2. Analisa GAM
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) merupakan sebuah bagian dari sejarah bangsa
Indonesia. Sebuah sejarah yang dapat ditulis dengan tinta darah, karena telah banyak
menumbalkan sesama anak bangsa. Sebuah konflik yang ironisnya untuk memperjuangkan
hal yang sama, namun dipersepsi dan diinterpretasikan secara berbeda oleh kedua belah
pihak yang bertikai. Sebuah perbedaan dalam memaknai nasionalisme. Sebuah perlawanan
untuk memperjuangkan nasionalisme vis-vis sebuah perjuangan untuk mempertahankan
nasionalisme.
Penggunaan lambang-lambang separatis Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menjadi
lambang dan bendera resmi Aceh menuai kontroversi. Menurut Ketua Palang Merah
Indonesia (PMI) Jusuf Kalla, penggunaan lambang GAM itu telah menyalahi perjanjian
damai (MoU) di Helsinki antara pemerintah Indonesia dengan GAM. Mantan Wakil
Presiden yang menjadi pencetus perdamaian Indonesia-GAM ini mengungkapkan, pada
Pasal 4.2 di MoU Helsinki secara tegas menyatakan bahwa GAM dilarang memakai
seragam maupun menunjukkan emblem atau simbol militer setelah penandatanganan Nota
Kesepahaman ini.
ANALISIS
Dalam hukum internasional, yang dapat melakukan perjanjian adalah pihak yang
mempunyai kedudukan sebagai subjek hukum internasional. Untuk dapat dikatakan
sebagai subjek internasional, maka pihak tersebut haruslah mendapat pengakuan.
Atas dasar pengakuan yang diberikan oleh pihak/negara lain terhadap bentuk/wujud
peristiwa/fakta tersebut, maka dibedakanlah bentuk pengakuan itu menjadi beberapa
bentuk, yaitu:
1. Pengakuan terhadap negara baru
2. Pengakuan terhadap pemerintah baru
3. Pengakuan terhadap pemberontak yang dapat dibedakan lagi menjadi dua Pengakuan
terhadap kaum insurgensi dan Pengakuan terhadap kaum belligerensi
4. Pengakuan terhadap suatu bangsa
5. Pengakuan atas hak-hak teritorial baru
(Recognition of the new teritorial rights)
Salah satu dari bentuk pengakuan tersebut adalah pengakuan terhadap kaum
pemberontak. Pemberontakan biasanya terjadi dalam suatu negara yang terdiri atas
sekelompok orang yang mempunyai maksud dan tujuan tertentu.
Adapun tujuan pemberontakan itu ada bermacam-macam, seperti misalnya untuk
menggulingkan pemerintah yang sah untuk diganti dengan pemerintah baru sesuai dengan
keinginan kaum pemberontak, memisahkan diri dari negara induk dan membentuk negara
merdeka, ataupun untuk bergabung dengan negara lain maupun untuk menuntuk otonomi
yang lebih luas. Salah satu contohnya adalah Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang
merupakan gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari wilayah negara
Indonesia.Dalam hukum Internasional, kaum pemberontak (belligerency) dapat dikatakan
sebagai subjek hukum Internasional.
Oleh beberapa sarjana hukum internasional, ada 3 (tiga) syarat yang harus dipenuhi
agar suatu kelompok pemberontak dapat disebut sebagai kaum belligerensi dan oleh karena
itu dapat diberikan pengakuan sebagai kaum belligerensi. Syarat-syarat tersebut adalah:
1. Kaum belligerensi itu harus sudah terorganisasikan secara teratur
Dalam hal ini, Gerakan Aceh Merdeka (GAM) telah mempunyai sistem organisasi
yang teratur. Struktur organisasi GAM dibagi menjadi pucuk pimpinan di pengasingan
dan kepemimpinantingkat menengah, tentara, anggota, dan dukungan basis di Aceh.
GAM menganggap bahwa mereka sebagai wakil sah satu-satunya rakyat Aceh untuk
mendirikan lembaga pemerintah.
2. Menggunakan tanda-tanda pengenal yang jelas untuk menunjukkan identitasnya
Sebagai sebuah gerakan, identitas merupakan hal yang sangat penting sebagai bentuk
dari ciri dan pembeda dengan gerakan-gerakan yang lain. GAM sebagai sebuah
gerakan mempunyai ciri khas dan identitas, hal ini ditunjukkan melalui penggunaan
seragam dan bendera. Bendera Aceh berbentuk segi empat persegi panjang dengan
ukuran lebar 2/3 dari panjang, 2 buah garis lurus putih di bagian atas, 2 buah garus
lurus putih di bagian bawah, 1 garis hitam di bagian atas, 1 garis hitam di bagian bawah.
Pada bagian tengah bendera terdapat gambar bulan bintang dengan warna dasar merah,
putih, dan hitam. Untuk lambang terdiri atas gambar singa, buraq, rencong, gliwang,
perisai, rangkaian bunga, daun padi, jangkar, huruf ta tulisan Arab, kemudi dan bulan
bintang dengan semboyan Hudep Beu Sare Mate Beu Sajan. Dalam beberapa publikasi
foto menunjukkan bahwa anggota GAM tidak hanya berasal dari kaum laki-laki saja
akan tetapi kaum perempuan juga menjadi bagian dari GAM yang dikenal dengan
istilah inoeng Bale (Janda). GAM juga menggunakan seragam doreng hijau, topi baret,
namun terkadang GAM tidak menggunakan seragam pada waktu operasi militernya
3. Menguasai suatu bagian wilayah secara efektif
Gerakan Aceh Merdeka(GAM) beroperasi dan telah menguasai wilayah Aceh.
Sejatinya, basis perjuangan GAM dilakukan dalam dua sisi, diplomatik dan bersenjata.
Jalur diplomasi langsung dipimpin Hasan Tiro dari Swedia. Opini dunia dikendalikan
dari sini. Sementara basis militer dikendalikan dari markasnya di perbatasan Aceh
Utara-Pidie. Seluruh kekuatan GAM dioperasikan dari tempat ini. Termasuk, seluruh
komando di sejumlah wilayah di Aceh dan di beberapa negara seperti Malaysia, Pattani
(Thailand), Moro (Filipina), Afghanistan, dan Kazakhstan. Tetapi, kerap GAM menipu
TNI dengan cara mengubah-ubah tempat markas utamanya. Di seluruh Aceh, GAM
membuka tujuh komando, yaitu komando wilayah Pase Pantebahagia, Peurulak,
Tamiang, Bateelik, Pidie, Aceh Darussalam, dan Meureum. Masing-masing komando
dibawahi panglima wilayah.
Dalam hal ini Gerakan aceh Merdeka (GAM) telah memenuhi 3 syarat sebagai kaum
belligerensi, yakni :
1. Kaum belligerensi itu harus sudah terorganisasikan secara teratur
2. Menggunakan tanda-tanda pengenal yang jelas untuk menunjukkan
identitasnya
3. Menguasai suatu bagian wilayah secara efektif
Oleh karena itu, Gerakan Aceh Merdeka dapat diakui sebagai kaum belligerensi
sehingga dapat memperoleh kedudukan sebagai pihak atau subjek hukum internasional
dalam perjanjian internasional.