Anda di halaman 1dari 17

ANALISA PENUNDAAN LAYANAN BEDAH

MULUT PADA PASIEN DENGAN JAMINAN


KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI RUMAH
SAKIT UNIVERSITAS BRAWIJAYA
BERDASARKAN KAJIAN FILSAFAT

Oleh :
Nuzulya Puspasari

236070200111009

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2023
BAB I
PENDAHULUA
N

1.1. Latar Belakang


Dokter gigi adalah individu yang memiliki izin dan kewenangan sesuai
aturan perundangan untuk melakukan pelayanan kesehatan, khususnya memeriksa
dan mengobati penyakit gigi dan mulut, dan dilakukan menurut hukum dalam
pelayanan kesehatan. Bagi semua dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter
gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam
maupun di luar negeri dan diakui oleh pemerintah Republik Indonesia sesuai
dengan peraturan perundang undangan. Dokter gigi juga merupakan tenaga inti
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat. Dalam hal
ini berarti seorang dokter gigi juga harus dapat berfungsi sebagai pimpinan dan
penggerak bagi terciptanya kerja tim kesehatan gigi yang efektif dan efisien.
Gigi impaksi merupakan gigi yang menghalangi jalan normalnya
erupsi pada lengkung gigi karena kurangnya ruang pada lengkung atau
obstruksi pada jalannya erupsi gigi. Gigi molar ke tiga rahang bawah
impaksi dapat mengganggu fungsi kunyah dan sering menyebabkan
berbagai komplikasi. Penatalaksaan untuk gigi impaksi dapat dilakukan
tindakan salah satunya operasi odontektomi. Operasi odontectomi
merupakan salah suatu cara yang digunakan untuk mengambil gigi yang
tidak erupsi dan gigi yang erupsi sebagian atau sisa akar yang tidak dapat
diekstraksi dengan teknik biasa. Pada kasus odontektomi harus dilakukan
pembedahan, pengeluaran gigi yang erupsi sebagian atau akar yang kuat
yang tidak dapat dicabut dengan metode pencabutan tertutup, sehingga
harus dikeluarkan secara bedah atau pencabutan dengan metode
terbuka. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 dan 2013,
persentase penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut
meningkat dari 23,2% menjadi 25,9% dan dari penduduk yang
mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut, yang mendapat
perawatan medis gigi meningkat dari 29,7% di tahun 2007 menjadi 31,1%
pada tahun 2013. Di Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta pada bulan
September 2018 pasien yang melakukan odontektomi sebanyak 130
pasien (Notokusumo et al.,2021).
Peningkatan jumlah penyedia pelayanan kesehatan memicu adanya persaingan
ketat antara penyedia pelayanan kesehatan. Persaingan yang tinggi menyebabkan setiap
sarana pelayanan kesehatan harus menempatkan orientasi pada kepuasan pasien.
Penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kalimantan Timur
menyatakan bahwa untuk meningkatkan kepuasan pasien maka perlu adanya perbaikan
mutu. Mutu adalah sifat dan karakteristik produk atau pelayanan yang berhubungan
dengan kemampuannya memuaskan pelanggan. Dimensi yang dapat digunakan untuk
menilai mutu pelayanan kesehatan antara lain daya tanggap (responsiveness) yaitu lama
waktu pelayanan atau kemampuan untuk menyediakan pelayanan dengan cepat dan
tepat. Waktu pelayanan merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan untuk
mengukur efektifitas suatu organisasi yang terdiri dari ketepatan waktu dan kecepatan
waktu. Ketepatan dan kecepatan waktu pelayanan yang diberikan berhubungan dengan
kepuasan pasien (Nur Jannah et al., 2017)Kepuasan pasien menjadi faktor penting
keberlangsungan rumah sakit, baik rumah sakit swasta maupun rumah sakit
pemerintah. Menurut penelitian, kepuasan pasien berkaitan dengan loyalitas
pasien. Pasien yang merasa puas dengan pelayanan kesehatan yang mereka
terima di suatu tempat, besar kemungkinan akan kembali memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan di tempat yang sama. Hal ini akan berdampak pada tingginya
angka kunjungan pada fasilitas kesehatan tersebut (Kessler et. al.,2011).

