Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Maluku merupakan salah satu provinsi bahari di indonesia karena sembilan puluh
persen dari luas daerahnya merupakan lautan. Sebagian besar masyarakat maluku hidup
sebagai nelayan. Sehingga maluku merupakan penghasil ikan terbesar di Indonesia.
Komoditi perikanan menjadi salah satu komoditi unggulan. Dengan kekayaan laut itu
maka muncul pasar ikan sebagai tempat jual beli ikan yang selalu ramai setiap harinya.
Persepsi masyarakat tentang pasar ikan adalah tempat kotor dan bau sehingga pembeli
tidak merasa nyaman untuk berbelanja. Tanpa disadari kekayaam laut merupakan salah
satu kelebihan yang dimiliki dan seharusnya dapat dikembangkan seoptimal mungkin.
Selain itu Maluku memiliki budaya leluhur yang masih dipegang teguh dalam
masyarakatnya.

Ibu kota Maluku adalah Ambon yang bergelar atau memiliki julukan sebagai
Ambon Manise, kota Ambon berdiri di bagian selatan dari Pulau Ambon yaitu di jazirah
Leitimur. Ada wacana bahwa Kota Ambon Manise sudah semakin padat, sumpek, dan
tidak lagi layak untuk menampung jumlah penduduk yang dari tahun ke tahun meningkat
tajam yang merupakan ibu kota Provinsi akan menjadi kota biasa karena ibu kota
direncanakan pindah ke negeri Makariki di Kabupaten Maluku Tengah.

Jumlah penduduk provinsi ini tahun 2010 dalam hasil sensus berjumlah 1.533.506
jiwa. Maluku terletak di Indonesia Bagian Timur. Berbatasan langsung dengan Maluku
Utara dan Papua Barat di sebelah utara, Laut Maluku, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi
Tenggara di sebelah barat, Laut Banda, Timor Leste, dan Nusa Tenggara Timur di
sebelah selatan serta Laut Aru dan Papua di sebelah timur. Berikut 7 unsur Kebudayaan
masyarakat Maluku:

1. Bahasa.
2. Sistem Pengetahuan.
3. Sistem Kemasyarakatan atau Organisasi Sosial.
4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi.
5. Sistem Mata Pencaharian Hidup.
6. Sistem Religi.
7. Kesenian.
1. Bahasa
Provinsi Maluku memiliki banyak sekali pulau, disini juga terdapat berbagai
macam bahasa. Tapi biasanya di pakai di Maluku adalah jenis bahasa melayu Ambon,
yang masih satu dialek bahasa melayu. Berikut nama-nama bahasa yang berasal dari
Maluku:  Bahasa seti,  Bahasa Alun, Bahasa Nuaulu, Bahasa Wamale Bahasa Koa.
Bahasa yang digunakan di provinsi Maluku adalah Bahasa Melayu Ambon, yang
merupakan salah satu dialek bahasa Melayu. Sebelum bangsa Portugis menginjakan
kakinya di Ternate (1512), bahasa Melayu telah ada di Maluku dan dipergunakan sebagai
bahasa perdagangan. Dua bahasa yang telah punah adalah Palamata dan Moksela.
Ratusan bahasa diatas dipersatukan oleh sebuah bahasa pengantar yang telah
menjadi lingua francasejak lama yaitu bahasa Melayu Kreol yang terdiri atas 4 varian :
Bahasa Melayu Maluku Utara dipakai di Seram bagian utara,Buru sebelah utara dan
pulau – pulau kecil diutara SeramBahasa Melayu Ambon dipakai secara luas
dikota Ambon, Saparua, Haruku,Molana, Nusa Laut, Manipa, Seram Bagian
Barat, Seram Bagian TImur,Kepulauan Seram Laut, kabupatenMaluku Tengah dan
pulau BuruBahasa Melayu Banda yang dipakai penduduk (terutama Muslim)
dikepulauan BandaBahasa Melayu Tenggara dipakai oleh daerah-daerah pulau dibagian
Tenggara Maluku (Tenggara Jau) seperti MTB, Maluku Tenggara, MBD, kota Tual, dan
Aru.Sebelum bangsa-bangsa asing (Arab, Cina, Portugis, Belanda dan Inggris)
menginjakan kakinya di Maluku (termasuk Maluku Utara), bahasa-bahasa tersebut sudah
hidup setidaknya ribuan tahun dan menjadi bahasa-bahasa dari keluarga bahasa
Pasifik/Melanesia. Bahasa Indonesia,seperti di wilayah Republik Indonesia lainnya,
digunakan dalam kegiatan-kegiatan publik yang resmi seperti di sekolah-sekolah dan di
kantor-kantor pemerintah, mengingat sejak 1980-an berdatangan 5000 KK (lebih)
transmigran dari Pulau Jawa. Dengan banyaknya penduduk dari pulau lain tersebut, maka
khazanah bahasa di Pulau Seram (dan Maluku) juga bertambah, yaitu kini ada banyak
pemakai bahasa-bahasa Jawa, Bali dan sebagainya.

