Anda di halaman 1dari 10

Struktur Teks Editorial

Sumber : http://www.yuksinau.com/

Tujuan Teks Editorial / Opini:

Mengajak pembaca untuk ikut berpikir dalam masalah (isu/topik) yang


sedang hangat terjadi di kehidupan sekitar.

Memberikan pandangan kepada pembaca terhadap isu yang sedang


berkembang.

Manfaat Teks Editorial / Opini:

Teks editorial memberi informasi kepada pembaca, untuk merangsang


pemikiran, dan terkadang mampu menggerakkan pembaca untuk bertindak.

Fungsi Teks Editorial / Opini:

Fungsi tajuk rencana umumnya menjelask an berita dan akibatnya pada


masyarakat.

Mengisi latar belakang dari kaitan berita tersebut dengan kenyataan sosial
dan faktor yang mempengaruhi dengan lebih menyeluruh.

Terkadang ada analisis kondisi yang berfungsi untuk mempersiapkan


masyarakat akan kemungkinan yang bisa terjadi

Meneruskan penilaian moral mengenai berita tersebut.

Ciri-Ciri Teks Editorial / Opini:

Tema tulisannya selalu hangat (sedang berkembang dibicarakan secara luas


oleh masyarakat), aktual dan faktual

Bersifat sistematis dan logis

Tajuk rencana merupakan Opini / pendapat yang bersifat argumentative

Menarik untuk dibaca karna penggunaan kalimatnya yang singkat, padat dan
jelas

Struktur Teks Editorial

Struktur yang menyusun teks editorial/opini sama dengan struktur yang telah
membangun teks eksposisi. 3 struktur teks editorial/opini:

Pernyataan pendapat (tesis): bagian berisi sudut pandang penulis mengenai


masalah yang dibahas. Biasanya sebuah teori yang akan diperkuat oleh
argumen.
Argumentasi: alasan atau bukti yang digunakan guna m emperkuat
pernyataan dalam tesis, walau secara umum argumentasi diartikan untuk
menolak suatu pendapat. Argumen bisa berbentuk pertanyaan umum/data
hasil penelitian, pernyataan para ahli, maupun fakta -fakta berdasarkan
referensi yang bisa dipercaya.

Penyataan/Penegasan ulang pendapat (Reiteration) : bagian berisi


penegasan ulang pendapat yang didorong oleh fakta di bagian argumentasi
guna memperkuat/menegaskan. Ada di bagian akhir teks.

Kaidah Kebahasaan Teks Editorial

Tidak jauh berbeda dengan kaidah kebahasaan yang dipakai di Teks Prosedur
Kompleks. Di ciri kebahasaan teks editorial juga menggunakan verba
material. Berikut kaidah kebahasaan teks editorial:

Adverbia: ditujukan agar pembaca meyakini teks yang dibahas, dengan


menegaskan menggunakan kata keterangan (adverbia frekuentatif). Kata yang
biasa digunakan yaitu: selalu, biasanya, sering, kadang-kadang, sebagian
besar waktu, jarang, dan lainnya.

Konjungsi: kata penghubung pada teks, contoh nya: bahkan.

Verba Material: verba yang menunjukkan perbuatan fisik/peristiwa.

Verba Relasional: verba yang menunjukkan hubungan intensitas


(pengertian A adalah B), dan milik (mengandung pengertian A mempunyai
B).

Verba Mental: verba yang menerangkan persepsi (misalnya melihat,


merasa), afeksi (misalnya suka, khawatir), dan kognisi (misalnya berpikir,
mengerti). Pada verba mental terdapat partisipan pengindra (senser) dan
fenomena.

Contoh Singkat Teks Editorial/Opini

Judul: Pelayanan Rumah Sakit dan Mutu Kesehatan Harus Ditingkatkan

Di tahun lalu, ada sekitar 268 pengaduan tentang minimnya pelayanan


kesehatan di berbagai rumah sakit di Indonesia. J umlah itupun yang dilaporkan
dan diterima di Kemenkes.

Yang belum dilaporkan tentunya lebih banyak lagi. Salah satu hal yang
menjadikan mutu pelayanan dokter kurang memuaskan adalah soal penanganan
terhadap pasien.
Dokter banyak yang belum bisa mengetahui penyakit pasien yang
sebenarnya sehingga kadang ob at yang diberikan tidak tepat.

