Anda di halaman 1dari 15

PROTAP

ELEKTROTERAPI & SUMBER FISIS


LIGHT AMFLIFICATION BY STIMULATED EMISSION OF RADIATION

DISUSUN OLEH

IRMA RIZKY LESTARI


C041171016

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang atas berkat dan anugerah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
protap mengenai “Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation
(LASER)” ini. Dan tak lupa saya kirimkan salawat kepada Nabi kita Muhammad
S.A.W. yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran
agama Islam yang sempurna bagi alam semesta.
Dengan adanya penulisan protap ini, saya berharap dapat membantu dalam
pembelajaran, dan bisa menyelesaikan masalah-masalah khususnya dalam ruang
lingkup elektroterapi dan sumber fisis mengenai “Laser”.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan protap
ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, dikarenakan kurangnya
pengetahuan dan pengalaman saya. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat saya harapkan.
Penyusun

Irma Rizky Lestari

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB 1. PENDAHULUAN.............................................................................. 1

Latar Belakang ................................................................................................. 1

Rumusan Masalah ............................................................................................ 1

Tujuan Program ............................................................................................... 1

BAB 2. PEMBAHASAN ................................................................................ 2

A. Definisi Laser ........................................................................................... 2


B. Fisika Dasar Laser .................................................................................... 2
C. Biofisika Laser........................................................................................... 5
D. Neurofisiologi Laser ................................................................................. 7
E. Efek Fisiologi dan Terapeutik Laser ........................................................ 7
F. Indikasi dan Kontraindikasi Laser ............................................................ 8
G. Pengaplikasian Laser ................................................................................ 8
H. Praktek Laser ............................................................................................ 10

BAB 3. PENUTUP ......................................................................................... 11

A. Kesimpulan ............................................................................................... 11
B. Saran ......................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmuwan menganggap cahaya sebagai gelombang yang bergerak.
Jarak dari kulit sebuah gelombang ke kulit berikutnya disebut panjang
gelombang. Cahaya dari matahari atau dari lampu adalah campuran
banyak panjang gelombang. Setiap panjang gelombang yang berbeda
menghasilkan warna yang berbeda. Sinar laser terbuat dari cahaya yang
semuanya terdiri dari panjang gelombang yang sama. Berkas cahaya
dalam cahaya biasa mengalir ke arah yang berbeda. Sinar laser bergerak
dalam arah yang sama persis. Sinar laser tidak menyebar dan tidak
melemah.
Laser (Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation)
merupakan alat yang dapat memancarkan cahaya (gelombang
radioelektromagnetik) pada daerah infrared, visible atau ultraviolet.
Cahaya yang dipancarkan oleh laser dihasilkan dari stimulasi emisi radiasi
dari medium yang ada laser, emisi radiasi tersebut dikuatkan sehingga
menghasilkan cahaya yang mempunyai sifat monokromatis (tunggal/hanya
satu), koheren, terarah dan brightness (sifat kecerahan tinggi).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian laser?
2. Bagaimana fisika dasar laser?
3. Bagaimana biofisika laser?
4. Bagaimana neurofisiologi laser?
5. Apakah efek yang ditimbulkan oleh penggunaan laser?
6. Apa saja indikasi dan kontra-indikasi penggunaan laser?
7. Bagaimana aplikasi penggunaan laser?
8. Bagaimana penerapan aplikasi penggunaan laser?
C. Tujuan Program
Mampu menjelaskan dan menerapkan laser sebagai salah satu modalitas
fisioterapi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Laser
Laser (Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation)
merupakan alat yang dapat memancarkan cahaya (gelombang
radioelektromagnetik) pada daerah infrared, visible atau ultraviolet.

