Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Praktek Kerja Lapangan (PKL I) adalah peluang untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam

mengembangkan ilmu kesehatan yang sesuai dengan bidangnya

yang dilaksanakan di RSUD Prof. Dr. H.M Anwar Makkatutu

Bantaeng pada tanggal 18 November – 28 Desember 2019 selama

6 Minggu adalah bertujuan untuk meningkatkan skill Mahasiswa

dalam hal penatalaksanaan Teknik Radiografi secara Mandiri di RS.

Di RSUD Prof. Dr. H.M Anwar Makkatutu Bantaeng terdapat

beberapa Teknik pemeriksaan yang dilakukan di unit Radiologi

yang berkisar pemeriksaan Non Kontras yaitu meliputi pemeriksaan

Thoraks, Pelvis, Lumbosacral, BNO 3 Posisi, Ekstremitas Atas, dan

Eksrtremitas Bawah. Dan Pemeriksaan Kontras jarang digunakan.

Kasus yang biasa ditemui dalam melakukan Teknik

Radiografi yaitu Fraktur, Dislokasi (bergesernya tulang dari tempat

yang semestinya), Corpus Alienum (Benda Asing), dan kelainan

patologi (kelainan suatu penyakit untuk beberapa organ

berpasangan). Dalam laporan ini, kita akan membahas mengenai

kasus fraktur, khususnya fraktur pada Pelvis (Achmad, 2016)

1
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang

umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer et al, 2000)

Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam buku Nursing Care

Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur adalah

rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal

yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang

(Linda juall Cdalam Dimas, 2017).

Kemudian dalam kasus fraktur dikenal juga patah tulang

tertutup dan patah tulang terbuka, yang dimana di jelaskan bahwa

patah tulang tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara

fragmen tulang dengan dunia luar, di sebut juga fraktur bersih

(karena kulit masih utuh) tampa komplikasi.Sedangkan patah

tulang terbuka (Open/Compound) bila terdapat hubungan antara

hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya

perlukaan kulit (Dimas, 2017).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana menganalisis Teknik pemeriksaan Pelvis pada

kasus Fraktur Collum Femur Sinistra di RSUD Prof. Dr. H.M

Anwar Makkatutu Bantaeng

2. Bagaimana cara memperdalam pemahaman tentang Anatomi

Pelvis serta memperdalam pengetahuan ilmu mengenai definsi

dan patologi fraktur.

2
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

a. Untuk Mengetahui Teknik pemeriksaan Pelvis di RSUD Prof. Dr.

H.M Anwar Makkatutu Bantaeng

b. Untuk mengetahui Hasil Radiograf Pelvis pada kasus fraktur di

Collum Femur Sinistra

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar teknik pemeriksaan

fraktur pada Pelvis.

b. Untuk memenuhi salah satu tugas praktek Kerja Lapangan

Politeknik Kesehatan Muhammadiyah Prodi Radiologi yang di

laksanakan di RSUD Prof. Dr. H.M Anwar Makkatutu Bantaeng

D. Manfaat Penulisan

a. Manfaat Praktis

Untuk memperdalam pengetahuan penulis tentang

pelaksanaan pemeriksaan Pelvis pada kasus fraktur collum femur

sinistra

b. Manfaat Ilmiah

Dapat menjadi sumber informasi untuk lebih mengetahui

mengenai Teknik Pemeriksaan Pelvis pada kasus fraktur collum

femur sinistra

3
c. Manfaat Institusi

Dapat memberikan masukan dan saran yang berguna bagi

Institusi dalam hal ini Rumah Sakit mengenai Teknik Pemeriksaan

Pelvis pada kasus fraktur collum femur sinistra

d. Manfaat Masyarakat

Memberikan wawasan serta pengetahuan yang sangat

berguna kepada masyarakat mengenai hal-hal yang berhubungan

dengan radiologi seperti pemahaman tentang proteksi radiasi

maupun pemeriksaan radiologi itu sendiri.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Lokasi PKL I

1. Gambaran Umum RSUD Prof. Dr. H.M Anwar Makkatutu

Bantaeng

Gambar 1.1 RSUD.Prof.dr.H.M.Anwar Makkatutu


(Doc.RSUD.Prof.dr.H.M.Anwar Makkatutu Kab.
Bantaeng,2019)

RSUD Prof Dr. H.M. Anwar Makkatutu Kab. Bantaeng

didirikan pada tahun 1921 dan merupakan warisan pemerintah

Belanda. Kabupaten Bantaeng ketika itu menjadi daerah

Afdeling dan menjadi rujukan Selatan-Selatan di semua sektor

dan merupakan daerah dengan letak strategis dan dikukung

oleh potensi sumber daya alam yang besar. Oleh karena itu,

sebagian rumah sakit terutama pada ruang perawatan masih

merupakan bangunan Belanda. Rumah sakit ini terletak di

5
jantung kota Bantaeng di sebelah selatan Provinsi Sulawesi

Selatan dengan posisi 5 derajat 21’23 ” – 5 derajat 32’26”.

Lintang selatan dan 119 derajat 51’42” bujur timur dengan batas

wilayah:

a. Sebelah Utara : Kabupaten Gowa

b. Sebelah Timur : Kabupaten Bulukumba

c. Sebelah Selatan : Laut Flores

d. Sebelah Barat : Jeneponto

Penamaan Rumah Sakit diambil dari nama salah satu

putra daerah Kabupaten Bantaeng yang merupakan guru besar

pada Bagian Ilmu Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin. Hal ini dimaksudkan untuk

memberikan penghargaan kepada salah satu putra terbaik

sehingga namanya menjadi nama rumah sakit.

RSUD Prof Dr. H.M Anwar Makkatutu merupakan rumah

sakit milik pemerintah Kabupaten Bantaeng dan merupakan

satu-satunya pusat rujukan di Kabupaten Bantaeng. Selama ini

RSUD Prof Dr. H.M Anwar Makkatutu selain melajani penduduk

Kabupaten Bantaeng juga melayani penduduk tetangga seperti

Kabupaten Bulukumba dan Jeneponto.

