FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpah
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Regulasi Internal” ini dengan lancar.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
oleh Dosen Biopsikologi. Makalah ini ditulis dari penyusunan data-data yang penulis
peroleh dari buku panduan dan laman internet yang berkaitan dengan materi.
Tidak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada Ester Rheyn Judika
Sihombing,M.Psi. atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini,juga
kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat
diselesaikannya makalah ini. Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua dalam hal menambah wawasan kita mengenai
“Regulasi Internal” khususnya bagi penulis.
Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang dimaksudkan untuk
menyempurnakan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap reaksi kimia yang ada di dalam tubuh membuat perilaku mahkluk hidup berbeda-
beda. Dimana dilihat dari segi ilmu bidang Biopsikologi yang merupakan pendekatan
psikologi dari aspek biologi. Mahkluk hidup mempunyai manajemen tubuh dalam
mengatur fungsi-fungsi tubuh secara optimal yang dapat mempengaruhi perilaku dari dalam
yang disebut dengan “Regulasi Internal”.
Sejumlah proses fisiologi dan perilaku berfungsi untuk mempertahankan kondisi tubuh
tertentu sehingga mendekati nilai konstan. Temperatur (suhu), haus dan lapar sangat
mempengaruhi “Regulasi Internal” pada mahluk hidup.
Sebagai contoh berdasarkan beberapa studi ,tikus betina dapat belajar lebih baik dalam
masa subur (estrus). Berdasarkan studi lain yang menggunakan peralatan yang sama, tikus-
tikus betina dapat belajar lebih baik pada 1 atau 2 hari sebelum masa subur mereka
(proestrus). Perbedaannya terletak pada suhu. Tikus betina dalam masa subur memiliki
performa lebih baik pada suhu lingkungan yang lebih dingin, mungkin karena tikus
menghasilkan panas tubuh yang berlebih. Tikus betina dalam masa proestrus memiliki
1
performa yang lebih baik pada suhu lingkungan yang lebih hangat(Rubinow,Arseneau,
Beverly, & Juraska, 2004).
Setiap mahkluk hidup juga memiliki cara yang berbeda untuk mempertahankan jumlah
air yang mereka butuhkan dan memiliki strategi dalam porsi makan. Sama halnya dengan
manusia menerapkan strategis yang berbeda, tergantung situasi. Kandungan air dalam
tubuh harus dikendalikan dalam kisaran yang sempit, karena konsentrasi zat kimia yang
terlarut dalam air akan menentukan laju reaksi kimia dalam tubuh. Untuk mempertahankan
tekanan darah normal, tubuh juga memerlukan jumlah cairan yang cukup di dalam sistem
peredaran darah. Sehingga manusia akan minum sesuai kebutuhan tubuh. Hal tersebut
dipengaruhi karena adanya Regulasi Internal dalam proses fisologi dalam tubuh.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sesuatu muncul untuk menyebabkan gangguan, dan perilaku akan melakukan tindakan
terus-menerus hingga gangguan tersebut hilang.
Akan tetapi, nilai yang dikehendaki dalam tubuh dari waktu ke waktu mengalami
perubahan (Mrosovsky,1990). Sebagai contoh, banyak hewan yang meningkatkan lemak
tubuhnya pada musim gugur dan menurunkannya pada musim semi. Tubuh manusia
mempertahankan suhu yang lebih tinggi di sore hari daripada di tengah malam,walaupun
suhu ruangan sepanjang hari tetap sama. Akan tetapi, pada situasi yang menakutkan , tubuh
akan berkeringat sebelum melakukan aktivitas. Para peneliti menggunakan istilah Alostatis
(berasal bahasa Yunani) yang berarti variabel dan berdiri untuk menggambarkan perubahan
dinamis pada nilai yang dikehendaki sebagai bentuk respons terhadap kehidupan
pendukung tubuh tersebut atau perubahan lingkungan (McEwen,2000).
4
proporsional dengan masa total tubuhnya dan meradiasi panas proposional dengan luas
permukaan tubuhnya. Seekor mamalia dan burung kecil, seperti mencit,memiliki rasio
perbandingan yang tinggi antara luas permukaan dengan rasio volume sehingga hewan
tersebut meradiasi panas dengan sangat cepat. Setiap hari, hewan hewan tersebut
memerlukan bahan bakar dalam jumlah banyak untuk mempertahankan suhu tubuhnya.
