Anda di halaman 1dari 4

RESENSI NOVEL

"BAIT SURAU"

1. Identitas Buku
Judul : Umpan Surau
Pengarang : Rakha Wahyu & Yus R Ismail
Penerbit : Penerbit Dua Sinergi
Tahun terbitan : 2012
Dimensi : 18,8 cm x 12,8 cm
Tebal Buku : 152 halaman
Tokoh : Rio Dewanto, Ihsan Tarore, Cok Simbara, Astri Nurdin, Nadia Vella, Tahta
Perlawanan, Taufan Purbo Rachel

2. Jenis Buku
Fiksi (Novel)

3. Keunggulan Buku
1. Unsur Intrinsik
- Tema :
Tema dalam novel Bait Surau karya Rakha Wahyu terdapat nilai psikis kepercayaan,
pemenuhan, dan rasa salah.
- Sinopsis :
Kisah kehidupan sederhana seorang anak manusia dalam mencari jati diri dan kembali ke
jalan Allah SWT. Adalah Rommy (Rio Dewanto), seorang eksekutif muda yang mapan dan
sukses namun dalam kehidupannya sarat dengan kemaksiatan. Tetapi setelah kepergian
istrinya(Nadia Vela), kehidupan Rommy berubah dan mencoba untuk memperbaiki diri.
Sebagai asisten rumah tangga Rommy, Ramdhan(Ihsan Tarore) yang taat beribadah itu
diusir dari rumah. Romy menyadari kesalahannya lalu segera menyusul Ramdhan ke
kampung halamannya hendak meminta maaf. Suasana rumah Ramdhan yang kecil nan
sederhana ternyata mampu menggugah hati Rommy, kepada Ramdhanlah Rommy
menaruh harapannya untuk belajar sholat dan membaca Al-Qur’an.
Rommy memulai perjalanan spiritualnya di sebuah desa kecil di pesisir pantai, tempat di
mana Ramdhan tinggal bersama Abah(Cok Simbara) dan siti(Astri Nurdin), kakaknya. Di
desa itu, Rommy mengalami banyak peristiwa yang tak terbayangkan sebelumnya.
Memulai hidup baru sebagai seorang nelayan yang sederhana, jauh dari kesan “arogan”
layaknya ketika ia berada di kota. Keberadaan Rommy di desa itu tidak disambut baik oleh
Haji Sodik(Tahta Perlawanan), seorang pengusaha kaya raya di desa itu. Sepenggal kisah
asmaranya mengalir lirih bersama seorang gadis bisu berperangai baik, Siti.
Perlahan Rommy mulai menemukan jati dirinya, ia mulai mempelajari dan menjalankan
kalam Illahi, hingga pada suatu saat Rommy terenyuh ketika melihat Surau tua yang
tampak sepi dan tak terawat. Dengan sisa tabungan yang dimilikinya ia tergugah untuk
memperbaiki dan membangun Surau itu. Dengan harapan, setelah Surau itu diperbaiki,
akan banyak orang yang mau sholat dan belajar mengaji seperti dirinya. Meskipun melalui
berbagai ujian dan rintangan, pada akhirnya niat baik Rommy untuk memperbaiki dan
membangun Surau tua itu terwujud.
Sampai waktu peresmian Surau tiba, Romy, Ramdhan dan ke tiga karibnya tak kunjung
kembali dari melaut. Dua orang nelayan mengabarkan Kecelakaan kapal nelayan ditengah
lautan yang dialami Rommy, Ramdhan dan ketiga karibnya. Rommy telah meninggalkan
warisan niat, semangat dan amanat yang tertanam kuat dalam Surau yang dinamai Surau
Alghazali, seperti nama panggilan Abah kepada Romy. Ghazali bertemu sang khaliq
seutuhnya di dalam “Bait Surau" itu.

