Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Karya ilmiah adalah suatu karya dalam bentuk tulisan yang berisikan tetang ilmu

pengetahuan yang disusun atas dasar penggalian pegetahuan-pengatahuan lebih dalam untuk
menyatakan kebenaran tulisan tersebut. Dalam menulis karya ilmiah dibutuhkan bahasa yang
baik dan benar yangsesuai dengan EYD, karena karya ilmiah merupakan sumber ilmu yang
akan dipakai sebagai referensi bagi karya lain. Jika sebuah karya ilmiah menggunakan bahasa
yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, ditakutkan akan terjadi kesalahan atau
banyak penafsiran pada tiap-tiap orang. Untuk mengantisipasi hal tersebut dibutuhkan bahasa
yang baik dan benar sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Berdasarkan paparan di atas dapat ditentukan suatu permasalahan tentang penggunaan
bahasa yang bisa berfungsi sebagai alat komunikasi antara penulis dan pembaca.
Permasalahan tersebut dapat ditentukan tentang penggunaan bahasa yang dipakai dalam
karya ilmiah masih belum tepat, dan masih banyak yang tidak menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar yang sesuai dengan EYD.
1.2.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana penulisan huruf pada karya ilmiah?
2. Bagiamana pemakaian tanda baca dalam karya ilmiah?
3. Bagaimana penulisan dan pemilihan kata dalam karya ilmiah?
4. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?

1.3.

Tujuan Penulisan

Untuk memahami aspek-aspek kebahasaan dalam penulisan karya ilmiah yang meliputi
penulisan huruf, pemakaian tanda baca, penulisan dan pemilihan kata, dan kalimat efektif.

BAB 2
1

PEMBAHASAN
2.1.

Penulisan Huruf
2.1.1.
Huruf Kapital
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat. Contoh: Dia membaca buku.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Contoh: Adik
bertanya, "Kapan kita pulang?"
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang
berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk
Tuhan. Contoh: Islam, Kristen, Budha, Allah, Yang Maha Kuasa.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Contoh: Sultan
Hasanuddin
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti
nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai
pengganti nama orang tertentu. Contoh: Wakil Presiden Adam Malik
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang. Contoh:
Mira Monica
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa. Contoh: suku Tengger
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari
raya. Contoh: hari Lebaran, Juli, Senin.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama peristiwa
sejarah. Contoh: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama diri geografi.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara,
lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi,
kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan,
badan, dokumen resmi, dan judul karangan.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan
makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang
tidak terletak pada posisi awal.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan


kekerabatan,

seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik,

dan paman,

yang

digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.


Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam
penyapaan.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan,
catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh
paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu.
2.1.2.

Huruf Miring
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah,

dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.


Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan

huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.


Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan

yang bukan bahasa Indonesia.


Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya
diperlakukan sebagai kata Indonesia

2.1.3.

Huruf Tebal
Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian
bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan

lampiran.
Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan

itu digunakan huruf miring.


Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema
serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.

2.2.

Pemakaian Tanda Baca


Tanda Titik (.)
o Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
o Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
o Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu
o Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu.
o Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang
tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
3

o Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
o Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan

Tanda Koma (,)


Tanda koma dipakai di antara unsur unsur dalam suatu perincian atau

pembilangan.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara

berikutnya

yang

didahului

dengan

kata

seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali.


Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak

kalimat itu mendahului induk kalimatnya.


Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat
yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan

demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.


Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,
dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik,

atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.


Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam

kalimat.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan

tanda tanya atau tanda seru.


Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian bagian alamat, (c)
tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis

berurutan.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya

dalam daftar pustaka.


Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya

untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.


Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang

dinyatakan dengan angka.


Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak

membatasi.
Tanda koma dapat dipakaiuntuk menghindari salah baca/salah pengertiandi
belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

Tanda Titik Koma (;)


Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan

kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.


Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat
yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian

terakhir tidak perlu digunakan kata dan.


Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih
apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.

Tanda Titik Dua (:)


Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti

rangkaian atau pemerian.


Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang

menunjukkan pelaku dalam percakapan.


Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan
ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota
dan penerbit buku acuan dalam karangan.

Tanda Hubung (-)


Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris.
Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau

akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris.


Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf

dalam kata yang dieja satu-satu.


Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata

atau ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata.
Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.

Tanda Pisah ()
Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi

penjelasan di luar bangun utama kalimat.


Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan

yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.


Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti
'sampai dengan' atau 'sampai ke'.

Tanda Tanya (?)

Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.


Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

Tanda Seru (!)


Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi
yang kuat.

Tanda Elipsis ()
Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah
ada bagian yang dihilangkan.
Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.

Tanda Petik ( )
Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari

pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.


Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang

dipakai dalam kalimat.


Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata
yang mempunyai arti khusus.

Tanda Petik Tunggal ( )


Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam
petikan lain.
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa
daerah atau bahasa asing

Tanda Kurung (( ))
Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan

bagian utama kalimat.


Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam

teks dapat dihilangkan.


Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan
keterangan.

Tanda Kurung Siku ([ ])


Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis

orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang

terdapat di dalam naskah asli.


Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas
yang sudah bertanda kurung.

Tanda Garis Miring (/)


Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun

ajaran.
Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.

Tanda Penyingkat (')


Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.

2.3.

Penulisan dan Pemilihan Kata


2.3.1.
Kata dasar. Ditulis sebagai satu kesatuan
2.3.2.
Kata turunan
Ditulis serangkai dengan kata dasarnya: dikelola, permainan
Imbuhan ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya, tapi unsur gabungan kata ditulis terpisah jika hanya mendapat

awalan atau akhiran: bertanggung jawab, garis bawahi


Imbuhan dan unsur gabungan kata ditulis serangkai jika mendapat awalan dan

akhiran sekaligus: pertanggungjawaban


Ditulis serangkai jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam

kombinasi: adipati, narapidana


Diberi tanda hubung jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya

adalah huruf kapital: non-Indonesia


Ditulis terpisah jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa
dan kata yang bukan kata dasar: maha esa, maha pengasih

2.3.3.
2.3.4.

Kata ulang. Ditulis lengkap dengan tanda hubung: anak-anak, sayur-mayur


Gabungan kata
o Ditulis terpisah antarunsurnya: duta besar, kambing hitam
o Dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur
yang bersangkutan untuk mencegah kesalahan pengertian: alat pandangdengar,anak-istri saya
o Ditulis serangkai untuk 47 pengecualian: acapkali, adakalanya, akhirilkalam,
alhamdulillah, astaghfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana, bismillah,
beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa,
7

dukacita, halalbihalal, hulubalang, manasuka, kasatmata, kepada,paramasatra,


peribahasa, puspawarna, radioaktif, sastramarga, saputangan, saripati,
sebagaimana, desiakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela,
sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam.
2.3.5. Kata ganti

Ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya: kusapa, kauberi
Ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya: bukuku,
miliknya.

2.3.6. Kata depan. di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,
kecuali daripada, kepada, kesampingkan, keluar, kemari, terkemuka.
2.3.7. Kata sandang. si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya: sang
Kancil, si pengirim
2.3.8. Partikel
o Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuuinya:
betulkah, bacalah.
o Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya: apa pun, satu kali
pun
o Partikel pun ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya untuk adapun,
andaipun,

ataupun,

bagaimanapun,

biarppun,

kalaupun,

kendatipun,

sekalipun, mestipun, walaupun.


2.3.9. Singkatan dan akronim

Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti

dengan tanda titik: A.S. Kramawijaya, M.B.A.


Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis

dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik: DPR, SMA
Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda

titik: dst., hlm.


Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf diikuti tanda titik pada setiap
huruf: a.n., s.d.

Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang

tidak diikuti tanda titik: cm, Cu


Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis

seluruhnya dengan huruf kapital: ABRI, PASI


Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku

kata

dari

deret

kata

ditulis

dengan

huruf

awal

huruf

kapital: Akabri, Iwapi


Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis
dengan huruf kecil:pemilu, tilang

2.3.10. Angka dan lambang bilangan. Angka dipakai untuk menyatakan lambang
bilangan atau nomor yang lazimnya ditulis dengan angka Arab atau angka
Romawi. Fungsi:
o menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai
uang, dan (iv) kuantitas,
o melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat,
o menomori bagian karangan dan ayat kitab suci
-

Penulisan:
Lambang bilangan utuh dan pecahan dengan huruf
Lambang bilangan tingkat
Lambang bilangan yang mendapat akhiran an
Ditulis dengan huruf jika dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata,
kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan,

seperti dalam perincian dan pemaparan


Ditulis dengan huruf jika terletak di awal kalimat. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan

satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat


Dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca bagi bilangan utuh

yang besar
Tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks

kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi


Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya
harus tepat

2.4.