Seharusnya pemerintah terutama bidang kesehatan selalu


memperbaharui/meningkatkan mutu para dokter di seluruh Indonesia s ecara
berkala.

Hal itu bertujuan agar pelayanan kesehatan masyarakat dapat terhubung


dengan baik.
Sumber: http://www.materikelas.com/

Pengertian Teks Editorial


Teks editorial adalah teks yang berisi pendapat pribadi seseorang terhadap suatu isu/masalah
aktual. Isu tersebut meliputi masalah politik, sosial, ataupun masalah ekonomi yang memiliki
hubungan secara signifikan dengan politik. Teks jenis ini secara teratur muncul di koran atau
majalah. Dalam mengungkapkan pendapat harus dilengkapi dengan fakta, bukti-bukti, dan
alasan yang logis agar dapat diterima oleh pembaca atau pendengar.

Struktur Teks Editorial


Sebuah teks editorial/opini memiliki struktur teks yang sama dengan struktur yang
membangun teks eksposisi, yaitu pernyataan pendapat (tesis), argumentasi, dan
pernyataan/penegasan ulang pendapat (reiteration). Untuk lebih jelasnya lihat lah dibawah
ini.

Pernyataan pendapat (thesis), bagian ini berisi sudut pandang penulis terhadap
permasalahan yang diangkat. Istilah ini mengacu ke suatu bentuk penryataan atau bisa
juga sebuah teori yang nantinya akan diperkuat oleh argumen.
Argumentasi, merupakan bentuk alasan atau bukti yang digunakan untuk mempekuat
pernyataan dalam tesis walaupun dalam pengertian umum, argumentasi juga dapat
digunakan untuk menolak suatu pendapat. Argumentasi dapat berupan pernyataan
umum (generalisasi) atau dapat juga berupa data hasil penelitian, pernyataan para ahli,
atau fakta-fakta yang didasari atas referensi yang dapat dipercaya.
Penyataan/Penegasan ulang pendapat (Reiteration), bagian ini berisi penguatan
kembali atas pendapat yang telah ditunjang oleh fakta-fakta dalam bagian argumentasi.
Terdapat pada bagian akhir teks.

Kaidah Kebahasaan Teks Editorial

Berikut akan saya jelaskan ciri kebahasaan atau kaidah kebahasaan dati teks editorial. Teks
editorial memiliki ciri kebahasaan yang diantaranya adverbia, konjungsi, verba material,
verba mental, dan verba relasional. Untuk lebih jelasnya simaklah penjelasannya dibawah ini.

Adverbia, agar dapat meyakinkan pembaca diperlukan ekspresi kepastian yang bisa
dipertegas dengan kata keterangan atau adverbia frekuentatif, yaitu adverbia yang
menggambarkan makna berhubungan dengan tingkat kekerapan terjadinya sesuatu
yang diterangkan adverbia itu. Kata-kata yang digunakan antara lain selalu, biasanya,
sebagian besar waktu, sering, kadang-kadang, jarang, dan lainnya.
Konjungsi, merupakan kata penghubung pada teks editorial seperti kata bahkan.
Verba Material, adalah verba yang menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa.
Verba relasional, adalah verba yang menunjukkan hubungan intensitas (pengertian A
adalah B), dan milik (mengandung pengertian A mempunyai B). Verba yang pertama
tergolong ke dalam verba relasional identifikatif, sedangkan verba yang kedua dan
ketiga tergolong ke dalam verba relasional atributif.
Verba Mental, adalah verba yang menerangkan persepsi (misalnya melihat, merasa),
afeksi (misalnya suka, khawatir), dan kognisi (misalnya berpikir, mengerti). Pada verba
mental terdapat partisipan pengindra (senser) dan fenomena.

