PENDAHULUAN
Namun, kadang para penikmat lagu itu tidak mengerti maksud dari pencipta lagu.
Keindahan lirik lagu ini menjadi daya tarik perasaan penciptanya, serta sebagai curahan isi
hatinya. Sebagian orang juga merasa mengerti akan arti dari lagu tersebut, tetapi sebenarnya
mereka salah mengerti. Dan penciptapun tetap saja menciptakan lagu dengan menggunakan
kata-kata yang sulit dimengerti oleh pendengarnya. Hal tersebut yang menyebabkan
kesenjangan antara pencipta dan penikmat lagu tersebut.
Di sini kami memilih lagu letto berjudul sebelum cahaya dengan mengartikan setiap
kata dalam lirik lagu tersebut. Agar dapat dimengerti oleh semua penikmat lagu. Letto dalam
lagunya sebelum cahaya banyak memakai diksi yang mungkin sulit dimengerti oleh
pendengarnya. Struktur bahasa yang dipakaipun juga agak sedikit rumit. Kebanyakan orang
menilai yang penting lagunya enak didengar tanpa memperdulikan isi atau pesan dari lagu
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Strukturalisme
ku teringat hati
yang bertabur mimpi
kemana kau pergi cinta
perjalanan sunyi
engkau tempuh sendiri
kuatkanlah hati cinta
*
ingatkan engkau kepada
embun pagi bersahaja
yang menemanimu sebelum cahaya
ingatkan engkau kepada
angin yang berhembus mesra
yang kan membelaimu cinta
by: Letto
Dalam lirik lagu “SEBELUM CAHAYA” di atas, terdapat beberapa pilihan kata yang
digunakan oleh pengarang yang sangat sederhana seperti yang dapat dilihat dalam
lirik lagu tersebut. Kata-kata yang digunakan oleh pengarang mudah dipahami.
ku teringat hati
yang bertabur mimpi
Dalam menggunakan kata-kata ‘ku teringat hati’, yang memiliki makna teringat
bahwa segala aktifitas yang dilakukan terpantau oleh Tuhan YME. ‘Yang bertabur
mimpi’ lebih berarti seseorang yang terlelap dalam tidurnya beranjak pergi, yang
dikuatkan dengan kata-kata ‘kemana kau pergi cinta.
‘Perjalanan sunyi’ dalam kata-kata tersebut menjelaskan bahwa suasana malam hari
yang begitu sunyi dan di tempuh seorang diri. ‘Kuatkanlah hati cinta’ lebih kepada
semangat dari diri sendiri.
Pada bait II
Bait kedua, Allah ingin menentramkan hati kita. Allah mengingatkan bahwa kita tidak
sendiri dalam menjalankan sholat Lail, lihatlah ada embun pagi yang selalu menemani
kita hingga fajar muncul dari ufuk timur dan rasakanlah sepoi-sepoi angin di sepertiga
malam, yang dengan sangat lembut meniup tubuh kita. Embun dan angin yang
berhembus itulah yang menjadi saksi di akherat kelak.
Bait III
Bait ketiga, ‘kekuatan hati yang berpegang janji, genggamlah tanganku cinta’’ bahwa
ibadah atau menghadap Tuhan itu adalah sebuah keharusan. Disini diibaratkan janji
karena janji bersifat tidak boleh diingkari seperti halnya ibadah atau menghadap
Tuhan.
‘genggamlah tanganku cinta’ bahwa kita memang harus berpegang teguh pada
keyakinan kita. Yaitu, kokoh dalam mempertahankan ibadah kita, seperti sholat
jangan sampai meninggalkan.
‘ku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri temani hatimu cinta’ dia adalah orang-
orang yang selalu berpegang teguh pada janjinya terhadap Allah. Janjinya bahwa dia
kan selalu menjadikan Allah sebagai Illah dalam hidupnya. Jika kita taat dan
mengingat tuhan kita tidak akan pernah di tinggalkan oleh NYA.
D. Bahasa kias
Bahasa dalam keadaan yang abstrak tidak bisa langsung dicapai oleh
pengamat tanpa melalui medium buatan seperti kamus dan buku tata bahasa. Dalam
relitasnya bahwa bahasa dipandang dalam kaitan dengan latar belakang teori umum
tentang tanda telah membawa para linguis kepada kontak dengan berbagai disiplin
ilmu, dari rekayasa mesin hingga teori estetika. Menurut “Sausure” telah dapat
dibedakan antara “bahasa” dengan “tutur”. Menurut Sausure, Bahasa adalah wahana
komunikasi yang masih bersifat potensial, yang disimpan dalam ingatan dan
diaktualisasikan dalan sebuah kata.
