa untuk menyelenggarakan musyawarah guna membicarakan
suatu persoalan atau pekerjaan. Syarat untuk dapat dipilih menjadi pemimpin Aipem yaitu
harus orang-orang yang pandai berkelahi, kuat dan bijaksana.
Pada masyarakat yang tingkat peradaban atau kebudayaan masih sederhana, mata
pencahariannya juga bersifat sederhana. Sistem mata pencaharian meliputi : berbur dan
meramu, bercocok tanam di ladang, bercocok tanam dengan irigasi, beternak dan mencari
ikan.
Beruburu dan meramu merupakan bentuk mata pencaharian yang tertua dan terjadi di
berbagai tempat di dunia. Untuk meningkatkan hasil berburu biasanya dengan teknik
tertentu missalnya dengan cara ilmu ghaib.
Di samping itu ada kebiasaan membagi hasil buruan kepada kerabat maupun tetangga.
Sisanya diproses dan dijual kepada msyarakat luar dan ke pasar-pasar. Bercocok tanam
di ladang merupakan bentuk bercocok tanam tanpa irigasi, tetapi lambat laun diganti
dengan bercocok tanam menetap : bercocok tanam di ladang terdapat di daerah rimba
tropik terutama di Asia Tenggara.
Bercocok tanam dengan irigasi timbul di berbagai dunia yang terletak di perairan
sungai besar, karena tanahnya subur. Beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu
masalah tanah, modal, tenaga kerja dan masalah teknologi tentang irigasi, konsumsi,
distribusi dan pemasaran. Berternak biasanya dilakukan di daerah sabana, stepa dan
gurun. Di Asia tengah memelihara kuda, unta kambing dan domba.
Mencari ikan juga merupakan mata pencaharian yang tua ini dilakukan manusia zaman
purba yang hidup di dekat sungai, danau atau laut.
2.6. Sistem Peralatan dan Perlengkapan Hidup yang Dipakai Suku Asmat
Sistem teknologi dari suatu suku bangsa ataumasyarakat masih sederhana, karena
dilihat dari dasar-dasar, bahan-bahan, carapembuatan dan tujuan pemberian. Peralatan
hidup terdiri dari :
a) Alat Produksi
b) Senjata
c) Wadah
d) Makanan
e) Pakaian
1. Alat untuk melindungi tubuh dari pengaruh alam (panas dan dingin)
2. Lambang keunggulan
3. Simbol yang dianggap suci
4. Sebagai perhiasan
Pada masysarakat modern, fungsi pakaian sudah lebih komplek dan bervariasi.
Selain keempat fungsi tersebut, pakaian merupakan simbol dan status sosial budaya.
Dilihat dari pemakaiannya rumah sebagai tempat berlindung dibagi ke dalam rumah tadah
angin, tenda-tenda, rumah menetap. Rumah menetap dapat dibedakan menjadi : rumah
tempat tingggal keluarga kecil, rumah tempat tinggal keluarga besar, rumah-rumah suci,
rumah-rumah pemujaan dan sebagainya
2.8. Alat – alat transportasi
Di siberia sejak dahulu orang telah menggunakan sapi, kerbau, keledai, dan gajah
sebagai alat angkut. Asia Utara dan Kanada Utara, rusa Reider dan anjing menjadi binatang
transpotasi yang penting. Untuk mengangkut barang menggunakan alat yang disebut
Travois dan alat seret (sledge).
Pada masyarakat Asmat terdapat bahasa-bahasa yang oleh para ahli lingustik
disebut kelompok bahasa Language Of The Southern Division yaitu bahasa-bahasa bagian
selatan Papua. Penggolongan bahasa tersebut telah dipelajari oleh C. L. Voorhoeve (1965)
dan masuk pada golongan filum bahasa-bahasa Papua Non-Melanesia. Bahasa-bahasa
tersebut digolongkan lagi berdasarkan wilayah orang Asmat yaitu orang Asmat wilayah
pantai atau hilir sungai dan Asmat hulu sungai.
Suku bangsa Asmat memiliki bidang seni ukiran terutama ukir patung, topeng,
perisai gaya seni patung Asmat, meliputi :
Patung-patung dengan gaya ini tersusun dari atas ke bawah menurut tata urut silsilah
nenek moyangnya. Contohnya, mbis yang dibuat jika masyarakat akan mengadakan balas
dendam atas kematian nenek moyang yang gugur dalam perang melawan musuh.
Bentuk patung gaya ini lonjong agak melebar bagian bawahnya. Bagian kepala
terpisah dari bagian lainnya dan berbentuk kepala kura-kura atau ikan. Kadang ada gambar
nenek moyang di bagian kepala, sedangkan hiasan bagian badan berbentuk musang
terbang, kotak, kepala burung tadung, ular, cacing, dan sebagainya.
Gaya ini merupakan ciri khusus gaya ukir orang Asmat Timur. Perisai yang dibuat
umumnya berukuran sangat besar bahkan melebihi tinggi orang Asmat. Bagian atasnya
tidak terpisah jelas dari bagian lain dan sering dihiasi garis-garis hitam dan merah serta
titik-titik putih.
Perisai gaya D ini hampir sama besar dan tingginya dengan perisai gaya C, hanya
bagian kepala terpisah dari badannya. Morif yang sering digunakan aladalh hiasannya
geometris seperti lingkaran, spiral, siku-siku dan sebagainya.
Kesenian yang berhubungan dengan upacara keagamaan atau penghormatan kepada roh
nenek moyang, yaitu :
1. Alam sekitarnya
2. Alam flora dalam daerah tempat tinggalnya
3. Alam fauna dalam daerah tempat tinggalnya
4. Zat-zat bahan-bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungan
5. Tubuh manusia
6. Sifat-sifat dan kelakuan sesama manusia
7. Ruang dan waktu
Pengetahuan tentang ruang dan waktu meliputi sistem untuk menghitung, mengukur,
menimbang, untuk mengukur waktu misalnya dengan tanggalan.
BAB III
PENUTUP
Daftar Pustaka
http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/02/suku-asmat-kebudayaan-sistem-
kepercayaan- bangsa-kekerabatan.html
http: //ragamtugas.blogspot. com / 2011/11 / makalah-tentang-suku-asmat.html
http://tugassekolahtentang.blogspot.com/2011/11/kata-pengantar-syukur-
alhamdulillah_01.html
http://watipuspitasari.blogspot.com/2011/ 04 / budaya-suku-asmat.html
http://forum.jalan2.com/topic/4296-suku-asmat-dan-dani/
http://greenbirepapua.blogspot.com/2012/04/budaya-suku-asmat.html