Asalammualaikum Wr.Wb.
karena atas rahmat-Nya penulisan makalah " PERKAWINAN ADAT SUDA " dalam mata
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis mengakui bahwa dalam penulisan
makalah ini banyak kekurangan, hal ini disebabkan keterbatasan dan kemampuan penulis.
Pada akhirnya, makalah ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan menambah
wawasan bagi semua pihak pada umumnya, dan bagi penulis pada khususnya.
Wasalammualaikum Wr.Wb.
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERNIKAHAN
TAHAP PELAKSANAAN
Sejak kepanitiaan sudah dibentuk, ada beberapa pase tugas yang harus mereka
persiapakan agar upacara adat demi upacara adatyang dilangsukanberjalan dengan
sukses,Dalam perkawinan adat sunda, ada lima cara pokok yang umumnya yang masih tetap
dilestariakan hingga saat ini, walaupun di sana sini ada ada proses midifikasi. Lima acara itu
adalah lamaran, siraman seserah, ngenyeuk serueh, akad nikah/peberangkatan kemesjid, dan
saweran
NGEBAKAN / SIRAMAN
Secara kasat mata siraman ini artinya membadikan. Tapi, dibalik itu ada beberapa
makna yang terkandung didalamnya. Secara filosofis, siraman itu dimaksud sebagai upaya
penyucian diri lahir batin sebelum memasuki mahligai perkawinan
Upacara siraman ini juga merupakan kesempatan bagi sianak untuk memohon doa
restu kepada orang tua maupun parasepuh. Tujuanya, agar dalam mengurangi hidup baru
nanti ia mendapatkan restu dan limpahnya kebaikan dari mereka. Itu sebabnya biasanya
yang bertugas memandikan si calon pengantin, selain kedua orangtuanya, juga para angota
keluarga yang sudah tua dan orang orang sekaligus dikenal sebagai orang yang alim soleh.
Karena merupakan symbol penyucian diri, Maka sebelum upacara siraman ini
dilangsungkan biasanya diselengarakan pengajian. Sebelum pengajian dimulai, di tempat ini
sudah disiapkan air setaman, yaitu air dari tujuh mata air/sumur yang ditaburi bunga tujuh
rupa. Maksudnya, sebelumdimanfaatkan untuk memandikan kedua calon mempelai, air
setaman itu lebih dulu didoakan ustad/ustadzahbeserta orang orang yang hadir di tempat itu
3
- MC (master of ceremony) atau pengarah acara membuka acara dan mengunmumkan bahwa
rainkayan upacara siraman akan segera dimulai
- sebelum uoacara siraman dimulai lebih dahulu diselengarakan pengajian/syukuran. Hadirin
dalam acara ini CPW (Mengenakan kebaya biasa), kedua orang tua,kerabat dekat, dan para
tamu.
- selesai pengajian , air kembang setamanyang sudah didoakan do forum pengajian itu dibagi
dua dan salah satunya kemudian dikirimkan kerumah/ketempat pemondokan CPP . seorang
utusan dari keluarga CPP dating mengambil air kembang setaman tersebut cara simbolis
menggendong putrinya keluar kamarmenuju pelaminan. Tentu saja tidak menggendong
sunguh sungguhsang ibu berdiri di samping kiri CPW dengan tangan kanan merangkul
pinggang CPW . Tangan kirinya memegang dua ujung kaki batik yang sudah dilingkarkan di
pinggang maupun CPW , sepertiorang yang setengah menggendong.
- sebelum melakukan upacara ngecagkeun aisan (melepaskan gondongan), lewat tembang
sunda yang dilantunkan oleh seorang juru mamos , kedua orang tua memberikan nasehat
kepada putrinya
- kedua orang CPW kemudian duduk di atas kursi yang sudah diasiapkan dan CPW dipangku
diatas paha ibu dan ayanhnya
- Ayah CPW kemudian membuka kain gendongan sambil membaca
”Bismillaahirahmaanirrahim.”
- selanjutnya CPW duduk bersimpuh dibawah dan posisinya menghadap orangtuanya yang
duduk kembali diatas kursi tadi.CPW kemudian memohon maaf dan restu kepadaibu dan
ayahnya
- Orang tua CPW menjawab pemohon doarestu bagi putrinya
- CPW kemudian membasuh kaki ibunya denganairkembang setaman didalam bokor dan
setelah itu baru mengelap serta mengeringkanya dengan handuk. Setelah itu CPW mencium
kaki ibunya dan setelah itu ayahnya
- Upacara NGARAS (mencuci kaki orangtua) umumnya berlangsung bagi pasangan
pengantin sukapuara
Upacar ini hanay dilakukan dalam perkawinan adat sunda gaya sukapura. Ngaras
adalah upacara yang dilakukan sebelum CP[W/CPP melaksanakan upacara siraman.