Dalam lagu “Sebelum Cahaya” ada beberapa kata yang juga menggunakan
bahasa kiasan:
Bahasa figuratif atau majas adalah bahasa yang digunakan penyair untuk
mengatakan sesuatu dengan cara yang biasa, yakni suara yang langsung
mengungkapkan makna. Dalam lantunan syair Sebelum Cahaya lebih menggunakan
majas:
Majas Perumpamaan yaitu perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda,
tetapi sengaja dianggap sama, seperti: ‘kekuatan hati yang berpegang janji.
Dengan adanya bahasa kiasan maupun majas yang digunakan muncul sebuah
kritik adri Aristoteles yang mengemukakan bahwa kata-kata yang bermakna ganda
sangat bermanfaat untuk memungkinkan kaum sofis menyesatkan pendengarnya.
Karena itulah para filosof mengemukakan bahwa polisemi merupakan lekemahan
bahasa dan merupakan shambatan besar dalam komunikasi dan bahkan dalam
kejelasan pikir. Tetapi, tidak semua filosof menganggap demikian, menurut Breal,
Frederick Agung, bahasa dalam kemulti-agungan makna adalah tanda keagungan
bahasa itu sendiri. Makin banyak bahasa dengan timbunan makna, makin banyak pula
segi-segi intelek tual dan aktivitas social yang diwakilinya.
Ide tentang penciptaan lagu Sebelum Cahaya muncul karena kecintaan Noe
kepada Allah. Berdasarkan atas kehidupan kita sehati hari tentang ketekuna seorang
hamba dalam menjalankan perintah sholat.. Perhatikan. Di awal lagu, sebelum
diperdendangkan syair lagunya, disuguhi sebuah instrumen yang lirih. Seperti orang
Islam ketika berdzikir, suara mestilah lirih, pelan, tak tergesa-gesa, apalagi dengan
suara yang menghentak, meledak-ledak. Pilihan lirih saja sudah membuat orang
penasaran.
Kemudian, baru masuk, pendengar disuguhi dengan alunan lagu yang
kontemplatif (bernuansa perenungan). Kata sebelum cahaya sendiri, bagi saya cukup
puitis. Jika cahaya itu membuat terang, layaknya dalam filsafat, kebenaran juga
begitu, membuat hidup terang. Sebelum cahaya adalah jeda, bisa pula proses menuju
kebenaran.
Satu hal yang pasti, musik memang bisa memberikan warna tersendiri dalam
hidup kita. Kadang orang itu, hati orang itu memang lebih condong pada apa
seleranya. Selera dalam menikmati musik bisa jadi begitu juga. Bagi yang suka lagu-
lagu religius, biasanya cenderung mempunyai hati yang tenang atau setidaknya
menyukai ketenangan jiwa atau sedang berproses untuk untuk menumbuhkan jiwa
yang tenang. Tak sekedar memberikan hiburan hati semata, tapi juga menuntunnya
untuk selalu ingat dengan-Nya.
Soal lagu sebelum cahaya itu, saya kira Noe memang sedang berdzikir, sedang
mengingatNya. Dia, sedang melakukan proses perenungan lewat sebuah lagu, tentang
pencarian yang sesungguhnya, sehingga pada akhirnya, bisa menemukan cinta yang
sesungguhnya, cinta sejati. Bukan hanya sebatas cinta antara seorang lelaki dan
perempuan semata.
Ketika di bedah dalam tiap baitnya terdapat makna yang cukup dalam tentang
cinta kepada Tuhan dan bagimana kita berusaha dekat dengan Sang Khalik.
Bait pertama lagu ini menunjukkan kalau Allah selalu mengawasi kita Allah melihat
kita yang sedang tidur tiba-tiba terbangun... kita pergi untuk ambil air wudhu maka
mengapa disana dituliskan kemana kau pergi
kemudian kita menegakkan sholat malam, dalam kesunyian, sendiri ketika semua
orang tengah terlelap ketika dingin sangat menusuk di tulang, ketika mata masih
terkantuk-kantuk. Siapa yang sanggup untuk menjalankannya?
Butuh kekuatan hati untuk melaksanakan raka'at demi raka'at, lantunan ayat2 suci
yang kita baca dan dzikir dengan penuh ketawadhuan. Inilah makna yang dia temukan
dalam baris perjalanan sunyi yang kau tempuh sendiri, kuatkan hatimu cinta.
