ORGAN LEHER
Disusun oleh:
2020
KATA PENGANTAR
Kami ucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan limpahnya kelompok kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul ”Anatomi dan Fisiologi Bagian Leher” yang merupakan bagian dari tugas
praktikum Ilmu Kedokteran Dasar Blok V.
Dalam penyusunan makalah ini kami mendapat banyak bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih kepada:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana
berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni
salah satunya bagian leher yang mempunyai peranan sangat besar. Selain itu, leher
merupakan bagian tubuh yang paling unik karena terdiri dari beberapa sendi kompleks
yang di lalui oleh saraf, pembuluh darah, otot-otot, tendon, dan ligamentnya, yang
memungkinkan leher bergerak secara kompleks. Di samping itu leher juga daerah yang
paling banyak mendapat ketegangan atau stress, baik waktu istrahat maupun saat
bekerja serius, misalnya sewaktu duduk di kantor sepanjang hari dengan posisi duduk
atau kursinya kurang nyaman, hal ini akan mempercepat terjadinya nyeri leher
utamanya pada otot ekstensor yang berperan besar dalam mempertahankan postur leher
dan menopang kepala, akibatnya otot ekstensor cervical sering mengalami gangguan
berupa spasme atau tightness yang memicu terjadinya nyeri pada leher.
“(Ariotejo, 2010)”
B. Tujuan
C.Manfaat
D. Rumusan Masalah.
PEMBAHASAN
I. Anatomi Leher
Pada daerah leher terdapat beberapa ruang potensial yang dibatasi oleh fasia
servikal. Fasia servikal dibagi menjadi dua yaitu fasia superfisial dan fasia profunda.
Kedua fasia ini dipisahkan oleh otot plastima yang tipis dan meluas ke anterior leher.
Otot platisma sebelah inferior berasal dari fasia servikal profunda dan klavikula serta
meluas ke superior untuk berinsersi di bagian inferior mandibular.
.(Gadre AK, Gadre KC, 2006)
Gambar 2.1 Potongan aksial leher setinggi orofaring (Gadre AK, Gadre KC, 2006)
Gambar 2.2 Potongan obliq leher (Gadre AK, Gadre KC, 2006)
1. lapisan superfisial
2. lapisan tengah
3. lapisan dalam
1. ruang retrofaring
3. ruang prevertebra.
B. Ruang suprahioid terdiri dari:
1) ruang submandibula
2) ruang parafaring
3) ruang parotis
4) ruang mastikor
5) ruang peritonsil
6) ruang temporalis
Gambar 2.3 Potongan Sagital Leher (Gadre AK, Gadre KC, 2006).
Abses adalah kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di
sebuah kavum jaringan karena terjadinya proses infeksi ,paling sering bakteri dan
parasit. Selain itu , dapat juga disebabkan oleh adanya benda asing seperti : serpihan ,
jarum dan sebagainya. Proses ini merupakan mekanisme pertahanan jaringan dalam
upaya mencegah penyebaran atau perluasan daerah infeksi ke bagian lain dari tubuh
(DORLAND).
2.3 Epidemiologi
2.4 Patogenesis
Pola kuman penyebab abses leher dalam berbeda sesuai dengan sumber
infeksinya. Infeksi yang berasal dari orofaring lebih banyak disebabkan kuman flora
normal di saluran nafas atas seperti streptokokus dan stafilokokus. Infeksi yang
berasal dari gigi biasanya lebih dominan kuman anaerob seperti, Prevotella,
Fusobacterium spp. Penyebaran abses leher dalam dapat melalui beberapa jalan yaitu
hematogen, limfogen, dan celah antar ruang leher dalam. Beratnya infeksi tergantung
dari virulensi kuman, daya tahan tubuh dan lokasi anatomi.Infeksi dari submandibula
dapat meluas ke ruang mastikor kemudian ke parafaring. Perluasan infeksi ke
parafaring juga dapat langsung dari ruang submandibula. Selanjutnya infeksi dapat
menjalar ke daerah potensial lainnya. (Brook I, 2002; Parchiscar A, 2001)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Saran yang bisa kami sampaikan adalah untuk memahami organ leher
maka dapat dipelajari secara mendalam melalui ilmu anatomi dan fisiologi.
Sering mencari referensi dengan membaca buku,artikel ataupun browsing di
internet. Selain dapat memahami anatomi fisiologi leher,kita dapat menerapkan
gaya hidup sehat agar organ leher kita terhindar dari berbagai penyakit
sehingga tetap sehat dan dapat melaksanakan fungsinya dengan semestinya.
DAFTAR PUSTAKA
22(60), p.139-184.
Ballenger ,J.J.1991. Infection of the facial space of neck and floor of the mouth. In:
Ballenger JJ editors. Diseases of the nose, throat, ear, head and neck.15th
Gadre AK, Gadre KC. “Infection of the deep Space of the neck. ”Otolaryngology
81.
Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. Biokimia harper (27 ed.). Jakarta:
Quinn ,F.B, Buyten, J.2005. Deep neck Space and Infection. PresentationUTMB,
Dept. of Otolaryngology.
Sakaguchi ,M., Sato ,S., Ishiyama, T., Katsuno ,T., Taguchi ,K.1997. characterization
p.131-134.
no.3