Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“KEBUDAYAAN SUKU AMBON”

Makalah Ini Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Sosial
dan Budaya Indonesia Semester 2 Tahun 2018

Disusun oleh:

Akmal Shidqi Alfian 1710631180026

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

2018
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, saya yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Karawang, April 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….... 1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………... 1


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………….. 1
1.3 Tujuan……………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….. 3

2.1 Identifikasi Suku Ambon…………………………………………... 3


2.2 Teknologi dan Peralatan…………………………………………… 3
2.3 Sistem Bahasa……………………………………………………… 4
2.4 Mata Pencaharian…………………………………………………... 5
2.5 Sistem Pengetahuan………………………………………………... 5
2.6 Religi……………………………………………………………….. 6
2.7 Sistem Kemasyarakatan……………………………………………. 6
2.8 Kesenian……………………………………………………………. 9

BAB III PENUTUP…………………………………………………………….. 10

3.1 Kesimpulan……………………………………………………….. 10

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang
memiliki keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan. Bukti nyata
adanya kemajemukan di dalam masyarakat dan suku kita terlihat dalam
beragamnya kebudayaan di Indonesia. Tidak dapat kita pungkiri bahwa
kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang menjadi
sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia. Tidak ada satu masyarakat pun yang
tidak memiliki kebudayaan. Begitu pula sebaliknya tidak akan ada
kebudayaan tanpa adanya masyarakat. Ini berarti begitu besar kaitan antara
kebudayaan dengan masyarakat.
Suku Ambon, adalah salah satu masyarakat Indonesia yang berada di
kawasan Maluku. Setiap masyarakat pastilah memiliki kebudayaan yang
berbeda dengan masyarakat lainnya yang menjadi penanda keberadaan suatu
masyarakat/suku. Begitu juga dengan masyarakat Ambon yang memiliki
karekteristik kebudayaan yang berbeda. Keunikan karakteristik suku Ambon
ini tercermin dari kebudayaan yang mereka miliki baik dari segi agama, mata
pencaharian, kesenian dan lain sebagainya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa saja teknologi dan peralatan yang digunakan oleh suku Ambon?
2. Apa bahasa yang digunakan di suku Ambon?
3. Bagaimana mata pencaharian masyarakat suku Ambon?
4. Bagaimana sistem pengetahuan di suku Ambon?
5. Apa saja agama yang dianut oleh masyarakat suku Ambon?
6. Bagaimana sistem kemasyarakatan pada suku Ambon?
7. Apa saja kesenian yang ada di suku Ambon?

1
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui teknologi dan peralatan apa saja yang digunakan oleh suku
masyarakat suku Ambon.
2. Mengetahui bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Ambon.
3. Mengetahui macam-macam mata pencaharian masyarakat suku Ambon.
4. Mengetahui sistem pengetahuan suku Ambon.
5. Mengetahui agama yang dianut masyarakat Ambon.
6. Mengetahui sistem kemasyarakatan suku Ambon.
7. Mengetahui kesenian-kesenian yang ada di suku Ambon.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 IDENTIFIKASI SUKU AMBON


Suku Ambon adalah sebuah suku yang mendiami daerah kepulauan yang
sekarang terletak di kepulauan Provinsi Maluku. Pada umumnya Maluku
didominasi oleh ras suku bangsa Melania Pasifik, yang masih berkerabat
dengan suku Fiji, Tonga dan beberapa bangsa kepulauan yang tersebar di
kepulauan Samudera Pasifik. Dan sementara itu banyak suku pendatang yang
kebanyakan berasal dari daerah Buton, Bugis, Makassar, Cina dan Arab.
Orang-orang suku Ambon umumnya memiliki ciri fisik kulit gelap, rambut
ikal, kerangka tulang besar dan kuat. Mereka memiliki tubuh yang lebih atletis
dibandingkan dengan suku lain yang berada di Indonesia dikarenakan aktifitas
utama mereka seperti melaut, berenang, dan berburu.

