Anda di halaman 1dari 58

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Praktek Kerja Lapangan I (PKL I) yang dilaksanakan di RSUD

Andi Makkasau Parepare pada tanggal 19 November – 29 Desember

2018 selama 6 Minggu yang merupakan suatu proses belajar mengajar

yang merupakan wahana pengembangan wawasan dan skill

mahasiswa pendidikan tenaga kesehatan yang menghasilkan tenaga

kesehatan, siap pakai yang dapat memberikan pelayanan kesehatan

dalam hal penatalaksaan Teknik Radiografi secara mandiri di rumah

sakit. (Arya, 2018)

Radiologi RSUD Andi Makkasau Parepare terdapat beberapa

Teknik pemeriksaan yang dilakukan baik pemeriksaan Non Kontras

meliputi pemeriksaan Toraks, Cranium, Abdomen 3 posisi,

Lumbosacral, Pelvis, Cervical, Cranium, Ekstremitas Atas, dan

Eksrtremitas Bawah. Dan pemeriksaan Kontras yaitu pemeriksaan

Colon In Loop, BNO-IVP, dan OMD (Oesofagus Maag Duodenum).

Adapun kasus yang banyak dijumpai selama praktek di

Radiologi RSUD Andi Makkasau Parepare yaitu Fraktur akibat

kecelakaan Lalu Lintas salah satunya fraktur pada Os Humerus.

Pemeriksaan Os Humerus pada kasus fraktur tergolong sulit karena

biasanya pasien dalam keadaan emergency.


2

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang

umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Sedangkan dalam buku

Nursing Care Plans & Documentacion menyebutkan bahwa Fraktur

adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal

yang dating lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. (Lynda

Juall Carpenito, 1999)

Menurut Ballinger Philip W, Eugene D. Frank, dkk 1999 dalam

Buku Merril’s Atlas Of Radiographic Positions & Radiologic Procedures,

Tenth Edition, Volume One. Saint Louis : Mosby, pemeriksaan radiologi

Os Humerus terdapat proyeksi Anterior Posterior (AP) dan Lateral atau

sesuai dengan permintaan dokter yang tertera di pengantar foto.

( Eugene D. Frank, dkk, 2003)

Tindakan Radiologi Pemerikaan Os Humerus di Radiologi

RSUD Andi Makkasau Parepare dalam membantu penegakan

diagnosa biasanya menggunakan 2 proyeksi rutin yaitu Proyeksi AP

dan Lateral, oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui teknik

pemeriksaan yang dilakukan petugas radiologi dan membahasnya

sebagai laporan kasus yang berjudul “Teknik Pemeriksaan Radiografi

Os Humerus Pada Kasus Fraktur 1/3 Distal”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Teknik Pemeriksaan Os Humerus pada kasus Fraktur

1/3 Distal di RSUD Andi Makkasau Parepare ?


3

2. Bagaimana Hasil Radiograf Os Humerus kada kasus Fraktur 1/3

distal di RSUD Andi Makassau Parepare?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui Teknik Pemeriksaan Os Humerus pada kasus

Fraktur 1/3 distal di RSUD Andi Makassau Parepare.

b. Untuk mengetahui Hasil Radiograf Os Humerus kada kasus

Fraktur 1/3 distal di RSUD Andi Makassau Parepare

2. Tujuan Khusus

a. Untuk memperdalam pengetahuannya tentang Anatomi, Fisiologi

dan Patologi Os Humerus

b. Untuk memperdalam pengetahuannya mengenai Fraktur, jenis-

jenis fraktur berdasarkan garis patah maupun lokasinya.

c. Untuk Mengetahui prinsip-prinsip dasar Teknik Pemeriksaan

Fraktur Os Humerus.

d. Untuk memenuhi salah satu tugas Praktek Kerja Lapangan (PKL I)

Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO)

Muhammadiyah Makassar yang dilaksanakan di RSUD Andi

Makassau Parepare.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Praktis

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca


4

tentang pelaksanaan Pemeriksaan Os Humerus pada kasus Fraktur

1/3 Distal.

2. Manfaat Ilmiah

Dapat menjadi sumber referensi bagi mahasiswa dan peneliti tentang

Teknik Pemeriksaan Os Humerus pada kasus Fraktur 1/3 Distal.

3. Manfaat Institusi

Dapat memberikan masukan dan saran yang berguna bagi Institusi

dalam hal ini Rumah Sakit mengenai Teknik Pemeriksaan Os

Humerus pada kasus Fraktur 1/3 Distal.

4. Manfaat Masyarakat

Dapat membantu masyarakat dalam menambah wawasan dan

pengetahuan terhadap pemanfaatan dalam menegakkan diagnosa.


5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Lokasi PKL I

1. Tinjauan Umum RSUD Andi makkasau parepare

RSUD Andi Makkasau kota Parepare merupakan salah satu

rumah sakit pemerintah yang di bangun dengan bantuan Bank dunia

pada tahun 1985, serta mulai di operasionalkan pada tanggal 1 juli

1987, dan di resmikan pemakainya pada tanggal 18 oktober 1988

oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Pada saat di resmikan, RSUD Andi Makkasau kota Parepare

merupakan, rumah sakit tipe kelas C yang secara teknis admistrasi

maupun secara teknis operasional bertanggung jawab kepada

walikota parepare melalui sekretaris daerah kota Parepare, serta

merupakan rumah sakit rujukan dari beberapa kabupaten/kota

disekitarnya, utamanya dari kabupaten/kota di bagian utara provensi

sulawesi selatan dan kabupaten/kota di provensi sulawesi barat

Pada tanggal 10 januari 2005, rumah sakit umum daerah andi

makkasau kota parepare telah berhasil memperoleh sertifikat

akreditasi penuh tingkat dasar oleh tim komite akreditasi rumah sakit

untuk 5 jenis pelayanan, antara lain :pelayanan administrasi,

pelayanan medis, pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan

dan pelayan rekam medis.


6

Pada tanggal 9 februari 2007, RSUD Andi Makkasau kota

parepare berhasil memperoleh akreditasi penuh tingkat lanjutan oleh

tim komite akreditasi rumah sakit 12 jenis pelayanan, antara lain :

pelayan administrasi, pelayanan medis, gawat darurat, keperawatan,

rekam medis, bedah sentral, pelayanan perinatal, labolatorium,

radiologi, farmasi, pelayanan gizi, serta kesehatan dan keselamatan

kerja

Pada tanggal 29 juli 2008, RSUD Andi Makkasau kota

Parepare di tunjukan oleh Depertemen Kesehatan Republik

Indonesia sebagai rumah sakit model akreditasi Indonesia dari 6

(enam) rumah sakit yang di tunjukan sebagai rumah sakit model

akreditasi di Indonesia.