2. Sistem Pengetahuan

Sistem Pengetahuan Maluku Kepulauan harus menguasai ilmu:


Pelayaran, Pembacaan arah melalui letak gugus bintang ASTRONOMI 5. SISTEM
TEKNOLOGI Masyarakat Maluku menguasai ilmu pertukangan terutama untuk
perkapalan, di samping pembuatan rumah.

 Pengobatan

Jamu :

Sejak abad ke-15, Ambon terkenal sebagai pusat perdagangan rempah, meskipun
penghasil rempah umumnya diperoleh dari daerah Maluku dan sekitarnya. Kekayaan
alam ini telah menarik perhatian bangsa lain. Salah satunya adalah George Everhard
Rumphius yang kemudian mengunjungi Ambon, dan selanjutnya menulis buku
“Herbarium Amboinense” pada abad ke-17. Buku ini memuat berbagai berbagai jenis
tumbuhan yang tumbuh di daerah Ambon dan Maluku, termasuk tumbuhan rempah, obat,
dan sebagainya.

Tumbuhan obat merupakan bahan utama dalam pengobatan tradisional yang telah
digunakan sejak lama oleh masyarakat Ambon. Setiap daerah/suku bangsa tertentu,
seperti suku Ambon, mempunyai upaya kesehatan yang sudah menyatu dengan
kebudayaannya. Ditinjau dari aspek pengetahuan tentang pengobatan tradisional, suku
Ambon merupakan masyarakat yang mampu menolong dirinya dan keluarganya dengan
pengobatan tradisional.

Cara pengobatan yang dilakukan oleh etnis Maluku ada bermacam-macam, baik tunggal
maupun gabungan tindakan pengobatan. Misalnya, gabungan akupresur; pijat refleksi
telapak kaki dan urut (Ambon); urut (Ambon, Suli, Telaga kodok, Liang, Mamala,
Haruku); disembur; dikop (Ambon); dijilat/disedot/diisap (Ambon); dimandikan dengan
ramuan obat; serta menyiram kepala dengan ramuan obat (Amahusu). Tetapi, sebagian
besar cara pengobatan tersebut menggunakan ramuan obat.

Ramuan tradisional etnis Maluku disajikan dengan cara dimakan segar (misalnya daun
kaki kuda), dimakan mentah/digosok ke seluruh tubuh (misalnya bawang merah),
dikukus setengah matang kemudian dimakan (misalnya beluntas), direbus kemudian
airnya diminum (misalnya belalang babiji/meniran), daun diremas kemudian ditempel di
luka (misalnya turi), serta dikonsumsi dengan cara ditumbuk, kemudian ditambah air
hangat, diperas, kemudian airnya diminum.