2.2 TEKNOLOGI DAN PERALATAN


Peralatan-peralatan masyarakat suku Ambon memiliki dua jenis yaitu
peralatan zaman dulu dan peralatan zaman sekarang, yang terus berkembang
karena adanya kemajuan teknologi.
a. Peralatan Hidup Sehari-hari
Masyarakat Ambon menggunakan alat seperti jaring, sero, rorehe,
bubu, kail untuk menangkap ikan. Untuk menyeberangi lautan mereka
menggunakan arumbai, motor tempel, jarring giop, rumpon, tidak lagi
kapal nelayan yang biasa atau tradisional.
b. Pakaian Adat
Pria suku Ambon memakai pakaian adat berupa setelan jas
berwarna merah dan hitam, baju dalam yang berenda dan ikat pinggang.
Sedangkan wanitanya memakai baju cele, yaitu semacam kebaya pendek
dan berkanji yang disuji. Perhiasan berupa anting-anting, kalung dan
cincin.

3
c. Rumah Adat
Rumah adat Maluku dinamakan Baileo, dipakai untuk tempat
pertemuan, musyawarah dan upacara adat yang disebut seniri negeri.
Rumah tersebut merupakan panggung dan dikelilingi oleh serambi.
Atapnya besar dan tinggi terbuat dari daun rumbia, sedangkan dindingnya
dari tangkai rumbia yang disebut gaba-gaba.
d. Senjata Tradisional
Senjata tradisional yang terkenal di Maluku adalah parang
Salawaku. Parang dan salawaku memiliki arti tersendiri. “Parang” berarti
pisau besar namun biasanya memiliki ukuran yang jauh lebih besar dari
pisau dan lebih pendek dari pedang. “Sawalaku” sendiri memiliki arti
perisai. Panjang parang antara 90-100 cm, sedangkan hiasannya motif-
motif yang melambangkan keberanian. Parang terbuat dari besi. Kepala
parang terbuat dari kayu keras, seperti kayu besi atau kayu gapusa.
Apabila hari ini Parang Salawaku digunakan untuk melengkapi
pakaian penari atau upacara perkawinan, pada zaman dahulu senjata ini
juga digunakan untuk berperang dan berburu binatang di hutan. Selain
parang salawaku ada juga jenis senjata lain seperti nganga (tombak), yok
(bambu runcing), dan temar yubil (panah).

2.3 SISTEM BAHASA


Bahasa daerah Ambon adalah Bahasa Melayu Ambon. Bahasa orang
Ambon sangat mirip dengan bahasa Jerman, Belanda, dan Inggris. Kata yang
sering diucapkan setelah menerima sebuah hadiah atau oleh-oleh adalah
"Danke", kata ini mirip sekali dengan bahasa Jerman. Kata-kata bahasa
Maluku sangat mudah diingat asal ingat dengan suku katanya, “Kita” di
Ambon menjadi “katong” asal kata dari “kita orang”. “Mereka” menjadi
“dong” asal kata dari “dia orang”. Untuk kata kepemilikan menggunakan kata
“punya” yang disingkat menjadi “pung”. Ada beberapa hal yang perlu diingat
antara lain, mereka cenderung menyingkat kata, bunyi vokal “e” akan selalu
dibaca “e’ “, dan untuk kata yang berakhiran dengan “n” selalu menjadi “ng”.

