Anda di halaman 1dari 6

AMANAT

Puisi karya Taufiq Ismail yang berjudul “Kembalikan Indonesia Padaku” merupakan puisi
yang secara keseluruhan saat dibaca berisi kritik terhadap pemerintahan tentang masa depan
Indonesia. Kalimat-kalimat sebagian besar kiasan tertata dengan apik dan menyentuh hati
pembacanya. Bila dilihat dari tahun pembuatannya, 1971, tentu banyak orang bisa menyadari
gejolak serta keadaan Indonesia pada masa itu yang masih belum stabil. Terlebih jarak dari
kemerdekaan serta berbagai hal yang terjadi setelah kemerdekaan yang masih membuat
Indonesia diliput berbagai macam masalah.
Puisi yang berjudul “Kembalikan Indonesia Padaku” karya Taufiq Ismail ini menggambarkan
sebuah kritikan berdasarkan fenomena yang ada. Kembalikan kebebasan berkreativitas
kepada setiap orang di dalam menjalankan profesinya. Apa fenomena yang terjadi, maka
jawabannya adalah ketika dua ratus juta mulut yang menganga di Indonesia semakin banyak.
Ketika sudah banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan gagasan. Ketika potensi orang
sudah tenggelam, kreativitas tidak di hargai maka “hari depan Indonesia adalah bola-bola
lampu 15 wat” menggambarkan sebuah bayangan suram tentang masa depan Indonesia di
kemudian hari. Hal ini tentu berhubungan dengan baris sebelumnya, ketika mulut orang
menganga, kreativitas tidak dihargai maka sama saja memadamkan masa depan indonseia
yang cerah. Bukankah kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh para pemudanya, para generasi
bangsa yang produktif, pada orang-orang yang memiliki kreativitas.
Hari depan Indonesia itu sangat penting dan harus menjadi sorotan pemerintah. Akan
tetapi, di dalam membuat kebijakan, sistem, aturan, penyair ingin mengatakan jangan sampai
kebijakan itu malah membelenggu potensi manusia yang hidup di bawah naungan NKRI.
Karena membelenggu kreativitas manusia sama saja dengan menenggelamkan Indonesia.
Karena Indonesia pada akhirnya tidak dapat menghasilkan generasi bangsa yang berkualitas,
generasi bangsa yang mempunyai semangat membangun, generasi yang mempunyai hati di
dalam bekerja. Termasuk profesi sebagai sastrawan mungkin penyair merasa terancam,
terkekang, terbelenggu dengan kebijakan pemerintah. Maka dari itu, dapat disimpulakan
bahwa judul puisi ini menandakan pembrontakan, sekaligus upaya yang sangat berani dan
kritis di dalam memberi masukan kepada pemerintah. Memberi semangat kepada orang-
orang yang peduli dengan masa depan Indonesia.

MAKNA
Pada dasarnya Indonesia yg digambarkan Taufiq Ismail merupakan Indonesia yang ‘sekarat’.
Hal ini terbukti dengan penggunaan istilah tenggelam; verbal menganga; lampu menyala
bergantian. Itu adalah gambaran masa depan Indonesia yang sedang ‘dipinjam’ atau
‘dikuasai’ oleh orang lain, sebagai akibatnya meminta buat dikembalikan padaku.

Bait ke-1
(di) hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut (yang)  menganga , hari depan
Indonesia adalah (seperti) bola-bola lampu 15 wat (yang tidak terlihat jelas) sebagian
berwarna putih dan sebagian (lagi) hitam, yang (selalu) menyala bergantian (setiap waktu),
hari depan Indonesia (juga) adalah (seperti) pertandingan pingpong siang malam (yang tidak
jelas) (dan) dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa (yang besar) karena penduduk
Indonesia seratus juta (orang) (di) hari depan adalah dapat menenggelamkan pulau jawa.