Contoh Teks Editorial


Kebijakan Itu Harus Efektif Diimplementasikan
Untuk apakah sebuah peraturan dibuat? Agar bisa diimplementasikan, karena
peraturan itu dibuat untuk kepentingan bersama. Apa jadinya kalau peraturan dibuat, tetapi
tidak efektif dilaksanakan? Pasti ada sesuatu yang tidak tepat dalam merumuskan peraturan
itu.
Mulai hari Senin (29/12) masyarakat Ibu Kota menjalani tata aturan yang baru lagi.
Mulai kemarin peraturan three in one tidak lagi hanya berlaku pagi hari, tetapi juga sore hari.
Setiap mobil yang melintasi jalan-jalan utama Jakarta minimal harus ditumpangi tiga orang.
Pada pagi hari, aturan itu berlaku pukul 07.00 hingga 10.00, sementara petang hari mulai
pukul 16.00 hingga 19.00.
Ketika rencana itu mulai dilontarkan, sudah muncul keberatan dari masyarakat. Bukan
hanya peraturan itu dinilai memberatkan, tetapi sejak konsep three in one diterapkan pada
pagi hari saja, efektivitas sangatlah rendah. Yang muncul adalah joki-joki yang berdiri
menawarkan jasa di sepanjang jalan utama itu.
Namun, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso tetap pada sikapnya. Peraturan tetap akan
diberlakukan dengan sebulan masa sosialisasi.
Tentunya terlalu dini untuk mengevaluasi efektivitas peraturan itu. Namun, dari
evaluasi awal, para pengemudi tidak mempedulikan aturan baru itu. Petugas DLLAJR pun
tidak mengambil tindakan apapun terhadap para joki.
Mengapa peraturan itu tidak efektif? Pertama, karena soal disiplin. Masyarakat kita,
termasuk juga masyarakat Jakarta, sangat rendah tingkat disiplinnya. Mereka selalu mencari
cara untuk mengakali peraturan, apalagi masyarakat tidak mendukung peraturan pembatasan
itu.
Ancaman hukuman bukanlah sesuatu yang ditakuti karena masyarakat paham bahwa
hal yang satu itu merupakan kelemahan lain dari bangsa kita. Masyarakat pun tahu
bagaimana caranya terhindar dari ancaman hukuman, yang dikenal sangat tidak tegas itu.
Alasan kedua adalah tidak adanya alternatif bagi masyarakat untuk mendapatkan jasa
transportasi yang bisa menjamin mobilitas mereka. Kita tahu, Pemerintah Provinsi DKI
sedang mempersiapkan sistem bus dengan jalur khusus atau busway. Namun, selain sistem
transportasi alternatif itu belum berjalan, konsepnya tidak utuh untuk bisa menjamin
kebutuhan tranportasi masyarakat.
Sekarang ini justru berkembang pertanyaan baru, apakah kebijakan Primprov DKI itu
tidak justru akan berlawanan dengan kebijakan Gubernur Sutiyoso yang sangat kuat
keinginannya untuk membuat Jakarta tertib. Ia mencoba membatasi orang untuk bisa masuk
Jakarta dan menggusur masyarakat maupun pedagang kaki lima yang menempati lahan yang
bukan hak mereka.
Namun, bagaimana orang tidak tertarik untuk masuk Jakarta kalau semua kesempatan
itu mudah didapat di Ibu Kota. Meski pertarungan hidupnya keras, lebih mudah mendapatkan
uang di Jakarta dibandingkan dengan di daerah. Di Jakarta menjadi penjaga toilet di hotel
ataupun di mall saja bisa dapat beberapa puluh ribu rupiah sehari. Jadi, tukang parkir liar, asal
bisa teriak-teriak, dengan mudah dapat seribu atau dua ribu rupiah. Bahkan menjaga tempat
perputaran jalan pun, di Jakarta bisa dapat uang
Peluang itu ditambah lagi dengan menjadi joki. Bagi kalangan pengusaha yang harus
keluar-masuk jalan utama Jakarta, apa susahnya untuk menambah satu pegawai yang bisa
menemani dia bekerja. Dengan satu sopir dan satu ajudan, maka ia bisa bebas keluar-masuk
jalan utama.
Inilah yang sebenarnya kita ingin ingatkan. Peraturan itu seharusnya dibuat dengan
mempertimbangkan segala segi secara matang. Peraturan itu juga harus mendapat dukungan
dari masyarakat agar bisa berjalan efektif.
Untuk apa peraturan dibuat kalau kemudian hanya untuk dilanggar. Begitu banyak
peraturan yang kita buat, pada akhirnya tidak bisa diterapkan karena tidak dirasakan sebagai
kebutuhan bersama oleh seluruh rakyat.
Ketika peraturan itu tidak bisa efektif dilaksanakan, yang akhirnya menjadi korban
adalah si pembuat peraturan itu sendiri. Setidaknya wibawanya menjadi turun karena
peraturan yang dibuat ternyata tidak bergigi.
Peraturan bukanlah sesuatu yang mudah untuk dibuat. Selain soal three in one, yang
juga menjadi pembicaraan ramai masyarakat adalah soal bunga bank.
Kita ketahui bahwa Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia sekitar dua pekan lalu
kembali membahas soal apakah bunga bank itu tergolong riba atau tidak. Putusan Komisi
Fatwa MUI sendiri kemudian menggolongkan bunga bank itu sebagai riba. Tetapi segera
ditambahkan bahwa haramnya bunga bank itu hanya berlaku di kotakota yang sudah
memiliki Bank Syariah.
Keputusan Komisi Fatwa MUI itu seharusnya dibawa dulu ke Sidang Lengkap MUI,
yang melibatkan seluruh ulama, sebelum menjadi fatwa yang menjadi pegangan seluruh
umat. Namun, keputusan itu sudah dikeluarkan terlebih dahulu ke masyarakat, apalagi media
pun terjebak seakan-akan itu sudah menjadi fatwa MUI.
Namun, di sini kita menangkap adanya kearifan pada jajaran pimpinan MUI.
Keputusan Komisi Fatwa itu tidak dianulir, tetapi pembahasannya dalam sidang lengkap MUI
ditunda sampai diperoleh waktu yang memadai untuk bisa membahas masukan Komisi Fatwa
itu secara menyeluruh.
Pimpinan MUI sangat menyadari bahwa persoalan ini bukanlah masalah mudah sebab
bukan hanya berkaitan dengan urusan ekonomi, tetapi juga kehidupan masyarakat banyak.
Dengan tradisi yang sudah panjang, tidak sedikit umat muslim yang bekerja di bidang itu.
Kalaupun sekarang harus diubah menjadi Bank Syariah, apakah sistemnya bisa cepat berubah
dan menunjang perkembangan Bank Syariah itu sendiri.
Begitu banyak aspek yang harus dilihat sehingga pada tempatnya bila MUI menunda
keputusan itu. Sebab, pada akhirnya, sebuah peraturan itu bukan hanya harus bagus di atas
kertas, tetapi sungguh bermanfaat bagi kehi-dupan masyarakat yang menjalankannya.
Sumber : http://imuelputra.blogspot.co.id/