Dan pada tanggal 31 oktober 2008, RSUD Andi Makkasau

Kota Parepare mendapatkan piagam penghargaan Citra Pelayanan

Prima dari Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.

Dalam perkembangaan lebih lanjut, RSUD Andi Makkasau

Kota Parepare sebagai salah satu rumah sakit rujukan di Provinsi

Sulawesi Selatan, Maka pada tanggal 7 mei 2009, RSUD Andi

Makkasau Kota Parepare di naikan statusnya menjadi rumah sakit

tipe B Non pendidikan berdasarkan keputusan Menteri kesehatan

Republik Indonesia.
7

Pada tanggal 3 November 2010, RSUD Andi Makkasau Kota

Parepare menerapkan pola pengelolaan keuangan BLUD Tingkat

penuh berdasarkan keputusan walikota Nomor 475 tahun 2010..

Dari segi pembangunan fisik gedung, pada tahun 2000 di

bangun penambahan gedung perawatan bedah serta gedung

farmasi (apotek). Pada tahun 2003 dibangun gedung pusat

pelayanan jantung (cardiac center) Andi Mallarangeng. Pada tahun

2005 penambahan gedung VIP ROOM Dengan kapasitas 18

ruangan. Tahun 2010 penambahan gedung Ruang Rawat Inap Kelas

III Untuk pasien miskin serta renovasi Instalasi Gawat Darurat.

Tahun 2011 pergantian pimpinan RS dari direktur dr.Andi

Besse Dewagong M.Kes oleh PLT direktur dr. H. Jamal sahil M.Kes.

Renovasi Gedung Labolatorium, kamar Bersalin dan Radiologi. Pada

tahun 2012 Pembangunan Gedung VIP Baru. Tahun 2014

pergantian PLT direktur dari dr. Hj. H. Jamal sahil M.kes ke direktur

baru dr. Hj. Kamaruddin Said SpB. M.Kes. Tahun 2015 bulan mei

direktur dr. H. kamaruddin said SpB, M.Kes. meninggal dunia, dan

digantikan oleh PLT, Direktur dr. yamin.

Tahun 2017 bulan Mei pergantian PLT Direktur dari dr. Yamin

ke dr. Hj. Renny Anggraeni Sari, M.Kes, MARS Sampai Sekarang.

Dan dilakukannya Renovasi di ruangan Cardiac Center, farmasi,

manajemen, poli klinik, Radiologi, bougenvill, pembangunan UGD

baru, dan kamar bersalin. Tahun 2018 dilakukan renovasi ruangan


8

perawatan nusa indah dan kamar jenazah. (Diskominfo Parepare,

2017)

Gambar 2.1 Denah Rumah Sakit RSUD Andi Makkasau Parepare

Adapun Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Andi makkasau

parepare adalah sebagai berikut :

1) MOTTO : Keselamatan pasien yang lebih utama

2) VISI : Menjadi pusat Pelayanan kesehatan dan

pendidikan yang unggul dan berstandar

internasional.

3) MISI :

a) Memberikan pelayanan yang bermutu dan berorientasi

kepada pelanggan.

b) Meningkatkan daya saing rumah sakit melalui

pengembangan pelayanan unggulan.

c) Menyelenggarakan pelayanan pendidikan, pelatihan dan

penilitian kesehatan.
9

d) Mewujudkan tata kelola rumah sakit yang profesional dan

transparan.

2. Tinjauan Umum Unit Radiologi RSUD Andi Makkasau Parepare

Dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang berkembang

cukup pesat termasuk dalam bidang kesehatan Rumah Sakit Umum

Daerah Andi Makkasau Parepare merupakan salah satu rumah sakit

yang mengikuti perkembangan, demi terwujudnya pendiagnosaan

penyakit pada pasien dengan akurat maka rumah sakit ini telah

melengkapi pelayanannya yang menggunakan jasa rongen di bagian

Ruang Radiologi, selain itu di sediakan pula alat lainnya seperti alat

Ultrasonografi (USG), dan sebuah alat Computer Tomography Scan

(CT scan). Terkhusus di ruang Radiologi Konvensional mulai dari

ruangan paling depan yang berfungsi sebagai ruang administrasi

yang terstruktur dengan baik.

Instalasi Radiologi terkhusus pemeriksaan radiografi

konvensional dan Mobile RSUD Andi Makkasau Parepare, di

dalamnya terdapat delapan ruangan yang tiga di antaranya di

gunakan untuk melakukan pemeriksaan radiografi, dua ruangan di

gunakan sebagai ruangan processing dengan menggunakan alat

Computer Radiology (CR) dan processing automatic dan dua

ruangan lagi untuk ruangan pemeriksaan USG dan satu ruangan

untuk pemeriksaan CT Scan.


10

Tabel 2.1 Rekapitulasi Tindakan Pemeriksaan Radiologi di RSUD


Andi Makkasau Parepare Periode 19 Nov- 29 Des 2018

NO. JENIS PEMERIKSAAN TARGET REALISASI %


1 Ossa Manus 3 3 100
2 Wrist Joint 3 2 66
3 Ossa Antebrachi 3 7 233
4 Os Humerus 3 4 133
5 Os Clavicula 3 5 166
6 Ossa Pedis 3 7 233
7 Ankle Joint 3 5 166
8 Ossa Cruris 3 9 300
9 Genu 3 10 333
10 Os Femur 3 12 400
11 Pelvis 3 3 100
12 Thorax 25 128 512
13 Cranium 3 6 200
14 Mandibula 2 1 50
15 Maxilla 1 1 100
16 Basis Crani 1 1 100
17 Cervical 5 2 40
18 Thoracal 2 1 50
19 Thoracolumbal 2 2 100
20 Lumbosacral 3 11 366
21 Abdomen 3 5 166
22 Colon In Loop 2 1 50
Sumber : Data Primer, 2018

Dari tabel 1 di atas menunjukkan bahwa di RSUD Andi

Makksau Parepare Pada periode 19 November - 29 Desember 2018

terdapat 22 macam tindakan pemeriksaan. Dimana pemeriksaan

Thorax foto adalah sebanyak 128 kasus atau 512 % dari target,

kemudian disusul pemeriksaan Os Femur yaitu 12 kasus atau 400

%, Lumbosacral 11 kasus atau 366 %, Genu 10 kasus atau 333 %,

Ossa Cruris 9 atau 300 % sedangkan pemeriksaan yang paling

sedikit adalah Pemeriksaan Ossa Antebrachi, Ossa Pedis, Cranium,

Os Clavicula, Ankle Joint, Abdomen, Os Humerus, Ossa Manus,


11

Pelvis , Wrist Joint, Cervical, Thoracolumbal, Colon in loop, dan

Thoracal sebanyak 1 kasus atau sebesar 50 % dari target.