B. Fisika Dasar
Cahaya merupakan suatu bentuk energi elektromagnetik yang memiliki
panjang gelombang antara 100-10.000 nanometer (nm=10-9) dalam spektrum
elektromagnetik. Cahaya tampak berkisar antara 400 (ungu) sampai 700 nm
(merah). Melewati bagian merah dari cahaya tampak adalah infra merah dan
microwave, dan dibawah dari bagian ungu adalah ultraviolet, x-ray, gamma,
dan cosmic ray. Energi cahaya merupakan gelombang yang pancaran yang
terdiri dari unit terkecil disebut “foton”. Setiap foton mengandung sejumlah
energi, tergantung dari panjang gelombang (spektrum warna).
Sebuah atom terdiri dari inti atom yang disebut nukleus (berisi proton
dan netron), dan awan elektron (Gambar1). Elektron-elektron ini selalu
berputar mengelilingi inti atom pada orbit-orbit tertentu, sesuai dengan tingkat
energinya. Dari sini kita tahu bahwa atom selalu bergerak (vibrasi dan rotasi),
hanya saja kita tidak bisa melihat pergerakannya di benda-benda padat seperti
pintu, kursi, dan semua benda lain. Jadi, benda yang selama ini kita kira dalam
keadaan diam sebenarnya tidak diam sama sekali.

Gambar 1. Ilustrasi sederhana sebuah atom


(Sumber : Aras, 2017)

2
Orbit elektron yang memiliki tingkat energi paling rendah adalah
yang paling dekat dengan inti. Jadi, semakin jauh elektron dari inti, semakin
tinggi pula tingkat energinya. Ini artinya, kalau kita memberikan energi pada
atom (misalnya dalam bentuk energi panas, energi listrik, atau energi cahaya)
maka elektron yang berada di tingkat energi dasar (ground-state energy level)
dapat tereksitasi (pindah) ke orbit yang tingkat energinya lebih tinggi.
Lalu apa hubungannya dengan teknologi laser?

Gambar 2. Eksitasi elektron ketingkat energi yang lebih tinggi

(Sumber : Aras, 2017)

Elektron yang sudah pindah ke tingkat energi yang lebih tinggi ini
(excited electron) berada dalam keadaan tidak stabil. Elektron ini selalu
berusaha untuk kembali ke keadaan awalnya dengan cara melepaskan
kelebihan energi tersebut. Energi yang dilepaskan berbentuk foton (energi
cahaya) yang memiliki panjang gelombang tertentu (warna tertentu) sesuai
dengan tingkat energinya. Ini yang disebut radiasi atom. Pada lampu senter
atau pun lampu neon biasa, cahaya yang dihasilkan menuju ke segala arah
dan memiliki bermacam panjang gelombang dan frekuensi (incoherent
light). Hasilnya adalah cahaya yang sangat lemah.

Gambar 3. Kembalinya elektron ketingkat energi semula disertai emisi cahaya

(Sumber : Aras, 2017)

3
Sifat-sifat Laser

1. Cahaya koheren, arah gelombang sinar member energi yang continue,


sehingga absorbs dari energi laser sangat besar pengaruhnya terhadap
sel (struktur biologis).
2. Cahayanya hampir ekawarna (monokromatik). Terdiri dari satu jenis
panjang gelombang yaitu spektrum sinar visible yang terdiri dari satu
warna. Sifat ini memberikan stimulus dan menghasilkan respon
biologis dari suatu sel apabila mendapat stimulasi dari laser.
3. Berkas laser memiliki intensitas sangat tinggi, jauh lebih besar dari
cahaya sumber lainnya. Bila dibandingkan dengan sinar pada
umumnya, maka laser sesuai dengan proses pembuatannya mempunyai
frekuensi yang sangat tinggi, sehingga bila dikenakan pada suatu
jaringan maka akan mempunyai sifat merusak (tissue damage).
Sebagai terapi, laser dapat digunakan dengan tujuan : coagulasi
jaringan, pemotong jaringan dan biostimulasi.
4. Berkas laser hampir tidak menyebar (mempunyai satu arah tertentu).
Berkas semacam ini dikirim dari bumi menuju ke cermin pada bulan
oleh ekspedisi Apollo 11, tetap merupakan berkas yang cukup tajam,
sehingga terdeteksi ketika kembali ke bumi, walaupun telah
menempuh jarak total lebih dari tiga per empat juga kilometer. Berkas
cahaya yang ditimbulkan dengan cara lain akan menyebar terlau
banyak.