Bait ke-2
Kembalikan Indonesia (seperti dulu lagi) padaku
Bait ke-3
(di) hari depan Indonesia adalah satu juta orang main (bola) pingpong (sebesar) telur
angsa (bermain) siang malam dengan sinar di bawah bola lampu (yang hanya) 15 wat. Hari
depan Indonesia adalah pulau jawa yang (hampir) pelan-pelan tenggelam lantaran (terlalu)
berat bebannya kemudian angsa-angsa (banyak yang) berenang-renang di atasnya. (di) hari
depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga (tanpa bisa berbuat apa-apa) dan
di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 wat (yang di dalamnya terdapat kepastian yang
tidak jelas) sebagian (berwarna) putih dan sebagian (berwarna) hitam yang (selalu) menyala
bergantian (setiap waktu). Hari depan Indonesia (itu) adalah (begitu banyak) angsa-angsa
putih yang berenang-renang sambil main pingpong (parahnya) di atas pulau jawa yang
tenggelam dan membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan.

Bait ke-4
(Aku menginginkan) Kembalikan Indonesia padaku

Bait ke-5
Hari depan Indonesia (itu) adalah pertandingan (bola) pingpong siang malam dengan
bola yang bentuknya seperti telur angsa. Hari depan Indonesia adalah pulau jawa yang
tenggelam karena seratur juta penduduknya. Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15
wat, sebagian berwarna putih dan sebagian (lagi) hitam, yang (selalu) menyala bergantian
(setiap waktu)

Bait ke-6
(Sekali lagi kukatakan) kembalikan Indonesia padaku

Bait 1
“Hari depan Indonesia” hari depan adalah sebuah gambaran lanjutan kehidupan,
sebuah cita-cita, sebuah harapan. Kenapa penyair lebih memilih kata Hari daripada masa.
Kata hari itu menyiratkan perputaran waktu 24 jam atau dengan kata lain dari pagi hingga
pagi lagi, sedangkan masa jangka waktu yang agak lama terjadinya suatu peristiwa atau dapat
diartikan jangka waktu tertentu yang ada permulaan dan batasnya.
“Hari” itu menandakan kehawatiran penyair yang begitu mendalam dan bisa juga
merupakan penguatan yang diberikan penyair bahwa kejadian itu sebentar lagi akan terjadi.
“dua ratus juta” dapat berarti menandakan jumlah penduduk Indonesia. Jika sudah
berbicara dua ratus juta itu menandakan sesuatu yang sangat signifikan sangat luar biasa
dalam hal penduduk.
 “mulut yang menganga” merupakan simbol kecakapan seseorang di dalam
berkomunikasi dalam rangka untuk tetap bertahan dalam hidup. Mulut pun dapat berarti
symbol keangkuhan. Akan tetapi makna mulut tidak terlalu mengarah kepada kesombongan.
“menganga” mengiasakan bahwa mulut yang merupakan symbol kecakapan berkomunikasi,
simbol keangkuhan, akan tetapi, sekarang sudah tercengang, tidak dapat berkata-kata karena
sesuatu yang dilihatnya membuat ia tercengang. Tidak dapat mengungkapkan gagasan.
Hanya tunduk dengan atasan. Kehilangan kreativitas dalam berpikir dan bertindak.
“Bola-bola lampu” mengiaskan sebuah permainan, akan tetapi makannya juga dapat
ditafsirkan sebagai sebuah alat untuk menggapai hari depan yang lebih baik. Jadi bola-bola
ini dapat diartikan dengan penduduk atau warga Negara yang pada hakikatnya merupakan
pelita yang dapat menaikkan derajat atau kemajuan sebuah bangsa.
Jika kita hubungkan dengan bola-bola lampu “15 wat” mengiaskan bahwa potensi itu
sekarang sudah redup. Tidak memiliki cahaya yang terang lagi. Bola lampu itu sudah tidak
produktif untuk berbuat banyak untuk orang lain. 15 wat biasanya secara umum menandakan
suatu kondisi yang mengkhawatirkan.
“Sebagian berwarna putih” mengiaskan bahwa ada dua kelompok ada dua
golongan, yang pertama putih dapat berarti symbol kesucian, murni, masih bisa bentuk.
Selain itu, Putih pun merupakan symbol kebaikan.     
“Sebagian hitam” mengiaskan golongan kedua, hitam dapat berarti symbol
kepesimisan, kejahatan, ketidakproduktifan, masa depan yang suram.
“Menyala bergantian” sangat disayangkan warna putih dan hitam itu pun tidak statis,
menyala adalah symbol kehidupan, semangat, keoptimisan, akan tetapi, semua itu selalu
berubah-ubah atau bergantian.
“Pertandingan pingpong” mengiaskan adanya permulaan dan adanya akhir, ada yang
unggul dan ada yang tidak unggul, sehingga ada yang kalah dan ada yang menang.
Pertandingan adalah sebuah permaianan. Permaianan itu hanya ingin menunjukkan siapa
yang yang lebih kuat dan siapa yang lemah. Bisa juga hari depan Indonesia hanya ditentukan
oleh beberapa orang, baik itu pejabat yang berkuasa maupun orang-orang yang berwenang.
Karena biasanya pertandingan itu hanya melibatkan beberapa orang saja.
“Siang malam” mengiasakan bahwa upaya untuk menjadi pemenang dalam hal
menguasai sesuatu. Siang malam dapat juga bermakna suatu obsesi yang sangat besar. Selain
itu, Siang malam dapat juga berarti bahwa pertadingan itu terjadi terus menerus atau sudah
mendarah daging sehingga sulit dihentikan.
“Bola seperti telur angsa” menandakan bahwa seseuatu yang tidak seimbang karena
secara umum bola dengan telur berbeda. Akan tetapi, permasalahannya adalah kenapa
penyair memilih bola seperti telur angsa. Telur angsa dapat juga mengiasakan seseuatu yang
hidup. Jadi, mereka hakikatnya sedang bermain dengan mempertaruhkan kehidupan masa
depan ornag banyak.
“Pulau jawa yang tenggelam” mengiaskan bahwa kemajuan dan kemerataan dalam
segala bidang akan hilang. Kebijakan sudah tidak berpihak kepada daerah lain. Pemilihan
pulau jawa oleh penyair menandakan bahwa pulau jawa dipandang sebagai pusat
pemerintahan, pusat kemajuan di Indonesia.   