12

B. Tinjauan Umum Tentang Anatomi, Fisiologi dan Patologis

1. Anatomi Os Humerus

Humerus atau tulang pangkal lengan ada sepasang dan

berbentuk tulang panjang dan terletak pada brachium. Humerus

berartikulasi dengan scapula di proksimal dan dengan radius ulna

di distal. Humerus dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proksimal

humeri, shaft humeri dan distal humeri (Maurice, 1997).

a. Proksimal

Pada proksimal humeri, terdapat caput humeri yang setengah

bulat dan dilapisi oleh tulang rawan. Caput humeri merupakan

bagian humerus yang berartikulasi dengan kavitas glenoidalis

yang merupakan bagian scapula. Arah caput humeri serong

mediosuperior dan sedikit posterior. Caput humeri dipisahkan

dengan struktur di bawahnya oleh collum anatomicum (Subagyo,

2002).

b. Shaft/ Medial

Shaft humeri memiliki penampang melintang berbentuk segitiga.

Permukaan shaft humeri dapat dibagi menjadi facies anterior

medialis, facies anterior lateralis dan facies posterior. Pertemuan

facies anterior medialis dengan facies posterior membentuk

margo medialis. Margo medialis ke arah distal makin menonjol

dan tajam sebagai crista supracondilaris medialis. Pertemuan

facies anterior lateralis dengan facies posterior membentuk


13

margo lateralis. Margo lateralis ini juga ke arah distal makin

menonjol dan tajam sebagai crista supracondilaris lateralis.

Dipertengahan sedikit proksimal facies anterior lateralis

didapatkan tuberositas deltoidea. Di posterior dari tuberositas

deltoidea dan di facies posterior humeri didapatkan sulcus nervi

radialis (sulcus spiralis) yang berjalan. (Karna Bramantya Made,

2018)

c. Distal

Ujung bawah Humerus lebar dan agak pipih. Pada bagian paling

bawah terdapat permukaan sendi yang dibentuk bersama tulang

lengan bawah. Troklea yang terletak disisi sebelah dalam

berbentuk gelendong benang tempat persendian dengan Ulna,

dan disebelah luar terdapat kapitulum yang bersendi dengan

Radius. (Pearce, Evelyn C, 2018)

Gambar 2.2 Anatomi Os Humerus


(Manurung Evan, 2014)
14

2. Fisiologi

a. Memberi kekuatan pada kerangka tubuh.

b. Tempat melekatnya otot.

c. Melindungi organ penting.

d. Tempat pembuatan sel darah.

e. Tempat penyimpanan garam mineral. (Julius, 2017)

3. Patologi

a. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang umumnya

disebabkan radupaksa. Fraktur berarti deformasi atau

diskontinuitas dari tulang oleh tenaga yang melebihi kekuatan

tulang. (Julius, 2017)

1) Jenis-jenis Fraktur

a) Fraktur tertutup disebut juga fraktur simple oleh karena

tulang yang patah tidak tampak dari luar.

b) Fraktur Terbuka disebut juga fraktur majemuk yaitu tulang

yang patah tampak dari luar karena tulang telah menembus

kulit atau kulit mengalami robekan.

2) Menurut Bentuk Fraktur

a) Fraktur Komplit yaitu patah tulang yang luas sehingga

tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya

menyeberang dari satu sisi ke sisi lain serta mengenai

seluruh korteks.
15

b) Fraktur Inkomplit yaitu patah dengan garis patah tidak

menyeberang sehingga tidak mengenai korteks.

c) Fraktur Kominutif/ Cominuted yaitu fraktur yang

mengakibatkan tulang terbagi menjadi beberapa bagian,

tetapi masih berada dalam otot.

d) Fraktur Greenstick yaitu fraktur yang tidak memisahkan

tulang menjadi dua bagian. (Achmad Rusman, 2018)

b. Fisura adalah retak pada tulang, dapat diperbaiki karena

periosteum akan membentuk kalus (sambungan)

c. Dislokasi adalah sendi bergeser dari kedudukan semula.

d. Artritis adalah peradangan pada satu atau beberapa sendi dan

kadang-kadang  posisi tulang mengalami perubahan.

e. Osteoartriris yaitu suatu penyakit kemunduran, sendi tulang

rawan menipis dan mengalami degenerasi.

f. Osteoporosis yaitu pengeroposan tulang yang terjadi karena

kekurangan hormon shingga tulang mudah patah dan rapuh.

(Satria Rizha, 2019)


16

C. Tinjauan Umum Teknik Pemeriksaan

Menurut Ballinger Philip W, Eugene D. Frank, dkk 1999 dalam

Buku Merril’s Atlas Of Radiographic Positions & Radiologic

Procedures, Tenth Edition, Volume One. Saint Louis : Mosby,

pemeriksaan radiologi Os Humerus terdapat proyeksi Rutin dan

tambahan. Untuk proyeksi Rutin yaitu Antero Poterior (AP) dan Lateral

sedangkan proyeksi tambahan yaitu Proyeksi Proyeksi Lateral

Decubitus. (Eugene D. Frank dkk, 1999)

 Tujuan pemeriksaan Os Humerus : Untuk mengetahui

struktur Os Humerus dengan proyeksi tertentu beserta kelainan yang

mungkin ada pada daerah tersebut. 

Prosedur Pemeriksaan :

1. Mengidentifikasi klinis / indikasi pemeriksaan

2. Memilih teknik radiografi yang tepat

3. Memberikan instruksi kepada pasien

4. Melepas benda-benda yang dapat mengganggu pemeriksaan

Adapun Teknik Pemeriksaan Umum Os Humerus ialah sebagai

berikut :

1. Proyeksi Antero Posterior (AP) Errect

a. Posisi Pasien : Dalam posisi duduk tegak atau kedudukan

posisi menghadap x-ray tabung.


17

b. Posisi Objek : Sesuaikan ketinggian kaset untuk

menempatkan margin atasnya sekitar 1,5

Inche (3,8 cm) di atas kepala humerus,

Rentangkan lengan sedikit dan supinasikan

tanga dan epicondylus harus sejajar

dengan bidang kaset.

c. Central Point : Pada pertengahan os humerus

d. Central Ray : Tegak lurus terhadap kaset

e. FFD : 90 cm

f. Kaset                     : 24 x 30 dibagi dua

g. Kriteria Radiograf  :

1) Tampak elbow dan shoulder joint

2) Pada epicondylus tidak ada rotasi dan tidak saling

superposisi

3) Tuberositas mayor tidak saling superposisi.

