Anda di halaman 1dari 4

XII MIPA H

1. Gracia (10)

2. Ishmah Yulia D. (12)

Teks Editorial

STRUKTUR TEKS EDITORIAL

Editorial termasuk ke dalam jenis teks argumentatif, seperti halnya eksposisi, ulasan, dan teks-teks
sejenis diskusi. Dengan demikian, struktur umum dari editorial adalah sebagai berikut.

a. Pengenalan isu sebagai pendahuluan teks, yakni berupa sorotan peristiwa yang mengandung suatu
persoalan aktual. Dalam contoh di atas, fakta yang dimaksud adalah peristiwa tukar guling SLTP 56, niat
sebuah yayasan menjual sekolah miliknya di Kota Bandung.

b. Penyampaian argumen-argumen sebagai pembahasan, yakni berupa tanggapantanggapan redaktur


dari media yang bersangutan berkenaan dengan peristiwa, kejadian, atau persoalan aktual. Dalam teks
tersebut, bagian ulasan dinyatakan dalam paragraf ke-2 sampai paragraf ke-6. Di dalam ulasannya,
redaktur antara lain mengatakan bahwa peristiwa itu merupakan wujud dari kapitalisme pendidikan.
Dalam bagian ini, penulis (redaktur) dapat pula menunjukkan keberpihakannya, entah itu kepada warga
tertentu, pemerintah, pengusaha, ataupun pihak-pihak lainnya. Dalam persoalan ini, tampak bahwa
redaktur berpihak pada warga yang hak-haknya terpinggirkan. Redaktur kemudian mengkritik atau
menyalahkan pemerintah yang seolah-olah tidak berdaya di dalam menghadapi arus kapitalisme.

c. Kesimpulan, saran ataupun rekomendasi sebagai penutup, berupa pernyataan dalam menyelesaikan
persoalan yang dikemukakan sebelumnya. Dalam teks itu, saran-saran redaktur dinyatakan dalam
paragraf ke-7-8. Saran yang dimaksud berupa kompromi, yakni berdamai dengan kapitalisme, perlunya
persiapan dan langkah antisipatis terhadap kekuatan yang tak terbendung itu.

KAIDAH KEBAHASAAN

a. Adanya penggunaan ungkapan-ungkapan retoris. Dalam teks di atas, ungkapan-ungkapan yang


dimaksud, antara lain, seperti berikut.
1) Lalu, di mana idealisme pendidikan?

2) Apa arti pendidikan adalah hak semua warga negara (baik yang punya akses terhadap kapital maupun
tidak)?

Cara itu digunakan untuk menarik perhatian pembaca (khalayak) sehingga tergugah untuk melanjutkan
pembahasan atas isu yang disorotinya.

b. Banyak menggunakan kata-kata populer sehingga mudah bagi khalayak untuk mencernanya. Kata-kata
yang dimaksud, antara lain, adalah ribut-ribut, ongkos, tengok, suka, tak suka, geliat, berlebih, enggan,
ekstra keras, pas.

c. Banyaknya kata ganti tunjuk yang merujuk pada waktu, tempat, peristiwa, atau hal lainnya yang
menjadi fokus ulasan. Contoh:

1) Desentralisasi yang sudah lima belas tahun dilaksanakan, saat ini dianggap sedang menuju ke arah
kegagalan.

2) Itulah antara lain yang diungkap oleh Tim Visi Indonesia 2033 melalui sebuah diskusi yang digelar
kemarin.

3) Apa yang diungkap Tim Visi Indonesia 2033 ini, rasanya sudah menjadi rahasia umum, merupakan
masalah yang sejak lama sudah dirasakan masyarakat.

4) Kendati demikian, diskusi yang digelar Tim Visi ini kemarin, memang sangat tepat sebagai forum
reaktualisasi masalah yang dihadapi masyarakat sehari-hari yang sudah sejak lama terjadi.

d. Banyaknya penggunaan konjungsi kausalitas, seperti sebab, karena, sebab, oleh sebab itu. Hal ini
terkait dengan penggunaan sejumlah argumen yang dikemukakan redaktur berkenaan dengan masalah
yang dikupasnya.Contoh:

1) Buruknya pelayanan kepada warga, adalah masalah lama yang terus terjadi berulangulang dan
karenanya, banyak kepala daerah menganggap hal tersebut bukan lagi sebagai masalah.