Bait ke-2
“Kembalikan Indonesia padaku” mengiaskan sebuah permintaan, permohonan,
harapan, jangan jadikan hari depan Indonesia seperti pertandingan pingpong. Jangan jadikan
pulau jawa tenggelam. Ini merupakan penekanan yang diberikan pengarang bahwa jika hal-
hal pada bait pertama tadi terjadi maka, penyair berharap semua pihak yang berwenang dapat
mengembalikan, memulihkan, Indonesia kembali.

Bait ke-3
“Satu juta orang main pingpong siang malam” jika kita hubungkan dengan bait
pertama baris 1 maka bait ke 2 baris pertama ini mengiaskan bahwa begitu banyak orang
yang ingin mempermainkan nasib bangsa ini ke depan. Karena dari dua ratus juta penduduk
yang ternyata satu juta orang yang berlaku semena-mena terhadap dua ratus juta penduduk
Indonesia. Selain itu, jika kita kaitkan lagi dengan baris 5 bait 1 maka akan terlihat ternyata
ada proses yang berjalan begitu cepat yang di khawatirkan penyair. Awalnya hari depan
Indonesia adalah sebuah pertandingan namun akhirnya semakin banyak orang yang ikut
dalam permainan itu. Main siang malam sebenarnya mengiaskan tentang ternyata orang yang
bermain terlalu terobsesi sehingga dapat menghalalkan segala cara.
“Dengan bola telur angsa” mengiaskan sebuah pertandingan yang berbahya karena
apa yang mereka lakukan adalah sesuatu yang dapat membahayakan karena mustahil
seseorang main pingpong dengan telur angsa. Pertandingan itu tidak akan lama dikarenakan
bolanya adalah telur angsa. Apalagi jika dikatakan pertandingannya siang malam.
“Di bawah sinar lampu 15 wat” bisa saja mengiaskan bahwa perbuatan mereka,
pertandingan itu, mereka bermain di atas penderitaan orang lain. “15 wat” bisa saja juga
mengiaskan tentang mereka yang bermain, melakukan pertandingan itu sebenarnya bukanlah
orang yang ahli, bukan seorang professional di bidangnya. Atau kemungkinan lain bahwa
pertandingan itu di dukung oleh petinggi-petinggi Negara.
“Pulau jawa pelan-pelan tenggelam” mengiaskan tentang gambaran yang akan terjadi
ketika pertandingan itu akan mengakibatkan pelan-pelan tenggelam dalam arti kehilangan jati
diri bangsa Indonesia. Bisa juga tata cara interaksi yang sopan santun pelan-pelan tenggelam,
kejujuran hilang. Pulau jawa sangat terkenal dengan adat sopan santunnya, tanggung jawab,
jujur dalam bekerja. Ini semua pelan-pelan akan tenggelam karena persaiangan yang begitu
kuat, karena satu juta orang main pingpong siang malam. Sehingga segala cara harus
dilakukan dengna menghilangkan etika. Selain itu, jika kita hubungkan dengan kreativitas,
potensi yang dimiliki seseorang yang terbelenggu dengan aturan yang ada maka di sinilah
letak makna pulau jawa yang tenggelam, karena ketika kreativitas seseorang dikekang maka
itu sama saja dengan menenggelamkan potensi SDM. Maka, jika hal itu yang terjadi maka
Indonesia ke depan akan tenggelam dengan kebodohannya, karena system yang telah
membelenggu kreativitas kader bangsa.
Di sisi lain, Indonesia, khususnya pulau jawa adalah Negara agraris, orang-orang
bekerja secara gotong royong, ikhlas, mempunyai semangat spritualitas dalam bekerja. Akan
tetapi, terancam dengan adanya campur tangan bangsa asing dalam hal membangun pabrik-
pabrik dan mendirikan perusahaan dengan menebang hutan, sawah di dialihpungsikan
