Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Keberadaan musik sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat seiring dengan


perkembangan media audio (radio dan televisi) yang dapat diterima masyarakat. Banyaknya
stasiun radio menjadikan musik sebagai program mayoritas, menyebabkan masyarakat selalu
mengikuti perkembangan musik pada umumnya. Lagu merupakan hasil karya seni yang di
sebarkan lewat sebuah lantunan nada dengan berbagai ritme dan nada yang disesuaikan
dengan lirik lagu. Lirik lagu ini merupakan salah bentuk karya sastra, yang mana dalam
menciptakan setiap kata dalam lirik lagu tersebut, biasanya pencipta menggunakan kata-kata
kiasan. Disamping untuk memperindah kata, berguna sebagai penggambaran perasaan
hatinya.

Namun, kadang para penikmat lagu itu tidak mengerti maksud dari pencipta lagu.
Keindahan lirik lagu ini menjadi daya tarik perasaan penciptanya, serta sebagai curahan isi
hatinya. Sebagian orang juga merasa mengerti akan arti dari lagu tersebut, tetapi sebenarnya
mereka salah mengerti. Dan penciptapun tetap saja menciptakan lagu dengan menggunakan
kata-kata yang sulit dimengerti oleh pendengarnya. Hal tersebut yang menyebabkan
kesenjangan antara pencipta dan penikmat lagu tersebut.

Di sini kami memilih lagu letto berjudul sebelum cahaya dengan mengartikan setiap
kata dalam lirik lagu tersebut. Agar dapat dimengerti oleh semua penikmat lagu. Letto dalam
lagunya sebelum cahaya banyak memakai diksi yang mungkin sulit dimengerti oleh
pendengarnya. Struktur bahasa yang dipakaipun juga agak sedikit rumit. Kebanyakan orang
menilai yang penting lagunya enak didengar tanpa memperdulikan isi atau pesan dari lagu
tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Strukturalisme

Strukturalisme adalah sebuah pendekatan dalam memahami karya sastra


berdasarkan struktur karya sastra itu sendiri. Pendekatan ini dipengaruhi oleh
keperintisan Ferdinand de Saussure dengan konsep fonemenya. Kemudian beberapa
kritikus mengambil kesimpulan bahwa sebuah karya sastra terstruktur dari unsur-
unsur terkecil sehingga membangun sebuah makna seperti halnya konsep foneme
yang dibawa oleh de Saussure. Ide dasar strukturalisme berasal dari pemikiran
Sausure tentang linguistic.

Structuralism adalah sebuah kata dari bahasa inggris yakni struere


(membangun). Structura berarti bentuk bangunan. Yakni sebuah sudut pandang,
filsafat atau gerakan filosofis dewasa ini, ajaran pokoknya adalah semua masyarakat
dan kebudayaan memiliki suatu struktur yang sama dan yang tetap.

Struktur merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu bagian-bagian yang


membentuknya tidak dapat berdiri sendiri di luar struktur itu. Berikut ini ada beberapa
pendapat para ahli mengenai pendekatan struktural, yaitu suatu metode atau cara
pencarian terhadap suatu fakta yang sasarannya tidak hanya ditujukan kepada salah
satu unsur sebagai individu yang berdiri sendiri di luar kesatuannya, melainkan
ditujukan pula kepada hubungan antar unsurnya (Fokemma, 1977 : 21). Analisis
struktural merupakan tugas prioritas atau tugas pendahuluan. Sebab karya sastra
mempunyai kebulatan makna intrinsik yang dapat digali dari karya itu sendiri (A.
Teew. 1984 : 135)
B. Analisis Lirik Lagu Berdasarkan Pendekatan Struktural

Pendekatan Struktural yang dipergunakan, akan menghasilkan gambaran yang


jelas terhadap diksi, citraan, bahasa khias, majas, sarana retorika, bait dan baris, nilai
bunyi, persajakan, narasi, emosi, dan ide yang digunakan pengarang dalam menulis
setiap bait dalam lirik lagu.