Kalimat Efektif

Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan


kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembacaseperti gagasan yang ada
pada pikiran pembicara atau penulis. Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil
menyampaikan pesan,gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud
sipembicara atau penulis. Syarat-Syarat dalam Kalimat Efektif :
1. Koherensi
Koherensi kompak adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara
unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu. Kesalahan yang
seringkali juga merusakkan koherensi adalah penempatan kata depan, kata
penghubung yang tidak sesuai atau tidak pada tempatnya, penempatan keterangan
aspek yang tidak sesuai. Dalam kesatuan pikiran lebih ditekankan lagi struktur, atau
interelasi antara kata-kata yangmenduduki sebuh tugas dalam kalimat. Oleh karena itu
sebuah kalimat dapat mengandung sebuah kesatuan pikiran, namun koherensinya
tidak baik.
2. Kesatuan
Sebagaimana
hanya mengandung

telah

dipaparkan

satu

gagasan

untuk mengembangkan
dalam pengembangannya,

gagasan

di

depan,

pokok.
pokok

uraian-uraian

bahwa

Fungsi
tersebut.

dalam

sebuah

tiap

paragraf

paragraf

adalah

Untuk

itu,

paragraf

di
tidak

boleh menyimpang dari gagasan pokok tersebut. Dengan kata lain, uraianuraian dalam sebuah paragraf diikat oleh satu gagasan pokok dan merupakan
satu kesatuan. Semua kalimat yang terdapat dalam sebuah paragraf harus
terfokus pada gagasan pokok.
3. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif merupakan pembatasan dalam pemakaian
kata, frasa, atau bentuk-bentuk bahasa. Kehematan ini menyangkut soal gramatikal
dan soal semantik. Kehematan tidak bahwa kata yang perlu atau yang menambah
nilai-nilai artistik boleh dihilangkan.
4. Keparalellan
Paralelisme dalam komposisi ialah bentuk-bentuk bahasa yang sama atau
konstruksi bahasa yang sama dalam susunan serial. Pikiran dan gagasan yang sama
biasanya dinyatakan dalam bentuk-bentuk bahasa dalam kalimat sehingga pikiranpikiran yang lain dan sama harus dinyatakan dalam bentuk yang sama.
5. Penekanan
Gagasan pokok atau misi yang ingin ditekankan oleh pembicara biasanya
dilakukan dengan memperlambat ucapan, melirihkan suara, dan sebagainya pada

10

bagian kalimat tadi. Dalam penulisan ada berbagai cara untuk memberikan
penekanan.
a. Posisi dalam Kalimat
Untuk memberikan penekanan dalam kalimat, biasanya dengan menempatkan
bagian itu didepan kalimat. Pengutamaan bagian kalimat selain dapat mengubah
urutan kata juga dapat mengubah bentuk kata dalam kalimat.
b.

Urutan yang Logis


Sebuah kalimat biasanya memberikan sebuah kejadian atau peristiwa. Kejadian
yang berurutan hendaknya diperhatikan agar urutannya tergambar dengan logis.
Urutan yang logis dapat disusun secara kronologis, dengan penataan urutan yang
makin lama makin penting atau dengan menggambarkan suatu proses.

c.

Pengulangan Kata
Pengulangan kata dimaksudkan memberi penegasan pada bagian ujaran yang
dianggap penting agar kalimat menjadi jelas.

6. Kevariasian
Kelincahan pun tergambar dalam strukturnkalimat yang dipaka, misalnya
penggunaan kalimat yang pendek dan kalimat yang panjang. Untuk menghindari
kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam teks. Ada kalimat
yang dimulai dengan subyek, predikat atau keterangan. Ada kalimat yang pendek dan
panjang.

11

BAB 3
PENUTUP

3.1.

Kesimpulan
Karya ilmiah merupakan sumber ilmu yang akan dipakai sebagai referensi bagi karya
lain. Jika sebuah karya ilmiah menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, ditakutkan akan terjadi kesalahan atau banyak penafsiran pada tiap-tiap
orang.oleh karena itu, banyak aspek yang harus diperhatikan dalam menulis karya ilmiah,
diantaranya penulisan huruf kapital, penulisan tanda baca, penulisan dan pemilihan kata,
dan kalimat efektif.

12

Anda mungkin juga menyukai