6
Sebagai pemberi pelayanan kesehatan yang terbesar di

tingkat Kabupaten maka RSUD Prof Dr. H.M Anwar Makkatutu

Bantaeng selain memberikan pelayanan dasar yang bersifat

pokok seperti Rawat Jalan, Rawat Inap, Gawat Darurat,

Kebidanan/Kandungan, dan imunisasi juga memberikan

pelayanan penunjang seperti Radiologi, Ultrasonografi,

Rehabilitasi Medis, Laboratorium dan Bank Dara Rumah Sakit

serta Pelayanan Rujukan. Berdasarkan surat keputusan menteri

kesehatan rupublik Indonesia nomor

1284/MENKES/SK/XII/2004 tanggal 17 Desember 2004 tentang

peningkatan kelas RSUD Prof Dr. H.M Anwar Makkatutu dari

rumah sakit tipe D menjadi rumah sakit kelas C. Dalam

perkembangannya sinergis dengan kebutuhan akan daya

tamping maka pada tahun 2009 kapasitas tempat tidur yang

sebelumnya berjumlah 59 ditingkatkan menjadi 200 tempat

tidur.

Adanya perubahan tuntutan masyarakat terhadap fungsi

pelayanan umum yang diselenggarakan oleh sektor public telah

mendorong setiap instansi pemerintah untuk meresponnya

dalam rangka memberikan pelayanan prima ( Service

Excellence ). Adanya perubahan tuntutan masyarakat terhadap

fungsi pelayanan umum yang diselenggarakan oleh sektor

public telah mendorong setiap instansi pemerintah untuk

7
meresponnya dalam rangka memberikan pelayanan prima

( Service Excellence ).

Layanan prima adalah proses penanganan penyediaan

barang atau jasa public dengan standar mutu yang dapat di

pertanggung jawabkan yang secara berkesinambungan dengan

mempertimbangkan aspek aspek keadilan, transparansi,

efisiensi, kepastian, keamanan dan ketepatan waktu

sebagaimana diatur dalam Undang Undang nomor 25 tahun

2009 tentang Pelayanan Publik.

Salah satu wujud kepedulian Rumah Sakit

mendapatkan pengakuan mutu pelayanan sebagai rumah sakit

yang terakreditasi yaitu dengan sertifikat akreditasi Nomor :

YM.01.10/III/3136/09 yang berlaku dari 13 Agustus 2009 sampai

dengan 13 Agustus 2012.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantaeng

akan mengarahkan Daerah ini sebagai sentra pengembanagan

bidang pertanian tanaman pangan, perikanan dan kelautan,

kawasan agroindustri, perumahan, pariwisata dan pusat

pelayanan kesehatan. Selanjutnya, RSUD Kabupaten Bantaeng

akan diarahkan menjadi pusat rujukan pelayanan kesehatan di

Wilayah Selatan Provinsi Sulawesi Selatan.

Revitalisasi pantai telah dilakukan pada tahun 2009,

sebagai persiapan lokasi pembangunan gedung rumah sakit,

8
dan Master Plan, DED dan Amdal telah dilakukan melalui

penganggaran APBN Perubahan tahun 2010. Hal ini sesuai

Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Kewajiban

Penanggulangan Pencemaran Air Bagi Setiap Penanggung

Jawab Kegiatan, Keputusan Menteri KLH nomor KEP-

58/MENLH/12/1995 tentang syarat baku air limbah yang

dibuang rumah sakit, Undang Undang nomor 32 tahun 2009

tentang penanggulangan pencemaran dan sanksi bagi pelaku

tindak pencemaran.

Rumah sakit telah menjamin kerjasama dengan

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dan RSUP

Wahidin Makassar, dan sejak Januari 2011 RSUD Prof

dr.H.M.Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng menjadi pusat

pelayanan jantung, mata wilayah Selatan Provinsi Sulawesi

Selatan. Penepatan itu sebagai bagian dari kebijakan

penambahan produk pelayanan rumah sakit. Selanjutnya

Pembangunan fisik gedung rumah sakit type yang diharapkan

berstandar akreditasi internasional dimulai pada tahun 2011 dan

di targetkan selesai pada tahun 2013.

Visi dan Mis

Visi

Terwujudnya RSUD Prof Dr. H.M. Anwar Makkatutu

Bantaeng sebagai primadona di selatan Sulawesi selatan.

Misi

9
1. Menciptakan pelayanan kesehatan mandiri dan proaktif

2. Menciptakan pelayanan kesehatan berorientasi kendali

mutu dan kendali biaya

3. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia

2. Gambaran Unit Radiologi

Unit radiologi RSUD Bantaeng berada dibangunan baru

yang letaknya di belakang ruang poli, berhadapan dengan

ruang Bank pembangunan Daerah (BPD), samping kanan

bersebelahan dengan ruang gudang obat, dan dekat dengan

ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di unit

radiologi terbagi atas 6 bagian yaitu : Ruang Administrasi,

Ruang Tunggu Pasien, Ruang Jaga, Ruang Pemeriksaan,

Ruang USG, dan Kamar Gelap.

Tabel 1. SDM Unit Radiologi RSUD Prof dr. H. M Anwar Makkatutu

Bantaeng

N JABATAN NAMA

O
1 Kepala Ruang Radiologi Sitti Chadidjah S.Si
2 Dokter Spesialis Radiologi Dr. Makmum Sp.rad
3 Radiografer - Nuraeni, Amd.Rad

- Bahar, Amd.Rad

- Ida Sahraeni, Amd.Rad

10
- Sri Galuh Merdeka, AMR

- Muhammad Hasrul,

Amd.Rad

- Syahrir, Amd.rad

- Nurfaryda, Amd.Rad

- Wahyu Kurniawan,

Amd.Rad

- Suhardi, Amd.Rad

- Ismarianto, Amd.rad

- Nursyamsih, Amd.rad

Dan peralatan radiologi yang dimiliki RSUD Prof. Dr. H.M Anwar

Makkatutu Bantaeng hingga saat ini berjumlah 6 unit, yaitu :

1. Pesawat Mobile

2. Pesawat Konvensional

3. Pesawat Ultrasonografi

4. CR ( Computer Radiografi )

5. CT-Scan

6. Pesawat Panoramic

Tabel 2. Rekapitulasi Tindakan Pemeriksaan PKL I di RSUD

Prof. Dr. H.M Anwar Makkatutu Bantaeng

11
N JENIS PEMERIKSAAN TARGET REALISASI %

O
1 MANUS 3
2 WRIST JOINT 3
3 ELBOW JOINT 3
4 HUMERUS 3
5 SHOULDER JOINT 3
6 CLAVICULA 3
7 PEDIS 3
8 CRURIS 3
9 GENU 3
10 FEMUR 3
11 PELVIS 3
12 THORAX 25
13 LUMBOSACRAL 3
14 KEPALA 1
15 ABDOMEN 3

Pada RSUD Prof. dr. H.M Anwar Makkatutu Bantaeng

pemeriksaan terbanyak yang didapati yaitu pemeriksaan

Thorax, dimana realisasi pemeriksaan thorax memiliki jumlah 33

pemeriksaan. Kemudian dilanjutkan pemeriksaan extremitas

atas dan bawah memiliki realisasi sebanyak 20 pemeriksaan.

