Anda di halaman 1dari 12

Tari Pabbitte Passapu pada Upacara Tradisi Perkawinan

di Suku Kajang Dalam


Ragil Tri Oktaviani
Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta
Jalan Ki Hadjar Dewantara No. 19, Jebres, Surakarta

ABSTRACT

This article tries to reveal the existence of dance pabbitte passapu on pa’buntingang ceremony
and dance forms of presentation. The existence of pabbitte passapu dance is believed to be a fertility
rite and custom entertainment facilities. However, the presence of dance in the ceremony pa’bun-
tingang pabbitte passapu is already secondary. In a sense, the dancers are not anymore considered as
participants but ‘performers to be seen’. Meanwhile, the presentation of the dance, although in the
form of a ‘response’, it does not change the structure of dance movement patterns pabbitte passapu.
The focus of the analysis is the form of dance pabbitte passapu presentation in a traditional marriage
ritual ceremony of Inner Kajang. The substance aims to reveal the analytical and descriptive of the
subject matter associated with, the presence of dance pabbitte passapu in a traditional marriage ritual
ceremony of Inner Kajang In; and the form presentation of pabbitte passapu dance. This article is
expected to be contributive to the people of Inner Kajang to maintain the dance arts pabbitte passapu,
as well as for the art people to add the inland art discourses in the archipelago.

Keywords: Pabbitte Passapu Dance, Kajang Dalam tribe

PENDAHULUAN HASIL DAN PEMBAHASAN

Keberadaan tari pabbitte passapu diya- Tari Pabbitte Passapu sebagai Kesenian
Khas Suku Kajang Dalam
kini sebagai ritus kesuburan dan sarana hi-
buran adat. Akan tetapi kehadiran tari pab- Secara geografis, Kabupaten Bulukum-
bitte passapu dalam upacara pa’buntingang ba terletak sekitar 153 km dari Makassar
sudah bersifat sekunder. Dalam arti, para (Ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan). Kabu-
penari tidak laggi bersifat partisipan, tetapi paten Bulukumba terdiri dari 10 kecamatan,
‘ditanggap’. Adapun pada bentuk sajian yaitu: Ujungbulu (Ibu kota Kabupaten),
tarinya, walaupun dalam bentuk ‘tanggap- Gantarang, Kindang, Rilau Ale, Bulukum-
an’, tetapi tidak mengubah struktur pola pa, Ujung Loe, Bontobahari, Bontotiro,
gerak tari pabbitte passapu. Konsentrasi Kajang, dan Herlang. Tujuh kecamatan di
analisis diarahkan pada kajian bentuk sa- antaranya termasuk daerah pesisir yang
jian tari pabbitte passapu dalam upacara telah berkembang menjadi sentra pengem-
tradisi perkawinan suku Kajang Dalam.
bangan pariwisata dan perikanan, yaitu:
Substansinya bertujuan untuk mengung-
Gantarang, Ujung Bulu, Ujung Loe, Bon-
kap secara analitis dan deskriptif terhadap
tobahari, Bontotiro, Kajang, dan Herlang.
pokok permasalahan yang terkait dengan;
Tiga kecamatan lainnya merupakan sentra
keberadaan tari pabbitte passapu dalam upa-
pengembangan pertanian dan perkebunan,
cara tradisi perkawinan suku Kajang Dalam;
yaitu: Kindang, Rilau Ale, dan Bulukumpa
dan bentuk sajian tari pabbitte passapu.

59
~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~
Vol. 1 No. 1 Juni 2016

