DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit sebagai salah satu organisasi pelayanan yang bergerak di bidang
kesehatan memiliki suatu sistem yang terdiri dari tim pelayanan kesehatan seperti
dokter, perawat, ahli gizi dan tenaga kesehatan lainnya yang melayani masyarakat
secara umum. Oleh karena itu, pihak rumah sakit dituntut untuk memberikan
pelayanan terbaik sehingga diperlukan manajemen yang baik dan efektif yang
mempunyai satu tujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan (Sudarianto, 2008)
Peningkatan pelayanan kesehatan melalui rumah sakit harus selalu berpacu
dengan kesadaran, harapan serta permintaan masyarakat yang makin meningkat,
tumbuh dan berkembangnya dinamika masyarakat itu sendiri. Masyarakat
mengharapkan pelayanan yang bermutu tanpa menghadapi kesulitan untuk
memperolehnya. Sehingga pelayanan dirumah sakit harus memperhatikan tingkat
kepuasan pasien. Kepuasan pasien adalah keadaan saat keinginan, harapan dan
kebutuhan pasien dapat dipenuhi. Pelayanan dinilai memuaskan jika pelayanan
tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pasien. Pasien merupakan individu
terpenting di rumah sakit sebagai konsumen sekaligus sasaran produk rumah sakit
(Soejadi, 1996 dalam Sumarwan, 2003). Konsumen tidak akan berhenti hanya sampai
proses penerimaan pelayanan saja, namun akan mengevaluasi pelayanan yang
diterimanya. Hasil dari evaluasi itu akan melahirkan perasaan puas atau tidak puas.
Salah satu hal yang menunjang terwujudnya kepuasan pasien adalah adanya
komunikasi yang terapeutik dari tenaga kesehatan.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010, rumah
sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan sarana pelayanan
kesehatan perorangan secara keseluruhan yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan dan gawat darurat. Keselamatan pasien merupakan suatu variabel untuk
mengukur dan mengevaluasi fasilitas pelayanan keperawatan yang berdampak
terhadap pelayanan kesehatan.Sejak malpraktik menggema di seluruh belahan bumi
melalui berbagai media baik cetak, maupun elektronik hingga ke jurnal – jurnal ilmiah
ternama, dunia kesehatan mulai menaruh kepedulian yang tinggi terhadap isu
keselamatan pasien (Nursalam, 2011).
The American Hospital Asosiation (AHA) Board of Trustees
mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan pasien (patient safety)
merupakan sebuah prioritas strategik. Mereka juga menetapkan capaian-capaian
peningkatan yang terukur untuk medication safety sebagai target utamanya. Tahun
2000, Institute of Medicine, Amerika Serikat dalam “TO ERR IS HUMAN, Building a
Safer Health System” melaporkan bahwa dalam pelayanan pasien rawat inap di rumah
sakit ada sekitar 3-16% Kejadian Tidak Diharapkan (KTD/Adverse Event).
Menindaklanjuti penemuan ini, tahun 2004, WHO mencanangkan World Alliance for
Patient Safety, program bersama dengan berbagai negara untuk meningkatkan
keselamatan pasien di rumah sakit.Pada tahun 2004, WHO mengumpulkan angka-
angka penelitian rumah sakit di berbagai negara ; Amerika, Inggris, Denmark dan
Australia, ditemukan KTD dengan rentang 3,2-16,6%. Data-data tersebut menjadikan
pemicu berbagai negara untuk segera melakukan penelitian dan pengembangan sistim
keselamatan pasien.
Di Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor 496/Menkes/SK/IV/2005
tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk
tercapainya pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error dan
memberikan keselamatan bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan
Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan
mengajak semua stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatian keselamatan
pasien di rumah sakit.Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk
mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan
rumah sakit untuk berusaha mengurangi medical error sebagai bagian dari
penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka dikembangkan system Patient Safety
yang dirancang mampu menjawab permasalahan yang ada.
Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan angka
kejadian yang tidak diharapkan atau KTD yang sering terjadi pada pasien selama
dirawat di rumah sakit. KTD bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain beban
kerja perawat yang tinggi, alur komunikasi yang kurang tepat, penggunaan sarana
kurang tepat dan lain sebagainya (Nursalam, 2011). Tujuan dilakukannya kegiatan
Patient Safety di rumah sakit adalah untuk menciptakan budaya keselamatan pasien di
rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit, menurunkan KTD di rumah
sakit, terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi risiko.
Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf
Rumah Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya
kesalahan medis (medical errors). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis
ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa
berupa Kejadian Tidak Diharapkan / KTD (Kemenkes, 2012).
Berdasarkan pengamatan mahasiswa tanggal 24-26 Agustus 2019 di Ruangan
rawat inap Bedah RSUD Dr. M. Zein Painan. Dari hasil observasi diketahui bahwa di
Ruangan rawat inap Bedah perawat sudah mengidentifikasi pasien, namun belum
sesuai dengan standar keselamatan pasien di RSUD, karena hampir seluruh perawat
hanya mengkonfirmasi nama pasien saja. Pada saat overan perawat belum
menerapakan SBAR secara maksimal serta belum terlaksananya pre conference dan
post conference secara optimal, mahasiswa juga tidak menemukan adanya standar
operasional prosedur (SOP) tentang pre dan post conference. Dari hasil wawancara
mahasiswa dengan kepala ruangan di ruang rawat inap Bedah RSUD Dr. M. Zein
Painan mengatakan bahwa dalam meningkatkan keselamatan pasien sudah melakukan
prosesnya dengan baik namun ada beberapa yang belum maksimal seperti proses
keperawatan pre dan post conference yang belum diterapkan. Untuk permasalahan
tersebut mahasiswa merasa perlu mengadakan pertemuan dalam bentuk lokakarya
mini dengan mengundang kepala ruangan rawat inap Bedah RSUD Dr. M. Zein
Painan, pembimbing klinik dan pembimbing akademik.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan manajemen pelayanan dan
manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat Bedah RSUD Dr. M. Zein Painan
Tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
Secara individu/ kelompok mahasiswa dapat menunjukkan kemampuan:
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit
Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi mengenai
beberapa masalah pelayanan dan tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap
Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan 2019.
2. Bagi Perawat
Dapat mengoptimalkan pemberian asuhan keperawatan dan meningkatkan
kepuasan pasien dengan komunikasi efektif di ruang rawat inap Bedah RSUD Dr.
M. Zein Painan 2019.
3. Bagi Pasien
Dapat mencegah terjadinya kejadian yang tidak diharapkan dan
meningkatkan kepuasan pada pasien di ruang rawat inap Bedah RSUD Dr. M.
Zein Painan 2019.
4. Bagi mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan terkait manajemen layanan di ruang rawat
dan sebagai pemenuhan tugas praktek keperawatan manajemen keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang.
BAB II
RSUD Dr. M. Zein Painanmerupakan Rumah Sakit tipe C yang terletak di kota
painan. RSUD Dr. M. Zein painan merupakan rumah sakit rujukan dari puskesmas. Rumah
Sakit RSUD Dr. M. Zein Painan memiliki palayanan rawat jalan (Poli), Rawat Jalan IGD,
Farmasi, laboratorium, Medical Check Up, Kamar Bersalin, dan Radiologi, Kamar Operasi,
dll.