Lirik lagu ‘sebelum cahaya’

ku teringat hati
yang bertabur mimpi
kemana kau pergi cinta
perjalanan sunyi
engkau tempuh sendiri
kuatkanlah hati cinta
*
ingatkan engkau kepada
embun pagi bersahaja
yang menemanimu sebelum cahaya
ingatkan engkau kepada
angin yang berhembus mesra
yang kan membelaimu cinta

kekuatan hati yang berpegang janji


genggamlah tanganku cinta
ku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri
temani hatimu cinta

ingatkan engkau kepada


embun pagi bersahaja
yang menemanimu sebelum cahaya
ingatkan engkau kepada
angin yang berhembus mesra
yang kan membelaimu cinta
ku teringat hati
yang bertabur mimpi
kemana kau pergi cinta
perjalanan sunyi
engkau tempuh sendiri
kuatkanlah hati cinta

ingatkan engkau kepada


embun pagi bersahaja
yang menemanimu sebelum cahaya
ingatkan engkau kepada
angin yang berhembus mesra
yang kan membelaimu cinta

by: Letto

C. Diksi (pilihan kata)

Dalam lirik lagu “SEBELUM CAHAYA” di atas, terdapat beberapa pilihan kata yang
digunakan oleh pengarang yang sangat sederhana seperti yang dapat dilihat dalam
lirik lagu tersebut. Kata-kata yang digunakan oleh pengarang mudah dipahami.

Seperti pada bait I pada baris 1-3

ku teringat hati
yang bertabur mimpi

kemana kau pergi cinta

Dalam menggunakan kata-kata ‘ku teringat hati’, yang memiliki makna teringat
bahwa segala aktifitas yang dilakukan terpantau oleh Tuhan YME. ‘Yang bertabur
mimpi’ lebih berarti seseorang yang terlelap dalam tidurnya beranjak pergi, yang
dikuatkan dengan kata-kata ‘kemana kau pergi cinta.

Pada bait I baris 4-6


perjalanan sunyi
engkau tempuh sendiri
kuatkanlah hati cinta

‘Perjalanan sunyi’ dalam kata-kata tersebut menjelaskan bahwa suasana malam hari
yang begitu sunyi dan di tempuh seorang diri. ‘Kuatkanlah hati cinta’ lebih kepada
semangat dari diri sendiri.

Pada bait II

ingatkan engkau kepada


embun pagi bersahaja
yang menemanimu sebelum cahaya

ingatkan engkau kepada


angin yang berhembus mesra
yang kan membelaimu cinta

Bait kedua, Allah ingin menentramkan hati kita. Allah mengingatkan bahwa kita tidak
sendiri dalam menjalankan sholat Lail, lihatlah ada embun pagi yang selalu menemani
kita hingga fajar muncul dari ufuk timur dan rasakanlah sepoi-sepoi angin di sepertiga
malam, yang dengan sangat lembut meniup tubuh kita. Embun dan angin yang
berhembus itulah yang menjadi saksi di akherat kelak.

Bait III

kekuatan hati yang berpegang janji


genggamlah tanganku cinta
ku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri
temani hatimu cinta

Bait ketiga, ‘kekuatan hati yang berpegang janji, genggamlah tanganku cinta’’ bahwa
ibadah atau menghadap Tuhan itu adalah sebuah keharusan. Disini diibaratkan janji
karena janji bersifat tidak boleh diingkari seperti halnya ibadah atau menghadap
Tuhan.
‘genggamlah tanganku cinta’ bahwa kita memang harus berpegang teguh pada
keyakinan kita. Yaitu, kokoh dalam mempertahankan ibadah kita, seperti sholat
jangan sampai meninggalkan.

‘ku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri temani hatimu cinta’ dia adalah orang-
orang yang selalu berpegang teguh pada janjinya terhadap Allah. Janjinya bahwa dia
kan selalu menjadikan Allah sebagai Illah dalam hidupnya. Jika kita taat dan
mengingat tuhan kita tidak akan pernah di tinggalkan oleh NYA.

D. Bahasa kias

Bahasa dalam keadaan yang abstrak tidak bisa langsung dicapai oleh
pengamat tanpa melalui medium buatan seperti kamus dan buku tata bahasa. Dalam
relitasnya bahwa bahasa dipandang dalam kaitan dengan latar belakang teori umum
tentang tanda telah membawa para linguis kepada kontak dengan berbagai disiplin
ilmu, dari rekayasa mesin hingga teori estetika. Menurut “Sausure” telah dapat
dibedakan antara “bahasa” dengan “tutur”. Menurut Sausure, Bahasa adalah wahana
komunikasi yang masih bersifat potensial, yang disimpan dalam ingatan dan
diaktualisasikan dalan sebuah kata.