Dimana pemeriksaan yang jarang ditemukan atau kurang

didapati di RSUD Prof. dr. H.M Anwar Makkatutu Bantaeng

yakni pemeriksaan BNO IVP dengan pemeriksaan kontras

lainnya.

B. Tinjauan Umum Tentang Anatomi, Fisiologi, Dan Patologi

1. Tinjauan Umum Tentang Anatomi Pelvis

Dalam anatomi manusia pelvis (panggul) merapakan bagian

dari posterior inferior batang pada perut di daerah transisi antara

12
batang tubuh dan anggota tubuh bagian bawah (paha hingga kaki).

Pelvis merupakan kata lain dari cengkungan dan merupakan nama

bagi panggul, di sebut cangkungan karena panggul kita berbentuk

cengkungan (Syata, 2013)          

Pelvis atau (panggul) yang terdapat pada kerangka tubuh

manusia ini biasanya terdiri dari (dua) 2 bagian yaitu bagian dextra

dan sinistra.Pelvis atau tulang panggul terdiri dari tiga jenis yaitu :

a. Os coxae terdiri dari 3 (tiga) tulang yaitu os ileum, os ischium,

dan os pubis.

1) Os Ileum

Osileum merupakan tulang terbesar dengan

permukaan anterior berbentuk konkaf yang disebut fossa

iliaca. Bagian atasnya disebut Krista iliaka. Ujung-ujung

disebut Spina Iliaca anterior superior dan spina Iliaca

posterior superior (D’jauja, 2012)

2) Os ischium

Os Iscium terdiri dari spina di bagian superior

yang membatasi incisura ichiandica mayor (atas) dan

minor (bawah). Tuberositas ischiandica adalah

penebalan bagian bawah sorpus iscium. Ramus iscium

menonjol ke depan dari tuberositas ini dan bertemu

serta menyatu dengan ramus pubis inferior (Syata, 2013)

3) Os Pubis.

13
Os Pubis terdiri dari corpus serta ramus pubis

superior dan inferior.Tulang ini berarticulatio dengan

tulang pubis di tiap sisi symphiysis pubis.Permukaan

superior dari corpus memiliki crista dan tuberculum

pubicum. Terdapat juga foramen obturatum yang

merupakan lubang besar yang di batasi oleh ramus

pubis dan os ischium (Syata, 2013)

b. Os Sacrum

Tulang ini berbentuk segitiga dengan lebar dibagian atas

dan mengecil dibagian bawahnya. Os sacrum terdiri dari 5

(lima) vertebrae rudimenter yang bersatu dengan membentuk

tulang berbentuk baji yang cekung ke arah anterior. Pinggir atas

atau basis os sacrum bersendi dengan vertebrae lumbalis 5

(lima). Pinggir inferior yang sempit bersendi dengan os

cocygeus.Di lateral, os sacrum bersendi dengan ke dua os

coxae membentuk articulation sacro iliaca. Pinggi anterior dan

atas vertebrae sacralis pertama menonjol ke depan sebagai

batas atas posterior aperture pelvis superior, di sebut

promontorium os sacrum.Os cocygeus (D’jauja, 2012)

c. Os Cocygeus

Os cocygeus merupakan tulang kecil, terdiri atas 4

vertebraecocygeus.Os cocygeus berarticulatio dengan sacrum

di superior.Tulang ini terdiri dari 4 (empat) vertebrae rudimenter

yang bersatu membentuk tulang segi tiga kecil yang basisnya

14
bersendi dengan ujung bawah sacrum. Vertebrae cocygeus

hanya terdiri atas 4 (empat) corpus, namun vertebrae pertama

mempunyaai procesus transfersus rudimenter dan corpus

cocygeus. Procesus artikulasio superior yang menonjol ke atas

untuk bersendi dengan corpus sacrum. (Syata,2013).

d. Hip Joint

Hip Joint merupakan triaxial joint, karena memiliki tiga (3)

bidang gerak. Hip joint juga merupakaan hubungan proksimal

dari extremitas inferior(Femur). Sendi panggul adalah sendi

synovial varietas sendi putar yang memiliki gerakan fleksi,

ekstensi, abduksi, aduksi, serta rotasi medial dan lateral.

Kombinasi semua gerakan ini di sebut sirkumduksi (Evelyn,

2010)

e. Proksimal femur

15
Femur proksimal terdiri dari empat bagian penting yaitu

olehcaput, colum, trochanter mayor dan minor. Caput femur

berbentuk bulat dan halus.Colum femur menghubungkan caput

dengan corpus dan trochanter mayor dan minor ialah tonjolan

(Amelia, 2015)

Gambar1.2 : Anatomi Pelvis

(Iillah sunah syata. Blogspot.com, 2013)

Gambar 1.3 : Anatomi Hip joint dan Proksimal Femur

(Studyblue.com, 2018)

Keterangan :

1. Trochanter mayor

16
2. Columna femuris
3. Caput femuris
4. Caput femuris
5. Trochanter mayor
6. Crista intertrochanter
7. Trochanter minor

2. Tinjauan Umum Tentang Fisiologi

Fungsi tulang secara umum adalah.

a. Melindungi organ vital pada tubuh manusia.

b. Penghasil sel darah merah dalam sum-sum tulang.

c. Menyimpan atau mengganti kalsium pada fosfor.

d. Sebagai alat gerak pasif pada tubuh manusia.

e. Tempat melekatnya otot.

f. Memberi bentuk tubuh dan menjaga atau menegakan tubuh.