Gambar 2.3 Proyeksi Antero Posterior (AP) Errect Os Humerus


(Eugene D. Frank dkk, 1999)
18

Gambar 2.4 Hasil Radiograf proyeksi Antero Posterior (AP) Errect


Os Humerus (Eugene D. Frank dkk, 1999)

2. Proyeksi Antero Posterior (AP) Recumbent

a. Posisi Pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan

b. Posisi Objek : Lengan atas dan lengan bawah lurus dan

memanjang pada pertengahan kaset,

dengan elbow dan shoulder joint termasuk

ke dalam kaset dan diatur true anterior

posterior.

c. Central Point : Pada pertengahan os humerus

d. Central Ray : Tegak lurus terhadap kaset

e. FFD : 90 cm

f. Kaset                     : 24 x 30 dibagi dua

g. Kriteria Radiograf  :

1) Tampak elbow dan shoulder joint


19

2) Pada epicondylus tidak ada rotasi dan tidak saling

superposisi

3) Tuberositas mayor tidak saling Superposisi

Gambar 2.5 Proyeksi Antero Posterior (AP) Recumbent Os Humerus


(Eugene D. Frank dkk, 1999)

Gambar 2.6 Hasil Radiograf proyeksi Antero Posterior (AP) Recumbent


Os Humerus (Eugene D. Frank dkk, 1999)

3. Proyeksi Lateral Errect

a. Posisi Pasien : Pasien posisi errect di depan stand kaset

b. Posisi Objek : Tempatkan margin atas kaset kira-kira 1,5

inci (3,8 cm) di atas tingkat kepala


20

humerus, putar lengan secara internal,

tekuk siku sekitar 90 derajat, dan letakkan

tangan anterior pasien di pinggul. Ini akan

terjadi humerus dalam posisi lateral.

c. Central Point : Pada pertengahan Os Humerus

d. Central Ray : Tegak lurus terhadap kaset

e. FFD : 90 cm

f. Kaset             : 24 x 30 dibagi dua

g. Kriteria Radiograf  :

1) Tampak elbow dan shoulder joint

2) Epicondylus saling superposisi

3) Tuberositas mayor superposisi dengan humerus head

Gambar 2.7 Proyeksi Lateral Errect Os Humerus


(Eugene D. Frank dkk, 1999)
21

Gambar 2.8 Hasil Radiograf proyeksi Lateral Errect Os Humerus


(Eugene D. Frank dkk, 1999)

4. Proyeksi Lateral Recumbent

a. Posisi Pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan

b. Posisi Objek : Lengan endorotasi sehuingga telapak

tangan menghadap kemedial elbow joint

horizontal jika pasien supine dan kaset

vertical jika pasien erect.

c. Central Point : Pada pertengahan Os Humerus

d. Central Ray : Tegak lurus terhadap kaset

e. FFD : 90 cm

f. Kaset                     : 24 x 30 dibagi dua

g. Kriteria Radiograf  :

1) Tampak elbow dan shoulder joint


22

2) Epicondylus saling superposisi

3) Tuberositas mayor superposisi dengan humerus head

Gambar 2.9 Proyeksi Lateral Recumbent Os Humerus


(Eugene D. Frank dkk, 1999)

Gambar 2.10 Hasil Radiograf proyeksi Lateral Recumbent Os Humerus


(Eugene D. Frank dkk, 1999)

5. Proyeksi Lateral Decubitus

a. Posisi Pasien : Tidur miring  (lateral), dengan tepi yang

tidak difoto dekat meja pemeriksaan


23

b. Posisi Objek : Os humerus lurus di samping tubuh,

articulatio cubiti full fleksio, ossa manus

prone didepan articulatio humeri dari tepi

yang difoto. Kaset horizontal diletakkan di

antara Os Humerus dan tubuh dengan

salah satu tepinya sejauh mungkin masuk

ke dalam pangkal Os  Humerus diatur

memanjang  pada garis tengah film,

dengan Articulatio Cubiti termasuk

kedalamnya, Ossa Antebrachi prone diatas

kaset.

c. Central Point : Pertengahan Os Humerus

d. Central Ray : Diarahkan ke tengah kaset yang hanya

memaparkan Humerus Distal

e. FFD : 90 cm

f. Kaset               : 24 x 30 cm

g. Kriteria Radiograf   :

1) Tampak Distal Humerus

2) Epicondylus saling superposisi


24

Gambar 2.11 Proyeksi Lateral Decubitus Os Humerus


(Eugene D. Frank dkk, 1999)

Gambar 2.12 Hasil Radiograf proyeksi Lateral Decubitus Os Humerus


(Eugene D. Frank dkk, 1999)
25

D. Tinjauan Umum Tentang Proteksi Radiasi

Proteksi radiasi atau fisika kesehatan dan keselamatan radiasi

adalah Suatu cabang ilmu keselamatan manusia maupun lingkungan

dan berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada seseorang

atau sekelompok orang ataupun kepada keturunannya terhadap

kemungkinan yang merugikan kesehatan akibat paparan radiasi.

(Saputra Kurniawan, 2014). Adapun Asas-asas proteksi radiasi yaitu:

1. Asas Justifikasi (Pembenaran)

  Suatu pemanfaatan harus dapat dibenarkan jika

menghasilkan keuntungan bagi satu atau banyak individu dan

bagi

masyarakat terpajan untuk mengimbangi kerusakan radiasi yang

ditimbulkannya. Kemungkinan dan besar pajanan yang

diperkirakan timbul dari suatu pemanfaatan harus diperhitungkan

dalam proses pembenaran. (Hiswara Eri, 2015)

2. Asas limitasi

Penerimaan dosis oleh seseorang tidak boleh melampaui

nilai batas dosis yang ditetapkan Badan Pengawas (BP). Yang

dimaksud nilai batas dosis disini adalah dosis radiasi yang

diterima dari penyinaran eksterna dan interna selama 1 (satu)


26

tahun dan tidak bergantung pada laju dosis. (Fadhila Noor Soraya,

2011)

3. Asas Optimasi

Penerapan optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi

pasien belum dilakukan sehingga tidak dapat mengetahui dosis

radiasi yang diterima oleh pasien, apakah sudah melebihi

pembatas dosis yang ditetapkan, tetapi menggunakan prinsip

ALARA (As Low As Reasonably Achieveble) yaitu dengan waktu

sesingkat mungkin mendapatkan radiograf yang berkualitas dan

pasien menerima paparan radiasi serendah mungkin. (Dianasari

Tri dan Koesyanto Herry, 2017)