(Bappeda, 2010:9). kat suku Kajang Dalam hidup di wilayah


Kecamatan Kajang yang merupakan pedalaman terpencil, yang jauh dari keme-
salah satu sentra pengembangan pariwi- wahan kehidupan duniawi.
sata di Kabupaten Bulukumba didiami Masyarakat suku Kajang Dalam yang
oleh satu kelompok etnis pedalaman, yak- jauh dari lingkungan perkotaan hidup se-
ni suku Kajang Dalam. Luas wilayah Ke- cara sederhana. Pola berpikir yang diwarisi
camatan Kajang adalah 129,06 km, yang dari nenek moyang juga masih sederhana.
terdiri atas dua kelurahan dan 17 desa. Misalnya, pakaian sehari-hari mereka, baju,
Dua kelurahan itu adalah Kelurahan Tana celana, sarung, dan passapu, selalu berwar-
Jaya sebagai ibukota kecamatan, dan Ke- na hitam. Selain itu, di mana pun berada
lurahan Laikang. Adapun ke-17 desa yang dan kapan pun, mereka tidak mengguna-
dimaksud adalah desa: Bonto Biraeng, kan alas kaki. Jika bepergian mereka selalu
Bonto Rannu, Lembang, Lembang Lohe, berjalan kaki atau naik kuda.
Possi Tana, Lembanna, Tambangan, Sang- Warna pakaian yang serba hitam terse-
kala, Pattiroang, Batu Nilamung, Bonto but merupakan simbol kesamaan derajat,
Baji, Malleleng, Tana Toa, Sapanang, Mat- bahwa setiap orang di hadapan Turie’a’ra’na
toanging, Lolisang, dan Pantama (Badan itu derajatnya sama. Kesamaan derajat
Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba, yang dimaksud bukan pada wujud la-
2014:1). hirnya, melainkan kesamaan dalam hal ke-
Masyarakat suku Kajang Dalam hidup wajiban menjaga kelestarian lingkungan,
di tiga desa, yaitu Desa Bonto Baji, Desa yaitu hutan di sekitar mereka. Dengan
Malleleng, dan Desa Tana Toa. Desa Bonto kewajiban yang melekat seperti itu, maka
Baji memiliki luas wilayah 8,50 km². Desa tidak mungkin mereka bernafsu untuk
Malleleng lebih luas daripada Bonto Baji, memperoleh sesuatu yang berlebih dari
yaitu 11,10km², sedangkan luasan Desa hutan. Kewajiban menjaga dan menghar-
Tana Toa lebih kecil, yaitu 5,25 km² (Badan gai kelestarian lingkungan hutan tersebut
Pusat Statistik, 2014:2). Berdasarkan letak merupakan implementasi dari ajaran hi-
geografisnya, jarak dari ibukota Kabupaten dup Kamase-mase yang berlandaskan nilai-
Bulukumba ke ibukota Kecamatan Kajang nilai pasang, yaitu usaha mengekang hawa
adalah ± 20 km, yang dapat dicapai dengan nafsu untuk mencapai tujuan keselamatan
waktu tempuh ± 60 menit. Jarak dari Keca- di alam baka (Akib, 2003:5).
matan Kajang ke Desa Bonto Baji adalah ± Nilai-nilai pasang merupakan pedoman
15 km, yang dapat dicapai dalam waktu ± hidup bermasyarakat suku Kajang Dalam
25 menit. Adapun jarak antara Desa Bonto yang berkenaan dengan hal-hal sebagai
Baji dan Desa Malleleng ke Desa Tana Toa berikut: (1) tata-cara bertutur kata (2) tata-
adalah ± 1,4 km, yang dapat dicapai de- cara berpakaian, (3) sirik (malu), (4) sistem
ngan jalan kaki selama ± 30 menit. ritus, (5) menuturkan kisah-kisah lisan, dan
Masyarakat suku Kajang berdasarkan (6) kesenian. Dalam menjalankan keenam
wilayah administrasinya terbagi menjadi hal tersebut terdapat sejumlah pantangan
dua bagian, yaitu suku Kajang Luar dan yang apabila dilanggar akan mendapatkan
suku Kajang Dalam. Perbedaannya, ma- sanksi sosial berupa hukuman adat (Katu,
syarakat suku Kajang Luar hidup di wilayah 2005:74-82).
perkotaan, dan cenderung mengutamakan Masyarakat suku Kajang Dalam terse-
kehidupan duniawi; sedangkan masyara- bar di tiga desa, yaitu di Desa Bontobaji,

60
- Oktaviani: Tari Pabbitte Passapu Pada Upacara Tradisi Perkawinan di Suku Kajang Dalam -

Desa Malleleng, dan Desa Tana Toa. Ketiga hanya terbatas pada desa Bontobaji, oleh
desa ini masih menjadi daerah kekuasaan karena bertepatan dengan salah satu peris-
Ammatoa. Ammatoa adalah ketua adat tiwa keadatan yang dilaksanakan dalam
suku Kajang Dalam yang segala ucapan bentuk upacara tradisi perkawinan suku
dan nasihatnya harus dipatuhi. Oleh kare- Kajang Dalam.
na itu, bilamana terjadi pelanggaran oleh Tari pabbitte passapu pada awalnya di-
anggota masyarakat terhadap nilai-nilai pertunjukan untuk upacara perkawinan
pasang, maka yang menjadi hakim adalah (pa’buntingang), penolak bala (akkalomba),
Ammatoa. Akan tetapi seiring dengan ber- khitanan (assunat), dan akiqah (akkatere).
jalannya waktu dan perkembangan zaman, Akan tetapi sekarang lebih sering ditam-
kepatuhan dan atau ketaatan masyarakat pilkan untuk upacara perkawinan, bentuk
suku Kajang Dalam terhadap aturan-aturan sajiannya pun tidak memiliki banyak vari-
keadatan lambat-laun semakin longgar. an. Berdasarkan asumsi tersebut, maka
Sekarang, meskipun belum semua, teta- penting untuk mengetahui dan menjelas-
pi sudah banyak anggota masyarakat suku kan keberadaan tari pabbitte passapu di
Kajang Dalam yang menggunakan alat-alat masyarakat suku Kajang Dalam khusunya,
atau teknologi modern; mengenyam pen- pada upacara tradisi perkawinan yang
didikan formal; berinteraksi dengan dunia merupakan bagian dari nilai-nilai pasang.
luar; meningkatkan taraf hidup ekonomi; Selain itu, juga dapat membantu untuk
dan sudah tidak lagi mengenakan busana memahami bentuk sajian tari pabbitte pas-
berwarna hitam. Perubahan yang berjalan sapu sebagai bagian dari nilai-nilai pasang,
lambat ini menurut Koentjaraningrat meru- yang wajib diimplementasikan dalam ke-
pakan proses evolusi sosial universal, yang hidupan masyarakat Kajang dan di luar
ditandai dengan perkembangan tingkatan masyarakat tersebut.
kehidupan manusia di dunia, dari tingkat Konsentrasi analisis diarahkan pada
yang sederhana ke tingkat yang semakin kajian bentuk sajian tari pabbitte passapu
tinggi serta kompleks (Koentjaraningrat, dalam upacara tradisi perkawinan suku Ka-
2009:31-32). jang Dalam. Substansinya bertujuan untuk
Perubahan pola berpikir dan sikap ma- mengungkap secara analitis dan deskriptif
syarakat suku Kajang Dalam, berpengaruh terhadap pokok permasalahan yang terkait
terhadap kesenian tari yang khas di suku dengan: keberadaan tari pabbitte passapu
itu, yakni tari pabbitte passapu. Hubungan dalam upacara tradisi perkawinan suku
terhadap pengaruh perubahan pola ber- Kajang Dalam; dan bentuk sajian tari pab-
pikir masyarakat dan tari tersebut, karena bitte passapu. Substansi pokok permasalah-
para pelaku tari merupakan penduduk asli an pada artikel ini memberi sumbangsih
masyarakat itu sendiri. Jadi, sudah barang kepada masyarakat Kajang Dalam untuk
tentu kesenian tari yang sangat khas di suku tetap mempertahankan kesenian tari pab-
itu mendapatkan imbas dari perubahan. bitte passapu, dan untuk para penyangga
Tari pabbitte passapu masih dilestari- seni, berguna dalam menambah khasanah
kan di tiga desa pada wilayah suku Kajang terhadap wacana seni-seni pedalaman di
Dalam, yaitu desa Bonto Baji, desa Malle- Nusantara.
leng, dan desa Tana Toa. Akan tetapi dalam Terkait pokok permasalahan di atas,
tulisan ini pertunjukan tari pabbitte passapu maka pendekatan yang digunakan adalah
tidak dijelaskan untuk keseluruhan desa, pendekatan etnokoreologi dengan me-