Bait kedua, Allah ingin menentramkan hati kita, Allah mengingatkan bahwa kita
tidak sendiri dalam menjalankan sholat Lail, lihatlah ada embun pagi yang selalu
menemani kita hingga fajar muncul dari ufuk timur dan rasakanlah sepoi-sepoi angin
di sepertiga malam, yang dengan sangat lembut meniup mukena kita. Sungguh kita
tidak sendiri saat sholat Lail ditegakkan. Dan mereka inilah yang dapat kita jadikan
saksi di akhirat kelak.
Bait ketiga menerangkan siapa yang punya tekad kuat tersebut? untuk menegakkan
sholat malam setiap hari, setiap malam. Dia adalah orang-orang yang selalu
berpegang teguh pada janjinya terhadap Allah. Janjinya bahwa dia kan selalu
menjadikan Allah sebagai Illah dalam hidupnya
G. Pengimajinasian (citraan)
a. Pengimajian (citraan)
I : perjalanan sunyi
engkau tempuh sendiri
H.1 tema
H.2 Perasaan
Nada adalah sikap penyair terhadap pembaca. Sikap penyair terhada pembaca
adalah lembut, halus, bersahaja, dan tenang. Karena penyair menceritakan tentang
bagaimana penyair berdzikir, mengingat Allah, melakukan perenungan melalui solat
malam atau solat Lail.
Amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan syair nya.
Pada syair ’ Sebelum Cahaya’ mengandung pesan religius yaitu Allah tidak akan
menjauhi hambanya jika mereka juga tidak menjauhi Allah dan sebaliknya yaitu kita
akan merasa dekat dengan Allah jika kita juga dekat dengan Allah melalui beribadah
kepada Nya termasuk melaksanakan amalan ibadah soalat malam atau sholat Lail.
KESIMPULAN
1. Musik dan masyarakat selalu terkait erat. Musik mencerminkan dan menciptakan kondisi
sosial - termasuk faktor-faktor yang baik memfasilitasi atau menghambat perubahan sosial.
2. Musik adalah media yang sangat kuat dan dalam beberapa masyarakat ada upaya untuk
mengontrol penggunaannya. Memungkinkan makna untuk dibagikan, dan mempromosikan
pengembangan dan pemeliharaan individu, kelompok, budaya dan identitas nasional.
3. Untuk pemahaman lebih mendalam mengenai musik, lirik dan pesan sosial maupun
moral yang terdapat di dalamnya dibutuhkan pendekatan-pendekatan untuk
menganalisanya. Pendekatan yang kami gunakan adalah pendekatan struktural
linguistik.
a. Terdapat beberapa elemen dari lagu Letto – Sebelum Cahaya yang dapat dianalisa,
yakni ; pemilihan diksi, bahasa kiasan, majas dan konsep ide yang diterjemahkan
dalam tiap pemilihan kata & kalimat.
b. Pencitraan yang ditonjolkan dalam lagu ini merujuk pada 2 hal, yakni ; pencitraan
penglihatan & pencitraan pendengaran.
c. Bila dianalisa dari stuktural batin maka didapatkan beberapa elemen, yakni;
elemen tema, perasaan, nada & suasana, serta pesan/ amanat.
5. Hasil analisa yang dapat kami garis bawahi adalah banyaknya pesan moral/ sosial
yang relijius dan terepresentasikan secara kuat dalam lagu lirik Letto – Sebelum
Cahaya diantaranya adalah ajakan pembuat lagu kepada pendengarnya agar tidak
menjauhi Tuhannya dengan selalu melaksanakan ibadah sholat. Dalam hal ini dengan
melakukan sholat Malam, yang ditunjukkan secara implisit dalam pemilihan kata
”Sebelum Cahaya”.
DAFTAR PUSTAKA
Verhaar, J.W.M. Asas – Asas Linguistik Umum. 2001. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Sumber lain:
http://www.scribd.com/doc/21268394/ANALISIS-PUISI-BERDASARKAN-
PENDEKATAN-STRUKTURAL diakses tanggal 17 April 2011 jam 13.30 WIB
Disusun oleh :
Ary Dwi Febriyanto 08220239
Atik Rosikhoh 08220284
Aristantia S.W 08220292
Desy Ika S.L 08220272
Elya Ardani 08220305
Endrip Wahyutama 08220136
Faisal Rinaldi PEY 08220285
Faustine C.F. 08220352
Kiki Komaria E. 08220364
Priyuda Anangga D. 08220230
Rudi Hendra P. 08220238
Stivani Erdha A. 08220235
Yeti Ikawati 08220294
Eko Sahroni 08220428
Ikom VI B