Gambar 4. Atas. Sinar lampu merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri


dari semua panjang gelombang, sesuai dengan urutannya. Bawah. Sinar laser
bersifat monokromatik (memiliki panjang gelombang yang sama), koheren (sefase
dan berkas cahaya mengalir kearah yang sama), dan collimated (tidak menyebar dan
tidak melemah)
(Sumber : Aras, 2017)

4
C. Biofisika
1. Klasifikasi Laser Beserta Fungsinya :
a. Berdasarkan mediumnya :
Ada berbagai jenis laser. Medium laser bisa padat, gas, cair atau
semikonduktor. Laser biasanya ditentukan oleh jenis bahan yang
digunakan oleh penguatnya
1) Solid-state laser material telah dikuatkan terdistribusi dalam
matriks padat (sepertimruby atau neodymium: yttrium-
aluminium garnet laser yag). Laser neodymium yang
memancarkan cahaya inframerah pada 1.064 nanometer (nm).
Sintetik, lebih baik dari pada yang alami, bahan ini digunakan
untuk memastikan kemurnian suatu medium.
2) Laser gas (helium dan helium-neon(HeNe), merupakan laser gas
yang paling umum memiliki output utama dari lampu infra
merah. CO2 laser memancarkan energi jauh dari infra merah, dan
digunakan untuk memotong material keras.
3) Laser excimer (nama ini berasal dari istilah excited dan dimers)
menggunakan gas reaktif, seperti klorin dan fluorin, dicampur
dengan gas inert seperti argon, kripton atau xenon. Ketika
elektrik dirangsang, molekul pseudo (dimer). Ketika laser dimer
menghasilkan cahaya dalam kisaran ultraviolet.
4) Dye laser menggunakan pewarna organik kompleks, seperti
rhodamine 6g, dalam larutan cair atau suspensi sebagai media
penguat.
5) Semiconductor laser, kadang-kadang disebut dioda laser, laser yg
tidak solid-state. Perangkat elektronik yg menggunakan ini
umumnya sangat kecil dan menggunakan daya yang rendah.
Mereka dapat dibangun menjadi array yang lebih besar, seperti
sumber penulisan dalam beberapa printer laser atau CD player.
6) Chemical laser merupakan jenis laser dengan kekuatan dan
frekuensi tinggi yang digunakan untuk tujuan militer.

5
b. Berdasarkan kekuatan atau frekuensinya :
Laser dapat dikategorikan menjadi berkekuatan tinggi dan rendah,
tergantung dari intensitas energi yang diantar.
1) High-power laser
High-power laser juga disebut sebagai laser “panas” karena
efek termal yang dihasilkan. Jenis ini digunakan dalam dunia
medis, dalam berbagai aspek seperti operasi, adanya
gumpalan/koagulasi, ophthalmologic, dermatologic, oncologic,
dan gangguan peredaran darah. Klasifikasi frekuensi tinggi:

a) Kelas 1, yaitu laser yang tidak merusak


b) Kelas 2, yaitu laser yang merusak jaringan setelah 1000
kontak
c) Kelas 3, yaitu radiasi langsung yang merusak mata
d) Kelas 4, yaitu radiasi langsung atau tidak langsung yang
dapat merusak mata dan kulit
2) Low-power laser
Low-power laser yang juga disebut laser “dingin atau halus”
adalah untuk penyembuhan luka dan mengurangi nyeri, namun
hal ini masih baru didalam dunia medis. Termasuk didalamnya
seperti penanganan cedera tendon atau ligamen, arthritis,
menurunkan tingkat oedem, cedera jaringan luanak, ulcer atau
perawatan luka bakar, menghambat bekas luka, dan acutherapy.