Pengertian editorial atau tajuk rencana adalah suatu tulisan berupa opini atau argumentasi
yang ditulis tentang (pembicaraan yang sedang panas atau isu terkini) dimana penulisan
bergaya jurnalistik seperti media masa. isi dari editorial atau teks tajuk rencana adalah opini
atau pendapat dari seseorang tentang suatu peristiwa yang sedang terkini agar mendapat
respon dan perhatian yang sama dari masyarakat.

Struktur teks editorial.


* Pernyataan pendapat, adalah menyatakan pendapat kita mengenai hal yang sedang ramai
dibicarakan.
* argumentasi, adalah unsur yang harus ada dimana kita menyampaikan argumen-argumen
kita mengenai peristiwa yang ramai dibicarakan.
* pernyataan ulang pendapat, pada bagian akhir atau bagian penutup kesimpulan harus ada
pernyataan ulang dari pendapat dan argumentasi kita mengenai peristiwa yang ramai
dibicarakan.
Sumber : http://bayushanku.blogspot.co.id/

Struktur Teks Opini dibagi menjadi 3 bagian, "Pernyataan pendapat (thesis statement)",
"Argumentasi", "Pernyataan ulang pendapat (reiteration)". Lebih lengkapnya =

1. Pernyataan pendapat (thesis statement) = Pernyataan pendapat berisikan topik


tentang sebuah permasalahan yang akan dibahas.
2. Argumentasi = merupakan pendukung yang akan memperkuat opini yang hendak
disampaikan. Pendukung berupa fakta-fakta tentang topik yang diangkat sehingga
memberi nilai objektivitas pada tulisan daripada sekadar opini belaka. Pada
bagian ini penulis berusaha meyakinkan pembaca bahwa apa yang dikemukakan
itu benar.
3. Pernyataan ulang pendapat (reiteration) = merupakan bagaian akhir teks opini
yang berisi penegasan kembali pendapat yang telah dikemukakan agar pembaca
atau pendengar semakin yakin dengan pandangan kalian tersebut (terkadang juga
terdapat argument yang disertai saran).