61
~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~
Vol. 1 No. 1 Juni 2016

lihat bentuk sebagai komposisi tari atau sebagai ritus kesuburan dan keharmonis-
koreografi yang di dalamnya terdapat an hidup bagi kedua mempelai. Namun
elemen gerak, ruang, dan waktu (Hadi, ketika masyarakat menyaksikan penyajian
2007:24). Selain itu, karena bentuk juga tari pabbitte passapu juga merasa terhibur.
diarahkan untuk mengamati gerak, anali- Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa
sisnya meminjam model Gertudh Kurath selain ditujukan untuk ritual perkawinan,
tentang graphic presentation atau notasi la- tari pabbitte passapu juga merupakan sarana
ban (Kurath dalam artikel Ahimsa-Putra, hiburan adat.
2007:91-92). Sementara untuk menjelaskan Tari pabbitte passapu yang dipercayai se-
keberadaan tari pabbitte passapu dalam upa- bagai ritus kesuburan dan keharmonisan
cara tradisi perkawinan suku Kajang Dalam hidup tercermin dalam gerak-gerak yang
menggunakan Soedarsono bahwa fungsi dilakukan oleh penari. Salah satu gerak-
seni pertunjukan ada tiga, yaitu untuk upa- an yang paling dominan adalah gerak
cara ritual; hiburan pribadi; dan sebagai menyabung passapu atau abbitte. Gerakan
penyajian estetis atau tontonan (Soedarso- ini menyimbolkan interaksi antara dua
no, 1998:57). Dengan demikian, penjelasan penari yang saling mengadu passapu untuk
mengenai keberadaan tari pabbitte passapu memperlihatkan kejantanannya sebagai
pada upacara tradisi perkawinan suku Ka- seorang laki-laki yang tangguh dan pem-
jang Dalam dan bentuk sajian tarinya akan berani. Keberanian para penyabung diakui
diperkuat dengan menggunakan pendapat apabila salah satu penari sudah meraih ke-
dari para ahli seperti yang telah disebutkan. menangan. Kemenangan dimaknai bahwa
seorang laki-laki yang tangguh dan pem-
Keberadaan Tari Pabbitte Passapu pada berani akan mampu untuk mengayomi dan
Upacara Tradisi Perkawinan di Suku Kajang bertanggung jawab terhadap kehidupan
Dalam
keluarganya, sehingga dari sikap itu akan
Dalam masyarakat kuno (primitif), per- tercipta kehidupan yang baik dan harmo-
tunjukan tari merupakan bagian yang tidak nis. Selain itu, tari pabbitte passapu diha-
terpisah dari sistim kepercayaan atau ritual dirkan sebagai bagian dari upacara tradisi
religius. Suatu pertunjukan tari berfungsi se- perkawinan, karena masyarakatnya (pe-
bagai sarana atau salah satu prasyarat agar nonton) menganggap dengan dipertunjuk-
tujuan ritual tersebut terpenuhi menurut an kembali tarian itu, akan mengingatkan
keyakinan masyarakatnya. Ritual religius mereka pada kenangan masa lampau atas
berhubungan dengan berbagai kepercayaan aktivitas yang sering dilakukan oleh nenek
atau agama tertentu yang tujuannya untuk moyang mereka yaitu, berjudi ayam.
menyampaikan penghormatan dalam sua- Masyarakat menyadari, bahwa aktivitas
sana yang suci dan sakral (Hadi, 2007:98). tersebut menyebabkan banyak kerusakan
Pertunjukan tari pabbitte passapu dalam terjadi di tanah Kajang. Para penyabung
masyarakat suku Kajang Dalam merupakan ayam menjadi serakah dan lupa diri, kare-
bagian dari ritual religius. Ritual religius na harus merelakan tanah tempat mereka
yang sampai sekarang masih dijalankan tinggal sebagai bahan taruhan. Atas kejadi-
oleh mereka dan menghadirkan tari pabbitte an itu, masyarakat merasa bahwa dengan
passapu adalah pa’buntingang atau ritual menghadirkan kembali tari pabbitte passapu
perkawinan. Keberadaan tari pabbitte pas- dalam upacara tradisi perkawinan akan
sapu dalam ritual perkawinan ini, diyakini membuat para mempelai mengingat kem-

