Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dunia sastra Indonesia yang sempat terhenti untuk sementara karena tidak

adanya penerus para sastrawan Indonesia. Namun, ketika novel yang berjudul

Saman diterbitkan dunia sastra Indonesia yang seakan terbangun dari tidurnya

yang panjang. Novel Saman ini merupakan novel yang dibuat oleh seorang

sastrawan muda Indonesia yang bernama Ayu Utami.

Novel Saman ini dipilih sebagai pemenang Sayembara Roman Dewan

Kesenian Jakarta 1998. Ketika pertama kali diterbitkan, novel dibayangkan

sebagai fragmen dari novel pertama yang akan berjudul Laila tak Mampir di

New York. Dalam proses pengerjaaan, beberapa subplot berkembang melampaui

rencana. Pada tahun 2001, lanjutannya terbit sebagai novel terpisah berjudul

Larung. Kini novel Saman dan Larung merupakan dwilogi yang masing-masing

berdiri sendiri.

Novel Saman dan Larung mendapat sambutan yang cukup baik di

masyarakat. Selain ceritanya menarik, novel-novel ini teknik penulisan dan

komposisi yang jarang digunakan dalam karya-karya sastra Indonesia. Kedua

novel ini diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa selain bahasa Indonesia.

1
1.2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang penulisan karya tulis ini, maka penulis akan

membatasi masalah-masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini.

Masalah-masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana cerita dari novel ini?

1.2.2 Apa saja unsur intrinsik dalam novel ini ?

1.2.3 Apa saja relevasi novel ini dengan kehidupan sehari-hari ?

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan karya tulis ini dibuat supaya pembaca dapat lebih mengerti

mengenai novel Saman ini dan juga sebagai apresiasi sastra dari penulis. Selain

itu karya tulis ini dibuat untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia.

1.4 Metode Penulisan

Dalam hal ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan. Metode

studi kepustakaan dilakukan dengan membaca novel Saman secara pribadi dan

mencari artikel mengenai novel Saman ini.

2
1.5 Sistematika penyajian

Penulis akan membagi penyajian karya tulis ini dalam 3 bab :

1. BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini, penulis memberikan latar belakang masalah, pembatasan

masalah yang akan dibahas, tujuan penulisan, metode penulisan dan

sistematika penyajian karya tulis.

2. BAB II PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan mengulas tentang masalah-masalah yang

telah dibatasai dibagian pendahuluan. Bab ini juga merupakan isi dari

keseluruhan karya tulis.

3. BAB III PENUTUP

Dalam bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan dan saran dari

keseluruhan isi karya tulis.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sinopsis

Novel Saman merupakan sebuat novel controversial yang menceritakan

tentang kehidupan seorang pria yang bernama Saman. Saman merupakan nama

lain pria tersebut, sebelum Saman nama pria itu adalah Athanasius Wissanggeni.

Pria ini biasa dipanggil Pater Wissanggeni atau Romo Wis karena dulu Saman

merupakan pastor yang kemudian meminta izin untuk berkarya diluar gereja.

Romo Wis meminta izin untuk berkarya di luar gereja karena pada saat Romo Wis

sedang kembali ke rumahnya dulu, ia bertemu dengan seorang gadis yang

dianggap orang sekitarnya gila. Nama gadis itu Upi.

Romo Wis merasa iba terhadap Upi dan keluarganya karena kehidupan

mereka begitu menyedihkan. Sehingga akhirnya Romo Wis diizinkan untuk

berkarya di luar gereja dan tinggal bersama keluarga Upi. Di desa Lubukrantu

tempat ia tinggal ia membantu orang-orang desa meningkatkan hasil panen

mereka dan membuat pembangkit listrik sehingga orang-orang desa dapat

merasakan menggunakan listrik.

Namun pada suatu hari, terdapat orang-orang yang ingin mengubah kebun

karet desa ini dengan kebun kelapa sawit yang memiliki nilai jual lebih tinggi

daripada karet. Awalnya mereka menyuruh Anson dan orang-orang desa

menandatangani kertas kosong dan menebang pohon-pohon karetnya. Tapi karena

Romo Wis ada di sana maka Romo meminta agar setiap orang menerima kopian

isi perjanjian. Karena tidak bisa memenuhi permintaan Romo Wis maka orang-

4
orang itu tidak datang ke desa lagi. Tetapi mereka mulai membuat teror didalam

desa yang diawali dengan pada pagi hari semakin sering orang menemukan pohon

karet muda roboh seperti diterjang babi hutan. Ternak hilang seekor demi seekor.