Sebaliknya,beberapa mekanisme fisologi meningkatkan panas tubuh pada
lingkungan yang dingin. Cara pertama adalah dengan menggigil. Kontraksi otot, seperti
yang terjadi pada saat menggigil akan menghasilkan panas. Cara kedua adalah penurunan
aliran darah menuju kulit yang berfungsi untuk mencegah pendinginan darah sebelum
mencapai otak, otot, jantung dan lain sebagainya. Cara ketiga, dapat dilakukan dengan baik
oleh mamalia dan manusia , yaitu menengangkan rambut kecil yang tumbuh di sekujur
tubuh untuk meningkatkan isolasi terhadap panas.
Selain hal-hal yang disebutkan diatas, mahkluk hidup memanfaatkan mekanisme
perilaku , sama halnya seperti hewan poikilotermik. Bahkan, jika keadaan memungkinkan,
mekanisme perilakulah yang berperan. Semakin mengandalkan pengendalian suhu kepada
mekanisme perilaku, semakin rendah kebutuhan terhadap mekanisme fisiologis yang
menghabiskan energi ( Refinelti & Carlisle, 1986). Berikut adalah beberapa mekanisme
perilaku yang berperan dalam pengendalian suhu
1. Mencari tempat teduh di hari yang panas jauh lebih baik daripada berkeringat.
2. Mencari tempat yang hangat di hari yang dingin jauh lebih baik daripada berdiri di
tempat dan menggigil.
3. Pakailah baju yang lebih tebal atau lebih tipis. Itulah strategis yang dilakukan oleh
manusia ,sementara mamalia lain menegangkan atau menidurkan rambut di sekujur
tubuhnya.
Manfaat Suhu Tubuh Tinggi Yang Konstan
Mahkluk hidup menghabiskan dua pertiga total energi untuk mempertahankan suhu
tubuh (metabolisme basal). Seekor hewan poikilotermik, misalnya kodok, memiliki tingkat
metabolisme basal yang rendah sehingga memerlukan lebih sedikit bahan bakar. Jika tidak
mempertahankan suhu tubuh tinggi yang konstan, maka kita dapat makan lebih sedikit dan
mengeluarkan usaha lebih sedikit untuk mencari makan.
5
Sama halnya dengan ikan, ketika suhu air berubah semakin dingin maka ikan akan
merekrut serat otot cepat untuk tetap aktif,walaupun beresiko cepat lelah. Sebaliknya,
burung dan mamalia tetap menjaga kehangatan otot-otot sepanjang waktu, terlepas dari
suhu lingkungan. Oleh karena itu, hewan tersebut senantiasa siap untuk melakukan
aktivitas melelahkan. Dengan kata lain, mahkluk hidup mengkomsumsi lebih banyak
makanan untuk menunjang metabolisme tinggi yang dimiliki sehingga ketika cuaca dingin
dapat menjaga keseimbangan. Pada hari yang sangat dingin, kadal harus mengubah strategi
pertahanannya.
Mekanisme Otak
6
Pemantauan suhu tubuh oleh POA/AH sebagian dilakukan dengan cara memantau
suhu bagian itu sendiri ( D.O. Nelson & Prosser, 1981). Selain memantau suhu di dalam
POA/AH, bagian tersebut juga menerima input dari reseptor-reseptor pada kulit dan
sumsum tulang belakang yang sensitive terhadap perubahan suhu. Hewan akan menggigil
dengan hebat apabila POA/AH dan reseptor-reseptor tersebut mengalami kedinginan
sementara apabila keduanya kepanasan maka hewan akan banyak berkeringat atau sangat
terengah-engah. Kerusakan pada POA/AH menyebabkan gangguan pada kemampuan
mamalia untuk mengendalikan suhu (Satinoff, Valentino, & Teitelbaum, 1976). Setelah
terjadi kerusakan seperti itu, mamalia hanya akan menggunakan mekanisme perilaku untuk
mengendalikan suhu tubuh, misalnya mencari lokasi yang lebih hangat atau dingin
(Satinoff& Rutstein, 1970;van Zoeren & Stricker, 1977).
7
Demam
Infeksi bakteri dan virus pada umumnya menyebabkan demam, yaitu suatu
peningkatan suhu tubuh. Demam bagian dari pertahanan tubuh melawan penyakit.