62
- Oktaviani: Tari Pabbitte Passapu Pada Upacara Tradisi Perkawinan di Suku Kajang Dalam -

bali kejadian di masa lampau, agar tidak oleh ‘kemenyan’ yang dibakar. Dupa ini
terulang di kehidupan mendatang. dimaknai sebagai simbol dari kehidupan
Meskipun sekarang ritual pa’buntingang rumah tangga yang selalu menebarkan
atau perkawinan masih mempertunjuk- aroma wangi, yaitu keluarga yang baik,
an tari pabbitte passapu, tetapi sifatnya yang tidak menjadi sumber berita buruk di
sekunder. Sifat sekunder yang dimaksud lingkungan masyarakatnya.
adalah, bahwa tari tersebut dipertunjukkan Passepempeng adalah bumbu-bumbu
tidak lagi bersifat partisipan seperti dulu. dapur seperti gula dan lombok. Gula dan
Para penari menari tidak sebagai relawan, lombok ini melambangkan dua unsur yang
tetapi sebagai penari yang ‘ditanggap’ atau dapat bersatu dan menghasilkan rasa yang
dibayar. Bayarannya bisa berupa sembako enak. Kedua bahan ini dimaksudkan seba-
atau sejumlah uang. Besaran uang yang gai simbol terciptanya kehidupan rumah
diberikan kepada setiap penari tergan- tangga yang selalu mesra, saling meng-
tung dari kesepakatan antara penari dan asihi, harmonis, dan saling menjaga, baik
pemangku hajat. Biasanya, minimal 50.000 dalam perbuatan maupun ucapan.
rupiah dan maksimal 100.000 rupiah. Hal Sarana kelengkapan untuk ritual
ini terjadi oleh karena pola berpikir ma- perkawinan di atas sudah dipersiapkan
syarakat yang berubah lebih bersifat ma- oleh Amma tiga hari sebelum dilaksanakan
terialistis. Namun keadaan semacam itu upacara. Pelaksanaan upacara dilakukan
menjadi lumrah, sejak pergantian ketua selama dua hari. Hari pertama (20 Juli
adat (Ammatoa) generasi ketiga. 2015) adalah mempersiapkan bahan-bahan
Selain gerak penyabungan passapu makanan untuk dimasak dan pelaksanaan
yang dianggap sebagai representasi ritus ritual andingingi, yang dilakukan pada sore
kesuburan dan keharmonisan, sesaji yang hari atau menjelang magrib sekitar pukul
dipersyaratkan dalam upacara itu juga 17.30. Waktu ini diyakini sebagai waktu
merupakan simbol dari kesuburan dan yang tepat untuk mengusir segala penya-
keharmonisan, seperti: raung inru, pakanre kit dan roh-roh jahat. Tujuan dilaksanakan
bunting anrenna, dupa, dan passepempeng. ritual tersebut untuk keselamatan hidup.
Raung inru adalah properti atau hiasan Urut-urutan ritualnya, Amma memba-
yang dibuat dari bahan janur atau daun cakan doa, kemudian mengusapkan daun
kelapa. Raung inru merupakan simbol atau sirih dan kapur ke wajah mempelai wanita.
pertanda untuk seseorang yang telah di- Setelah itu Amma memercikkan air daun
anggap dewasa dan siap untuk mengarungi singkong yang sudah direndam ke tubuh
hidup berumah tangga. mempelai wanita.
Pakanre bunting anrenna adalah satu unit Hari kedua (21 Juli 2015), ritual dilak-
sesaji yang terdiri atas bahan panganan dan sanakan pada waktu sore hari pukul 17.00
peralatan rias mempelai wanita. Bahan pa- sampai dengan pukul 21.30. Ritual yang
ngannya terdiri dari padi, pisang, kelapa, memakan waktu selama empat jam ini diisi
dan daun sirih, sedangkan alat riasnya beru- dengan ijab-kabul, mengkhatamkan bacaan
pa bedak. Pakanre bunting anrenna dimaknai Alquran, ritual andingingi, dan pesta adat.
sebagai prasyarat agar rumah tangga yang Ijab-kabul dilakukan oleh pengantin laki-
akan dijalani oleh kedua mempelai nantinya laki yang dituntun oleh penghulu. Dalam
selalu lestari, sejahtera, dan bahagia. proses ijab-kabul, pengantin perempuan
Dupa adalah asap yang ditimbulkan boleh mendampingi pengantin laki-laki.