2. Unsur Ekstrinsik
- Nilai Moral
Nilai moral yang terdapat dalam novel yaitu rendah hati, ikhlas, solidaritas, teguh
pendirian, berbakti kepada keluarga. Sedangkan nilai religius yaitu diantaranya bersyukur,
beristigfar, berdo'a dan melaksanakan solat.
- Riwayat Hidup Pengarang
Yus R Ismail lahir pada tanggal 10 januari 1970 di Kamung Ranca kalong, Sumedang, Jawa
Barat. Yus R Ismail merupakan sastrawan sunda yang telah menghasilkan beberapa karya
seperti cerpen, puisi dan esay tentunya dalam bahasa sunda. Pada awalnya, Yus R Ismail
dikenal sebagai pengarang berbahasa indonesia karena pada tahun 1990-an karyanya
( cerpen dan puisi) banyak dipublikasikan di media berbahasa Indonesia. Selain di Pikiran
Rakyat, Bandung Pos, Mitra Desa dan media yang terbit di Bandung lainya, karyanya juga
sering terbaca di media yang terbit di Jakarta seperti Media Indonesia, Kompas,
Republika, Koran Tempo, Nova, Citra, Horison dan lain lain.
Memang, sejak SD Yus R Ismail memiliki hobi membaca, belajar mengarang dan menulis,
hanya saja tidak diterbitkan karena pada zaman dulu itu masih menggunakan mesin ketik.
Tetapi ada juga yang yang membantu mengetikan karyanya menggunakan bahasa sunda.
Dan beliau juga memiliki blog yaitu dongengyusrismail.blogspot.com yang didalam blog
tersebut terdapat biografi, dongeng-dongeng karangannya dalam bahasa sunda. Karena
pada awalnya memang beliau pengarang bahasa sunda, sejak SD hingga SMP karya yang
dibuatnya berbahasa sunda. Tetapi ketika sudah memiliki mesin ketik sendiri, beliau
justru banyak membuat karya menggunakan bahasa Indonesia terutama puisi dan cerpen
bahkan sampai kuliah juga beliau banyak membuat puisi dan cerpen berbahasa Indonesia.
Beliau kuliah di UNISBA jurusan Jurnalistik, setelah masa-masa kuliah berakhirpun beliau
masih tetap membuat karya tapi kebanyakan cerpen berbahasa Indonesia.

Ada beberapa karya dan cerpen bahasa indonesia yang diterjemahkan dalam Bahasa
Inggris, proses menerjemahkanya itu saat dimuat di koran, Jakarta Pos, Redaktur nya
menerjemahkan dalam bahasa inggris. Sebelumnya ada cerpen yang diterjemahkan oleh
prof. C.W. Waston (Profesor Camp Univercity Inggris). Pada tahun 2013 pernah ada
cerpen yang dimuat di Tribun Jabar yang berjudul "Neng Maya" yang didalamnya terdapat
ceritalmah Kontrakan. Selain itu juga ada majalah yang di muat di London yang justru
awalnya merupakan cerpen bahasa sunda.

4. Menilai Buku
1. Kelebihan
- Novel ini disampaikan dengan bahasa yang santun dan ringan sehingga mudah dipahami.
- Penuh inspirasi dengan nilai cinta dan keislaman.
- Cover novel menarik dengan perpaduan warna cokelat dan gambar tokoh-tokoh yang
berperan dalam cerita.
- Di setiap lembar awal bab dilengkapi dengan gambar sesuai judul bab sehingga
mengembangkan pembaca dan di bagian akhir dimunculkan komentar dari para tokoh yang
berperan.
2. Kekurangan
- Cerita bagian awal kurang mengalir.
- Peristiwa tragis beralur flash back.
5. Kesimpulan
Novel ini patut dibaca oleh siapa saja. Ceritanya universal tentang cinta dan agama. Sehingga
banyak pesan yang dapat diambil untuk dijadikan inspirasi. Novel ini mengajak pembacanya
untuk mensyukuri segala nikmat yang diberikan Allah SWT sebelum penyesalan melenyapkan
harapan. Juga mengingatkan pembaca bahwa Allah jalan bagi hamba-Nya untuk mengikuti hati
kecil dan meraih keinsyafannya dengan berbagai cara termasuk musibah dan keterpurukan.
Hati-hati dan watak keras seseorang, terdapat ruang di hati untuk menikmati manisnya iman,
melalui hidayah-Nya. Seperti yang pada kata pengantar dalam novel ini, “Imam Al-Ghazali, tidak
akan ada yang sanggup mengekang amarah dan hawa nafsu secara keseluruhan hingga tidak
meninggalkan bekas apapun dalam diri kita. Namun jika mencoba untuk mengendalikan
keduanya dengan latihan dan kesungguhan yang kuat, tentu kita akan bisa.” (halaman vii).
Hingga akhirnya, tetaplah mencari ilmu tentang kebenaran hingga ia berpijak diatasnya dengan
teguh. Sampai nanti kita sudah salih pun, tetaplah belajar. hidayah itu secara sunnatullah harus
dipelajari dan dipelihara Karena.

Anda mungkin juga menyukai