2) Itu sebabnya kita tak heran atau kaget ketika Ombudsman, mengungkapkan, dinas pendidikan
menjadi satuan perangkat kerja daerah (SKPD) provinsi yang rawan pungutan liar.
3) Kerawanan muncul karena 22 dinas pendidikan provinsi yang diteliti tak menerapkan standar
pelayanan berdasarkan Undang-Undang No.25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

4) Tak ada peluang, karena di Bekasi pun mereka ditolak karena SMP asalnya di Jakarta.

e. Banyaknya penggunaan konjungsi pertentangan, seperti akan tetapi, namun. Hal itu terkait dengan
masalah yang diangkat dalam editorial yang bersifat pro dan kontra.

1) Akan tetapi, secara fisik karena di sekitar tempat tinggal mereka sekolah sangat kurang, anak-anak
mereka pun disekolahkan ke Jakarta.

2) Namun, kebijakan yang muncul kemudian, mereka didiskriminasi.

CONTOH TEKS EDITORIAL

Kebiasaan Membuang Sampah

Pernyataan pendapat

Kebiasaan membuang sampah sembarangan telah tertanam di benak masyarakat Indonesia sejak masih
kecil. Bagaimana tidak, orang tua secara tidak langsung mengajarkan cara membuang sampah yang tidak
benar kepada anak-anak mereka. Contohnya dapat kita lihat orang tua dengan gampang melempar
sampah dapur ke sungai atau depan rumah yang dianggap lumrah.

Parahnya lagi kebiasaan tersebut dianggap tidak sebagai sesuatu yang salah. Padahal sampah yang
tertumpuk disungai akan menyumbat aliran air dan dengan curah hujan sedikit maka banjir tidak bisa
dielakan lagi. Kurangnya kesadaran di masyarakat Indonesia membutuhkan waktu yang lama supaya
kesadaran akan kebersihan dapat diciptakan.

Argumentasi

Menurut opini saya, tidak hanya orang miskin yang membuang sampah sembarangan, tetapi orang kaya
juga begitu, seperti contohnya kita sering melihat botol minuman kosong yang melayang keluar dari
pintu kaca mobil di jalan umum.

Yang menjadi pertanyaan, kenapa orang yang punya mobil, bisa menjaga kebersihan mobilnya namun
tidak memperdulikan kebersihan di jalan umum? Botol kosong yang dibuang sembarangan, tidak hanya
menimbulkan sampah di jalan raya namun juga akan membahayakan pengendara lalu lintas yang lewat.
Yang saat ini paling dibutuhkan adalah kesadaran diri masing-masing untuk hidup sehat dan bersih.
Masyarakat di bantaran sungai dengan mudahnya membuang sampah ke dalam sungai daripada harus
membuang ke tong sampah. Kebiasaan ini dilakukan sudah lama, karna menurut mereka tidak memakan
banyak waktu dengan melemparkan sekantong sampah ke sungai.

Dan juga bukan rahasia umum lagi jika ada tanah kosong pasti disitu dipenuhi oleh sampah-sampah
rumah tangga. Biasanya masyarakat akan membuang sampah tersebut pada malam hari, diam-diam atau
cari waktu sepi untuk membuangnya. Jika satu orang membuang sampah disitu, maka yang lain akan
ikut-ikutan, dan lama-lama tanah yang kosong itu berubah menjadi tumpukan sampah, kemudian
masalah bau sampah yang menyengat akan mengikuti.

Penegasan ulang pendapat

Diharapkan bagi pemerintah menyediakan tong sampah gratis untuk semua masyarakat yang tidak
mampu dan masyarakat tidak dipungut biaya iuran sampah. Marilah untuk kita semua, memperbaiki
kebiasaan buruk kita, dan mulailah untuk membuang sampah pada tempatnya.

Anda mungkin juga menyukai