Berdasarkan pengamatan situasi di di ruang rawat inap Bedah yang terdiri ruang
kelas 1, 2, 3, Ruang Luka Bakar 2 tempat tidur dan Ruang Tetanus 1 tempat tidur dimana
pada kelas I terdapat 6 tempat tidur, kelas II ada 8 tempat tidur, dan kelas III ada 18 tempat
tidur. Jumlah tenaga keperawatan seluruhnya ada 20 orang, dengan tingkat pendidikan 5
orang S.Kep dan 15 orang berpendidikan D3 Keperawatan. Ruang Rawat ini dipimpin oleh
satu orang kepala ruangan yang berlatar pendidikan S1 Keperawatan, ada 2 orang Katim dan
17 orang perawat pelaksana dengan jadwal 3 shift yaitu pagi, sore, malam. Model
penyelenggaraan asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap (Ranap) kelas mandeh rubiah
yaitu metode tim. Pertanggung jawaban perawat pelaksana dibagi berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien. Selain perawat pelaksana, kepala ruangan juga ada memanajemen
Fasilitas yang tersedia diruang diruang rawat inap Bedah RSUD Dr. M. Zein Painan
terdiri dari 12 kamar tidur yang masing- masing memiliki toilet , handrub di dalam kamar.
A. WINSHIELD SURVEY
Berdasarkan hasil winshield survey di Ruang Rawat Inap (Ranap) Bedah RSUD Dr.
M. Zein Painan tanggal 24-26 Juli 2019, kelompok menemukan ada beberapa masalah di
Dari hasil wawancara kelompok di Ruang Rawat Inap (Ranap) Bedah RSUD Dr. M.
Zein Painan 26 Juli 2019 terhadap Katim dan kepala ruangan, di dapatkan bahwa perawat
mengatakan belum pernah melakukan penerapan pre conference dan post confrence di
ruangan. Perawat mengatakan bahwa Pre dan Post conference tidak dapat dilaksanakan
Dari hasil observasi kelompok, selama 2 hari, pre dan post conference tidak pernah
dilakukan di ruangan, serta belum ada inisiatif perawat untuk melakukan pre dan post
conference.
menggunakan komunikasi SBAR terutama saat menerima order dari via telepon, tetapi
SBAR. Saat timbang terima pasien di ruangan, perawat tidak menyebutkan diagnosa
hanya menyampaikan tindakan kolaboratif yang perlu dilakukan terhadap pasien, namun
untuk tindakan keperawatan mandiri tidak disampaikan dalam rencana tindak lanjut pasien.
SOP SBAR telah tersedia di portir perawat, namun penerapannya dalam overan belum
overan
Daftar Masalah
B. Karakteristik Responden
Diagram 1. Distribusi frekuensi usia perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M. Zein Painan
(n=9)
22%
dewasa muda
dewasa tengah
78%
Diagram diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh (78%) perawat di ranap
Bedah RSUD Dr. M. Zein Painan berada pada usia dewasa tengah.
Diagram 2. Distribusi frekuensi jenis kelamin perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M. Zein
Painan (n=9)
laki-laki
perempuan
100%
Diagram 3. Distribusi frekuensi tingkat pendidikan perawat di Ranap Bedah RSUD Dr.
M. Zein Painan (n=9)
11%
Diploma 3
Sarjana
89%
Diagram diatas menunjukkan bahwa sebagian besar (89%) perawat di Ranap Bedah
RSUD Dr. M. Zein Painan memiliki tingkat pendidikan Diploma 3 (D3)
C. Kuesioner Overan
1. Pengetahuan
Pelaksanaan menganalisa
masalah secara kritis
11%
Meningkatkan tanggung jawab
perawat pada setiap tugas
Memberi informasi mengenai tugas
dokter
Menganalisa dan menjabarkan
alternatif pemecahan masalah
89%
Diagram diatas menunjukkan sebagian besar (89%) perawat di Ranap Bedah RSUD
Dr. M.Zein Painan mengetahui tujuan overan adalah untuk meningkatkan tangggung
jawab perawat pada setiap tugas.