2. Interaksi Biofisis
Apabila laser dikenakan pada jaringan tubuh manusia, akan terjadi
reaksi reaksi yang memberikan efek biologis , yaitu :
a. Interaksi dengan bioplasma (biostimulasi)
Laser dengan stimulasi ringan apabila mengenai permukaan kulit dan
menembus ke dalam sel akan mempengaruhi plasma sel yang juga
akan mengubah ketegangan membran sel. Perubahan ketegangan
membran sel disebabkan oleh adanya frekuensi oscillasi membran
sell, menyebabkan pembebasan ion Ca+, sehingga merangsang

6
prostaglandin dan algogenic untuk menormalkan cedera jaringan yang
melalui reaksi radang dan pada akhirnya proses inflamasi terhambat.
b. Katalisator reaksi (Laser Catalyzed Reaction)
Apabila laser diberi sebagai stimulasi dengan quantum energi yang
sangat tinggi, maka akan terjadi absorbsi foton yang berturut turut dari
laser (sinar merah atau infrared) molekul-molekul dapat berubah
menjadi level energi. Stimulasi tinggi pada laser akan merangsang
reaksi pada mitokondria sel yang memberikan efek terapeutik sesuai
dengan tujuan terapi yang dikehendaki.
c. Frekuensi tinggi memfasilitasi jaringan, kelas 1 laser tidak merusak,
kelas 2 merusak jaringan setelah 1000 kontak, kelas 3 radiasi langsung
merusak mata, dan kelas 4 radiasi langsung atau tidak langsung
merusak mata dan kulit.

D. Neurofisiologi Laser
1. Micro Tissue Damage untuk proses reparasi jaringan lunak
a. Iritasi lokal atau segmental
b. Efek vaskular dan selular
2. Rangsangan pada mitokondria sel menyebabkan sintesis ATP menjadi
ADP akan meningkatdan memacu Ferric sulphide redox system (dalam
mitokondria) yang akan diikuti oleh peningkatan aktivitas sel-sel
magrophage, sel schwann dan firocytes. Dari perubahan aktivitas tersebut
secara keseluruhan apan memberikan efek terapeutik yang sesuai dengan
tujuan terapi yang dikehendaki. ( Laser Catalyzed Reaction)
3. Pain depressor, pengurangan rasa nyeri secara cepat akibat pembebasan
enzim-enzim endhorpin dan reaktivasi sel-sel macrophage. Disamping itu
juga terjadi penurunan oedem, berkurangnya nociceptor sebagai
kelanjutan dari perbaikan sistem mikrovaskuler.

E. Efek yang Dihasilkan oleh Penggunaan Laser


1. Efek fisiologisnya yaitu memperlancar metabolik, vasodilatasi darah, dan
relaksasi, fasilitasi tipe saraf tebal.

7
2. Efek Terapeutik antara lain reparasi radang, mengurangi nyeri, dan
mengurangi spasme otot superfisial, serta mengatasi gangguan sirkulasi.

F. Indikasi dan kontra-indikasi


1. Indikasi :
a. Kerusakan atau gangguan pada kulit (dermatological disorder)
b. Memfasilitasi penyembuhan luka
c. Mengurangi nyeri
d. Meningkatkan tensile strength dari bekas luka
e. Mengurangi jaringan parut
f. Mengurangi inflamasi, proses penyembuhan tulang dan
penyambungan fraktur
g. Gangguan pada jaringan lunak seperti strain, sprain atau RA
h. Kelainan kelainan yang merupakan indikasi terapi melalui trigger
point
2. Kontra-indikasi :
a. Penyinaran langsung pada mata
b. Sekurang-kurangnya 4-6 bulan setelah pemebrian radioterapi
c. Kelenjar endokrin (lokal)
d. Epilepsi, tumor, dan kehamilan

G. Aplikasi Laser dalam Fisioterapi


1. Persiapan penderita dan alat
a. Untuk mengurangi refleksi energi laser, maka area yang diobati
dibersihkan terlebih dahulu dengan alkohol.
b. Untuk mengobati area yang luas maka perlu pembagian area sesuai
dengan probe laser yang mempunyai penampang kurang lebih 1 cm2.
Misalnya area yang diobati adalah 4 cm 2, maka area tersebut dibagi
menjadi 4 bagian yang masing masing mempunyai luas area 1 cm 2
dan penempatan atau aplikasi probe harus tegak lurus dengan area
yang diobati sehingga memberikan nilai absorbsi yang besar.