Masuknya mikroorganisme(bakteri,virus, jamur dan pengganggu lainnya) menyebabkan
dikerahkannya leukosit (sel darah putih) untuk menyerang mikroorganisme. Leukosit
melepaskan protein kecil yang disebut dengan sitokin yang menyerang pengganggu
sekaligus berkomunikasi dengan otak. Beberapa sitokin menstimulasi saraf vagus, lalu saraf
tersebut akan mengirimkan sinyal ke hipotalamus untuk memicu demam (Ek dkk., 2001;
Leo, 2002).
Demam mempresentasikan peningkatan suhu tubuh dari nilai yang dikehendaki.
Manusia akan menggigil atau berkeringat ketika suhu tubuh meningkat 39° C. Hal yang
dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat dengan cara berpindah ke
ruangan yang tidak dingin.
Kelinci yang baru lahir memiliki hipotalamus yang belum berkembang sempurna ,
tidak menggigil ketika mengalami infeksi. Jika kelinci tersebut dibebaskan untuk memilih
lingkungan, maka kelinci tersebut akan memilih lokasi yang cukup hangat sehingga
meningkatkan suhu tubuh (Satinoff, McEwen, & Williams, 1976). Dengan demikian ,
kelinci tersebut mengembangkan demam melalui mekanisme perilaku.
8
2.3 HAUS
Secara umum proses terjadinya rasa haus karena adanya hormon yang dilepaskan
yaitu hormon vasopresin. Vasopresin berasal dari kata vascular pressure yang merupakan
hormon yang dilepaskan kelenjar pituitari posterior, dimana peningkatan tekanan darah
karena penyempitan pembuluh darah. Vasopresin juga dikenal dengan dengan nama
hormon antidiuretik (antidiuretic hormone – ADH) karena hormon tersebut memicu proses
penyerapan kembali air dari urine pada ginjal sehingga urine menjadi lebih terkonsentrasi.
Saat kita puasa atau tidak ada air yang masuk ke dalam tubuh vasopresin akan bekerja
mereabsori air dalam tubuh kita yang menyebabkan kita membuang air lebih sedikit
dibandingkan saat tidak puasa.
9
permeable yang sempurna karena air dapat melintasinya dengan mudah dan beragam
molekul terlarut melintasinya dengan lambat atau tidak sama sekalinya.
Jika memakan makanan yang asin, maka ion natrium akan menyebar ke darah dan
cairan ekstraseluler. Ion tersebut tidak dapat melintasi membran dan masuk ke dalam sel.
Oleh sebab itu, konsentrasi molekul terlarut di luar sel lebih tinggi daripada di dalam sel.
Tekanan osmotik menarik air keluar dari sel menuju cairan ekstraseluler. Neuron-neuron
mendeteksi air dari dalam dirinya sehingga memicu haus osmotik yang membantu
memulihkan ke kondisi semula.
Otak yang berfungsi mendeteksi tekanan osmotik dengan cara otak mendapatkan
sebagian informasi dari reseptor di sekitar ventrikel ketiga. Bagian bagian otak yang
berperan untuk mendeteksi tekanan osmotic dan kandungan garam dalam darah ; antara lain
organum vasculosum laminae terminalisi (OVLT) dan organ subfornikal .
Kemudian tubuh akan mendeteksinya dengan reseptor- reseptor perifer, termasuk di
lambung, mulut, dan lidah yang akan mengenali rasa asin. Reseptor-reseptor di OVLT,
subfornical organ, lambung, dan yang lainnya akan meneruskan informasi ke area
hipotalamus (supraoptic nucleus dan paraventricular nucleus).Reseptor-reseptor juga
akan mengeluarkan vasopresin untuk diteruskan ke area lateral preoptic yang termasuk
area otak yang mengontrol perilaku minum.
10
Gambar. Reseptor tekanan osmotic dan volume darah
Mekanisme Hipovolemik
Terjadi penurunan darah atau volume cairan tubuh membuat ginjal akan
mengeluarkan renin sehingga protein akan membentuk Angiotensin I.Angiotensin I
berubah menjadi Angiotensin II yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah
(mengerut) untuk mengimbangi penurunan keberadaan volume darah/cairan. Angiotensin II
11
menstimulasi neuron-neuron di area yang berdekatan dengan vertikal ketiga. Neuron-
neuron di vertikal ketiga mengirim sinyalnya melalui aksonnya ke hipotamalus dimana
Angiotensin II juga dilepas sebagai neurotransmiter.