1.2. Deskripsi Kasus


Ny. A usia 33 tahun (status pasien JKN) datang ke poli gigi spesialis bedah
mulut dengan keluhan gigi kanan bawah paling belakang bengkak dan nyeri. Gigi nyeri sudah
sejak 1 minggu yang lalu, belum pernah dilakukan perawatan dan sudah diberi resep obat
anti nyeri dari poli gigi klinik faskes I, namun sekarang nyeri kambuh lagi. Dokter
gigi spesialis bedah mulut melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan ditemukan bahwa gigi
bungsunya tumbuh miring (impaksi) sehingga harus dilakukan operasi gigi bungsu (odontektomi)
. Pada saat itu pasien hanya diberikan resep obat lagi dan surat pengantar foto rontgen panoramik
di laboratorium luar RS karena diperlukan untuk tindakan odontektomi nantinya. Setelah itu
pasien dipersilahkan pulang oleh perawat gigi dan diminta datang lagi ke poli gigi setelah
foto rontgen selesai.
Sekitar 1 minggu kemudian pasien datang lagi dengan membawa hasil foto rontgen
panoramik dan menunjukkan hasil foto tersebut kepada dokter spesialis. Setelah dilihat hasil
fotonya, dokter spesialis menjadwalkan pasien untuk tindakan odontektomi pada minggu
depannya. Namun ternyata pada jadwal minggu depan itu masa berlaku surat rujukan pasien
telah habis sehingga pasien harus kembali ke klinik faskes I untuk meminta surat rujukan lagi
ke RSUB.
Pasien mengeluhkan lamanya proses layanan bedah mulut tersebut pada perawat gigi.
Sedangkan kondisi giginya sudah bolak balik sakit dan ingin segera ditangani.
Perawat gigi menjelaskan kepada pasien bahwa saat ini memang ada 125 pasien
antrian di poli gigi spesialis bedah mulut dengan pembiayaan JKN. Penumpukan
antrian pasien terjadi karena banyaknya rujukan pasien kasus bedah mulut dari
klinik faskes I, sedangkan jumlah dokter gigi spesialis bedah mulut di RSUB
hanya 1 orang dengan jadwal praktek hanya 2x/minggu dan lama praktek 2
jam/shift. Setelah dijelaskan, pasien lebih memaklumi kondisi namun tetap
berharap pelayanan yang lebih cepat ke depannya.

1.3. Rumusan Permasalahan


Berdasarkan uraian deskripsi kasus diatas, maka pokok permasalahan yang akan di
bahas adalah :
1. Bagaimana kajian kejadian tersebut dari pandangan ilmu filsafat?
2. Bagaimana konsekuensi apabila dokter/perawat tidak menjelaskan kepada
pasien alasan lamanya pelayanan bedah mulut?
3. Bagaimana solusi agar kejadian tersebut tidak terulang kembali?
BAB II
PROFIL SINGKAT RUMAH SAKIT