63
~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~
Vol. 1 No. 1 Juni 2016

Setelah itu, upacara dilanjutkan dengan artikan sebagai komposisi tari atau koreo-
mengkhatamkan bacaan Alquran oleh kedua grafi yang di dalamnya terdapat elemen
mempelai. Maknanya, agar isi Alquran gerak, ruang, dan waktu (Hadi, 2007:24).
yang sudah dibaca dapat menjadi penun- Bentuk tari pabbitte passapu dapat di-
tun hidup dalam berumah tangga. Sele- baca, ditelaah atau dianalisis secara teks-
sai pembacaan Alquran, kedua mempelai tual berdasarkan elemen koreografinya.
mendatangi rumah Amma untuk ritual Elemen-elemen tersebut meliputi: nama,
andingingi. Tata cara pelaksanaanya sama tema, tipe/jenis/sifat, gerak, iringan/musik,
dengan hari pertama. Sesudah itu kedua penari, kostum dan properti, ruang per-
mempelai kembali ke rumah untuk mengi- tunjukan, dan durasi pertunjukan (Hadi,
kuti acara pesta adat. 2003:86).
Pesta adat dilaksanakan dari pukul
Nama Tari
20.00 sampai dengan pukul 21.30. Acara ini
dihadiri oleh Galla Pantama (putera perta- Nama merupakan tanda inisial yang
ma sekaligus pembantu Ammatowa), yaitu biasanya berhubungan dengan tema tari-
salah satu ada’ limayya (lima keturunan Am- nya. Nama pabbitte passapu berasal dari isti-
matowa) yang bertugas mengurusi upacara lah orang Kajang yang memiliki kebiasaan
adat. Pada puncak acara dimeriahkan de- mengadu ayam jago. Mengadu ayam jago
ngan pertunjukan tari pabbitte passapu. Keti- dalam bahasa konjo adalah pabbitte jangang.
ka pertunjukan sedang berlangsung, mem- Dalam perjalanan waktu, setelah ditetap-
pelai perempuan diantar masuk ke kamar kan aturan adat yang melarang kegiatan
untuk berganti baju hitam dan beristirahat. mengadu ayam jago, kegiatannya diganti
Sedangkan mempelai laki-laki duduk ber- dengan mengadu ikat kepala. Dalam hal
sama pemangku adat dan penari untuk ini, ikat kepala merupakan representasi
berbincang-bincang. Para penari mulai simbolik dari ayam jago. Maka namanya
bergerak dengan penuh semangat diiringi pun disesuaikan menjadi pabbitte passapu,
pukulan gendang dan syair-syair yang me- yang berarti menyabungkan ikat kepala
ngandung pesan. Usai menari, para penari para kaum laki-laki di suku Kajang Dalam.
kembali duduk melingkar bersama Galla
Tema Tari
Pantama dan pengantin laki-laki. Pemimpin
tari dan Galla Pantama kemudian memberi- Tema atau isi tari pabbitte passapu ada-
kan pesan-pesan kepada pengantin laki- lah keperkasaan, sifat gengsi, dan egois-
laki, juga doa-doa untuk keselamatan dan me, yang diekspresikan ke dalam perta-
kesejahteraan kedua mempelai. rungan. Tema ini disarikan dari sifat-sifat
individual masyarakat Kajang masa lalu,
Bentuk Sajian Tari Pabbitte Passapu ketika mereka berada di arena perjudian
sabung ayam jago. Rata-rata mereka saling
Bentuk adalah wujud. Wujud diartikan menunjukkan keberaniannya (tubarani),
sebagai hasil dari berbagai elemen tari, yai- keangkuhannya, dan keegoisannya. Ikat
tu gerak, ruang, dan waktu di mana secara kepala yang dipakai sebagai properti tari
bersamaan elemen-elemen itu mencapai adalah simbol keberanian sekaligus harga
vitalitas estetisnya, menyatu dalam satu diri untuk memperoleh kemenangan. Sifat
rangkaian bentuk yang disebut ‘komposisi pemberani diekspresikan melalui gerak
tari’ atau ‘koreografi’. Berdasarkan penger- hentakan kaki dan gerak tangan mengayun
tian tersebut, maka bentuk di sini dapat di- ke depan untuk menggambarkan perilaku

64
- Oktaviani: Tari Pabbitte Passapu Pada Upacara Tradisi Perkawinan di Suku Kajang Dalam -