Adapun Nilai Batas Dosis (NBD) bagi pekerja radiasi dan

masyarakat umum yang telah ditetapkan oleh Badan Pengawas

Tenaga Nuklir (BAPETEN) yaitu :

Tabel 2.2 Nilai Batas Dosis (NBD) bagi Pekerja Radiasi


dan Masyarakat Umum

PEKERJA MASYARAKAT
APLIKASI
RADIASI UMUM
Dosis Efektif 20 mSv per tahun,
dirata-ratakan
1 mSv per tahun
selama peridode 5
tahun
Dosis Ekivalen tahunan pada :
Lensa Mata 20 mSv 15 mSv
Kulit 500 mSv 50 mSv
Tangan dan Kaki 500 mSv -
Sumber : Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir, 2013

Dari tabel 2 di atas menunjukkan bahwa BAPETEN telah

menetapkan Nilai Batas Dosis (NBD) untuk pekerja radiasi dan


27

masyarakat umum. Dimana Dosis Efektif pekerja radiasi yaitu 20 mSv

per tahun selama periode 5 tahun sedangkan masyarakat umum 1

mSv per tahun. Adapun Dosis Ekivalen tahunan pada Lensa Mata

untuk pekerja radiasi sebesar 20 mSv dan untuk masyarakat 15 mSv,

pada Kulit ,Tangan dan Kaki untuk pekerja radiasi sebesar 500 mSv.

Sedangkan untuk masyarakat umum Pada Kulit sebesar 50 mSv,

untuk Tangan dan Kaki tidak memiliki batas dosis. (Peraturan Kepala

Badan Pengawas Tenaga Nuklir, 2013)

Ditinjau dari luar proteksi bangunan sarana yang telah ada di

RSUD Andi Makkasau Parepare sudah dianggap aman yang sesuai

dengan ketentuan atau persyaratan yang berlaku.

Adapun yang telah dilakukan UPF radiologi RSUD Andi

Makkasau Parepare dalam menunjukkan proteksi radiasi Sbb:

1. Pintu masuk ruangan x-ray setebal 4 cm yang dilapisi 2 mm pb

dengan setinggi 2 meter.

2. Pada ruangan meja control dilindungi oleh tembok pengaman yang

mempunyai ketebalan 23 cm dan terdapat timbal 1,5 mm untuk

mengawasi pasien dengan daya tembus 60-150 kV. Ketebalan

dinding terdiri dari beton 15 cm dan ditambah 2 mm pb pada

sekeliling ruang pemeriksaan

3. Pintu yang menghubungkan ruang pemeriksaan selalu dalam

keadaan tertutup pada saat melakukan expose

4. Pekerja atau petugas lain


28

Berada pada tabir pelindung saat dilakukan expose kamar gelap

Kamar gelap di RSUD Andi Makkasau Parepare

berbentuk labirin dan catnya berwarna hitam dan disertai kain

berwarna hitam yang sebagai pintu masuk untuk ke kamar gelap.

Proses pencucian di RSUD Andi Makkasau Parepare yaitu

pencucian secara Automatic.


29

BAB III
METODE PEMERIKSAAN

A. Tempat Dan Waktu Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Andi

Makassau Parepare di kota Madya Parepare provinsi Sulawesi

Selatan pada hari selasa tanggal 04 Desember 2018 jam 12.54 waktu

setempat.

B. Kronologis Riwayat Pasien

Pada hari selasa tepat tanggal 04 Desember 2018 pada

pukul 12.45, pasien perempuan yang berumur 16 tahun datang ke

Radiologi menggunakan brankard ditemani perawat dan keluarga

pasien. Pasien merasakan nyeri pada lengan atas pada tangan kanan

akibat ditabrak pengendara motor, akibatnya tulang lengan atas

pasien mengalami fraktur. Surat pengantar foto dari dokter orthopedi

menunjukkan permintaan foto Os Humerus Dextra AP dan Lateral

Cross Table dengan klinis fraktur Humerus Dextra.

C. Persiapan Pasien

Pemeriksaan Os Humerus tidak ada persiapan secara khusus,

cukup dengan membebaskan objek yang akan difoto dari benda-

benda yang mengganggu hasil Radiograf.

1. Petugas mengecek kembali identitas pasien

2. Petugas mengambil plat yang digunakan untuk merekam hasil

radiograf .
30

D. Prosedur Kerja

1. Mencatat data pasien pada buku registrasi pasien meliputi nama,

umur, alamat, nomor foto dan rekam medis.

2. Memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan

3. Memposisikan pasien proyeksi AP setelah itu ke proyeksi Lateral

4. Menentukan arah sinar (CR) dimana untuk proyeksi AP diarahkan

vertical tegak lurus bidang kaset kemudian Lateral secara

horizontal

5. Menentukan pusat sinar (CP) untuk AP dan lateral sama

dipertengahan Os Humerus

6. Mengatur jarak fokus film (FFD) untuk AP dan Lateral sebesar 90

cm

7. Mengatur luas lapangan penyinaran (Kolimasi) dengan batas atas

Shoulder Joint dan batas bawah Elbow Joint

8. Mengatur faktor exposi meliputi kV, mAs yang sama untuk kedua

proyeksi

9. Melakukan ekspos tanpa instruksi

10. Processing Film secara CR

11. Hasil Radiograf di baca oleh Dokter Radiologi

12. Setelah di ketahui, hasil radiograf sekaligus hasil bacaannya

diberikan kepada pasien.


31

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pemeriksaan

1. Data Pasien

a) Nama : Nn. Nh

b) Umur : 16 Tahun

c) Jenis Kelamin : Perempuan

d) No. Rem : 19-89-63

e) No. foto : 8550

f) Pemeriksaan : Os Humerus

g) Diagnosa : Fraktur 1/3 Distal Os Humerus Dextra

2. Persiapan Alat dan Bahan Yang Digunakan

a. Pesawat sinar-X konvensional

1) Tabung

a) Merk : GE HUALUN MEDICAL SYSTEMS

b) Made : Cina

c) Manufactured : Juli 2013

d) Unit Model : 5183392

e) Ser. No : 100522HL2

2) Kolimator

a) Merk : GE HUALUN MEDICAL SYSTEMS

b) Ser.No : 100057HL9

c) Manufacture : Juli 2013


32

d) Unit model : GE HUALUN MEDICAL SYSTEMS 5189248

b. Image Plate : Ukuran 35 x 43 cm sebanyak 1 buah

c. Film Agfa : Ukuran 10 x 12 Inchi sebanyak 1 buah

d. Faktor Eksposi : kV= 46, mAs=6

e. Processing Film : Computer Radiographi (CR)