Jalur kendaraan dihalangi gelondongan-gelondongan. Akhirnya rumah-rumah

orang desa di bakar. Saat rumah-rumah dibakar Anson dan para pria desa sedang

pergi ke pos jaga perkebunan kelapa sawit dan ingin membakarnya karena salah

satu perempuan desa diperkosa oleh penjaga pos jaga perkebunan.

Romo Wis yang tetap tinggal di desa bersama beberapa orang pria lainnya

ditangkap, ditahan dan disiksa, ditanyai dimana orang-orang desa yang lainnya.

Tiga hari Romo Wis disiksa pada malamnya Romo Wis diselamatkan oleh Anson

dan orang-orang yang pergi bersamanya yang akan membakar tempat Romo Wis

disiksa tanpa mengetahui Romo Wis berada di sana.

Romo Wis kemudian dibawa oleh Anson dan kawan-kawan ke rumah

suster-suster Boromeus di Lahat. Di sana Romo Wis di rawat oleh para sister,

kemudian dibawa ke sebuah tempat yang hanya diketahui lima orang suster dan

seorang dokter. Hirarki Gereja hanya mendengar bahwa Pastor Athanasius

Wisanggeni menghilang. Sebagian orang mengira dia mati ketika disekap di

pabrik. Di sana Wis dirawat sampai sembuh, kira-kira tiga bulan lamanya.

Kemudian Wis mengganti kartu identitasnya, sampai selesai dipengadilan

kira-kira dua tahun kemudian. Setahun kemudian setelah dia mengganti namanya

Wis membantu Sihar teman dan orang yang disukai Laila, kenalannya saat Wis

menjadi frater dulu. Dalam kasus Sihar tuntutan Sihar kepada Rosano (orang

perusahaan yang meminta sumur kilang minyak cepat-cepat dibuka belum pada

5
waktunya, sehingga terjadi kecelakaan yang menewaskan teman Sihar)

dibenarkan oleh pengadilan. Akhirnya Sihar mendapat pekerjaannya kembali

setelah dipecat oleh Rosano karena tidak mendengarkan perintahnya. Kemudian

Wis pindah ke Amerika menjadi imigran yang dibantu oleh Yasmin dan Cok,

kenalannya dan juga merupakan teman Laila. Yasmin dan Cok memiliki berbagai

koneksi sehingga dapat membuat Wis masuk ke Amerika tanpa tertangkap polisi.

Kemudian Wis tinggal di Amerika dengan nama Saman.

2.2 Unsur-Unsur Intrinsik

Dalam novel ini terdapat unsur-unsur intrinsik sastra. Unsur-unsur intrinsi

sastra terdiri dari tokoh, perwatakan, alur cerita, latar, dan sudut pandang

penceritaan.

2.2.1 Tokoh

Dalam Saman terdapat beberapa tokoh diantaranya tokoh protagonis,

antagonis, dan tritagonis.

2.2.1.1 Protagonis

Tokoh protagonis merupakan tokoh yang melakukan kebaikan dalam suatu

karya. Tokoh protagonis dalam Saman adalah Saman sendiri karena Saman

merupakan tokoh yang memperhatikan rakyat kecil. Saman ikut berusaha

memperjuangkan hak-hak rakyat kecil agar tidak ditindas oleh orang-orang

yang ingin menindas rakyat kecil tersebut.

6
2.2.1.2 Antagonis

Tokoh antagonis merupakan tokoh yang menyebabkan suatu masalah

timbul. Tokoh antagonis dalam Saman adalah Rosano karena Rosano

merupakan tokoh yang menyebabkan terjadinya kecelakaan dalam kilang

minyak. Dan orang-orang utusan perusahaan yang menyiksa Saman dan

kawan-kawan, memperkosa Upi dan membakar kebun karet.