menyabung ayam. Ekspresi keangkuhan dipolakan menjadi bentuk yang dapat diko-
dan keegoisan diwujudkan dalam bentuk munikasikan secara langsung lewat pera-
gerak bertolak pinggang, meminta, dan saan. Pola-pola gerak dari seorang penari
berkelahi. tidak hanya serangkaian sikap-sikap atau
postur tubuh yang dihubung-hubungkan,
Tipe/Jenis/Sifat Tari tetapi terdiri dari gerak yang kontinu;
Tari pabitte passapu termasuk dalam ka- gerak yang tidak hanya berisi elemen-ele-
tegori jenis tarian rakyat. Dikatakan tarian men statis (Hadi, 2011:10-11). Dalam tari
rakyat karena struktur dan bentuk gerak- pabbitte passapu terdapat delapan pola ge-
nya masih sederhana, tidak banyak ung- rak yang meliputi: gerak mussawara’, gerak
kapan variasi gerak yang rumit. Namun ma’baca-baca, gerak nipasiasseng, gerak am-
bila dikaji secara teks dan konteksnya, masang taji, gerak abbitte rua, gerak abbitte
juga sarat dengan muatan makna dan ni- se’re, gerak appalak, gerak siba’ji. Kedelapan
lai, serta mengandung fungsi ritual (Hadi, pola tersebut akan dideskripsikan secara
2007:15). Makna yang terkandung dalam verba (Hadi, 2003:94).
tari pabbitte passapu secara utuh hanya me-
lihat pada keselurahan bentuk sajiannya, Iringan/Musik Tari
yaitu tindakan mempertahankan harga di- Musik iringan tari pabbitte passapu ada-
ri masing-masing individual agar dapat di- lah nyanyian yang diiringi oleh pukulan
pandang sebagai seseorang yang memiliki dua buah manronrong (gendang khas suku
derajat tinggi atau patut dihormati karena Kajang Dalam), yang dilakukan oleh dua
kemenangan yang diraih dalam pertarung- orang wanita berumur antara 50-an tahun.
an sabung ayam. sementara nilai yang di- Pemilihan pemain musik didasarkan atas
maksud adalah nilai moral yang dapat di- kemahiran dalam memainkan gendang
jadikan pelajaran hidup bagi generasi di (Nanro, wawancara 21 Juli 2015).
suku Kajang, agar tidak melakukan keru- Gendang manronrong bentuknya silin-
sakan yang sama seperti yang dilakukan dris lurus dengan dua bidang pukul. Ba-
nenek moyang mereka dulu. Adapun tipe hannya terbuat dari kayu. Membran sum-
tari ini bersifat dramatik, yaitu mendrama- ber bunyinya dibuat dari kulit kambing.
tisasi pertarungan beberapa ayam jago me- Ukuran panjang gendang 60 cm, dengan
lalui gerak-gerak tari. Dalam tipe drama- lingkaran bidang pukul masing-masing
tik, tari bisa dilakukan oleh seorang penari
berdiameter 30 cm dan 20 cm. Bagian badan
(solo dance) atau beberapa penari (Hadi,
gendang dibalut dengan kain hitam.
2011:64).

Gerak Tari
Gerak adalah dasar ekspresi dari semua
pengalaman emosional. Dalam koreografi
atau tari, pengalaman emosional diekspre-
sikan lewat medium yang tidak rasional,
atau tidak berdasarkan pikiran, tetapi ber-
dasarkan perasaan, sikap, dan imaji. Me-
dium ekspresi yang dimaksud adalah ge-
rakan tubuh. Adapun materi ekspresinya
adalah gerakan-gerakan tubuh yang sudah Gambar 1. Gendang (Maronrong)
(Foto Ragil, 2015)

65
~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~
Vol. 1 No. 1 Juni 2016

Syair-syair yang dinyanyikan mengan- Nakku, mapaempo tarurangi.


dung pesan-pesan dan peringatan untuk Kunjungi kau, haju sampara kalen’nu.
masyarakat Kajang agar tidak melakukan
(syair II dinyanyikan pada gerak pak-
perbuatan yang merugikan dirinya sendi- karamula, nipasiasseng, dan amma-
ri. Berikut ini adalah contoh syair yang di- sang taji)
nyanyikan. Jarra-jarraki paboto’ pakanre bakke manu’.
nakapukki inrang, Haillee..
(syair I dinyanyikan pada gerak mus- Nisahungpi panrollea, panatoo sibaruga,
sawara’) Pasingarendee..
Bosia ritala’-tala’, rammang. Apa kurang ri kajang, kattung na ringgi,
Tali-tali na rupiah, Hailee..
Ribangkeng bukki, mannanro.

Tabel 1. Deskripsi Gerak Tari Pabbitte Passapu dalam Upacara Tradisi Perkawinan Suku Kajang Dalam

No Nama Gerak Hitungan Deskripsi Gerak


1. Gerak Mussawara’ 1x8 Keempat penari berjalan maju dan mundur
dalam posisi melingkar. Tangan kanan meme-
gang passapu, tangan kiri direnggangkan. Kedua
tangan diayun ke depan dan ke samping. Hitung-
an 1-4 jalan maju dan hitungan 5-8 jalan mundur.
2. Gerak Ma’baca-baca 2x8 Keempat penari tetap pada posisi melingkar.
Tangan kanan dan tangan kiri memegang te-
ngah kain/passapu, posisi kain dilebarkan. Para
penari menghentakan kaki, sambil menghen-
takan tangan ke atas dan ke bawah. Hitungan 1-4
menghentakan kaki; 5-8 menghentakan tangan;
dilanjutkan hitungan 1-4 mengatur posisi persegi
empat (posisi ini menunjukan posisi lawan atau
menyerang); hitungan 5-8 membentuk passapu
seperti ayam.
3. Gerak Nipasiasseng 1x8 Keempat penari tetap pada posisi persegi empat.
Passapu sudah dibentuk seperti ayam. Tangan
kanan memegang ujung kain, tangan kiri meme-
gang tengah kain. Hitungan 1-8 menghentakan
kaki dan mempertemukan kedua passapu.
4. Gerak Ammasang taji. 1x8 Keempat penari tetap pada posisi persegi empat.
Penari satu dan penari dua pada posisi sedang
memegang ujung bawah passapu. Penari 3 dan
penari 4 pada posisi berdiri memegang ujung atas
passapu. Hitungan 1-8 menghentakan kaki sambil
mengayunkan tangan ke atas dan ke bawah.
5. Gerak Abbitte rua 1x8 Posisi penari satu dan penari dua saling berha-
dapan, memegang passapu. Penari tiga dan empat
pada level rendah menunggu penentuan ayam
yang kalah. Penari satu dan penari dua saling
menyabungkan passapu.
6. Gerak Abbitte se’re 1x8 Posisi penari penari dua (penyabung yang kalah)
pada level sedang. Kedua tangan memegang
passapu dan menghentakan ke bawah. Penari satu
(penyabung yang menang) memegang ujung atas
passapu. Penari tiga dan penari empat memegang
tengah passapu. Penari satu, tiga, dan empat pada
level rendah.
7. Gerak Appalak dan Bagian akhir dari gerak ini, para penari lebih ba-
Tanpa
nyak berimprovisasi, yaitu bergerak tanpa mengi-
hitungan
8. Gerak Siba’ji kuti hitungan.