3. Tinjauan Umum Tentang Patologi

Berikut ini adalah klinis atau patologi pada anatomi pelvis

(panggul), sehingga biasanya memerlukan diagnosa penunjang,

klinisnya antara lain :

a. Dislokasi

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari

kesatuan sendi. Dislokasi dapat hanya komponen tulang saja

yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari

tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi) (Muh Fikri R. H,

2018)

17
b. Osteoatritis

Adalah suatu penyakit sendi di tandai dengan kerusakan

dan hilangnya kartilago articular yang berakibat pada

pembentukan osteofit, rasa sakit, pergerakan yang terbatas dan

deformitas.Inflamasi dapat terjadi atau tidak pada sendi karena

gesekan ujung-ujung tulang penyususn sendi. (Achmad,2016)

c. Osteoporosis

Osteoporosis adalah suatu kondisi di mana tulang menjadi

rapuh sehingga beresiko lebih tinggi untuk terjadinya fraktu

(pecah/retak) di bandingkan tulang yang normal. Akibat

gangguan metabolisme di mana tubuh tidak mampu menyerap

dan memanfaatkan zat-zat yang di perlukan untuk proses

pematangan tulang. Pada osteoporosis terjadi pengurangan

masa atau jaringan tulang perunit volume tulang di bandingkan

dengan keadaan normal (Meri Ramadani, 2010)

d. Fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang

umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer et al,

2000)Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam buku Nursing

Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa fraktur

adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan

eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh

18
tulang (Linda juall C). Pernyataan ini sama dengan halnya fraktur

adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan

(Purnawan Junadi, 1982).

1). Berdasarkan sifat fraktur di bagi menjadi 2:

a). Fraktur tertutup, adalah fraktur yang fragmen tulangnya

tidak menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak

tercemar oleh lingkungan.

b). Fraktur terbuka, adalah fraktur yang mempunyai

hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan

jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam).

2). Berdasarkan komplit atau ketidakkomplitan fraktur dibagi

menjadi 2 :

a). Fraktur komplit, bila garis patah melalui seluruh

penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang.

b). Fraktur inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh

penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang.

3). Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan

mekanisme trauma

a). Fraktur greenstick, fraktur yang tidak sempurna dan

biasanya sering terjadi pada anak-anak.

b) Fraktur transversal, fraktur yang arahnya melintang

pada tulang dan berupa akibat trauma angulasi atau

langsung.

19
c). Fraktur oblik, fraktur yang arah garis patahnya

membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan

merupakan akibat trauma angulasi.

d) Fraktur spiral, fraktur yang arah garis patahnya

berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.

e)  Fraktur kompresi, fraktur yang terjadi karena trauma

aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan

lain (terjadi pada tulang belakang)..

f). Fraktur avulsi, fraktur yang diakibatkan karena trauma

tarikan atau interaksi otot pada insersinya pada tulang.

g). Patologik, terjadi jika sebuah tumor (biasanya kanker)

telah tumbuh kedalam tulang dan menyebabkan tulang

menjadi rapuh. Tulang yang rapuh bisa mengalami

patah tulang meskipun dengan cedera ringan atau

bahkan tanpa cedera sama sekali ( Dimas,2017)

C. Tinjauan Umum Teknik Pemeriksaan Radiografi

Menurut Frank D. Eugene dkk 2012dalam Buku Merril’s

Atlas Of Radiographic Positioning & Procedurespemeriksaan radiologi

Pelvisterdapat proyeksi Rutin dan tambahan. Untuk proyeksi Rutin

yaitu Antero Poterior (AP) sedangkan proyeksi tambahan meliputi

Lateral AP Bilateral “Forg Leg”. (Frank D. Eugene dkk, 2012)

Adapun Teknik Pemeriksaan Umum Pelvis seperti yang di

kemukakan dalam buku Merrill’s Volume 1. Iyalah sebagai berikut:

20
1. Proyeksi Antero Posterior (AP)

1)Posisi Pasien : tempatkan pasien di atas meja

dengan posisi terlentang.

2)Posisi Objek : letakan MSP tubuh pasien pada

pertengah kaset. Letakan alat bantu

pada kedua lutut bila di perlukan atur

pelvis pada posisi true AP(Pedis

menghadap ke atas) atur pelvis pada

pertengahan kaset kaki dibuka

sekitar 20-24 cm.

3)Central Point : Pertengahan antara SIAS dan

Simpisis Pubis

4)Central Ray : Vertical tegak lurus kaset

5)FFD : 90-100 cm

6)Ukuran kaset : 30 x 40 cm atau 35 x 43 cm .

7)Kriteria gambar :

1) Tampak femur proximal

2) Lesser trochanter tampak bebas di bagian medial femur

3) Vertebra berada pada pertangahankaset 

4) Foramen obturatum simetris

21
Gambar 1.4 :Posisi
Pasien Proyeksi
AP Pelvis.
Bontrager Edisi ke 5

Gambar 1.5 : Hasil Radiograf Proyeksi AP Pelvis.


Bontrager edisi ke 5

Adapun Teknik Pemeriksaan tambahan Pelvis seperti yang

kemukakan pada buku Merrill’s, Volume 1. Iyalah sebagai berikut:

1. Proyeksi Lateral

a.Posis Pasien : Pasien diposisikan recumbent lateral.

22
b.Posis Objek : Pasien tidur miring di salah satu yang

akandi foto, menempatkan MCP (Mid

Coronal Plane) tubuh pasien di

pertengahan meja pemeriksaan.Di bawah

columna vertebralis diberikanpenggajaldan

atur Pelvis true lateral dengan SIAS pada

garis vertikal yang sama. Kne joint di atur

sesuai kenyamana pasien.

c.Central Ray : vertikal tegak lurus kaset.

d.Central Point : 2 inci (5 cm) di atas trochanter mayor

e.Fokus Film (FFD) : 90-100 cm

f.Kaset : 30 x 40 cm atau 35 x 43 cm

g.Kriteria Gambar :

1) Tampak seluruh panggul dan proximal femur.