Upacara ini dilakukan sebagai ungkapan rasa sayang dan hormat seorang anak kepada kedua
orang tua
Seperti halnya upacar siraman , yang diharapkan hadir dalamupacar ini adalah kedua
orang tua calon mempelai saudara saudara sekandung, kakek nenek keluarga besar kedua
orang tua kedua clon mempelai serta tamu tamu undangan khusus. Sesuia jumlah undangan
yang ada, posisiNgaras ini sebaiknya disesuaikan dengan keadaan rumah. Kedua orang tua
bisa duduk dikursi, sementara di bawahnya sudahdisiapkan air kembang di dalam bokor atau
panic . CPW/CPP duduk dihadapan kedua orangtua. Dengan bimbingan pimpinan Ngaras
CPW /CPP pertama kali membasuhi ibunya baru kemudian ayahandanya.
4
Pengkajian
Idealnya, rangkaian acara yang dimulai dengan pengajian ini dimulai usai shalat
dhuhur pukul 12.30. disinilah batin sicalon pengantin di gembleng agar mampu menjalankan
bahtera keluarga dengan baik sesuai yang digariskan agama. Acara ini umumnya hanya di
ikuti oleh anggota keluarga, kerabat dekat, maupun para tetangga di sekeliling keluarga
rumah CPW. Setelah acara pengajian yang memakan waktu lebih kurang satujam itu selesai,
CPW mulai masuk kamar pengantin untuk mempersiapkan diri melakukan upacara
ngacegkeun aisan (gendongan terakhir).
Petugasyang bertanggung jawab kemudian memeberikan air kembang yang baru saja
dodoakan bersama sama dan selanjutnya air setaman itu dibagi dua. Sebagian air setaman
yang sudah ditaburi doa itu untuk upacara siraman di rumah CPW, sementara sebagian yang
lain di bawah kerumah CPP untuk acara siraman bagi CPP.
5
SESERAHAN / SEREN SUMEREN
Tapi, kedatangan keluarga CPP kerumah keluarga CPW ini tentu saja tidak dengan
tangan kosong,begiru juga dengan keluarga CPW tidak akanmemberikan tamu tamunya
pulang tanpa buah tangan walaupun jenis dan jumlahnya tidak sebanyak bingkisan yang di
bawa oleh keluarga CPP. Di sinilah kekhasan rangkayan tata cara upacara perkawinan
adatsunda.
Dalam acara seserahan ini, keluarga CPP menyerahkan bebrapa bingkisan yang besar
kecil maupun banyak sedikitnya tergantung pada kemauan/kesepakatan masing-masing
keluarga. Tapi, ada aturan aturan baku yang selama ini selau menjadi acuan para calon
pengantin adat sunda
6
- Jambe (pinang tua)
- Mayang jambe (bunga pinang)
- Wlauh gede (llabu kuning besar)
- Kaci (kain putih) dua sentimeter
- Alat-alat jahit seperti : jarum benang-benang kanjeh, dsb.
- Alat sawer, kendi kecil, dan cobek lengkap dengan cowet (ulekan) kecil.
- Uang receh
- Beras kunyit seiytar satu genggam
- Serbet.
- Elekan, harupat (lidi enau)kecil dan papan kecil ukuran 10 x 15 sentimeter
- Lumpang dan alu kecil
- Bedog (golok), pisau, dan talenan
- Lilin dan koerk api
- Telur ayam kampong
- Rujakeun (alat sesaji)
7
B. Sistem Kekerabatan
Di lihat dari sistem kekerabatan masyarakat karawang memang tak berbeda jauh
dengan sistem kekerabatan masyarakat sunda/jawa barat
Akibatnya, sangat sulit untuk memisahkan mana adat dan mana agama. Sebab kedua
unsur itu terjalin erat menjadi kebudayaan orang Sunda. Dalam perkawinan misalnya,
dilakukan secara adat dan secara agama Islam. Sistem pemilihan jodoh tidak terikat satu sama
sistem tertentu, tetapi yang pasti perkawinan di dalam keluarga batih dilarang.
3 hari sebelum pernikahan, calon mempelai laki-laki harus sudah diserahkan kepada pihak si
gadis lewat upacara seserahan.
Dalam perkawinan adat Sunda ada upacara nyawer dan buka pintu yang sangat
menarik. Semua orang gembira, dan mengikuti dengan penuh perhatian terhadap dialog yang
dilakukan dengan bahasa puisi dan lagu.
Bentuk keluarga yang terpenting di tanah Sunda ialah keluarga batih (nuclear family)
yang terdiri dari : suami, isteri dan anak-anak. Keluarga batih merupakan tempat yang paling
aman bagi anggotanya di tengah-tengah hubungan kerabatnya yang lebih besar dan di tengah-
tengah masyarakat. Kehidupan keluarga batih di desa-desa masih relatif kompak. Pekerjaan
di sawah sering dikerjakan secara gotong-royong.