2.1 Tipe RS Universitas Brawijaya


Rumah Sakit Universitas Brawijaya adalah salah satu dari delapan rumah sakit
pendidikan yang dikembangkan oleh Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek
Dikti). Berdiri diatas lahan seluas 20.000 m² didirikan pada bulan Desember 2008 dengan
luas bangunan 53.371 m² dan luas basement 7.072 m². RSUB mulai beroperasi pada tahun
2016, memiliki 3 gedung, yaitu Gedung A, Gedung B dan Gedung C.
Rumah Sakit Universitas Brawijaya adalah RS tipe C yang berlokasi tepatnya di
Jalan Soekarno Hatta, Kecamatan Jatimulyo, Kota Malang. Rumah Sakit ini adalah milik
Universitas Brawijaya yang saat ini sedang dalam proses sertifikasi sebagai Rumah Sakit
Pendidikan. Rumah Sakit Universitas Brawijaya (RSUB) yang mulai beroperasi pada tahun
2016 memiliki berbagai layanan kesehatan meliputi pelayanan gawat darurat, rawat inap, rawat
jalan, kamar operasi, rawat intensif dengan ventilator, layanan persalinan, homecare, forensik,
psikologi klinis, laboratorium klinik, radiologi, mikrobiologi klinik, patologi anatomi, farmasi,
gizi dan rehabilitasi medik. Jumlah SDM yang dimiliki RSUB sebanyak 412 orang, yang
terdiri dari PNS, pegawai tetap non PNS, pegawai kontrak serta pegawai lain-lain (PKS).
RSUB memiliki kapasitas rawat inap 110 tempat tidur (TT), yang terbagi menjadi
rawat inap Kelas 1,2 dan 3, VIP, ruang isolasi dan perina. Jumlah TT ini mengalami
penambahan dibandingkan tahun 2019 sebanyak 74 TT. Jenis layanan rawat jalan cukup
lengkap meliputi: Poli Umum, Poli Gigi, dan 18 poli spesialis lainnya. Layanan unggulan
yang dimiliki RSUB adalah Pain Center atau Poli Nyeri dan Layanan Degeneratif (DM dan
Cardiologi) serta Layanan Penyakit Infeksius.
2.2 Organisasi RS Universitas Brawijaya

Gambar 1. Organisasi dan Tata Kerja Unsur yang Berada di Bawah Rektor

Gambar 2. Struktur Organisasi RSUB

2.3 Visi, Misi, Motto dan Nilai


Rumah Sakit Universitas Brawijaya memiliki Visi menjadi Rumah Sakit yang
memiliki kualitas prima dalam pelayanan, pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat di bidang kesehatan yang bertaraf internasional.
Sedangkan misi dari RSUB adalah:
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu, dan
terjangkau oleh semua lapisan masyarakat yang berorientasi pada
keselamatan pasien dan kepuasan pelanggan.
2. Melaksanakan Pelayanan, pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat dibidang kesehatan dalam rangka membangun
sumber daya manusia melalui pemenuhan dan pembinaan dokter, dokter
spesialis, tenaga kesehatan, dan tenaga ahli lainnya yang relevan yang memiliki
karakter yang profesional, visioner, inovatif, dan berakhlak mulia dengan
melalui kerjasama dengan berbagai lembaga lainMenyelenggarakan
penelitian kesehatan yang inovatif dalam rangka penapisan dan
pengembangan teknologi di bidang kesehatan yang visioner demi
kemaslahatan masyarakat.
3. Menyelenggarakan pengabdian terutama di bidang kesehatan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan;
4. Menyelenggarakan kegiatan pengelolaan RSUB secara profesional, efektif,
dan efisien yang berguna untuk pengembangan pelayanan, pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan Tri Dharma
Perguruan Tinggi.
RSUB memiliki motto “RSUB SIAP” (Risk management, Safety, Unlimited,
Be the best, Sigap, Inovatif, Aman, Profesional). RSUB juga turut andil untuk
menyukseskan tridharma dalam penelitian yaitu mahasiswa dapat belajar atau melakukan
penelitian berbasis hospital yang menghasilkan jurnal ilmiah dan nantinya dapat menjadi
one stop research dalam ilmu kedokteran dan kesehatan.
2.4 Jenis Pelayanan RS Universitas Brawijaya
Jenis pelayanan yang ada di Rumah Sakit Universitas Brawijaya adalah sebagai berikut:
1. Instalasi Gawat Darurat
 Ruang Isolasi
 Triase (2 TT)
 Ponek (1 TT)
 Ruang Prioritas 1 (2 TT)
 Ruang Prioritas 2 (3 TT)
2. Rawat Jalan
 Poli Anak
 Poli Penyakit Dalam
 Poli Bedah
 Poli Orthopaedi dan Traumatologi
 Poli Obstetri dan Ginekologi
 Poli Jantung
 Poli Mata
 Poli Paru
 Poli Saraf
 Poli Jiwa/ Psikolog Klinis
 Poli THT
 Poli Rehab Medik
 Poli Gigi Umum
 Poli General Chek Up
 Poli Andrologi
 Poli Gizi
 Poli Kulit Kelamin
 Poli Urologi
 Poli Covid-19
 Poli Anestesi dan Nyeri
 Poli Onkologi
 Hemodialisa
 Kemoterapi
 Pain Center
 Telemedicine
 Poli Gigi Spesialis :
o Spesialis Gigi Anak
o Spesialis Konservasi Gigi
o Spesialis Penyakit Mulut
3. Rawat Inap
 VIP Anggrek (4 TT)
 Kelas 2 Anggrek (22 TT)
 Kelas 3 Anggrek (10 TT)
 Kelas 1 Melati (9 TT)
 Kelas 3 Melati (16 TT)
 Kelas 1 Tulip (5 TT)
 Kelas 3 Tulip (16 TT)
 Ruang isolasi tekanan negative (12 TT)
4. Intensive Care Unit
5. Kamar Bersalin
 Kebidanan dan Kandungan (2 TT)
 Perinatologi (7 TT)
6. Kamar Operasi
7. Layanan penunjang medis
8. Layanan penunjang non medis
BAB III
ANALISIS
FILSAFAT