Gambar 4.1 Pesawat konvensional yang digunakan


di Instalasi Radiologi RSUD Andi Makkasau Parepare

Gambar 4.2 Image Plate yang digunakan di Instalasi Radiologi RSUD


Andi Makkasau Parepare
33

Gambar 4.3 Film yang digunakan di Instalasi Radiologi RSUD Andi


Makkasau Parepare

Gambar 4.4 Processing Computer Radiografi yang digunakan di Instalasi


Radiologi RSUD Andi Makkasau Parepare
34

Gambar 4.5 Scanning pada Computer Radiografi yang digunakan di


Instalasi Radiologi RSUD Andi Makkasau Parepare

Gambar 4.6 Printing pada Computer Radiografi yang digunakan di


Instalasi Radiologi RSUD Andi Makkasau Parepare
35

3. Teknik Pemeriksaan

a. Pengertian

Teknik pemeriksaan Os Humerus adalah suatu tindakan

Radiologi dengan menggunakan sinar-x untuk memperlihatkan

adanya kelainan pada Os Humerus. Pemeriksaan Os Humerus di

lakukan dengan proyeksi AP dan Lateral dalam rangka membantu

penegakan diagnosis.

b. Tujuan Pemeriksaan

Tujuan Pemeriksaan Radiologi atau Rontgen pada kasus

fraktur yaitu Untuk mengetahui Anatomi pada Os Humerus yaitu :

1) Caput Humeri

2) Collum Chirurgicum

3) Collum Anatomicum

4) Tuberculum Majus

5) Tuberculum Minus

6) Corpus

7) Crista Epicondylus Medialis

8) Crista Epicondylus Lateralis

9) Trochlea Humeri

10) Fossa Olecrani

11) Sulcus Nevi Ulnaris

12) Epicondylus Lateralis

13) Epicondylus Medialis.


36

c. Proyeksi

1. Proyeksi Antero Posterior (AP)

a) Tujuan Proyeksi : Untuk memperlihatkan letak kelainan

b) Posisi Pasien : Pasien Supine di atas meja Pemeriksaan

c) Posisi Obyek : Lengan atas dan lengan bawah lurus.

Lengan atas memanjang pada

pertengahan kaset dengan elbow dan

shoulder termasuk ke dalam kaset dan

Elbow Joint di ekstensikan.

d) Central Ray : Vertikal tegak lurus

e) Central Point : Pertengahan Os Humerus

f) FFD : 90 cm

g) Kolimasi : Batas atas Shoulder Joint dan Batas

bawah Elbow Joint

g) Faktor Eksposi : kV : 46, mAs : 6

h) Processing film : Computer Radiografy (CR)

Gambar 4.7 Memposisikan Pasien Proyeksi Antero Posterior (AP) Os


Humerus di Instalasi Radiologi RSUD Andi Makkasau Parepare
37

2. Proyeksi Lateral Cross Table

a) Tujuan Proyeksi : Untuk memperlihatkan kelainan objek

yang tidak terlihat pada proyeksi AP

b) Posisi Pasien : Pasien supine di atas meja pemeriksaan

c) Posisi Objek : Diberikan bantalan kardus dibawah Os

Humerus, film/ kaset diletakkan disisi

medial Os Humerus .

d) Center Ray : Horizontal terhadap kaset

e) Central Point : Pada pertengahan Os Humerus

f) FFD : 90 cm

g) Kolimasi : Batas atas Shoulder Joint dan batas

bawah Elbow Joint

h) Faktor Eksposi : kV : 46, mAs : 6

i) Processing film : Computer Radiografy (CR)

Gambar 4.8 Memposisikan Pasien Proyeksi Lateral Cross Table


 Os Humerus di Instalasi Radiologi RSUD Andi Makkasau Parepare
38

4. Analisis radiografi

a. Hasil Radiografi

Gambar 4.9 Hasil Radiograf Os Humerus di instalasi radiologi RSUD Andi


Makkasau Parepare

1) Proyeksi Antero Posterior (AP)

a) Kriteria Gambar

1. Gambaran memperlihatkan kedua persendian dalam satu

film dan kedua persendian tidak mengalami rotasi.

2. Articulation Humeri dan Cubiti tampak overleving sedang.

3. soft tissue baik

4. Tampak marker R pada sisi bawah film sebagai penanda

objek.
39

b) Kualitas Radiograf

1. Densitas lebih jelas

2. Kontras pada hasil radiograf tersebut jelas

3. Detail baik karna mampu memperlihatkan lebih jelas

kelainan pada objek

4. Ketajaman baik karna antara soft tissue dan tulang terlihat

beda dan struktur organ pun dapat terlihat.

c) Kelebihan dan Kekurangan Hasil Radiograf

1. Kelebihan

a. Tampak jelas kelainan pada objek

b. Dapat di lihat yang mana tampak baik dan yang mana

tampak fraktur maupun lain-lain.

c. Tampak kedua sendi

2. Kekurangan

a. Posisi objek kurang maksimal

b. Hasil radiograf tidak simetris

c. Pada epicondylus ada rotasi dan saling superposisi

2) Proyeksi Lateral

a) Kriteria Gambar

1. Gambaran memperlihatkan satu persendian dalam satu

film

2. Tampak articulatio Cubiti dengan sedikit overleping.

3. Soft tissue baik


40

b) Kualitas Radiograf

1. Densitas lebih jelas

2. Kontras pada hasil radiograf tersebut jelas

3. Detail baik karna mampu memperlihatkan lebih jelas

kelainan pada objek

4. Ketajaman baik karna antara soft tissue dan tulang terlihat

beda dan struktur organ pun dapat terlihat.

c) Kelebihan dan Kekurangan Hasil Radiograf

1. Kelebihan

a. Tampak jelas kelainan pada objek

b. Dapat di lihat yang mana tampak baik dan yang mana

tampak fraktur maupun lain-lain.

2. Kekurangan

a. Posisi objek kurang maksimal

b. Hasil radiograf tidak simetris

c. Tidak tampak kedua sendi

d. Tidak tampak jelas seluruh Os Humerus

e. Pada epicondylus tidak ada rotasi dan tidak saling

superposisi

b. Hasil Interpretasi Dokter

(1) Comminuted Frakture 1/3 distal Os Humerus dextra dengan

displaced segmen distal ke anteror

(2) Belum tampak callus forming


41

(3) Mineralisasi tulang baik

(4) Celah sendi baik, tidak tampak dislokasi

(5) Terpasang gips sepanjang Os Humerus dextra

(6) Kesan : Fraktur kominutif Os Humerus dextra


42

B. Pembahasan Laporan Kasus

Dalam laporan ini dibahas tentang teknik penatalaksanaan

pemeriksaan Os Humerus, umumnya dengan menggunakan Proyeksi

Anterior Posterior(AP) dan Lateral(Cross table). Pada Proyeksi Anterior

Posterior (AP) Os Humerus akan terlihat secara keseluruhan dari arah

depan, sedangkan dengan proyeksi Lateral (cross table) Os Humerus

akan terlihat secara keseluruhan dari samping. Teknik pemeriksaan Os

Humerus di unit instalasi Radiologi RSUD Andi Makassau Parepare

diawali dengan persiapan pasien yaitu dengan melepaskan benda-

benda penyebab artefak yang dapat menggangu hasil Radiograf. Lalu

dilanjutkan dengan memposisikan pasien sesuai dengan jenis

pemeriksaan yang akan dibuat.