Diagram 6. Distribusi frekuensi pengetahuan tentang hal yang bukan termasuk ke dalam
pelaksanaan overan oleh perawat di Ranap Wing Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan 2019 (n=9)
Diagram 7. Distribusi frekuensi pengetahuan komponen serah terima dalam pelaksanaan overan
oleh perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan 2019 (n=9)
100%
100%
2. Sikap
Diagram 9. Distribusi frekuensi Sikap bahwa overan adalah suatu hal yang sangat penting oleh
perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan (n=9)
Diagram 10. Distribusi frekuensi Sikap dalam keikutsertaan dalam overan jika memiliki
waktu oleh perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan (n=9)
33%
Diagram diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh (67%) perawatdi Ranap
Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan tidak setuju bahwa overan diikuti hanya jika perawat
memiliki waktu luang, dan 33% perawat sangat tidak setuju bahwa overan diikuti hanya
jika perawat memiliki waktu luang.
Diagram 11. Distribusi frekuensi Sikap dalam pelaksanaan overan yang tepat waktu
oleh perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan (n=9)
33%
Diagram diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh (67%) perawatdi Ranap
Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan sangat setuju bahwa overan harus dilaksanakan tepat
waktu dan 33% perawat setuju bahwa overan harus dilaksanakan tepat waktu.
Diagram 12. Distribusi frekuensi Sikap dalam mengikuti overan jika memiliki kesempatan oleh
perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan (n=9)
11%
33%
Sangat setuju
setuju
tidak setuju
56% sangat tidak setuju
Diagram diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh (56%) perawatdi Ranap
Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan sangat tidak setuju bahwa akan mengikuti overan jika
memiliki kesempatan, dan terdapat 11% perawat yang setuju bahwa akan mengikuti
overan jika memiliki kesempatan.
Diagram 13. Distribusi frekuensi Sikap dalam pelaksanaan overan sebagai kegiatan
formalitas oleh perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan 2019 (n=9)
44%
56% Sangat setuju setuju
Diagram diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh (56%) perawatdi Ranap
Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan sangat tidak setuju bahwa overan hanyalah sebagai
formalitas yang tidak memiliki peran dalam melaksanakan asuhan keperawatan, dan
44% perawat tidak setuju bahwa overan hanyalah sebagai formalitas yang tidak
memiliki peran dalam melaksanakan asuhan keperawatan
Diagram 14. Distribusi frekuensi Sikap dalam pelaksanaan overan sebagai hal penting oleh
perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan 2019 (n=9)
setuju
33%
Sangat setuju
setuju
Sangat setuju tidak setuju
67%
sangat tidak setuju
Diagram diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh (67%) perawat di Ranap
Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan sangat setuju bahwa overan merupakan penting untuk
diikuti guna memaksimalkan intervensi yang akan diberika ke pasien dan 33%
perawatdi Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan setuju bahwa overan merupakan
penting untuk diikuti guna memaksimalkan intervensi yang akan diberika ke pasien.
Kesimpulan :berdasarkan data yang telah dipaparkan dari Diagram 9 sampai Diagram
14 didapatkan bahwa Sikap perawat tentang overan di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein
Painan sudah baik, dan hanya terdapat 89% perawat yang tidak setuju bahwa akan
mengikuti overan jika memiliki kesempatan.
D. Kuesioner Pre Conference
1. Pengetahuan
Diagram 15. Distribusi frekuensi Pengetahuan tentang pengertian Pre Confrence oleh perawat
di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan 2019 (n=9)
11%
Diskusi aspek klinis sebelum
33% melaksanakan askep
Diskusi aspek klinis sebelum dan
sesudah melaksanakan askep
serah terima yang harus dilakukan
tenaga perawat
56%
Diagram diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh (56%) perawatdi Ranap
Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan mengetahui bahwa pre confrence adalah diskusi
aspek klinis sebelum dan sesudah melaksanakan asuhan keperawatan.
Diagram 16. Distribusi frekuensi Pengetahuan tentang yang bukan tujuan Pre Confrence oleh
perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan 2019 (n=9)
Diagram diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh (67%) perawatdi Ranap
Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan mengetahui bahwa mendiskusikan penyelesaian
masalah yang dijumpai bukan termasuk ke dalam tujuan pre confrence .