3.1. Kajian Filsafat


Ontologi berasal dari Bahasa Yunani, “ontos” yang berarti “yang ada” dan “logos”
yang berarti “penyelidikan tentang”. Jadi ontologi membicarakan asas rasional dari sebuah
ilmu, berusaha untuk mengetahui esensi yang terdalam dari sebuah ilmu. Ontologi seringkali
disebut sebagai teori hakikat yang membicarakan pengetahuan itu sendiri. Hakikat adalah
kenyataan yang sebenarnya, kebenaran sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara atau
keadaan yang menipu dan bukan keadaan yang berubah. Kajian ontology akan dapat
menjawab pertanyaan “apa yang ingin diketahui” (Susanto, 2021).
Kajian ontology pada deskripsi diatas yaitu dengan menjawab pertanyaan “Apa yang
ingin diketahui pasien tentang proses layanan bedah mulut?”. Pasien ingin mengetahui apa saja
tahapan proses layanan bedah mulut pada kasus giginya yang sakit sehingga bisa segera
ditangani.
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal mula, susunan, metode,
dan status sahnya sebuah ilmu pengetahuan. Epistemology membicarakan sumber pengetahuan
dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan tersebut. Epistemology sering disebut dengan
teori ilmu pengetahuan, karena membicarakan hal
– hal yang berkenaan dengan pengetahuan. Pengetahuan manusia terbagi atas tiga macam,
yaitu pengetahuan sains, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan mistik. Pengetahuan ini
diperoleh manusia melalui berbagai cara dan dengan menggunakan berbagai alat. Melalui
epistomologi diharapkan terjawab pertanyaan tentang “bagaimana” (Susanto, 2021).
Kajian epistemology pada deskripsi kasus di atas adalah menjelaskan “bagaimana
cara pasien mendapatkan informasi terkait proses layanan bedah mulut?” Dokter gigi dan
perawat gigi sebagai tenaga professional seharusnya dapat menjelaskan kondisi gigi
pasiennya, apa yang menyebabkan kondisi tersebut, serta tindakan apa yang akan dilakukan.
Pasien juga memiliki hak untuk mengetahui apa yang terjadi dengan kondisinya dan
bagaimana proses perawatan yang akan diberikan.
Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai, yang
umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Nama lain dari bidang kajian
aksiologi ini adalah disebut dengan teori nilai ini membahas mengenai kegunaan atau manfaat
pengetahuan. Aksiologi ini dipergunakan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan
“mengapa” (Susanto, 2021).
Dalam deskripsi kasus diatas apabila dikaji dari aksiologi, maka akan menjawab
pertanyaan “mengapa proses layanan bedah mulut pada pasien lama?”. Hal ini terjadi karena
jumlah pasien yang sangat banyak sedangkan jumlah dokter gigi spesialis bedah
mulut hanya 1 orang sehingga proses layanan bedah mulut pasien menjadi lebih lama.
Seharusnya rumah sakit merekrut lebih banyak dokter gigi spesialis bedah mulut supaya
mempercepat pelayanan pasien dan tentunya juga dapat meningkatkan kualitas pelayanan pasien.
3.2. Pentingnya Edukasi kepada Pasien
Rumah Sakit harus mampu memberikan pelayanan yang bermutu kepada
pelanggannya (pasien), salah satu diantaranya dengan memberikan pelayanan secara
professional. Dengan demikian, semua pemberi pelayanan kesehatan boleh bersaing namun
kualitas pelayanan dan kepuasan pasien sebagai konsumen masih tetap menjadi tolak ukur
utama keberhasilan pelayanan kesehatan yang diberikan. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kepuasan klien adalah komunikasi. Komunikasi merupakan komponen