Pada kasus ini sesuai dengan surat pengantar Dokter

pengirim adalah pemeriksaan Os Humerus Dextra dengan proyeksi

Anterior Posterior(AP) dan Lateral, tetapi karena pasien non kooperatif

(tidak bisa diajak kerjasama), sehingga pada saat diposisikan Lateral

pasien mengalami nyeri yang sangat, maka dilakukanlah teknik

pemeriksaan posisi Lateral Cross table sebagai penunjang diagnosa

dengan persetujuan dari dokter.

Pasien menggunakan meja pemeriksaan dan menggunakan

pesawat Konvensional untuk keperluan diagnosa. Kemudian dilakukan

posisi obyek yaitu Os Humerus diposisikan Anterior Posterior (AP)

terlebih dahulu, dilanjutkan dengan Proyeksi Lateral Cross table. Os


43

Humerus tepat menempel diatas kaset Kemudian dilanjutkan dengan

pengaturan Central Point, Focus Film Distance (FFD), Central Ray, dan

pengaturan faktor eksposi yaitu kV dan mAs.

Pada hasil Radiograf tampak terjadi Fraktur (patah tulang)

pada Os Humerus Dextra. Jenis Fraktur terjadi yaitu Fraktur Tertutup

sedangkan berdasarkan garis patahnya yaitu Fraktur Cominuted

(Fraktur ini terjadi mencakup beberapa fragmen). Biasanya pada kasus

fraktur semacam ini, pengobatan patah tulang dapat dilakukan melalui

alat Imobilisasi dengan pemasangan Pen, hal ini untuk

mempertahankan kedudukan tulang dalam posisi yang benar

(anatomis) sampai tulang menyambung kembali dan Pen bisa dilepas.

Dengan melaksanakan teknik yang sesuai dengan ketentuan dan

prosedur yang tepat, maka akan menghasilkan sebuah Radiograf yang

baik dan benar, disamping itu dapat menghindari kesalahan yang fatal

dalam proses pengambilan radiograf, sehingga pengulangan foto dapat

diminimalisasi mengingat radiasi Sinar-X berdampak biologis pada

tubuh.
44

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan sebelumnya penulis dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Teknik Pemeriksaan yang digunakan di Instalasi Radiologi RSUD

Andi Makassau Parepare disesuaikan dengan kondisi pasien yang

Non Kooperatif sehingga menggunakan proyeksi AP dan Lateral

Cross Table sebagai penunjang diagnosa suatu klinis.

2. Hasil Radiograf Os Humerus pada kasus fraktur 1/3 distal adalah

Fraktur kominutif Os Humerus dextra.

B. Saran

Perlunya penjelasan tentang persiapan pemeriksaan pada

pasien agar penderita paham maksud dan tujuan dari pemeriksaan

yang akan dilakukan.


45

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Rusman, 2018. Diktat mata kuliah patofisiologi, ATRO


Muhammadiyah Makassar
Arya, 2019 . Buku Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL I) ATRO
Muhammadiyah Makassar, Edisi Januari 2019

Ballinger Philip W , Eugene D. Frank dkk, 1999. Merril’s Atlas Of


Radiographic Positions & Radiologic Procedures, Tenth Edition,
Volume One. Saint Louis : Mosby

BAPETEN, 2013. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir


Nomor 4 Tahun 2013 Tentang Proteksi Dan Keselamatan
Radiasi Dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir

Dianasari Tri, Koesyanto Herry , 2017. Penerapan Manajemen


Keselamatan Radiasi Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang

Diskominfo Parepare, 2017. Data Sekunder Profil RS dan SDM Radiologi


RSUD A. Makkasau Parepare

Fadhila Noor Soraya, 2011. Proteksi Radiasi Di Instalasi Radiodiagnostik,


Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta

Hiswara Eri, 2015. Buku Pintar Proteksi Dan Keselamatan Radiasi Di


Rumah Sakit, BATAN Press, Jakarta Selatan
Julius, 2017. Fraktur Humerus (online) https://kupdf.net/download/fraktur-
humerus_59edcae208bbc5fb74eb8b29_pdf di akses 23
Oktober 2017
Karna Bramantya Made, 2018. Lesi Nervus Radialis Letak Tinggi Pada
Fraktur tertutup Humerus Sepertiga Distalpasca Open
Reduction Internal Fixation. Pendidikan Dokter Spesialis,
Universitas Udayana Denpasar

Lynda Juall Carpenito, 1999. Nursing Care Plans & Documentacion, EGC,
Jakarta

Manurung Evan, 2014. Gangguan Fungsional Tangan Lengan Sinistra


Akibat Fraktur Supracondylus Lateral Post Immobilisasi (online)
http://pemeriksaanft.blogspot.com di akses 3 September 2014

Maurice, K.1997. Fracture of the Shaft of the Humerus In: Primary Surgery
Volume Two: Trauma; Oxford University Press; UK; p. 233-235
46

Pearce, Evelyn C. 2018. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Edisi :


47, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Santoso M.W.A, Alimsardjono H dan Subagjo, 2002. Anatomi Bagian I,


Penerbit Laboratorium Anatomi-Histologi Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga; Surabaya

Saputra Kurniawan, 2014. Proteksi Radiasi (online) http://materi-


radiologi.blogspot.com, di akses 10 Agustus 2014

Satria Rizha, 2019. Kelainan Tulang (online) https://www.academia.edu


47

LAMPIRAN-1
FOTOCOPY SURAT PENGANTAR PHOTO

Surat pengantar foto di instalasi radiologi RSUD Andi Makkasau Parepare


48

LAMPIRAN-2
FOTO COPY HASIL BACA LAPORAN KASUS

Hasil baca foto dokter di instalasi radiologi


RSUD Andi Makkasau Parepare
49

LAMPIRAN-3
GAMBAR STRUKTUR ORGANISASI RADIOLOGI

DIREKTUR DREKTUR

Dr. Hj. Renny Anggraeni Dr. Hj. Renny


Sari, MARS, DPDK
Sari, MARS,

PPR
WADIR PELAYANAN
WADIR PELAYANAN
Sandiaris, Amd.Rad
Darnawati, M.Kes

Darnawati, M.Kes

DOKTER KEPALA
DOKTER RADIOLOGI KEPALA INSTALASI
RADIOLO INSTALA
Dr. Hj. Zubaedah, Sp. Rad Dr. Hj. Zubaedah, Sp. Rad