Di luar keluarga batih, masih ada kerabat lain seperti : ipar, kemenakan, saudara
sepupu, paman, bibi dan sebagainya. Kelompok ini disebut golongan atau Kindred. Mereka
sering diundang pada waktu punya hajad.
Di samping itu, ada pula kelompok yang disebut ambilenial, karena mencakup
kerabat sekitar keluarga batih seorang Ego tetapi diorientasikan ke arah nenek moyang yang
jauh ke masa lampau. Kelompok ini disebut bondoroyot.
Dilihat dari prinsip garis keturunan, sistem kekerabatan di Pasundan adalah bersifat
bilateral (garis ayah dan ibu). Sistem istilah kekerabatannya menunjukkan ciri-ciri bilateral
dan generasional. Dilihat dari Ego, orang Sunda mengenal istilah-istilah untuk tujuh generasi
ke atas dan ke bawah, yaitu :
- Ke atas
1. Kolot
2. Embah
3. Buyut
8
4. bao
5. Janggawareng
6. Udeg-udeg
7. Gantung siwur
- Ke bawah
1. Anak
2. Incu
3. Buyut
4. Bao
5. Janggawareng
6. Udeg-udeg
7. Gantung siwur
9
C. Sistem Waris
Pada dasarnya sistem waris masyarakat karawang dengan masyarakat jawa barat tidak
berbeda jauh yaitu dengan menggunakan hukum waris parental/bilateral.
Hukum warisan parental atau bilateral adalah memberikan hak yag sama antara pihak laki-
laki dan pihak perempuan, baik kepada suami dan istri, serta anak laki-laki dan anak
perempuan termasuk keluarga dari pihak laki-laki dan keluarga pihak perempuan. Ini berarti
bahwa anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama-sama mendapatkan hak warisan dari
kedua orang tuanya, bahkan duda dan janda dalam perkembangannya juga termasuk saling
mewarisi.
Bahkan proses pemberian harta kepada ahli waris khususnya kepada anak, baik kepada anak
laki-laki maupun anak perempuan umumnya telah dimulai sebelum orang tua atau pewaris
masih hidup. Dan sistem pembagian harta warisan dalam masyarakat ini adalah individual
artinya bahwa harta peninggalan dapat dibagi-bagikan dari pemiliknya atau pewaris kepada
para ahli warisnya, dan dimiliki secara pribadi.
Sifat sistem hukum kewarisan adat parental atau bilateral yang pada umumnya di pulau Jawa,
termasuk Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
sebenarnya dapat dilihat dari beberapa segi pertama segi jenis kelamin, ini dapat dibagi dua
kelompok, pertama kelompok laki- laki dan kelompok perempuan. Kedua segi hubungan
antara pewaris dengan ahli waris. Dari segi ini juga ada dua kelompok pertama yaitu
kelompok ahli waris karena terjadinya ikatan perkawinan suami dan istri. Kelompok kedua
adalah kelompok hubungan kekerabatan, karena adanya hubungan darah ini ada tiga yaitu
kelompok keturunan pewaris, seperti anak pewaris, cucu pewaris, buyut pewaris, canggah
pewaris dan seterusnya ke bawah sampai galih asem. Kelompok asal dari pada pewaris, yaitu
orang tua dari pewaris, seperti ayah dan ibu dari pewaris, kakek dan nenek pewaris, buyut
laki-laki dan buyut perempuan pewaris, dan seterusnya ke atas sampai simbah galih asem dari
pihak laki-laki dan perempuan. Dan kelompok ketiga adalah hubungan kesamping dari
pewaris, seperti saudara-saudara pewaris, baik laki-laki maupun perempuan seterusnya
sampai anak cucunya serta paman dan bibi seterusnya sampai anak cucunya, dan siwo atau
uwa laki-laki dan perempuan sampai anak cucunya.
Dalam sistem hukum warisan parental atau bilateral juga menganut keutamaan sebagai mana
sistem hukum warisan matrilineal. Menurut Hazairin ada tujuh kelompok keutamaan ahli
waris parental atau bilateral, artinya ada kelompok ahli pertama, kelompok ahli waris kedua,
kelompok ahli waris ketiga dan seterusnya sampai kelompok ahli waris ketujuh.
10
FOTO-FOTO PERNIKAHAN ADAT SUNDA
11
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya adat perkawinan, kewarisan, dan sistem kekeluargaan masyarakat
karawang tidak berbeda jauh dengan masyarakat jawa barat, seperti dalam
pernikahan yaitu ada yg namanya NYAWER, MENCUCI KAKI ORANG
TUA(SUNGKEMAN) dan yang lain-lain.
Karena di masyarakat karawang kebudayaan asli karawang hanya sedikit sekali,
maka tidaklah heran jika adat pernikahan, kewarisan, dan sistem kekerabatan
sama seperti masyarakat jawa barat pada umumnya.
B. Penutup
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.
12