penting dalam pelayanan Rumah Sakit, dengan mendengarakan keluhan atau pertanyaan
pasien dan menjelaskan prosedur tindakan adalah contohcontoh komunikasi yang harus
dilakukan selama melakukan pelayanan. Komunikasi juga merupakan proses yang dilakukan
petugas dalam menjalin kerjasama yang baik dengan pasien atau dengan tenaga kesehatan
lain dalam rangka membantu mengatasi masalah pasien (Yulianti et. al., 2018).
Dokter gigi dan perawat gigi sebagai petugas pemberi asuhan memiliki kewajiban
untuk memberikan informasi dan edukasi kepada pasiennya. Penerapan patient centered
care berpengaruh cukup besar dalam keterlibatan pasien dan keluarga. Pasien yang
mengetahui kondisi dirinya akan dapat memutuskan pilihan perawatan yang lebih baik .
3.3. Pentingnya Tindak Lanjut Keluhan Pasien
Kualitas pelayanan berhubungan dengan kepuasan pasien. Kepuasan pasien berpengaruh
signifikan terhadap loyalitas (Yulisetiarini D., 2016). Kepuasan pasien terhadap pelayanan
kesehatan gigi adalah perbandingan antara persepsi pasien terhadap pelayanan yang diterima dengan
harapan pasien sebelum mendapatkan pelayanan. Apabila harapan pasien terpenuhi, berarti
pelayanan tersebut sudah memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang bermutu sehingga
membuat suatu kualitas yang luar biasa dan juga akan menimbulkan kepuasan yang tinggi
(Dewanto et. al., 2014).
Hubungan dokter dan pasien yang baik dapat dicapai dengan komunikasi yang
efektif. Komunikasi mempunyai peranan besar dalam keberhasilan dalam praktek dokter gigi.
Salah satu cara dokter gigi untuk lebih mengefektifkan komunikasi adalah dengan jalan
memahami sepenuhnya cara yang digunakan berkomunikasi. Dalam melakukan perawatan gigi
diperlukan teknik komunikasi yang sedemikian rupa yang disesuaikan dengan tingkat
pendidikan, tingkat usia, dan kepribadian pasien. Komunikasi verbal dan non verbal dapat
disatukan, sehingga dapat membangkitkan motivasi pasien dalam melakukan perawatan gigi
dan mulut. Penting bagi dokter gigi untuk mengetahui jiwa dan bagaimana mempelajari jiwa
seseorang sehingga pengetahuan tersebut dapat mendasari perawatan seorang pasien dan
akan mempercepat proses penyembuhan (Winugroho, 2009).
Ketidakpuasan yang tidak ditindaklanjuti dengan baik akan menyebabkan penurunan
kepuasan pasien yang juga berimbas pada loyalitas pasien yang berkurang. Pada deskripsi kasus di
atas, apabila ada keluhan pasien terkait proses layanan bedah mulut dan tidak dapat
diselesaikan di tingkat unit, maka dapat dilanjutkan ke bagian humas sesuai alur komplain.
Pada kasus ini, pasien telah diberikan penjelasan dan edukasi oleh perawat gigi dan disampaikan
permintaan maaf, sehingga pasien tidak mempermasalahkan lebih lanjut. Namun hal ini
dapat menjadi evaluasi untuk RSUB bagaimana cara mempercepat proses layanan bedah mulut
agar tidak menimbulkan keluhan pada pasien.
3.4. Solusi Permasalahan
Peranan Komite Medis terutama Sub Komite Mutu cukup besar dalam
monitoring kualitas layanan yang diberikan oleh dokter termasuk layanan bedah mulut.
Peranan Komite Medis dalam mengevaluasi mutu layanan menjadi hal yang
mendasar dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Solusi yang dapat diambil
yaitu
 Melakukan perekrutan dokter gigi spesialis bedah mulut lagi untuk menambah
jam pelayanan sehingga dapat mempercepat proses layanan bedah mulut dan
meningkatkan kepuasan pasien
 Pengadaan alat radiologi panoramik supaya mempercepat pelayanan bedah
mulut
BAB III
PENUTU
P