Karu dan PA
100%
Karu, Katim daan PA
11%
10-15 menit
<10 menit
>15 menit
89%
Diagram diatas menunjukkan bahwa sebagian besar (89%) perawat di Ranap Bedah
RSUD Dr. M.Zein Painanmengetahui bahwa waktu pelaksanaan pre confrence berkisar
10-15 menit, dan 11% perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painanmengetahui
bahwa waktu pelaksanaan pre confrence< 10 menit.
Diagram 19. Distribusi frekuensi Pengetahuan topik pelaksanaan Pre Confrence oleh
perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan 2019 (n=9)
22%
Tentang keadaan pasien,
perencanaan dan tindakan
keperawatan
Keadaan dan perencanaan
56%
Tentang tindakan keperawatan
22%
Diagram diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh (56%) perawatdi Ranap
Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan mengetahui bahwa topik pre confrence adalah tentang
keadaan pasien, perencanaan dan tindakan keperawatan, sedangkan terdapat 22%
perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan mengetahui bahwa topik pre
confrence adalah tentang tindakan keperawatan.
Kesimpulan :
a. Berdasarkan data yang telah dipaparkan dari Diagram 15 sampai Diagram 19
didapatkan bahwa pengetahuan perawat tentang pre confrence di Ranap Bedah
RSUD Dr. M.Zein Painan sudah cukup baik.
b. Hanya terdapat 44% perawatdi Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan mengetahui
bahwa pre confrence adalah diskusi aspek klinis sebelum melaksanakan asuhan
keperawatan.
c. Hanya terdapat 56% perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan mengetahui
bahwa topik pre confrence adalah tentang keadaan pasien, perencanaan dan
tindakan keperawatan
2. Sikap
Diagram 20. Distribusi frekuensi Sikap tentang Pre Confrence adalah hal sangat penting oleh
perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M. Zein Painan 2019 (n=9)
22%
Diagram diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh (78%) perawatdi Ranap
Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan setuju bahwa pre confrence adalah suatu hal penting.
Diagram 21. Distribusi frekuensi Sikap tentang keikutsertaan Pre Confrence bila ada waktu oleh
perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan 2019 (n=9)
11%
Sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
89%
Diagram diatas menunjukkan bahwa sebagian besar (89%) perawatdi Ranap Bedah
RSUD Dr. M.Zein Painan tidak setuju bahwa pre confrence diikuti apabila perawat ada
waktu dan terdapat 11% perawat yang setuju bahwa pre confrence diikuti hanya apabila
perawat memiliki waktu.
Diagram 22. Distribusi frekuensi Sikap tentang keikutsertaan Pre Confrence tepat waktu oleh
perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan 2019 (n=9)
22%
Sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
78%
Diagram diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh (78%) perawatdi Ranap
Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan setuju bahwa pre confrence harus dilaksanakan secara
tepat waktu, dan 22% perawatdi Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan sangat setuju
bahwa pre confrence harus dilaksanakan secara tepat waktu.
Diagram 23. Distribusi frekuensi Sikap tentang keikutsertaan Pre Confrence disesuaikan dengan
kesempatan perawat oleh perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan 2019 (n=9)
11% 11%
Diagram diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh (78%) perawatdi Ranap
Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan tidak setuju bahwa pre confrencehanya diikuti jika
perawat memiliki kesempatan dan 11% perawat setuju bahwa pre confrence hanya
diikuti jika perawat memiliki kesempatan.
Diagram 24. Distribusi frekuensi Sikap tentang Pre Confrence sebagai suatu formalitas oleh
perawat di Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan 2019 (n=9)
11% 11%
Sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
78%
Diagram diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh (78%) perawatdi Ranap
Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan tidak setuju bahwa pre confrence hanyalah sekedar
kegiatan formalitas yang tidak memiliki peran saat melaksanakan askep, dan 11%
perawat setuju bahwa pre confrence hanyalah sekedar kegiatan formalitas yang tidak
memiliki peran saat melaksanakan askep
Diagram 25. Distribusi frekuensi Sikap tentang pentingnya mengikuti Pre Confrence oleh
perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan 2019 (n=9)
44%
56%
Sangat setuju setuju
Diagram diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh (56%) perawat di Ranap
Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan setuju bahwa pre confrence penting untuk diikuti
karena merupakan hal yang penting untuk memaksimalkan intervensi keperawatan yang
diberikan ke pasien.