8
c. Setelah parameter atau pengukuran atau aplikasi ditentukan
berdasarkan pembagian section tadi, maka probe diberikan jarak
sekitar 15 mm diatas permukaan kulit, namun probe tetap tegak lurus
dengan area yang diobati.
d. Pada penatalaksanaan terapi, maka probe dapat ditempatkan pada area
trigger point dengan gerakan lambat pada seluruh area trigger point
(probe yang statis menghasilkan energi densitas 10 kali lebih tinggi).
e. Pada pengobatan kondisi RA sendi maka kontak probe sebanyak
mungkin diletakkan pada garis batas sendi (ruang intra artikular).
2. Dosis
Pada penatalaksanaan terapi dengan laser, maka penentuan dosis
ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a. Frekuensi, frekuensi pengobatan antara 1 kali perhari atau 2-3 kali
perminggu, sesuai dengan keadaan patologi dan hasil terapi yang
diharapkan.
b. Energi densitas (J/cm2)

Energi Densitas =Pancaran rata-rata energi laser (W) x waktu (sec)


area yang disinari (cm2)

Namun, secara umum, energi densitas dibagi menjadi :


1) Minimal : 0,05 sampai 2 J/cm 2, Energi densitas yg lebih rendah
digunakan untuk fase akut dan pada jaringan yang hiper sensibilitas
seperi saraf dan transplantasi kulit
2) Submaksimal-maksimal : lebih dari 2 J/cm2, Energi densitas yg
lebih tinggi digunakan untuk fase sub akut dan kronik dan
kerusakan pada otot, tendon, ligamen, dll.

Dibawah ini tampak rata-rata energi densitas yang dimiliki oleh


gelombang laser :

9
c. Waktu (time), pada penatalaksanaan terapi dengan laser, maka sebagai
pedoman pengambilan waktu adalah 1 menit/cm2.
d. Keadaan patologi dari suatu kondisi, perlu mempertimbangkan faktor
stadium dari suatu kelainan serta aktualitasnnya, struktur jaringan
yang dituju, luas area yang diobati, dan kedalamam jaringan yang
dituju.

H. Praktek
1. Persiapan alat
2. Persiapan pasien
3. Teknik pelaksanaan
4. Evaluasi

10
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Laser (Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation) merupakan
alat yang dapat memancarkan cahaya (gelombang radioelektromagnetik) pada
daerah infrared, visible atau ultraviolet. Laser dibagi menjadi dua berdasarkan
kekuatan atau frekuensinya yaitu high-power laser dan low-power laser.
Dimana low-power laser lebih dianjurkan untuk terapi karena sifatnya yang
dingin dan halus dapat menyembuhkan luka dan mengurangi nyeri.

B. Saran
Pemberian modalitas Laser (Light Amplification by Stimulated Emission of
Radiation) untuk terapi, perlu memperhatikan kondisi patofisiologi pasien
dengan teliti karena nantinya akan berpengaruh dengan dosis yang akan
diberikan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Alex, Ward. Biophysical Bases of Electrotherapy. 1997. Butterworth Heinemann.


Elsevier.

Djohan Aras. 2015. Cara Belajar Elektroterapi. Makassar


Djohan Aras. 2013. Elektroterapi untuk Fisioterapi. Makassar

Low, John, dkk. Physical Principles Explained. 1997. Butterworth Heinemann.


Elsevier.

Prentice ,William E. Therapeutic modalities of Physical Therapy. 2002. The


McGraw-Hill Companies, Inc.

Siregar, Haris.dkk. Neurofisiologi . 1995. Bagian Ilmu Faal. Fakultas Kedokteran


Universitas Hasanuddin.

Val, Robertson, dkk. Elektroyherapy Explained, Principle and Practice. 1997.


Elsevier.

Zebua, R Syukur. Jenis Laser yang Digunakan sebagai Modalitas Fisioterapi.


2011. Medan

12

Anda mungkin juga menyukai