2.2.1.3 Tritagonis

Tokoh tritagonis merupakan tokoh yang menjadi penyelesai masalah atau

sebagai tokoh yang netral. Tokoh tritagonis dalam Saman adalah Shakuntala

karena Shakuntala merupakan teman Laila yang membuka apartemennya

untuk teman-temannya yang sedang dating ke Amerika.

2.2.2 Perwatakan

Dalam Saman pengarang tidak secara langsung menggambarkan watak

tokoh-tokohnya. Sehingga dalam membaca novel ini para pembaca harus

memahami karakter tokoh-tokohnya melalui keadaan sang tokoh, jalan pikiran

sang tokoh dan lain-lain. Berikut merupakan watak-watak beberapa tokoh antara

lain.

Saman : baik, pemikir, seorang yang berkepala dingin, lebih mementingkan

orang lain, terkadang sulit untuk menjauhi hawa nafsu,

memperhatikan sekitarnya, dan ramah.

Laila : baik, rela berkorban demi cinta, setia, rendah hati, suka berkhayal.

7
Sihar : baik, setia kawan, tegas terhadap apapun kecuali cinta, pintar, tidak

tahan godaan dan berwibawa.

Rosano : egois, tidak bisa mendengarkan nasihat orang lain.

Yasmin : pintar, cantik, baik, suka berselingkuh.

Cok : baik, jujur, apa adanya, senang berfoya-foya.

2.2.3 Alur Cerita

Dalam novel Saman pengarang menggunakan alur gabungan yang diawali

dengan maju kemudian mundur kembali ke masa lalu, lalu maju lagi ke masa

depan dan mundur lagi ke cerita masa lalu kemudian maju lagi ke masa depan

Dan novel ini memiliki komposisi cerita yang bagus.

2.2.4 Latar

Saman diambil dalam latar pada abad ke-20 saat-saat akhir dari Orde Baru.

Dan Saman ini juga mengambil tempat di Indonesia yang pemerintahannya

dikepalai oleh Presiden Soeharto. Suasana dan peristiwa-peritiwa yang

diberikan dalam novel ini sama dan menyerupai keadaan pada masa yang

sesungguhnya.

2.2.5 Sudut Pandang Penceritaan

Dalam Saman ini pengarang menggunakan gaya aku tetapi akunya bukan

aku si pengarang tetapi akunya si tokoh. Sehingga pengarang tidak memegang

peranan yang penting dalam novel ini.

8
2.3 Relevasi Novel Ini Dengan Kehidupan Sehari-Hari

Dalam Saman terdapat beberapa relevasi dengan kehidupan sehari-hari

antara lain sulit seorang frater lulus menjadi seorang pater atau pastur dan saat

kelulusan itu ada yang gembira, heran dan khawatir. Hidup di pastoran setiap hari

akan menerima makanan dari para ibu-ibu yang merupakan umat. Pada masa

pemerintahan Soeharto terjadi KKN di Negara Indonesia dan praktik KKN

ditunjukan dalam novel ini dengan diterimanya Rosano dalam perusahaan dan

menjadi superviser dalam kilang itu karena ayah Rosano merupakan seorang

gubernur tempat kilang itu dibuat.

Selain itu pada pemerintahan Soeharto yang kaya berkuasa yang miskin

tertindas. Terjadinya pemerkosaan terhadap seorang gadis, merupakan kejadian

yang menjadi salah satu relevasi novel ini dengan kehidupan sehari-hari. Karena

dikehidupan sehari-hari pun, juga terjadi pemerkosaan terhadap gadis terutama di

pinggiran kota.

9
BAB III

PENUTUP

Pada bab yang terakhir ini, penulis akan mengulas pembahasan yang terdapat

di bab-bab sebelumnya dalam bentuk kesimpulan akhir dari karya tulis ini dan

juga memberikan saran kepada pembaca sekalian.

3.1 Kesimpulan

Dari keseluruhan karya tulis ini, penulis mengambil kesimpulan bahwa

dalam suatu novel memiliki relevasi dengan kehidupan sehari-hari dan unsur-

unsur intrisik.

3.2 Saran

Penulis memberi saran kepada pangarang novel agar membuat novel dengan

baik dan menarik. Sebuah novel yang terlalu bagus menyulitkan seseorang

untuk membuat karya tulis dari novel tersebut.

10

Anda mungkin juga menyukai