4
2.4 MATA PENCAHARIAN
Mata pencaharian Suku Ambon pada umumnya adalah pertanian di ladang.
Ladang-ladang yang telah dibuka hanya diolah sedikit dengan tongkat
kemudian ditanami tanpa irigasi. Umumnya tanaman yang mereka tanam
adalah kentang, kopi, tembakau, cengkih, dan buah-buahan. Selain itu, orang
Ambon juga sudah menanam padi dengan teknik persawahan Jawa.
Selain bertani, orang Suku Ambon sangat bertergantungan dengan sagu.
Sagu adalah makanan pokok orang Ambon, walaupun sekarang beras sudah
biasa mereka makan, tetapi belum menggantikan sagu seluruhnya. Tepung
sagu dicetak menjadi blok-blok empat persegi dengan daun sagu dan
dinamakan tuman. Cara orang Ambon memakan sagu dengan membakar
tuman atau dengan memasaknya menjadi bubur kental (pepedu).
Disamping pertanian, orang Suku Ambon juga memburu babi hutan, rusa
dan burung kasuari. Mereka menggunakan jerat dan lembing yang dilontarkan
dengan jebakan. Dan hampir semua penduduk yang tinggal di pesisir pantai
menangkap ikan. Orang Suku Ambon menangkap ikan dengan berbagai cara,
yaitu dengan kail, kait, harpun dan juga jaring. Perahu-perahu mereka dibuat
dari satu batang kayu dan dilengkapi dengan cadik yang dinamakan perahu
semah. Perahu yang lebih baik adalah perahu yang dibuat orang-orang ternate
yang dinamakan pakatora. Perahu-perahu besar untuk berdagang di Amboina
dinamakan jungku atau orambi.

2.5 SISTEM PENGETAHUAN


Masyarakat suku Ambon biasanya menguasai ilmu pelayaran, pembacaan
arah melalui letak gugus bintang, pertukangan, terutama untuk perkapalan, di
samping pembuatan rumah. Selain itu juga pengobatan dengan bahan-bahan
rempah alami seperti daun kaki kuda, beluntas, dan turi yang disajikan dengan
cara yang berbeda-beda tergantung khasiatnya.

5
2.6 RELIGI
Pada umumnya penduduk Maluku telah beragama Kristen dan Islam.
Namun meski begitu, mereka masih percaya akan roh-roh yang harus
dihormati dan diberi makan, minum, dan tempat tinggal yang disebut dengan
Baileu, agar tidak menjadi gangguan bagi mereka yang hidup di dunia ini.
Orang-orangpun diwajibkan melakukan upacara terlebih dahulu sebelum
memasuki baileu dengan melalui perantara antara manusia dengan roh-roh
nenek moyang. Dalam keyakinan religi mereka masih mempercayai hal-hal
yang akan membawa bencana bagi yang tidak menjalankannya. Misalnya
menjalankan upacara bersih desa, yang mencakup bangunan-bangunan baileu,
rumah-rumah dan pekarangan. Bila tidak dilakukan dengan baik maka orang
bisa jatuh sakit, kemudian mati. Seluruh desa bisa terjangkit penyakit atau
panennya gagal.
Komposisi pemeluk agama disana pun sangat variatif di mana Islam
adalah agama mayoritas (Islam 54%, Kristen 44,3%, lain-lain 1,7 %). Di
Ambon yang beragama Islam juga adanya dua golongan penganut yang
mungkin disamakan dengan penganut Islam di Jawa yaitu abangan dan santri.

2.7 SISTEM KEMASYARAKATAN


a. Hubungan Kekerabatan
Sistem kekerabatan orang Ambon berdasarkan hubungan
patrilineal, yang diiringi dengan pola menetap patrilokal. Kesatuan
kekerabatan amat penting yang lebih besar dari keluarga batih, adalah
matarumah atau fam, yaitu suatu kelompok kekerabatan yang bersifat
patrilineal. Matarumah merupakan kesatuan dari laki-laki dan perempuan
yang belum kawin dan para isteri dari laki-laki yang telah kawin.
Matarumah penting dalam hal mengatur perkawinan warganya secara
exogami dan dalam hal mengatur penggunaan tanah-tanah dati yaitu tanah
milik kerabat patrilineal.