Kesimpulan :
a. Berdasarkan data yang telah dipaparkan dari Diagram 20 sampai Diagram 25
didapatkan bahwa sikap perawat tentang pre confrence di Ranap Bedah RSUD Dr.
M.Zein Painan sudah cukup baik.
b. Terdapat 11% perawat yang setuju bahwa pre confrence diikuti hanya apabila
perawat memiliki waktu
c. Terdapat 11% perawat setuju bahwa pre confrence hanya diikuti jika perawat
memiliki kesempatan
d. Terdapat 11% perawat setuju bahwa pre confrence hanyalah sekedar kegiatan
formalitas yang tidak memiliki peran saat melaksanakan askep
E. KuesionerPost Conference
1. Pengetahuan
Diagram 26. Distribusi frekuensi Pengetahuan tentang pengertian Post Confrence oleh
perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan 2019 (n=9)
Diagram 27. Distribusi frekuensi Pengetahuan tentang yang bukan tujuan Post Confrence oleh
perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan (n=9)
Diagram diatas menunjukkan bahwa sebagian besar (89%) perawatdi Ranap Bedah
RSUD Dr. M.Zein Painan mengetahui bahwa yang bukan tujuan post confrence adalah
memberikan kesempatan diskusi tentang keadaan pasien.
Diagram 28. Distribusi frekuensi Pengetahuan tentang keterlibatan perawat dalam
Post Confrence oleh perawat di Ranap Kelas Mandeh Rubiah RSUD Dr. M.Zein Painan
2019(n=9)
Diagram 29. Distribusi frekuensi Pengetahuan waktu pelaksanaan Post Confrence oleh
perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan 2019(n=9)
33%
Diagram diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh (67%) perawatdi Ranap
Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan mengetahui bahwa pelaksanaan waktu post confrence
berkisar 10-15 menit
Diagram 30. Distribusi frekuensi Pengetahuan topik pelaksanaan Post Confrence oleh
perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan 2019 (n=9)
11%
Diagram diatas menunjukkan bahwa sebagian besar (89%) perawat di Ranap Bedah
RSUD Dr. M.Zein Painan mengetahui bahwa topik post confrence adalah tentang
keadaan pasien, perencanaan serta tindakan keperawatan, serta terdapat 11% perawat
yang mengetahui bahwa topik post confrence adalah tentang keadaan pasien, dan
perencanaan.
Kesimpulan :
a. Berdasarkan data yang telah dipaparkan dari Diagram 26 sampai Diagram 30
didapatkan bahwa pengetahuan perawat tentang post confrence di Ranap Bedah
RSUD Dr. M.Zein Painan sudah cukup baik.
b. Tidak terdapat perawat yang mengetahui tujuan dari post confrence
c. Terdapat 11% perawat yang mengetahui bahwa topik post confrence adalah tentang
keadaan pasien, dan perencanaan.
2. Sikap
Diagram 31. Distribusi frekuensi Sikap tentang Post Confrence adalah hal sangat penting oleh
perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan 2019 (n=9)
89%
Diagram 32. Distribusi frekuensi Sikap tentang keikutsertaan Post Confrence bila ada waktu oleh
perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan 2019 (n=9)
Diagram diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh (67%) perawatdi Ranap
Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan tidak setuju bahwa post confrence hanya akan
diikuti jika perawat memiliki waktu. Dan terdapat 33% perawat setuju bahwa post
confrence hanya akan diikuti jika perawat memiliki waktu
Diagram 33. Distribusi frekuensi Sikap tentang keikutsertaan Post Confrence tepat waktu oleh
perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan 2019 (n=9)
11%
33%
56%
tidak setuju sangat tidak setuju
Diagram diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh (56%) perawatdi Ranap
Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan setuju bahwa post confrence harus dilaksanakan
dengan tepat waktu. Dan 33% perawat tidak setuju bahwa post confrence harus
dilaksanakan dengan tepat waktu.