2) Tampak sacrum,coccygeus dan femur superposis.

3) Margo superior dari tulang ischium dan ileum superposisi.

Gambar 1.6 : Proyeksi


Lateral Pelvis

23
( Merrill’s Radiographyc Vol 1, Hal. 340)

Gamabar 1.7 :hasil radiograf proyeksi lateral


(Merrill’s Radiographyc Vol 1, Hal 341)
2. AP axial Forg Leg

a. Posis Pasien : pasien di atur Supine.

b.Posis Objek : MSP pasien di atur segaris dengan mid

line meja (MSL) dan CR, letakan kedua

tangan di atas dada. Kedua Knee

Fleksisekitar 90 derajat. Kedua plantar

24
(telapak kaki) ditemukan dan kedua femur

abduksi 40-45 derajat.

c.Central Point : 7,5 cm di bawah level SIAS atau kira-kira

2,5 cm di bawah Symphisis Pubis.

d.central Ray : tegak lurus kaset

e.FFD : 90-100 cm

f.Kriteria Gambar :

1) Tampak caput dan colum femur Acetabulum dan

trochanterdalam keadaan true AP.

2) Tampak gambar dalam keadaan true AP pada radiograf.

3) Tampak lumbal 5 dan sacrum juga dengan baik.

Gambar 1.8 : proyeksi For Leg


(Merrill’s Radiographyc Vol 1, Hal. 342)

25
Gambar 1.9 :hasil radiografi Pelvis For Leg
(Merrill’s Radiographyc Vol, Hal. 343)

D. Tinjauan Umum Tentang Proteksi Radiasi

1. Pengertian Proteksi Radiasi.

Proteksi radiasi atau fisika kesehatan dan keselamatan

radiasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan

dengan teknik kesehatan yang perlu di berikan kepada seseorang

atau kelompok orang terhadap kemungkinan diperolehnya akibat

negatif dari radiasi pengion. Adapun filosofi atau filsafat proteksi

radiasi adalah analisa atau perhitungan untung rugi yang harus

mencakup keuntungan yang harus diperoleh oleh masyarakat

bukan hanya oleh seseorang atau kelompok. (Mila Amalia, 2015)

2. Prinsip Proteksi Radiasi.

a. Menggunakan Pelindung (Shieliding)

Penggunaan perisai/pelindung berupa apron berlapis Pb, Glove

Pb, kaca mata Pb, dan dsb yang merupakan sarana proteksi

radiasi secara individu. Proteksi terhadap lingkungan radiasi

dapat di lakukan dengan melapisi ruang radiografi menggunakan

Pb untuk menyerap radiasi yang terjadi saat proses radiografi.

(Fakhrul, 2008)

b. Menjaga Jarak

26
Radiasi di pancarkan dari sumber radiasi ke segala arah.

Semakin dekat tubuh kita dengan sumber radiasi maka paparan

radiasi yang kita terima akan semakin besar.Pancaran radiasi

sebagian akan menjadi pancaran hamburan saat mengenahi

materi. Radiasi hamburan ini akan menambah jumlah dosis

radiasi yang diterima. Untuk mencegah paparan radiasi tersebut

kita dapat menjaga jarak pada tingkat yang aman dari sumber

radiasi.

c. Mempersingkat Waktu Paparan

Sedapat mungkin diupayakan untuk tidak terlalu lama berada di

dekat sumber radiasi saat proses radiografi. Hal ini untuk

mencegah terjadinya paparan radiasi yang besar.

Pengaturan mAs yang tepat, dengan waktu paparan 0,0.. detik

lebih baik dari pada 1 detik.

Nilai kVp yang digunakan cukup tinggi sehingga daya tembus

dalam radiografi cukup baik. dengan demikian maka

pengulangan radiografi dapat dicegah. (Fakhrul, 2008)

3. Asas-asas Proteksi Radiasi

a. Justifikasi.

Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainnya harus

didasarkan pada azas manfaat. Suatu kegiatan yang mencakup

paparan atau potensi paparan hanya disetujui jika kegiatan itu

akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi individu

27
atau masyarakat dibandingkan dengan kerugian atau bahaya

yang timbul terhadap kesehatan(Fakhrul, 2008).

b. Limitasi.

Dosis ekivalen yang diterima pekerja radiasi atau masyarakat

tidak boleh melampaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah

ditetapkan. Batas dosis bagi pekerja radiasi dimaksudkan untuk

mencegah munculnya efek deterministik (non stokastik) dan

mengurangi peluang terjadinnya efek stokastik.(Fakhrul, 2008)

c. Optimasi.

Semua penyinaran diusahakan serendah-rendahnya (as low as

reasonably achieveable, ALARA), dengan memperhatikan factor

ekonomi dan social. Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus

direncanakan dan sumber radiasi harus dirancang dan

dioperasikan untuk menjamin agar paparan radiasi yang terjadi

dapat ditekan serendah – rendahnya. (Fakhrul, 2008)

4. Nilai Batas Dosis.

Pembatasan dosis baru dikenal pada tahun 1928 yaitu

sejak dibentuknya organisasi internasional untuk proteksi radiasi

(International commission on Radiological Protection – IRCP ).

Menurut rekomendasi IRCP, pekerja radiasi yang di tempat kerjanya

terkena radiasi tidak boleh menerima dosis radiasi lebih dari 50 mSv

pertahun dan rata-rata pertahun selama lima tahun tidak boleh lebih

dari 20 mSv. Nilai maksimum ini disebut Nilai Batas Dosis (NBD).

ICRP mendefinisikan dosis maksimum yang diizinkan diterima

28
seseorang sebagai dosis yang diterima dalam jangka waktu tertentu

atau dosis yang berasal dari penyinaran intensif seketika yang

menurut tingkat pengetahuan sekarang ini memberikan

kemungkinan yang dapat diabaikan tentang terjadinya cacat

somatik gawat atau cacat genetik. NBD berdasarkan rekomendasi

ICRP No. 60 Tahun 1990. (Fisika Kedokteran, 2015)

a. Nilai Batas Dosis Untuk Pekerja Radiasi.