6
Perkawinan menurut adat merupakan urusan dari dua kelompok
kekerabatan yaitu matarumah dan family yang ikut menentukan dalam
fungsi penyelenggaraan dari perkawinan itu. Perkawinan disini sifatnya
exogami, yaitu seseorang harus kawin dengan seseorang diluar klennya.
Mereka mengenal tiga macam cara perkawinan yaitu kawin lari, kawin
minta, dan kawin masuk. Kawin lari atau lari bini adalah sistem kawin lari
yang lazim dilakukan oleh orang Ambon-Maluku. Lari bini ditempuh
untuk menghindari prosedur perkawinan yang dianggap rumit oleh yang
bersangkutan. Perkawinan ini dianggap atau dipandang kurang baik dan
tidak diinginkan oleh pihak kerabat gadis. Sedang bagi pihak kaum kerabat
pemuda perkawinan ini sangat diinginkan untuk menghindari kekecewaan
pemuda bila lamarannya ditolak, serta menghindari kecemasan dalam
menunggu syarat-syarat perkawinan yang akan ditentukan oleh pihak
keluarga gadis. Seringkali lari bini justru disarankan oleh pihak orang tua
gadis untuk menyingkat waktu dan mengurangi harta kekayaan yang harus
dikeluarkan.
b. Organisasi Sosial
Ada peran-peran di dalam masyarakat menurut klen atau mataruma
yang ada di dalam negeri sesuai fungsi masing-masing mataruma. Peran-
peran yang dimainkan itu dapat dilihat ketika masyarakat suatu negeri
akan mendirikan atau memperbaiki baileu. Dalam mendirikan atau
memperbaiki baileu, masing-masing mataruma berhak dan berkewajiban
untuk mengerjakan bagian tertentu dari baileu misalnya mendirikan tiang,
mengatapi dan sebagainya. Dengan demikian, baileu memperlihatkan
keutuhan dari suatu negeri.
Dalam organisasi-organisasi desa, terdapat beberapa jabatan dalam
administrasi desa adalah kepala desa (raja) suatu jabatan yang dulu turun
temurun, tetapi sekarang secara resmi harus dipilih oleh rakyat, kepala
adat yang dianggap menguasai suatu bagian desa (aman) dan kepala
bagian desa (kepala soa). Kecuali itu masih ada pejabat-pejabat lain
seperti: ahli adat mengenal hukum adat tanah dan soal-soal warisan tanah

7
(tuan tanah), seorang pejabat adat yang dulu meruapakan panglima perang
(kapitan), polisi kehutanan (kewang) dan penyiar berita di desa (marinyo).
Semua pejabat-pejabat pemerintahan desa tersebut tergantung ke dalam
suatu dewan desa, bernama badan saniri negeri, atau saniri saja. Organisasi
lain yang amat penting terutama dalam masyarakat pedesaan di Ambon,
adalah organisasi/pela. Ini adalah persatuan-persatuan persahabatan antara
warga-warga dari dua desa atau lebih yang berdasarkan adat. Anggota-
anggota dari organisasi serupa itu mempunyai berbagai kewajiban satu
terhadap yang lain. Berikut adalah beberapa pejabat tradisional maupun
organisasi dalam kehidupan sosial masyarakat Suku Ambon: :
 Patalima,
orang-orang yang tinggal di sebelah timur. Namun dilihat dari
sejarah di mana Suku Ambon pernah dikuasai oleh Ternate dan
Tidore, organisasi ini nampaknya dibentuk untuk menunjukkan
pengaruh kerajaan Ternate dan Tidore, dan juga untuk membantu
pertahanan dari serangan musuh.
 Pela Keras,
organisasi antar Soa yang fokus pada kegiatan kerjasama suatu
proyek antar Soa, peperangan, dan lain-lain.
 Pela Minum Darah,
hampir sama dengan Pela Keras. Organisasi ini mengikat persatuan
mereka dengan cara meminum, darah mereka masing-masing yang
dicampur menjadi satu.
 Pela Makan Sirih,
organisasi antar Soa yang fokus pada bidang pembangunan masjid,
gereja, dan sekolah.
 Muhabet,
organisasi yang mengurus semua kegiatan upacara kematian.
 Patasiwa,
kelompok orang-orang Alifuru yang bertempa tinggal di sebelah
baratsungai mala sampai ke Teluk upa putih di sebelah selatan.