Tetapi bahasa tidak hanya dijadikan sebagi wahana komunikasi saja,


melainkan juga untuk alat untuk mengekspresikan emosi dan menggunakan emosi
tersebut untuk mempengaruhi orang lain. Hal tersebut bisa disampaikan dengan
berbagai cara termasuk dengan menggunakan bahasa kiasan. Dalam bahasa kiasan,
penggunaan majas metafora atau bahsa kias lainnya menjadi factor penting dalam
motivasi dan overtone emotif. Sebuah kata dapat diberi dua atau lebih pengertian
yang bersifat figurative tanpa menghilangkan makna orisinilnya. Dapat dikatakan
bahwa makna lama dan baru tetap dapat hidup berdampingan sepanjangan tidak ada
kekacauan makna.

Dalam lagu “Sebelum Cahaya” ada beberapa kata yang juga menggunakan
bahasa kiasan:

- Perjalanan sunyi = sendiri

- angin yang berhembus mesra = hembusan angin sepoi-sepoi


E. Majas

Bahasa figuratif atau majas adalah bahasa yang digunakan penyair untuk
mengatakan sesuatu dengan cara yang biasa, yakni suara yang langsung
mengungkapkan makna. Dalam lantunan syair Sebelum Cahaya lebih menggunakan
majas:

Personifikasi, yakni kiasan ini mempersamakan benda dengan manusia, benda-


benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir dan sebagainya seperti manusia, Seperti:
embun pagi bersahaja, angin yang berhembus mesra, Perjalanan sunyi .

Majas Perumpamaan yaitu perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda,
tetapi sengaja dianggap sama, seperti: ‘kekuatan hati yang berpegang janji.

Majas Hiperbola yaitu menggunakan kata yang melebih-lebihkan maknanya. Seperti


: ku teringat hati yang bertabur mimpi, angin yang berhembus mesra
yang kan membelaimu cinta

Dengan adanya bahasa kiasan maupun majas yang digunakan muncul sebuah
kritik adri Aristoteles yang mengemukakan bahwa kata-kata yang bermakna ganda
sangat bermanfaat untuk memungkinkan kaum sofis menyesatkan pendengarnya.
Karena itulah para filosof mengemukakan bahwa polisemi merupakan lekemahan
bahasa dan merupakan shambatan besar dalam komunikasi dan bahkan dalam
kejelasan pikir. Tetapi, tidak semua filosof menganggap demikian, menurut Breal,
Frederick Agung, bahasa dalam kemulti-agungan makna adalah tanda keagungan
bahasa itu sendiri. Makin banyak bahasa dengan timbunan makna, makin banyak pula
segi-segi intelek tual dan aktivitas social yang diwakilinya.

F. Ide Yang digunakan:

Ide tentang penciptaan lagu Sebelum Cahaya muncul karena kecintaan Noe
kepada Allah. Berdasarkan atas kehidupan kita sehati hari tentang ketekuna seorang
hamba dalam menjalankan perintah sholat.. Perhatikan. Di awal lagu, sebelum
diperdendangkan syair lagunya, disuguhi sebuah instrumen yang lirih. Seperti orang
Islam ketika berdzikir, suara mestilah lirih, pelan, tak tergesa-gesa, apalagi dengan
suara yang menghentak, meledak-ledak. Pilihan lirih saja sudah membuat orang
penasaran.
Kemudian, baru masuk, pendengar disuguhi dengan alunan lagu yang
kontemplatif (bernuansa perenungan). Kata sebelum cahaya sendiri, bagi saya cukup
puitis. Jika cahaya itu membuat terang, layaknya dalam filsafat, kebenaran juga
begitu, membuat hidup terang. Sebelum cahaya adalah jeda, bisa pula proses menuju
kebenaran.

Satu hal yang pasti, musik memang bisa memberikan warna tersendiri dalam
hidup kita. Kadang orang itu, hati orang itu memang lebih condong pada apa
seleranya. Selera dalam menikmati musik bisa jadi begitu juga. Bagi yang suka lagu-
lagu religius, biasanya cenderung mempunyai hati yang tenang atau setidaknya
menyukai ketenangan jiwa atau sedang berproses untuk untuk menumbuhkan jiwa
yang tenang. Tak sekedar memberikan hiburan hati semata, tapi juga menuntunnya
untuk selalu ingat dengan-Nya.