Peraturan pemerintah No.33 tahun 2007 menetapkan besarnya

pembatas dosis harus dibawah 20 mSv dalam satu tahun. Nilai

batas dosis seperti di bawah ini harus di tekan serendah

mungkin :

1) Dosis ekivalen pada ekstremitas (tangan dan kaki) ataukulit

sebesar 500 mSv dalam satu tahun (nilai batas dosis ekivalen

pada kulit dirata-ratakan untuk luas 1 cm 2 dari daerah kulit

yang memperoleh penyinaran tertinggi).

2) Dosis ekivalen pada lensa sebesar 150 mSv dalam satu

tahun.

3) Dosis efektif sebesar 50 mSv untuk satu tahun.

4) Dosis efektif sebesar 20 mSv tiap tahunnya, dirata-ratakan

selama 5 tahun berturut-turut. (Fisika Kedokteran, 2015).

b. Nilai Batas Dosis Untuk Penyinaran Masyarak

meliputi :

1) Dosis Efektif sebesar 1 mSv (satu milisievert) dalam 1 (satu)

tahun tertentu.

29
2) Dosis Ekivalen untuk lensa mata sebesar 15 mSv (lima belas

milisievert) dalam 1 (satu) tahun tertentu.

3) Dosis Ekivalen untuk kulit sebesar 50 mSv (lima puluh

milisievert) dalam 1 (satu) tahun. (BAPETEN, 2013)

BAB III

METODE PEMERIKSAAN

A. Tempat dan Waktu Pemeriksaan

1. Tempat Pemeriksaan

Pemeriksaan dilaksanakan di Instalasi Radiologi RSUD

Prof. Dr. H.M Anwar Makkatutu Bantaeng.

2. Waktu Pemeriksaan

30
Pemeriksaan ini dilaksanakan pada tanggal 02 Desember

2019 pada pukul 11.10 WIB.

B. Kronologis Riwayat Pasien

Pada tanggal 2 Desember 2019, pasien mendatangi Rumah

Sakit RSUD Prof dr. H.M Anwar Makkatutu Bantaeng untuk

memeriksakan kelainan yang dirasakan pada daerah tulang

keluhan sakit tersebut, kemudian dokter mendiagnosa telah terjadi

dislokasi hip joint dan menyarankan untuk melakukan foto rontgen

pelvis di Instalasi Radiologi. Pasien datang ke instalasi radiologi

dengan membawa surat permintaan pemeriksaan radiologi dari

dokter. Selanjutnya pasien melakukan foto rontgen Pelvis proyeksi

AP.

C. Persiapan Pasien

Pada dasarnya pemeriksaan Pelvis ini tidak memerlukan

persiapan khusus, hanya saja pasien di anjurkan untuk pakai baju

ganti sehingga memudahkan untuk mengatur posis dan juga pasien

melepaskan benda-benda asing, tapi berhubungan pasien yang

datang ini adalah pasien rawat inap dengan keadaan pasien yang non

koperatif dan tidak ada benda-benda asing mengganggu hasil

radiografi maka pasien tidak melakukan persiapan.

D. Prosedur Kerja

31
1. Mencatat data pasien pada buku registrasi pasien meliputi nama,

umur, alamat, nomor foto, pasien BPJS, Klinis, pemeriksaan,

Dokter pengirim dan rekam medis

2. Memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan

3. Memposisikan pasien proyeksi AP.

4. Menentukan arah sinar (CR) dimana untuk proyeksi AP diarahkan

vertical tegak lurus bidang kaset

5. Menentukan pusat sinar (CP) untuk AP di pertengahan Pelvis

6. Mengatur jarak fokus film (FFD) untuk AP 100 cm

7. Mengatur luas lapangan penyinaran (Kolimasi) dengan batas atas 2

inci (5 cm) dari SIAS dan batas bawah Proximal Femur.

8. Mengatur faktor exposi meliputikV, mAs yang sama sesuai dengan

kondisi pasien.

9. Melakukan ekspostanpa instruksi

10. Pencucian Film secara CR

11. Hasil Radiograf di baca oleh Dokter Radiologi

12. Setelah di ketahui, hasil radiograf sekaligus hasil bacaannya

diberikan kepada pasien

32
BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Dan Pembahasan

1. Data Pasien

Berdasarkan observasi, penulis mendapatkan data

pasien sebagai berikut :

Nama : Tn. H

Umur : 70 Thn

Jenis kelamin : Laki-laki

33
Tanggal permintaan : 02 Desember 2019

Permintaan Foto : Pelvis

Keterangan Klinis : Dislokasi

2. Persiapan Alat dan Bahan yang digunakan

a. Persiapan Alat dan bahan

1) Pesawat sinar-X

a) Merk : SEHWA MEDICAL SYSTEMS (SMS)

b) Type : CSR-9344

c) Nomor Seri : TS2-1011207

d) Kapasitas : 125 Kv, 500 Ma, dan 6s

e) Buatan : Korea

Gambar 2.1 : Pesawat X-ray dan Meja Pemeriksaan


( Doc. RSUD.Prof.dr. H.M Anwar Makkatutu Kab. Bantaeng,
2019)

2) Kaset ( Image Plate )

a) Merk : Fuji Film

b) Ukuran : 35 x 43 cm

34
Gambar 2.2 : Kaset X-ray
( Doc. RSUD.Prof.dr. H.M Anwar Makkatutu Kab. Bantaeng,
2019)

3) Film

a) Merk : Fuji Film

b) Ukuran : 35 x 43 cm

Gambar 2.3 : X-ray Film


( Doc. RSUD.Prof.dr. H.M Anwar Makkatutu Kab. Bantaeng,
2019)

35
4) Alat processing : Computer Radiology (CR)

Gambar 2.4 : CR Processing


( Doc. RSUD.Prof.dr. H.M Anwar Makkatutu Kab. Bantaeng,
2019)

3. Teknik Pemeriksaan :

a. Pengertian

Teknik Pemeriksaan Radiografi Pelvis adalah suatu

tindakan Radiologi dengan menggunakan Sinar–x untuk

memperlihatkan adanya kelainan pada Pelvis.

b. Tujuan Pemeriksaan

Untuk memperlihatkan struktur anatomi pada Pelvis

yaitu : Os Coxae, Os Illium, Os Ischium, Os Pubis, Os.