12
2.4 LAPAR
Usus halus merupakan lokasi penyerapan materi hasil pencernaan makan ke dalam
peredaran darah. Usus halus memiliki enzim-enzim yang mencerna protein, lemak, dan
karbohiodrat. Selanjutnya, darah akan membawa zat-zat kimia tersebut menuju sel-sel
tubuh untuk langsung digunakan atau dismpan agar dimanfaatkan di lain waktu. Terakhir,
usus besar menyerap air dan mineral serta mengeluarkan materi-materi sisa unntuk
dikeluarkan sebagai feses.
13
untuk menyusu harus berhenti, salah satunya karena air susu yang berkurang sehingga
mereka harus mencoba memakan makanan baru membuat sebagian besar mamalia
kehilangan enzim laktase pada ususnya.
Enzim laktase merupakan enzim yang digunakan untuk mencerna laktosa (gula di
dalam susu). Oleh karena itu, saat mereka meminum susu maka mereka akan mengalami
kram perut karena terbentuknya gas di dalam perut. Berbeda dengan manusia, banyak
manusia memiliki kadar enzim laktase yangn cukup sehingga mampu mengonsumsi susu.
Namun, sebagian tidak dapat mengonsumsi susu dengan kadar jumlah yang tinggi. Mereka
dapat mengonsumsi produk olahan susu lain dengan jumlah yang rendah karena lebih
mudah dicerna daripada susu.
Pengaruh lain dalam pemilihan makanan terdapat pada hewan karnivora atau yang
disebut pemakan daging sangat mudah untuk memilih makanan yang dapat memuaskan
mereka. Namun, berbeda dengan hewan herbivora (hewan pemakan tumbuhan) dan
omnivora (hewan pemakan daging dan tumbuhan). Hewan-hewan tersebut harus dapat
membedakan antara makanan yang dapat dimakan atau tidak. Salah satu cara untuk
melakukan hal tersebut adalah dengan meniru pengalaman individu lain.
Terlepas dari beberapa banyak waktu yang akan dilakukan dengan hemat,
kenyataannya manusia suka makan. Sebagian orang bahkan suka merasakan makanan atau
menguyah walaupun mereka tidak lapar. Cita rasa dan sensasi mulut lainnya berkontribusi
dalam rasa kenyang tetapi tidak cukup bermanfaat apabila berdiri sendiri.
14
utama penghentian makanan adalah perut kembung. Perut menyampaikan sinyal ke otak
melalui saraf vagus dan saraf splanknik. Saraf vagus (saraf kranial ke-X) meneruskan
informasi mengenai perenggangan dinding perut yang merupakan dasar rasa kenyang.
Kemudian saraf splanknik meneruskan informasi mengenai kandungan nutrient didalam
perut. Makanan yang dicerna dalam duodenum menghasilkan beberapa peptida yang
mengurangi porsi makan dengan berbagai cara. Salah satu peptida tersebut adalah
kolesistokinin yang berfungsi untuk mengurangi porsi makan.
Sebagian besar makanan hasil pencernaan yang masuk ke dalam darah adalah
glukosa. Glukosa adalah sumber energi yang penting bagi tubuh dan hampir merupakan
satu satunya bahan bakar yang digunakan otak. Akan tetapi, glukosa dalam darah tidak
dapat langsung dimanfaatkan oleh sel. Dua hormone yang dilepaskan pancreas, yaitu
insulin dan glucagon, mengendalikan aliran glukosa dalam darah. Insulin menyebabkan
aliran glukosa dapat masuk ke dalam sel-sel otak karena glukosa dapat langsung masuk ke
otak tanpa bantuan insulin.
15
d. Leptin
Leptin memberikan sinyal ke otak mengenai cadangan lemak dalam tubuh, sebuah
indikator jangka Panjang penentu peningkatan atau penurunan asupan makanan. Makanan
yang dimakan juga dapat meningkatkan pelepasan leptin sehingga kadar leptin yang
beredar juga dapat menjadi indikator jangka Pendek mengenai nutrisi dalam tubuh.
Nucleus akurat yaitu bagian dari hipotalamus yang memiliki Sebagian neuron yang
sensitive akan signal lapar dan Sebagian yang sensitive akan signal kenyang. Sel- sel yang
sensitif terhadap rasa lapar menerima input dari lintasan cinta rasa. Sel yang sensitif
tersebut dari akson yang melepaskan neurotransmiter ghrelin. Perut melepaskan gherlin
yang memicu kontraksi pada perut.