3. Sistem Kemasyarakatan atau Organisasi Sosial.

 Sistem Kekerabatan dan Sistem Perkawinan :

Dalam system kemasyarakatan masyarakat Ambon mengambil system kekerabatan


yang bersifat ke-Ayahan “Patrilineal”. Di dalam kekerabatan yang memegang peranan
penting ada dua yaitu. “Mata rantai”, mata rumah ini biasanya bertugas mengatur
perkawinan warganya secara“Exogami” dan dalam hal mengatur penggunaan tanah-tanah
“dati” tanah milik kerabat patrilineal. “Family”, family merupakan kesatuan terkecil
dalam mata rumah. Family ini berfungsi sebagai pengatur pernikahan klenya.

 Organisasi Politik :

Sejak tahun 1908 orang-oramg Ambon telah mulai membentuk organisasi. Namun
organisasi pemuda mereka yang bernama Jong Ambon baru didirikan pada tahun 1918.
Sebelum itu telah ada organisasi militer Belanda asal Ambon, Wilhelmina (1908).
Setahun kemudian Dr. Tehupeilory mendirikan Ambonsch Studiefonds. Organisasi ini
bertujuan memberikan beasiswa kepada pelajar yang pandai. Tahun 1911, di kota Ambon
didirikan pula sebuah organisasi peggawai negeri yang dinamakan Ambons Bond. Tahun
1913, di Semarang berdiri organisasi Mena Muria, yang bertujuan untuk kemajuan dan
kemakmuran suku Ambon di kota itu. Beberapa tahun kemudian didirikan lagi Sou
Maluku Ambon di kota Ambon yang bertujuan memajukan ekonomi masyarakat Ambon.
Tergerak oleh kenyataan banyaknya organisasi Ambon yang telah berdiri, maka pada
tanggal 9 Mei 1920, A.J. Patty seorang tokoh muda yang berasal dari Maluku membentuk
sebuah organisasi politik di Semarang yang diberi nama Serikat Ambon. Berdirinya
organisasi ini sebagai jawaban terhadap organisasi yang telah lahir sebelumnya,
yang  kebanyakan mendukung pemerintah Belanda. Serikat Ambon mencoba
mempersatukan semua organisasi Ambon, dan menjadi organisasi politik pertama.

4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

Peralatan dan perlengkapan orang orang Ambon dibagi menjadi 2 bagian, yaitu peralatan
pada zaman dulu dan peralatan zaman sekarang

 Pakaian Adat Maluku :

Salah satu baju adat yang begitu kaya warna dan motif adalah baju adat dari daerah
Maluku. Baju adat Maluku ini memiliki corak warna beragam seperti merah, coklat,
marun, dan sebagainya. Motif baju adat ini biasanya adalah garis-garis geometri atau
kotak-kotak kecil yang merupakan hasil anyaman dari berbagai warna benang.
Mengenakan baju adat ini biasanya dikombinasikan dengan sarung tenun khas Maluku
yang biasanya dipilih berdasarkan warna yang senada. Kain sarung tenun kas Maluku ini
begitu indah dan dibuat masih secara tradisional dengan teknik tenun yang begitu
menawan.

 Rumah Adat Maluku

Rumah adat Baileo adalah rumah adat di daerah Maluku sebagai representasi kebudayaan
masyarakat Maluku memiliki fungsi yang penting dalam kehidupan masyarakat Maluku.
Salah satu fungsi rumah adat Baileo adalah tempat untuk berkumpul seluruh warga.
Perkumpulan warga di rumah adat Baileo merupakan aktivitas yang dilakukan dalam
rangka mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang sedang di hadapi oleh
masyarakat setempat.

 Sarana dan Prasarana Transportasi

PERAHU TRADISIONAL PAPUA

Sebagian daerah pantai Papua merupakan daerah yang paling cocok untuk
pemukiman penduduk. Beberapa masyarakat di pantai utara Papua tinggal dalam
kelompok-kelompok masyarakat dengan tempat tinggal di atas air. Mereka tinggal di
rumah-rumah dari papan kayu atau perahu. Perjalanan antara rumah linggal satu dan
lainnya biasanya dipergunakan jembatan-jembatan papan yang menghubungkan rumah
satu dan lainnya. Pada waktu mereka harus keluar atau ke desa lain maka mereka harus
mempergunakan perahu.

Anda mungkin juga menyukai