Diagram 34. Distribusi frekuensi Sikap tentang keikutsertaan Post Confrence disesuaikan dengan
kesempatan perawat oleh perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan (n=9)
Sangat setuju
44% setuju
tidak setuju
56%
sangat tidak setuju
Sangat setuju
44% setuju
tidak setuju
56%
sangat tidak setuju
Diagram diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh (56%) perawatdi Ranap
Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan tidak setuju bahwa post confrence hanya sebagai
formalitas dalam melakukan asuhan keperawatan, sementara terdapat . 44 % perawat
yang setuju dengan pernyataan diatas.
Diagram 36. Distribusi frekuensi Sikap tentang pentingnya mengikuti Post Confrence oleh
perawat di Ranap Bedah RSUD Dr. M.Zein Painan 2019 (n=9)
22%
Sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
78%
F. Kuesioner SBAR
7
6
5
4
3
2
Sangat setuju
1 Setuju
0
Berdasarkan diagram diatas didapatkah bahwa 7 dari 9 orang perawat di Ranap Bedah
RSUD Dr. M.Zein Painan sangat setuju dengan komponen SBAR bagian situation
yang terdiri dari nama, umur, tanggal masuk, hari rawat, diagnosa medis, diagnosa
keperawatan, dan tanda- tanda vital.
Diagram 48. Distribusi frekuensi pengetahuan perawat tentang Background (SBAR)
7
6
5
4
3
2 Sangat setuju
1 Setuju
Berdasarkan diagram diatas didapatkah bahwa 7 dari 9 orang perawat di Ranap Bedah
RSUD Dr. M.Zein Painan setuju dengan komponen SBAR bagian background yaitu
keluhan, sedangkan 2 dari 9 perawat sangat setuju dengan komponen SBAR bagian
background yaitu intervensi,pengkajian, terapi dan edukasi.
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2 Sangat setuju
1.5 Setuju
1
0.5
0
Berdasarkan diagram diatas didapatkah bahwa 5 dari 9 orang perawat di Ranap Bedah
RSUD Dr. M.Zein Painan setuju dengan komponen SBAR bagian assesment yaitu
respon dan skala nyeri, sedangkan 4 dari 9 perawat sangat setuju dengan komponen
SBAR bagian assesment yaitu kesadaran, nutrisi, eliminasi, nilai labor dan info
klinik.
Diagram 50. Distribusi frekuensi pengetahuan perawat tentang Recommendation (SBAR)
4 Sangat setuju
Setuju
3
0
NCP Pengkajian pasien terkini
Berdasarkan diagram diatas didapatkah bahwa 6 dari 9 orang perawat di Ranap Bedah
RSUD Dr. M.Zein Painan sangat setuju dengan komponen SBAR bagian
recommendation yaitu NCP dan 5 dari 9 perawat sangat setuju dengan bagian RTL
BAB III
1. Analisa SWOT
Masalah
No Strength (S) Weakness (W) Opportunity (O) Threatned (T)
Keperawatan
1. Belum optimalnya Adanya motivasi dan Jumlah perawat Adanya mahasiswa Pelayanan
penerapan pre- dukungan oleh kepala yang tidak profesi ners yang keperawatan yang
conference dan post- ruangan untuk mencukupi sedang praktek profesi diberikan belum
conference di Ruangan menerapkan Jumlah pasien yang majanajemen optimal
Bedah RSUD M Zein pelaksanaan pre- cukup banyak keperawatan Sistem pembagian
Painan conference dan post dengan berbagai Adanya motivasi dari tugas dan tanggung
conference tingkat kepala ruangan kepada jawab yang tidak
30 % tenaga ketergantungan perawat untuk berusaha jelas kepada PA
keperawatan sudah S1 Jumlah dokter meningkatkan
ners dan S1 penanggung jawab penerapan pre-
Keperawatan. yang cukup banyak conference dan post
Katim sudah yang sering visite di conference.
berpendidikan S1 saat akan overan.