Input yang menuju sel yang sensitif terhadap rasa kenyang di nucleus arkuat adalah
sinyal-sinyal lapar jangka pendek maupun jangka panjang. Sejumlah besar sinyal yang
keluar dari nucleus arkuat mengarah ke nukleus paraventrikular di hipotalamus. Nukleus
paraventrikular menginbisi hipotalamus lateral, sebuah bagian hipotalamus yang berperan
penting dalam rasa kenyang.
Hipotalamus Lateral
Hipotalamus lateral yang mengontrol pelepasan insulin tanggap akan rasa, dan
memfasilitasi makan dengan berbagai cara:
1. Akson yang berasal dari hipotalamus lateral yang mengarah ke nukleus traktus
solitarius yang mengendalikan sensasi cita rasa.
16
2. Akson yang berasal dari hipotalamus lateral memanjang ke beberapa bagian korteks
serebrum, memfasilitasi penelanan makanan, dan menyebabkan sel-sel korteks
meningkatkan responsnya terhadap cita rasa, aroma ataupun penglihatan makanan.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Regulasi Internal juga merupakan manajemen tubuh dalam mengatur fungsi-fungsi
tubuh secara optimal yang dapat mempengaruhi perilaku dari dalam. Adapun 3 yang
termasuk dalam Regulasi Internal yaitu, pengendalian suhu, haus dan lapar.
Ada dua proses dalam pengendalian suhu yaitu, hemeostatis merupakan proses yang
mempertahankan kondisi tubuh tertentu pada kisaran yang sudah ditetapkan dan Alostatis
merupakan perubahan dinamis pada nilai yang dikehendaki sebagai bentuk respons
terhadap kehidupan pendukung tubuh tersebut atau perubahan lingkungan. Semua
perubahan fisiologis yang mempertahankan suhu tubuh dan perubahan suhu bergantung
pada bagian- bagian tertentu di dalam dan di dekat hipotalamus. Bagian hipotalamus paling
penting dalam pengendalian suhu adalah bagian anterior dan praoptik yang terletak di
anterior sisi hipotalamus anterior (disebut preoptik karena dekat dengan kiasma optikum,
tempat saraf optik bersilangan). Oleh karena eratnya hubungan antara bagian praoptik dan
bagian anterior hipotalamus , kedua bagian tersebut terkadang dikenal sebagai satu bagian
tunggal yang disebut bagian praoptik/hipotalamus anterior atau preoptic area/anterior
hypothalamus (POA/AH).
Secara umum proses terjadinya rasa haus karena adanya hormon yang dilepaskan
yaitu hormon vasopresin. Vasopresin berasal dari kata vascular pressure yang merupakan
hormon yang dilepaskan kelenjar pituitari posterior, dimana peningkatan tekanan darah
karena penyempitan pembuluh darah. Vasopresin juga dikenal dengan dengan nama
hormon antidiuretik (antidiuretic hormone – ADH) karena hormon tersebut memicu proses
penyerapan kembali air dari urine pada ginjal sehingga urine menjadi lebih terkonsentrasi.
18
Peningkatan tekanan osmotik darah akan menarik air keluar dari sel sehingga
menyebabkan haus osmotik. Haus hipovolemik merupakan rasa haus yang disebabkan
karena rendahnya volume cairan tubuh yang. Dipicu oleh pelepasan hormon-hormon
vasopresin dan angiotensin II sehingga terjadi konstriksi pembuluh darah untuk
mengimbangi penurunan keberadaan volume darah. Lapar spesifik terhadap natrium
merupakan sebuah preferensi dimana ketika individu mengalami peningkatan preferensi
terhadap air yang sedikit asin. Individu akan meminum air murni dan air garam sampai
menemukan konsistensi yang tepat.
Dari kesimpulan diatas, bahwa mekanisme otak pada bagian hipotalamus dapat
menyebabkan perubahan suhu, haus dan lapar yang dapat mempengaruhi perilaku.
3.2 Saran
Dengan kerendahan hati, penulis merasakan tulisan ini sangat sederhana dan jauh
dari sempurna. Saran, kritik yang konstuktif sangat diperlukan demi kesempurnaan tulisan
ini. Demikian pula, perlu penyempurnaan di sana – sini agar tulisan ini menjadi lebih
lengkap dan lebih bermanfaat bagi pembaca.
19
DAFTAR PUSTAKA
Kalat. W. J. (2010). Biopsikologi , edisi 9, buku 2. Jakarta. Salemba Humanika. Hlm 45-84
20