66
- Oktaviani: Tari Pabbitte Passapu Pada Upacara Tradisi Perkawinan di Suku Kajang Dalam -

Artinya:
(syair I) Passapu
Hujan di atas atap-atap.
Di bawah kaki gunung duduk teringat
peristiwa.
Memang kamu Sampara, sengaja kau Baju Penari
buat dirimu jadi penjudi.

(syair II)
Jeralah kamu menjadi penjudi, sebab
kamu nanti jadi pemakan bangkai
ayam. Sarung Penari
Akibat kalah dalam bermain judi,
kamu terlilit utang..
Menyabung panrollea (nama ayam) di
tengah keramaian, menyaksikan kema-
tian ayam.. Gambar 2. Kostum dan Properti
Apa yang kurang di Kajang tukang te- (Foto Ragil, 2015)
nun diganti dengan ringgit, benang-
benang diganti rupiah..

gerak yang dirumuskan oleh Rudolf La-


Penari ban perlu ditambahkan untuk mengetahui
Tari pabbitte passapu dalam upacara ritu- apakah kualitas gerak tari pabbbitte passapu
al pa’buntingang dibawakan oleh empat berubah walaupun sekarang sudah dalam
orang laki-laki yang berusia antara 40-60 ta- bentuk ‘tangggapan’. Untuk membuat sis-
hun. Menurut Sain, usia penari sebenarnya tem pencatatan gerak, ditentukan tiga mo-
bukan persyaratan, artinya, yang usianya tif, yaitu motif gerak murni, motif gerak
muda pun tidak dilarang. Akan tetapi se- maknawi, dan motif gerak locomotion.
karang belum ada generasi muda di suku Motif ini dapat dikembangkan dan di-
Kajang Dalam yang berminat mempelajari variasikan lagi menggunakan teori effort-
tari tersebut. Mereka pada umumnya lebih shape (pengerahan tenaga, usaha). Effort
tertarik untuk beraktivitas di luar kajang merupakan motivasi gerak terkait dengan
(Sain, wawancara 23 Mei 2015). ketubuhan penari sebagai sumber gerak
yang di dalamnya terdapat energi, dinami-
Kostum dan Properti Tari ka, dan volume. Sementara Shape adalah
wujud gerak yang dilahirkan sebagai aki-
Kostum dan properti pada tari pabbitte
bat dari aktivitas ketubuhan penari. Shape
passapu adalah pakaian sehari-hari ma-
meliputi lintasan-lintasan gerak seperti de-
syarakat Kajang Dalam. Busana yang mere-
sain ruang atau level penari dan pola lantai
ka gunakan tidak boleh diganti dengan kos-
(Hutchinson, 1977:12).
tum lain karena baju, sarung, dan passapu
yang dikenakan merupakan salah satu dari
Motif Gerak Tari Pabbitte Passapu dalam
nilai-nilai pasang yang harus ditaati dan su- Upacara Perkawinan
dah menjadi aturan baku bagi masyarakat
Motif Gerak Murni
Kajang Dalam.
Gerak ini dilakukan dalam 1x8 hitung-
Penjelasan mengenai gerak tari pabbitte
an berulang-ulang. Diawali dengan posisi
passapu sudah diungkapkan sebelumnya,
tubuh penari pada level sedang. Kedua
akan tetapi karena analisis geraknya me-
kaki ditekuk ke depan menggunakan tung-
minjam model Gertudh Kurath tentang
kai bawah, ruang kaki sempit, serta meng-
graphic presentation, maka sistem pencatatan

67
~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~
Vol. 1 No. 1 Juni 2016

tubuh penari pada level sedang. Kedua


kaki ditekuk ke depan menggunakan tung-
kai bawah, ruang kaki sempit, serta meng-
hentakkan keras secara bergantian. Kedua
tangan memegang passapu. Tangan kanan
memegang ujung kain dan tangan kiri me-
megang tengah kain. Kedua tangan diayun
ke bawah. Volume ruang tubuh kecil.

Motif Gerak Locomotion

Gambar 3. Notasi Laban Gerak A’bitte Rua


(Digambar oleh Erik)

hentakkan keras secara bergantian. Kedua


tangan memegang passapu. Tangan kanan
memegang ujung kain dan tangan kiri me-
megang tengah kain. Kedua tangan diayun
ke depan. Volume ruang tubuh kecil.