KEPALA RUANGAN PENANGPERAWAT RADIOLOGI PERAWA


GUNG
Habiba, Amd. Rad JAWAB Ismawati Nur, AMK RADIOLO

RADIODIAPROCESSING PROCESSING
LOGISTIC ADMNISTRASI ADM
RADIODIAGNOSTIK
Muh.Yunus
Muh. Yunus Dalle
Dalle Eviana,S.ST Ika Utami Sulastri Ika U
A.
1. Sumarliani, AMR GNOSTIK
2. Nurmiah, Amd.Rad
1. SumarlianI,AMR
3. Widiastuti, S.ST
2.4. Nurmiah,A.md.Rad
Adheriani, Amd.Rad
5. Syukriani, Amd.Rad
3.6. Widiastuti,S.ST
Cristo, Amd.Rad
7. Hasna, Amd.Rad
4.8. Adheriani,A.md.Rad
Samsuddin, Amd.Rad
5. Sukriani,A.md.Rad
50

LAMPIRAN-4
GAMBAR DENAH RUANGAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI
RUMAH SAKIT

Denah Ruangan Pemeriksaan Radiologi di RSUD Andi Makkasau


Parepare

1. Loket radiologi 11. Kamar ganti pakaian


2. Ruang CT-Scan : PxLxT= 6 m x 12. WC
7m x 3,5 m 13. Ruang pemeriksaan 3 : PxLxT =
3. Operator CT-Scan 5cmx5cmx3cm
4. Ruang USG 14. Kamar ganti pakaian
5. Kamar Jaga 15. Gudang
6. WC CT-Scan 16. WC
7. Dapur 17. Ruang pemeriksaan 2 :PxLxT =
8. Oparator Kamar 5cmx5cmx3cm
9. Ruangan 18. Kamar gelap
10. Operator Kamar I 19. Ruang pemeriksaan 1 : PxLxT =
5cmx5cmx3cm
20. Dental
51

LAMPIRAN-5
GAMBAR DENAH RUANG PROCESSING FILM

KOMPUTER
KOMPUTER MESIN SCAN

ME
SIN
PRI
NT

MEJA
MEJA
LEMARI

RAK ARSIP LEMARI LOKER

Denah Kamar Processing Film Radiologi


di RSUD Andi Makkasau Parepare
52

LAMPIRAN-6
DAFTAR HADIR PESERTA SEMINAR PKL I
ATRO MUHAMMADIYAH MAKASSAR TAHUN 2018

NAMA MAHASISWA/ NIM/ KLS : MASYHAR ABDILLAH


JUDUL LAPORAN KASUS : FRAKTUR OS HUMERUS 1/3 DISTAL
DEXTRA
LOKASI PKL : RSUD ANDI MAKKASAU PAREPARE
TGL/TEMPAT SEMINAR : 27 DESEMBER 2018/ DI INSTALASI
RADIOLOGI

TANDA
NO NAMA PESERTA JABATAN KET
TANGAN
1 KHOFIFAH MODERATOR

2 MASYHAR ABDILLAH PEMATERI

3 DANDY IRFAN PESERTA

4 NURILMI KHAERIYA PESERTA

5 JUSNI KUMALA SARI PESERTA

6 MIKA PESERTA

7 WIDIASTUTI, S. ST PESERTA

8 SYUKRIANI, Amd. Rad PESERTA

9 SUMARLIANI, AMR PESERTA

10 HASNA, Amd. Rad PESERTA

11 SAMSUDDIN, Amd. Rad PESERTA

12 ADERIANI, Amd. Rad PESERTA

Mengetahui,
Kepala Ruangan Radiologi

Habiba, Amd. Rad


53

LAMPIRAN-7
DOKUMENTASI KEGIATAN MAHASISWA PKL I

Tim PKL I Parepaer bersama supervisi di depan RSUD Andi Makkasau


Parepare

Depan instalasi radiologi RSUD Andi Makkasau Parepare


54

Aktivitas pada saat kegiatan administrasi

Aktivitas pada saat processing foto


55

Bersama senior di ruangan CT- Scan

Aktivitas bersama dokter spesialis radiologi


RSUD Andi Makkasau Parepare
56

Aktivitas di depan alat CT- Scan yang merupakan salah satu modalitas
RSUD Andi Makkasau Parepare

Pada saat penarikan mahasiswa ATRO Muhammadiyah Makassar


57

Kegiatan seminar yang dilakukan di instalasi radiologi RSUD Andi


Makkasau Parepare

Pada saat penerimaan mahasiswa ATRO Muhammadiyah Makassar di


RSUD Andi Makkasau Parepare
58

LAMPIRAN-8
BIODATA PENULIS

1. IDENTITAS DIRI
NAMA LENGKAP : MASYHAR ABDILLAH
PANGGILAN : MASYHAR
NIM : 17033
KELAS :A
TEMPAT/ TANGGAL LAHIR : MAKASSAR, 30 JANUARI 2000
ASAL DAERAH : SUNGGUMINASA, GOWA
ASAL SMA : SMA MUHAMMADIYAH DISAMAKAN
MAKASSAR
ALAMAT : JL. PALLANTIKANG, GOWA
HOBBY : TRIP DAN HIKING
2. CONTAC PERSON
HP : 082150545141
FB/ IG : Masyhar Abdillah/ @masyhar_abdillah
WA : 081342366818
EMAIL : masyhar2000@gmail.com
3. PENGALAMAN ORGANISASI
A. IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH (IPM) SEBAGAI KETUA
BIDANG DAKWAH ISLAM PERIODE 2013–2014
B. BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM) SEBAGAI ANGGOTA
BIDANG AKADEMIK DAN ORGANISASI PERIODE 2018-2019
C. UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEBAGAI ANGGOTA
BIDANG STUDY DAN BUDAYA PERIODE 2018-2019.
4. JUDUL KARYA LAPORAN KASUS DI BUAT :
PKL 1 : TEKNIK PEMERIKSAAN OS HUMERUS PADA KASUS
FRAKTUR 1/3 DISTAL DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD
ANDI MAKKASAU PAREPARE

Anda mungkin juga menyukai