Soal lagu sebelum cahaya itu, saya kira Noe memang sedang berdzikir, sedang
mengingatNya. Dia, sedang melakukan proses perenungan lewat sebuah lagu, tentang
pencarian yang sesungguhnya, sehingga pada akhirnya, bisa menemukan cinta yang
sesungguhnya, cinta sejati. Bukan hanya sebatas cinta antara seorang lelaki dan
perempuan semata.

Ketika di bedah dalam tiap baitnya terdapat makna yang cukup dalam tentang
cinta kepada Tuhan dan bagimana kita berusaha dekat dengan Sang Khalik.

Bait pertama lagu ini menunjukkan kalau Allah selalu mengawasi kita Allah melihat
kita yang sedang tidur tiba-tiba terbangun... kita pergi untuk ambil air wudhu maka
mengapa disana dituliskan kemana kau pergi

kemudian kita menegakkan sholat malam, dalam kesunyian, sendiri ketika semua
orang tengah terlelap ketika dingin sangat menusuk di tulang, ketika mata masih
terkantuk-kantuk. Siapa yang sanggup untuk menjalankannya?

Butuh kekuatan hati untuk melaksanakan raka'at demi raka'at, lantunan ayat2 suci
yang kita baca dan dzikir dengan penuh ketawadhuan. Inilah makna yang dia temukan
dalam baris perjalanan sunyi yang kau tempuh sendiri, kuatkan hatimu cinta.

Bait kedua, Allah ingin menentramkan hati kita, Allah mengingatkan bahwa kita
tidak sendiri dalam menjalankan sholat Lail, lihatlah ada embun pagi yang selalu
menemani kita hingga fajar muncul dari ufuk timur dan rasakanlah sepoi-sepoi angin
di sepertiga malam, yang dengan sangat lembut meniup mukena kita. Sungguh kita
tidak sendiri saat sholat Lail ditegakkan. Dan mereka inilah yang dapat kita jadikan
saksi di akhirat kelak.

Bait ketiga menerangkan siapa yang punya tekad kuat tersebut? untuk menegakkan
sholat malam setiap hari, setiap malam. Dia adalah orang-orang yang selalu
berpegang teguh pada janjinya terhadap Allah. Janjinya bahwa dia kan selalu
menjadikan Allah sebagai Illah dalam hidupnya

G. Pengimajinasian (citraan)

a. Pengimajian (citraan)

Pengimajian adalah kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan


pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan. Pada lagu
“SEBELUM CAHAYA” pengimajian yang digunakan oleh pengarang terdapat pada:

Citraan Penglihatan terdapat pada bait :

I : perjalanan sunyi
engkau tempuh sendiri

II : ingatkan engkau kepada


embun pagi bersahaja
yang menemanimu sebelum cahaya
ingatkan engkau kepada
angin yang berhembus mesra
yang kan membelaimu cinta

- Citraan Pendengaran terdapat pada bait I dan III ;

IIl : genggamlah tanganku cinta


ku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri
H. Analisis Berdasarkan Struktur Batin

H.1 tema

Tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair nya.

Pada lirik lagu ’Sebelum Cahaya’ penyair menggunakan tema Ketuhanan.


Karena makna dari setiap bait menggambarkan kedekatan penyair dengan yang Maha
Kuasa yaitu dengan menjalankan solat Lail yang tidak semua orang mampu untuk
melaksanakan karena dilakukan dipertiga malam dimana kebanyakan manusia masih
terjaga dari tidur nya.

H.2 Perasaan

Perasaan merupakan suasana perasaan sang penyair yang diekspresikan dan


harus dihayati oleh pembaca. Perasaan penyair terhadap syair ’ Sebelum Cahaya’
adalah kecintaan penyair terhadap Allah SWT.

H.3 Nada dan Suasana

Nada adalah sikap penyair terhadap pembaca. Sikap penyair terhada pembaca
adalah lembut, halus, bersahaja, dan tenang. Karena penyair menceritakan tentang
bagaimana penyair berdzikir, mengingat Allah, melakukan perenungan melalui solat
malam atau solat Lail.

Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca syair. Suasana


pembaca setelah membaca syair ’ Sebelum Cahaya’ yaitu merasa sejuk,damai, dan
ketentraman hati. Pembaca merasakan kesejukan jiwa yang sama dirasakan oleh
penyair.