Ners.
2. Belum optimalnya Adanya SPO penulisan Tidak adanya sosialisasi Adanya sosialisasi Tuntutan dari
pelaksanaan komunikasi komunikasi SBAR penggunaan PPIRS untuk masyarakat akan
efektis SBAR dalam dalam overan komunikasi efektif pengontrolan infeksi pelayanan yang
overan di ruang rawatan Adanya petunjuk cara SBAR dalam overan RSUD M Zein Painan optimal
Bedah RSUD M Zein penggunaan komunikasi Kurangnya pemahaman akan melalui tahap
Painan efektis SBAR dalam perawat dalam akreditasi yang
Overan penggunaan mengharuskan tenaga
Perawat sudah mengikuti komunikasi efektif pelayanan kesehatan
pelatihan dalam SBAR dalam overan meningkatkan standar
penggunaan komunikasi komunikasi efektif SBAR
efektif SBAR dalam dalam overan
overan.
Berdasarkan analisa masalah diatas, karena keterbatasan waktu maka kami hanya dapat mengimplementasi 2 masalah yaitu :
2. Belum optimalnya Penggunaan komunikasi efektif SBAR dalam overan di ruangan Bedah
PLANNING OF ACTION DI RUANG BEDAH RSUD M ZEIN PAINAN
Periode 31 Agustus S/D 14 September 2019
Masalah 1 : Belum Optimalnya Penerapan Pre-Conference dan Post Conference di Ruangan Bedah RSUD M Zein Painan
No KEGIATAN TUJUAN SASARAN WAKTU TEMPAT NARA SUMBER PENANGGUNG
JAWAB
1 Role play Menerapkan Katim 31 Agustus – Ruang Bedah RSUD Mahasiswa Profesi Mahasiswa Profesi
pelaksanaan pre- A dan Katim 14 M Zein Painan Mananjemen Manajemen
conference dan post B September Kelompok I
conference 2019
2 Evaluasi Menilai Katim 31 Agustus – Ruang Bedah RSUD Mahasiswa Profesi Mahasiswa Profesi
pelaksanaan pre- A dan Katim 14 M Zein Painan Mananjemen Manajemen
conference dan post B September Kelompok I
conference 2019
Masalah 2 : Belum optimalnya penggunaan komunikasi efektif SBAR dalam overan di ruangan Bedah RSUD M Zein Painan
No KEGIATAN TUJUAN SASARAN WAKTU TEMPAT NARA SUMBER PENANGGUNG
JAWAB
1 Desiminasi Berbagi informasi Perawat 31 Agustus Ruang Bedah RSUD Mahasiswa Profesi Mahasiswa Profesi
Ilmu tentang ruangan – 14 M Zein Painan Mananjemen Manajemen
Komunikasi SBAR Bedah September Kelompok I
2019
2 Role play Mempraktekan Perawat 31 Agustus Ruang Bedah RSUD Mahasiswa Profesi Mahasiswa Profesi
Penggunaan ruangan – 14 M Zein Painan Mananjemen Manajemen
komunikasi efektif Bedah September Kelompok I
SBAR dalam 2019
overran
3 Evaluasi Menilai Perawat 14 Ruang Bedah RSUD Mahasiswa Profesi Mahasiswa Profesi
pengetahuan dan ruangan September M Zein Painan Mananjemen Manajemen
kemampuan Bedah 2019 Kelompok I
Perawat ruangan
Bedah dalam
penggunaan
komunikasi efektif
SBAR dalam
overan.