menjadi bangunan besar yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Karena perbuatan
manusia seperti ini menyebabkan pulau jawa pelan-pelan akan tenggelam karena lahan
pertanian, pepohonan sudah jarang ditemukan, apalagi jika kita melihat di ibukota Jakarta. Ini
adalah bukti ilmiah yang kami dapatkan dalam situs internet beberapa waktu yang lalu.
“Kalau slogan UNEP tentang pembangunan berkelanjutan dihayati, banjir besar di
sebagian wilayah jawa tengah dan jawa timur terutama akibat meluapnya bengawan solo.
Sekenario buruk bahwa pada suatu saat pulau jawa akan tenggelam seseungguhnya bukan
untuk menyebar terror, menimbulkan rasa takut. Kita sebagai makhluk yang beradap yang
memiliki pranata-pranata social budaya terkait perlunya menjaga keselarasan lingkungan
jangka panjang. Sebuah bentuk kearifan tradisi yang berdasarkan pada pemahaman bahwa
sesungguhnya kahidupan bukan saja hari ini dan kini, tapi jauh ke depan. Hutan alam yang
ada pada tahun 2000 masih tercatat seluas 34.910 hektar, selama tujuh tahun terakhir
berkurang menjadi 23.888 hektar”
“Lantaran berat bebannya” mengiasakan bahwa karena keadaan sudah terlalu parah,
kerusakan moral sudah terjadi di mana-mana.
“Kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya” mengiaskan bahwa banyaknya
pemilik modal, bos-bos besar yang selalu mencari kesempatan, mencari keuntungan di atas
penderitan orang lain.
“Dua ratus juta mulut yang menganga” mempunyai kaitann dengan satu juta orna
gmain pingpong, angsa-angsa yang berenang, menyebabkan dua ratus juta mulut yang
menagaga. Baik dalam arti mereka yang tidak mempunyai keahlian, mempunyai uang,
mempunyai, jaringan, mempunyai daya tahan akan kalah. Dua ratus juta orang hanya bisa
melihat kesuksesan orang lain.
“Di dalam mulut itu ada bola lampu 15 wat” mengiaskan mereka yang mengang
hanya menyisakan sedikit semangat untuk berjuang. Mereka ingin Menerangi, memberikan
solusi, memberikan kontribusi terhadap permasalah yang terjadi  tetapi, tidak mempunyai
kekuatan, cahaya yang cukup terang untuk berbuat.
“Sebagina berwarna putih dan sebagian hitam” mengiaskan sebuah kebimbangan
dalam bersikap. “Puith” mengiaskan sebuah kebaikan, kesucian dan “hitam” mengiaskan
sebuah keburukan, kekeruhan.
“Menyala bergantian” mengiaskan kondisi fitroh menusia yang terkadang tidak
pernah lepas dari perbuatan dosa sehingga kebaikan dan keburukan selalu bergiliran datang
dalam kehidupan mereka.
“Angsa-angsa putih yang berenang-renang” mengiaskan bahwa begitu banyak orang
yang berkedudukan tinggi yang tidak memiliki amanah, tidak memiliki kepekaan untuk dapat
merasakan penderitaan orang lain
“sambil main pingpong di atas pulau jawa yang tenggelam” mengiaskan bahwa para
penguasa itu tidak mempunyai hati sehingga selalu bermain di atas penderitaan orang banyak.
“Membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan” perbuatan angsa-angsa
puith itu telah membawa penderitaan yang sangat parah karena logikanya di dasar laut, lampu
yang terang saja masih kurang jelas apalagi lampu 15 wat. Jadi, mereka yang kebingungan
menjadi kehilangan arah sehingga turut dalam aturan penguasa sehingga terbawa ke dalam
kemelaratan. Selain itu, penyair juga ingin memperingatkan bahwa angsa-angsa putih itu
ternyata hanya membawa kehancuran bagi bangsa Indonesia.