3.1. Kesimpulan
Dari kajian deskripsi kasus, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dalam layanan kesehatan, seorang dokter gigi dan perawat gigi harus
memberikan hak pasien sepenuhnya yaitu mendapatkan informasi, edukasi, dan
persetujuan tindakan kedokteran sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
2. Ketidakpuasan pasien atas proses layanan kesehatan harus ditindaklanjuti
dengan baik untuk meningkatkankepuasanpasienkembali

3.2. Saran
1. Perlunya perekrutan dokter gigi spesialis bedah mulut lagi untuk mempercepat proses
layanan bedah mulut
2. Pentingnya peranan Komite Medis dalam monitoring mutu layanan dalam sebuah
rumah sakit melalui evaluasi kinerja baik secara kualitatif maupun kuantitatif
3. Pengadaan alat radiologi panoramik supaya mempercepat pelayanan
bedah mulut
DAFTAR PUSTAKA

Dewanto I, Lestari NI. Panduan pelaksanaan pelayanan kedokteran gigi dalam sistem jaminan
kesehatan nasional. Edisi 1. Jakarta: Pengurus Besar Persatuan Dokter gigi Indonesia,
2014. Hal. 29-44.
Kessler, D. P., & Mylod, D. (2011). Does patient satisfaction affect patient loyalty?
International Journal of Health Care Quality Assurance, 24(4), 266–273.
https://doi.org/10.1108/09526861111125570

Notokusumo, J., Musik Klasik Mozart Terhadap Tekanan Darah Pasien Operasi
Odontectomy Sahuri Teguh Kurniawan, P., Armanto, I., Aktifah, N.,
Teguh Kurniawan, S., & Kusuma Husada Surakarta, U. (n.d.).
PENGARUH MUSIK KLASIK MOZART TERHADAP TEKANAN
DARAH PASIEN OPERASI ONDONTECTOMY.

Nur Jannah, A., & Widi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember Jln
Kalimantan, R. E. (n.d.). Hubungan Kecepatan Waktu Pelayanan
terhadap Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas
Jember (The Relation of Speed Time Service to Patient Satisfaction in
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Jember).

Susanto, A., 2021. Filsafat ilmu: Suatu kajian dalam dimensi ontologis, epistemologis,
dan aksiologis. Bumi Aksara.
Winugroho, N.T., 2009. Keramahtamahan dalam berkomunikasi antara dokter dan pasien guna
meningkatkan kepuasan pasien. Jurnal PDGI, 58(1), pp.21-25.
Yulisetiarini, D., & Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember Jl Kalimantan No, P. (2016).
SERVICE QUALITY, SATISFACTION, AND LOYALTY ON PATIENT DENTAL
HOSPITAL OF JEMBER UNIVERSITY. In NurseLine Journal (Vol. 1, Issue 1).
Yuliyanti, S., Sugeng, P. and Ratnawati, R., 2018. Peran Dokter Umum pada Program
Promosi Kesehatan di Layanan Primer. Majalah Kedokteran Bandung, 50(3),
pp.152-158.

Anda mungkin juga menyukai