8
c. Upacara Adat
 Cuci Negeri,
upacara ini dimaksudkan untuk membersihkan segala sesuatu yang
ada dalam masyarakat.
 Antar Sontong,
yaitu para nelayan berkumpul menggunakan perahu dan lentera
untuk mengundang cummi-cumi dari dasar laut mengikuti cahaya
lentera mereka menuju pantai di mana masyarakat sudah
menunggu mereka untuk menciduk mereka dari laut.
 Pukul Manyapu,
adalah acara adat tahunan yang dilakukan di Desa Mamala-Morela
yang biasanya dilakukan pada hari ke 7 setelah Hari Raya Idul Fitri.

2.8 KESENIAN
Suku Ambon memiliki bermacam-macam tarian seperti, Tari Cakalele,
atau disebut juga tari perang yang diperagakan oleh pria dewasa sambil
memegang parang salawaku, Tari Saureka yang dilakukan ketika terang bulan,
Tari Katreji yang menggambarkan kegembiraan masyarakat pada saat
diadakannya pesta-pesta besar, dan Tari Bambu Gila yang mengandung unsur
mistik. Dalam tarian ini sang pawang membakar kemenyan didalam
tempurung kelapa sambil membaca mantra dalam “bahasa tanah”. Kemudian
asap kemenyan dihembuskan pada batang bambu yang akan digunakan.
Fungsi kemenyan atau jahe ini untuk memanggil roh para leluhur sehingga
memberikan kekuatan mistis kepada bambu tersebut. Roh-roh inilah yang
membuat batang bambu seakan-akan mengila dan semakin lama semakin sulit
untuk dikendalikan. Tarian ini menggambarkan identitas masyarakat Maluku
yang menunjung tinggi semangat gotong royong.
Dalam mengiringi tarian-tarian tersebut terdapat peran alat musik
tradisional suku Ambon, dan alat musik warisan nenek moyang yang sering
digunakan diberbagai upacara dan kesenian tradisional adalah Tifa, Ukulele,
dan Sawat.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan dalam berbagai hal
salah satunya budaya, buktinya untuk membahas satu suku disini saja, yaitu
suku Ambon sudah banyak sekali yang bisa dibahas dan informasi yang dapat
digali dalam-dalam. Kebudayaan Suku Ambon merupakan kebudayaan yang
tidak kalah jauh menariknya dengan kebudayaan-kebudayaan dari suku yang
lainnya. Kebudayaan suku Ambon juga berbagai macam bentuk yang dapat
kita lihat dikehidupan sehari-hari.

10
DAFTAR PUSTAKA

R. Rizky, T. Wibisono. 2013. Mengenal Seni dan Budaya Indonesia. Jakarta:


Penebar Swadaya.
Ningrat, Kountjara. 2004. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta:
Djambatan.
Ajawaila, Jacob W. 2000. Jurnal: Orang Ambon dan Perubahan Kebudayaan
1. Ambon: Universitas Pattimura.
Gani, Sulfiana. 2013. Unsur-Unsur Kebudayaan Maluku (Ambon).
http://sulfiana.student.unidar.ac.id/2013/06/unsur-unsur-kebudayaan-maluku-
ambon.html. Diakses pada tanggal 15 April 2018.
Damara, Ambrozka Ogilvy. 2011. Kebudayaan Ambon.
https://dokumen.tips/dokuments/kebudayaan-ambon-558f33069afdd.html.
Diakses pada tanggal 18 April 2018.

11

Anda mungkin juga menyukai