Motif Gerak Maknawi


Gerak ini dilakukan dalam 1x8 hitung-
Gambar 5. Notasi Laban Gerak Ammasang Taji.
an berulang-ulang. Diawali dengan posisi (Digambar oleh Erik)

Gerak ini dilakukan 1x8 hitungan ber-


ulang-ulang. Diawali dengan posisi tu-
buh penari pada level sedang. Kedua kaki
ditekuk ke depan menggunakan tungkai
bawah, ruang kaki sempit, serta menghen-
takkan keras secara bergantian. Tangan ka-
nan diayun dari atas ke bawah dan tangan
kiri memegang bagian tengah kain. Volume
ruang tubuh kecil.
Berdasarkan motif gerak tari pabbitte
passapu yang ditampilkan di atas dapat di-
ketahui bahwa, kualitas gerak penari tidak
berubah meskipun sudah dalam bentuk
‘tanggapan’. Kualitas gerak yang dimak-
sud adalah energi penari lemah, volume
Gambar 4. Notasi Laban Gerak A’bitte Se’re
(Digambar oleh Erik) tubuhnya menyempit, dan dinamika ge-

68
- Oktaviani: Tari Pabbitte Passapu Pada Upacara Tradisi Perkawinan di Suku Kajang Dalam -

raknya lambat. Hal ini terjadi karena ru- Catatan Akhir


ang pertunjukan lebih kecil, yaitu di rumah 1
Passapu adalah ikat kepala dari kain yang
panyaji upacara tradisi perkawinan atau biasanya digunakan untuk kaum laki-laki di
suku “Kajang Dalam”.
pa’buntingang dan usia penari yang sudah 2
Turie’a’ra’na adalah To Kuasayya atau sang
paruh baya memengaruhi kualitas gerak Maha Pencipta.
3
Kamase-mase dalam bahasa konjo adalah ke-
kepenarian. Selain itu, kualitas gerak penari sederhanaan hidup.
tidak berubah, sebab para penari adalah 4
Pasang adalah kumpulan pesan-pesan atau
petuah-petuah terhadap makro-mikro kosmos
penduduk asli suku Kajang Dalam yang ma- dalam hubungan antara alam, manusia, dan
sih mempertahankan nilai-nilai pasang Tuhan.
5
Amma adalah sebutan ibu yang paling di-
tuakan, setiap ada upacara perkawinan di Desa
Bonto baji kebutuhan upacara dan mantera-
SIMPULAN mantera dipersiapkan oleh Amma.

Keberadaan tari pabbitte passapu pada


upacara tradisi perkawinan di suku Kajang Daftar Pustaka
Dalam diyakini sebagai ritus kesuburan
Akib, Yusuf. 2003. Ammatoa Komunitas Ber-
dan keharmonisan hidup dan sarana hi-
babaju Hitam. Makassar: Pustaka re-
buran adat. Dikatakan demikian karena fleksi.
gerak-gerak yang dilakukan oleh penari
lebih dominan pada gerak menyabung pas- Ahimsa-Putra, Shri Heddy. 2008. “Etnosa-
sapu atau abbitte. Selain itu, ada kenangan ins Untuk Etnokoreologi Nusantara
masa lampau yang mengingatkan mereka (Antropologi dan Khasanah Tari),”
tentang aktivitas sabung ayam yang biasa dalam Ed. R.M. Pramutomo, Etno-
dilakukan nenek moyang mereka untuk koreologi Nusantara (Batasan Kajian,
memamerkan harta benda dan bertaruh Sistematika, dan Aplikasi Keilmuannya.
habis-habisan, hingga lupa diri dan menjadi Surakarta: ISI Press.
serakah. Sekarang, meskipun memori itu
Badan Perencanaan dan Pembangunan Da-
masih tersimpan dalam ingatan masyara-
erah. 2010. Kabupaten Bulukumba da-
kat Kajang Dalam, tetapi kehadiran tari pab-
lam Angka 2010. Bulukumba.
bitte passapu dalam upacara pa’buntingang
sudah bersifat sekunder. Dalam arti, para Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulukum-
penari tidak lagi bersifat partisipan, tetapi ba. 2014. Kecamatan Kajang Dalam
‘ditanggap’. Oleh karena adanya ‘tanggap- Angka 2014. Bulukumba.
an’ seperti itu, tari pabbitte passapu saat ini
sudah jarang atau hampir sama sekali tidak Hutchinson, Ann. 1977. Labanotation or Ki-
menjadi bagian dari upacara ritual. netography Laban. New York: The-
Adapun pada bentuk sajian tarinya, wa- athre Arts Books.
laupun dalam bentuk ‘tanggapan’, tetapi Hadi, Sumandyo. 2003. Aspek-Aspek Dasar
tidak mengubah struktur pola gerak tari Koreografi Kelompok. Yogyakarta: El-
pabbitte passapu. Hal ini yang dimaksud, kaphi (Lembaga Kajian Pendidikan
tetap menggunakan pola empat penari, de- dan Humaniora Indonesia).
sain lantainya tetap mennggunakan lintasan
melingkar dan menyilang. Selain itu, kos- ---------------. 2007. Kajian Tari: Teks dan Kon-
tum dan properti tetap dipertahankan, kare- teks. Yogyakarta: Pustaka Book Pub-
na keduanya merupakan bagian dari nilai- lisher.
nilai pasang dalam tata cara berpakaian.

69
~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~
Vol. 1 No. 1 Juni 2016

---------------. 2011. Koreografi (Bentuk-Teknik- Nara Sumber:


Isi). Yogyakarta: Cipta Media. Nanro (50), Pemain Gendang. Suku Kajang
dalam desa Bontobaji.
Katu, Mas Alim. 2005. Tasawuf Kajang. Ma-
Sain (62), Penari Pabbitte Passapu. Suku Ka-
kassar: Pustaka Refleksi.
jang dalam desa Bontobaji.

70

Anda mungkin juga menyukai