H.4 Amanat (Pesan)

Amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan syair nya.
Pada syair ’ Sebelum Cahaya’ mengandung pesan religius yaitu Allah tidak akan
menjauhi hambanya jika mereka juga tidak menjauhi Allah dan sebaliknya yaitu kita
akan merasa dekat dengan Allah jika kita juga dekat dengan Allah melalui beribadah
kepada Nya termasuk melaksanakan amalan ibadah soalat malam atau sholat Lail.
KESIMPULAN

Dari keseluruhan pembahasan permasalahan yang kelompok kami ketengahkan, maka


dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Musik dan masyarakat selalu terkait erat. Musik mencerminkan dan menciptakan kondisi
sosial - termasuk faktor-faktor yang baik memfasilitasi atau menghambat perubahan sosial.

2. Musik adalah media yang sangat kuat dan dalam beberapa masyarakat ada upaya untuk
mengontrol penggunaannya. Memungkinkan makna untuk dibagikan, dan mempromosikan
pengembangan dan pemeliharaan individu, kelompok, budaya dan identitas nasional.

3. Untuk pemahaman lebih mendalam mengenai musik, lirik dan pesan sosial maupun
moral yang terdapat di dalamnya dibutuhkan pendekatan-pendekatan untuk
menganalisanya. Pendekatan yang kami gunakan adalah pendekatan struktural
linguistik.

4. Dengan menggunakan pendekatan di atas, analisa-analisa yang kami peroleh adalah:

a. Terdapat beberapa elemen dari lagu Letto – Sebelum Cahaya yang dapat dianalisa,
yakni ; pemilihan diksi, bahasa kiasan, majas dan konsep ide yang diterjemahkan
dalam tiap pemilihan kata & kalimat.

b. Pencitraan yang ditonjolkan dalam lagu ini merujuk pada 2 hal, yakni ; pencitraan
penglihatan & pencitraan pendengaran.

c. Bila dianalisa dari stuktural batin maka didapatkan beberapa elemen, yakni;
elemen tema, perasaan, nada & suasana, serta pesan/ amanat.

5. Hasil analisa yang dapat kami garis bawahi adalah banyaknya pesan moral/ sosial
yang relijius dan terepresentasikan secara kuat dalam lagu lirik Letto – Sebelum
Cahaya diantaranya adalah ajakan pembuat lagu kepada pendengarnya agar tidak
menjauhi Tuhannya dengan selalu melaksanakan ibadah sholat. Dalam hal ini dengan
melakukan sholat Malam, yang ditunjukkan secara implisit dalam pemilihan kata
”Sebelum Cahaya”.
DAFTAR PUSTAKA

Sumarsono, Pengantar Semantik. 2009. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Verhaar, J.W.M. Asas – Asas Linguistik Umum. 2001. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.

Harland,Richard. Superstrukturalisme. 2006. Jalasutra dan IKAPI. Yogyakarta – Bandung.

Cavallaro,Dani. Critical and Cultural Theory. 2004. Niagara. Yogyakarta

Sumber lain:

http://auliya-na.co.cc/2010/05/12/strukturalisme-dalam-sastra/ diakses tanggal 17 April 2011


jam 13.30 WIB

http://www.scribd.com/doc/21268394/ANALISIS-PUISI-BERDASARKAN-
PENDEKATAN-STRUKTURAL diakses tanggal 17 April 2011 jam 13.30 WIB

http://www.lettolink.com/community/blog/LETTO-Menyuarakan-Lagu-Iblis/ diakses tanggal


21 April 2011 pukul 19.00 WIB.

http://dir.groups.yahoo.com/group/jogja1community/message/926 diakses 21 April 2011


pukul 19.10 WIB

http://jagaddegames.blogspot.com/2010/10/jenis-jenis-majas.html diakses 21 April 2011


pukul 19.22 WIB
ANALISIS STRUKTURALISME
Lirik Lagu Letto- Sebelum Cahaya
Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas UTS mata kuliah Pengantar Studi Budaya

Disusun oleh :
Ary Dwi Febriyanto 08220239
Atik Rosikhoh 08220284
Aristantia S.W 08220292
Desy Ika S.L 08220272
Elya Ardani 08220305
Endrip Wahyutama 08220136
Faisal Rinaldi PEY 08220285
Faustine C.F. 08220352
Kiki Komaria E. 08220364
Priyuda Anangga D. 08220230
Rudi Hendra P. 08220238
Stivani Erdha A. 08220235
Yeti Ikawati 08220294
Eko Sahroni 08220428

Ikom VI B

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

Anda mungkin juga menyukai