Kaidah Kebahasaan Teks Opini/Editorial


1. Adverbia
Adverbia adalah bahasa yang dapat mengekspresikan sikap eksposisi. Agar dapat
meyakinkan pembaca, diperlukan ekspresi kepastian, yang bisa dipertegas dengan kata
keterangan atau adverbia frekuentatif, seperti selalu, biasanya, sebagian besar waktu,
sering, kadang-kadang, jarang, dan lainnya.

2. Konjungsi
Konjungsi adalah kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan bahasa yang
sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat
dengan kalimat.

Konjungsi yang banyak dijumpai pada teks opini adalah konjungsi yang digunakan untuk
menata argumentasi, seperti pertama, kedua, berikutnya, dan sebagainya; atau konjungsi
yang digunakan untuk memperkuat argumentasi, seperti bahkan, juga, selain itu, lagi
pula, sebagai contoh, misalnya, padahal, justru dan lain-lain; atau konjungsi yang
menyatakan hubungan sebab akibat, seperti sejak, sebelumnya, dan sebagainya;
konjungsi yang menyatakan harapan, seperti agar, supaya, dan sebagainya.

3. Kosakata
Kosakata adalah perbendaharaan kata-kata. Supaya teks opini mampu meyakinkan
pembaca, diperlukan kosakata yang luas dan menarik. Biasanya konten teks opini yang
menarik tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut.

Aktual : sedang menjadi pembicaraan orang banyak atau baru saja terjadi.
Fenomenal : luar biasa, hebat, dan dapat dirasakan pancaindra.
Editorial : artikel dalam surat kabar yang mengungkapkan pendirian editor atau
pemimpin surat kabar.
Imajinasi : daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan).
Modalitas : cara pembicara menyatakan sikap terhadap suatu situasi dalam
komunikasi antar pribadi (barangkali, harus, dan sebagainya).
Nukilan : kutipan atau tulisan yang dicantumkan pada suatu benda.
Tajuk Rencana : karangan pokok dalam surat kabar.
Teks Opini : teks yang merupakan wadah untuk mengemukakan pendapat atau
pikiran.
Keterangan Aposisi : keterangan yang memberi penjelasan kata benda. jika
ditulis, keterangan ini diapit tanda koma atau tanda pisah atau tanda kurung.
Keterangan Pewatas : keterangan tambahan yang memberi keterangan kata
benda, tetapi tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan seperti kata
keterangan aposisi.

4.Verba
Di materi ini kita diperkenalkan verba baru lagi yaitu Verba Material , Verba Mental,
dan Relasional.

Verba Material

verba material adalah kata kerja yang menunjukan aktifitas fisik yang dapat dilihat
secara nyata contohnya menari,membaca, dan menulis. struktur kalimat dari verba
material adalah

Subjek(aktor) + Verba Material + objek(sasaran)


Contoh kalimat :
Ibu memasak nasi
Kata Ibu sebagai Subjek(aktor), memasak sebagai verba materialnya, dan nasi adalah
sebagai objek(sasaran).

Verba Relasional

verba relasional lebih menekankan pada verba atau kata kerja yang berfungsi sebagai
penghubung antara subjek dan pelengkap. kalimat yang mengandung verba relasional
harus memiliki pelengkap, jika tidak maka kalimatnya akan terlihat rancu. struktur
kalimat dari verba relasional adalah :

Subjek + Verba relasional + pelengkap

Contoh Kalimat :
Kakak merupakan anak tertua
Kakak sebagai Subjek, merupakan sebagai verba relasional, dan anak tertua merupakan
pelengkap yang harus ada.
Verba Mental

verba mental adalah verba yang digunakan untuk mengajukan klaim.


Contoh :
- Banyak orang tua yang merasa khawatir terkena demam
- Menurut pendapat saya, pengedaran narkoba di indonesia sudah dikategorikan siaga
satu.

Anda mungkin juga menyukai