Bait ke-4
“kembalikan indonesia padaku” mengiaskan keprihatinan penyair sudah begitu
mendalam. Kalimat itu menandakan empati yang begitu kuat yang dirasakan penyair.
Lagipula, bait ke 3 merupakan bait yang memiliki baris terpanjang dari bait-bait yang
lainnya. Jadi kami dapat merasakan perbedaan ketika membaca “kembalikan Indonesia
padaku” pada bait ke 2.

Bait ke-5
“Hari depan Indonesia” selalu ada di awal baris dan ada pada tiap bait. Mengiaskan
bahwa hari depan Indonesia adalah sesuatu yang perlu mendapat sorotan pemerintah dan
warga negaranya, serta siapapun yang berdiri di tanah air.
“Tenggelam karena seratus juta penduduknya” mengiaskan bahwa yang membuat
hancur Negara ini adalah manusia yang hidup di sana. Lebih sepesifiknya orang orang yang
menghancurkan dan menenggelamkan pulau jawa itu adalah satu juta orang yang bermain
pingpong siang malam yang ada pada bait k 2 baris 1. Mereka yang suka bermain dan
bertanding tetapi tidak memikirkan nasib bangsa, mereka yang tidak bertanggung jawab,
mereka yang tidak memiliki hati karena sibuk dengna urusannya sendiri, mereka yang selalu
senang duduk di atas penderitaan orang lain adalah orang-orang yang menyebabkan Negara
ini tenggelam. Di pilihnya pulau jawa yang tenggelam bukan pulau lain, karena semua
kebijakan tentang kesejahteraan Indonesia berada di pulau jawa. Pulau jawa adalah sentral
Negara ini.
“Hari depan Indonesia adalah bola lampu 15 wat” mengiaskan bahwa Negara ini
sudah tidak mampu lagi untuk dapat memberikan pelayanan, memberikan kesejahteraan
kepada rakyatnya. Bisa juga karena sifat boros bangsa ini menyebabkan negara ini semakin
terpuruk. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa selama ini ibukota Negara selalu
nonstop bekerja siang malam. Perumahan, perkantoran, selalu menyalakan lampu. Lampu itu
juga bisa bermakna semangat dalam bekerja. Lampu itu juga bisa bermakna kehidupan yang
serba glamor. Itu semua adanya di pulau jawa. akan Tetapi, sayang hari depannya akan
menjadi 15 wat, karena sikap mereka yang berlalu boros. Bisa juga disebabkan karena sikap
mereka yang terlalu ujub.  
“Sebagian berwarna putih dan sebagian berwarna hitam” mengiaskan adanya
ketidakstabilan menjalankan roda pemerintahan ada sebagian orang baik dan ada juga
sebagian yang buruk.
“yang menyala bergantian” mengiaskan bahwa kondisi di Indonesia selalu terjadai
pasang surut karang naik kadang turun. Kadang kadang mengekspor beras kadang
mengimpor beras.
Bola lampu 15 wat ini juga sebagai dasar pertanda alasan kenapa pulau jawa yang
dipilih bukan pulau lainya.

Bait 6
Kembalikan
Indonesia
padaku.

Puncak permohonan dan pengharapan penyair agar pemerintah atau siapa saja yang
mempunyai wewenang untuk dapat mengembalikan Indonesia seperti dahulu. Dalam konteks
bukan berarti menolak budaya luar atau menolak adanya bangunan tinggi saja, akan tetapi
lebih kepada kemakmuran dan kesejahteraan warga Negara Indonesia. Kembalikan Indonesia
yang terkenal dengan sopan santun dan keramahannya di dalam berinteraksi dengan orang
lain.

Anda mungkin juga menyukai