Prinsip proteksi radiasi berdasarkan Basic Safety Standard (BSS) 115*) terdiri atas 3 unsur yaitu:
a. Justifikasi
Justifikasi adalah semua kegiatan yang melibatkan paparan radiasi hanya dilakukan jika
menghasilkan nilai lebih atau memberikan manfaat yang nyata (azas manfaat). Justifikasi
dari suatu rencana kegiatan atau operasi yang melibatkan paparan radiasi dapat ditentukan dengan
mempertimbang-kan keuntungan dan kerugian dengan menggunakan analisa untung-rugi untuk
meyakinkan bahwa akan terdapat keun-tungan lebih dari dilakukannya kegiatan tersebut.
b. Optimasi
Pada optimasi semua paparan harus diusahakan serendah yang layak dicapai (As Low As
Reasonably Achievable - ALARA) dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Syarat ini
menyatakan bahwa kerugian/kerusakan dari suatu kegiatan yang melibatkan radiasi harus ditekan
serendah mungkin dengan menerapkan peraturan proteksi. Dalam pelaksanaannya, syarat ini dapat
dipenuhi misalnya dengan pemilihan kriteria desain atau penentuan nilai batas/tingkat acuan bagi
tindakan yang akan dilakukan.
c. Pembatasan
Pada pembatasan semua dosis ekivalen yang diterima oleh seseorang tidak boleh
melampaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah ditetapkan. Pembatasan dosis ini
dimaksud untuk menjamin bahwa tidak ada seorang pun terkena risiko radiasi baik efek
sotakastik maupun efek deterministik akibat dari penggunaan radiasi maupun zat
radioaktif dalam keada-an normal.
Pengelolaan limbah
Limbah cair yang di bawah batas pelepasan dapat dibuang ke lingkungan. Pelepasan limbah cair oleh
fasilitas di bawah pengawasan Bidang Keselamatan dan Lingkungan - PTLR setelah dilakukan
analisis dan didokumentasikan dalam bentuk berita acara.
Limbah cair yang mengandung zat radioaktif dalam jumlah yang lebih besar dari batas
baku tingkat radioaktivitas lingkungan, tidak dibuang ke saluran pembuangan. Limbah
cair ini ditampung dalam wadah penampungan sesuai jenis dan tingkat aktivitasnya.
Penghasil limbah tidak diperkenankan untuk melakukan pengenceran limbah cair yang
berlawanan dengan prinsip pemekatan dalam pengolahan limbah.
Pengumpulan limbah radioaktif cair dari tempat asalnya sampai ke wadah penyimpanan adalah
tanggung jawab peng-hasil limbah. Limbah cair radioaktif dalam wadah ini akan diam-bil oleh petugas
pengolahan limbah sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ditetapkan. Limbah dibawa dengan
angkut-an khusus (truk tangki limbah cair) ke tempat pengolahan limbah setelah dilakukan koordinasi.
Secara umum limbah yang ditampung tersebut harus-lah diketahui:
a. Jenis kandungan Radionuklida dan aktivitasnya.
b. Asal limbah
c. Volume larutan/berat.
d. Paparan radiasi.
e. Keasaman/pH
f. Konduktivitas
Keterangan tentang limbah ini harus dicantumkan pada tiap wadah dan menjadi tanggung jawab tiap
unit kerja.
8.3.2 Limbah Radioaktif Padat
Limbah padat yang berasal dari kegiatan instalasi nuklir dapat berupa limbah yang mengandung zat
radioaktif dan yang tidak mengandung zat radioaktif.
Dalam penempatan limbah radioaktif padat hendaknya dilakukan klasifikasi oleh petugas dan diawasi
oleh petugas proteksi radiasi unit kerja terkait. Klasifikasi limbah radioaktif padat dilakukan oleh
penghasil limbah dan kemudian dikelompokkan berdasarkan karakteristik limbah radioaktif yang
meliputi:
a. Aktivitas
b. Waktu paro
c. Jenis radionuklida
d. Bentuk fisik dan kimia
e. Sifat racun
f. Asal limbah radioaktif