Sacrum, Os Coccygis, dan Os Femur.

c. Indikasi Pemeriksaan

1. Fraktur

Fraktur atau biasa dikenal dengan patah tulang,

adalah terputusnya jaringan tulang atau tulang rawan baik

36
seluruhnya atau hanya sebagian besar terjadi akibat ruda

paksa/benturan.

d. Kontra Indikasi

Pasien yang memungkinkan atau pasien yang koperatif.

e. Proyeksi

Proyeksi AP

Tujuan Proyeksi AP : Untuk memperlihatkan struktur

pada anatomi daerah Pelvis dan memvisualisasikan

adanya kelainan pada anatomi Pelvis.

a. Posisi Pasien : Pasien diatur supine, kedua

lengan ditempatkan di sisi dan

menyilang di atas dada, pasien

diberi bantal.

b. Posisi Obyek : Kaki ekstensi, atur pelvis pada

posisi true AP, kaki dibuka

sekitar 20-24 cm kemudian

ujung jempol kaki disatukan,

pastikan nantinya tidak ada

gambaran yang terpotong.

c. Central Ray (CR) : Vertikal tegak lurus kaset

d. Central Point (CP) : Pertengahan antara crista illiaca

dengan simphisis pubis.

e. FFD : 100 cm

f. Kolimasi :

37
1) Batas Atas : Crista illiaca

2) Batas Bawah : Simphisis Pubis

g. Faktor Eksposi : kV = 63 dan mAs = 40

h. Prosessing Film : Prosessing film yang digunakan

menggunakan CR

Gambar 2.5 : Pemeriksaan Pelvis Proyeksi AP


( Doc. RSUD.Prof.dr. H.M Anwar Makkatutu Kab. Bantaeng, 2019)

4. Analisis Radiograf

a. Hasil Radiograf

38
Gambar 2.6 : Hasil Radiografi Pelvis Proyeksi AP
( Doc. RSUD.Prof.dr. H.M Anwar Makkatutu Kab. Bantaeng, 2019)

b. Kriteria Gambar

1) Proyeksi AP

a) Tampak tulang-tulang pelvis

b) Tampak L5, sacrum, dan coccygeus

c) Tampak caput femur dan trochanter mayor

c. Hasil Interpretasi Dokter

Dari hasil Interpretasi oleh dokter radiologi, maka

didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Fraktur transtrochanteric collum femur kiri

2. SI joint baik

Kesan : Fraktur Collum Femur Sinistra

d. Kelebihan Dan Kekurangan Foto

a. Kelebihan

39
1. Kriteria pada hasil radiograf sudah baik dan tampak

anatomi Pelvis secara keseluruhan.

2. Sudah mampu memberikan hasil diagnose

b. Kekurangan

a. Kolimasi yang dilakukan terlalu besar sehingga banyak

menghasilkan radiasi hambur.

B. Pembahasan Laporan Kasus

Teknik Pemeriksaan Radiografi Pelvis pada pasien di

Instalasi Radiologi Rumah Sakit RSUD Prof Dr. H.M Anwar

Makkatutu Bantaeng difoto sesuai dengan permintaan Dokter yakni

foto Pelvis dengan proyeksi AP, dengan klinis Dislokasi Hip Joint.

Pelvis adalah daerah batang tubuh yang berada disebelah

dorsokaudal terhadap abdomen dan merupakan daerah peralihan

dari batang tubuh ke ekstremitas inferior.

Dalam pemeriksaan Radiografi Pelvis di Rumah Sakit RSUD

Prof Dr. H.M Anwar Makkatutu Bantaeng pada kasus Fraktur Collum

Femoris Proyeksi yang biasa digunakan untuk membantu

menegakka n diagnosa yakni Proyeksi Antero Posterior (AP).

Adapun Teknik Pemeriksaan Radiografi Pelvis dengan

Proyeksi Antero Posterior (AP) berguna untuk memperlihatkan

gambaran radiograf pelvis dan memperlihatkan fraktur, dislokasi,

penyakit degenerative dan lesi tulang.

40
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan laporan kasus

Pemeriksaan Radiografi Pelvis dengan permintaan dokter yakni

Proyeksi AP dengan klinis Dislokasi Hip Joint di Instalasi Radiologi

Rumah Sakit RSUD Prof Dr. H.M Anwar Makkatutu Bantaeng yaitu

dengan proyeksi AP, tujuannya untuk menampakkan pelvis, dan

memperlihatkan fraktur, dislokasi, penyakit degeratif dan lesi tulang.

Posisi Pasien di atur Supine atau berbaring di atas meja pemeriksaan,

kedua lengan ditempatkan disisi dan menyilang di atas dada. Posisi

Objeknya kaki ekstensi, atur pelvis pada posisi true AP, kaki dibuka

sekitar 20-24 cm kemudian ujung jempol kaki disatukan, pastikan

41
nantinya tidak ada gambaran yang terpotong. Adapun CR vertical

tegak lurus dan CP pertengahan antara crista illiaca dengan simphisis

pubis. FFD 100 cm, kolimasinya yaitu batas atas Crista illiaca dan

batas bawah Simphisis Pubis. Faktor Eksposi, kV=63 dan mAs = 40.

B. Saran

Untuk penentuan posisi pada pemeriksaan Radiografi Pelvis

sebaiknya disesuaikan dengan kondisi pasien atau dilihat dari

kenyaman pasien, khususnya pada pasien dengan klinis Dislokasi Hip

Joint. Pada pemeriksaan Radiografi Pelvis perlu di perhatikan proteksi

terhadap pasien khususnya proteksi radiasi.

DAFTAR PUSTAKA

Merril’s Vinita, Atlas Of Rantgenographie Posision And Radiologic


Procedures, volume two, eight edition louisL: the mosby
company.(1995)

Pearce., Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama

Anonim. 2016. Anatomi Ossa Pelvis (Online)


https://graphermuda.blogspot.com Di akses 26 Mei 2017

Anonim. 2015. Teknik pemeriksaan pelvis (Online)


http://gudangmedis.blogspot.com Di akses 15 April 2017

Anonim. 2013. Proteksi Radiasi (Online)


http://dunia-radiology.blogspot.com Di akses 7 Februari 2018

42
LAMPIRAN 1
BIODATA PENULIS

NAMA LENGKAP : Desya Syafitra


PANGGILAN : Dede
NIM : 18062
KELAS :B
T.T.L : Sungguminasa, 20 September 2000
ASAL DAERAH : Gowa
ASAL SMA : SMA Negeri 1 Gowa
ALAMAT : Jl. Syamsuddin Tunru, No 43 B
HOBBY : Mendengarkan Musik dan Menonton Drakor
CONTACT PERSON
HP :-
Instagram : Dedecaaa_
EMAIL : desyasyafitra20@gmail.com

PENGALAMAN ORGANISASI : -

43
BIODATA PENULIS

NAMA LENGKAP : Ade Riska Riantini


PANGGILAN : Riska
NIM : 18052
KELAS :B
T.T.L : Sidrap, 25 November 1999
ASAL DAERAH : Makassar
ASAL SMA : SMA Negeri 21 Makassar
ALAMAT : Per. Dewi Karmila Sari
HOBBY : Menyanyi
CONTACT PERSON
HP : 085240832462
Instagram : riskaade.25
EMAIL : riantiniriska35@gmail.com

PENGALAMAN ORGANISASI :
IPM ( Ikatan Pelajar Muhammadiyah )
Hizbul Wathan
UKM UNHAS Olahraga Volly

44
HIMARAD ( Himpunan Mahasiswa Radiologi )

BIODATA PENULIS

NAMA LENGKAP : Zulfajri


PANGGILAN : Fajri
NIM : 18157
KELAS :C
T.T.L : Bontorita, 12 Desember 2000
ASAL DAERAH : Gowa
ASAL SMA : SMA Negeri 2 Gowa
ALAMAT : Bontorita
HOBBY : Tennis Meja
CONTACT PERSON
HP : 085
Instagram :
EMAIL : toyotadinarino.239@gmail.com

PENGALAMAN ORGANISASI :
-

45
BIODATA PENULIS

NAMA LENGKAP : Risnaini Moso


PANGGILAN : Isna
NIM : 18037
KELAS :A
T.T.L : Tibawa, 15 November 2000
ASAL DAERAH : Gorontalo
ASAL SMA : MAN Limboto
ALAMAT : Jl. Amanagappa No 1
HOBBY : Jalan-jalan
CONTACT PERSON
HP : 082396441597
Instagram : isnamoso
EMAIL : isnamoso27@gmail.com

PENGALAMAN ORGANISASI :
HIMARAD ( Himpunan Mahasiswa Radiologi )
HPMIG ( Himpunan Pelajar Mahasiswa Indonesia Gorontalo )

46
BIODATA PENULIS

NAMA LENGKAP : SAHRUL


PANGGILAN : Arul
NIM : 18039
KELAS :A
T.T.L : Buol, 7 April 2001
ASAL DAERAH : KAB. Buol
ASAL SMA : SMA 1 Bokat
ALAMAT : JL. Belibis No 43
HOBBY : Olahraga
CONTACT PERSON
HP : 082293612528
Instagram : Sahrul
EMAIL :-

PENGALAMAN ORGANISASI :
PIKOM IMM Radiologi ( Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah )
HMKB ( Himpunan Mahasiswa Kabupaten Buol )

47
BIODATA PENULIS

NAMA LENGKAP : TAURIZIA UBUDIYAH AZZAHRA


PANGGILAN : Nadya
NIM : 18152
KELAS :C
T.T.L : Sungguminasa, 25-07-2000
ASAL DAERAH : Gowa
ASAL SMA : Sman 2 Gowa
ALAMAT : Jl.Poros Panciro
HOBBY : Adventure
CONTACT PERSON
HP : 088246227958
Instagram : nadyazahraaa_
EMAIL : nadyaazzahra25@Icloud.com

PENGALAMAN ORGANISASI : Karang Taruna

48
LAMPIRAN 2
FOTOCOPY SURAT PENGANTAR FOTO

49
(Dok. Surat pengantar foto di Instalasi Radiologi RSUD Prof. dr. H.M
Anwar Makkatutu Bantaeng, 2019)

LAMPIRAN 3
FOTOCOPY HASIL BACA LAPORAN KASUS

50
(Dok. Hasil baca foto di Instalasi Radiologi RSUD Prof. dr. H.M Anwar
Makkatutu Bantaeng, 2019)

LAMPIRAN 4
GAMBAR STRUKTUR ORGANISASI RADIOLOGI

51
DIREKTUR
Dr.H.SULTAN, M.Kes

KABID PENUNJANG PELAYANAN DOKTER PENANGGUNG JAWAB


MUHAJIR.SKM,M.Kes MUHAJIR.SKM,M.Kes

KEPALA INSTALASI
SITTI CHADIDJAH,S.SI

PENANGGUNG JAWAB PROTEKSI RADIASI PENANGGUNG JAWAB ADMINISTRASI & LOGISTIK


MUH HASRUL,Amd.Rad NURAENI,Amd.Rad

PENANGGUNG JAWAB RUANG PEMERIKSAAN


BAHAR,Amd.Rad

ASISTEN USG PELAKSANAAN PEMERIKSAAN


RADIOGRAFER RADIOGRAFER

LAMPIRAN 5

52
GAMBAR DENAH RUANGAN PEMERIKSAAN
RADIOLOGI

LOKET

KAMAR RUANG

PETUGAS USG

RUANG
RUANG PMERIKSAAN 1
CI CT- WC
SCAN

RUANG PMERKSAAN 2

PANORAMIK

RUANG EKSPOS

RUANG PROSESING

LAMPIRAN 6

53
DOKUMENTASI RUANG PENGOLAHAN FILM

PINTU MASUK

PROSESING COMPUTER PROSESING


FILM KASET

PENYIMPANAN
KASET

LAMPIRAN 7

DOKUMENTASI KRGIATAN PKL

54
Aktifitas Saat Supervisi

(Doc. RSUD Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng)

Aktivitas saat diruang prosessing

(Doc. RSUD Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng)

55
Kebersamaan anggota PKL 1 dengan CI dan senior Radiologi

(Doc. RSUD Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng)

Kebersamaan anggota PKL 1 dengan CI dan senior Radiologi

(Doc. RSUD Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng)

56

Anda mungkin juga menyukai