Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

RUANG AMARILIS LANTAI 6

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA DEPOK

KELOMPOK 1 DAN KELOMPOK 3

PROGRAM STUDI ILMU PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat komplek dan merupakan
komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan status kesehatan bagi
masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan dan
asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dengan
tujuan memelihara kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Pelayanan keperawatan
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan,
keberadaan perawat merupakan posisi kunci, yang dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40-
60 % pelayanan rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan dan hampir semua
pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun
tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat.
Profesi perawat sebagai ujung tombak pemberi pelayanan kesehatan saat ini
diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme dalam berbagai aspek keilmuan dalam
menghadapi tuntutan masyarakat yang semakin tinggi untuk mendapatkan pelayanan
asuhan keperawatan yang berkualitas. Perawat dituntut untuk memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif dan berperan penting di dalam mencapai tujuan asuhan
keperawatan yaitu kesehatan atau kesembuhan pasien. Keperawatan merupakan suatu
bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pelayan tersebut meliputi pelayanan secara
komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosio-kultural-spiritual ditujukan kepada
perorangan, keluarga masyarakat baik sakit maupun sehat dan mencakup seluruh proses
kehidupan manusia.
Pengetahuan tentang manajemen merupakan pengetahuan yang universal dan
sangat krusial bagi penerapan asuhan keperawatan secara umum di bidang pelayanan.
Arwani dan Supriyatno (2006) mendefinisikan menajemen sebagai proses
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam
suatu lingkungan yang berubah. Manajemen juga merupakan proses pengumpulan dan
mengorganisasi sumber-sumber dalam mencapai tujuan (melalui kerja orang lain) yang
mencerminkan dinamika suatu organisasi. Tujuan ditetapkan berdasarkan misi, filosofi
dan tujuan organisasi. Manajemen keperawatan menurut Gillies (1986) dikutip oleh
Nursalam (2015), yaitu suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Manajer keperawatan dituntut
untuk merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana
yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien
mungkin bagi individu, keluarga dan masyarakat.
Komponen utama dalam proses manajemen keperawatan berfokus pada sumber
daya manusia, uang, alat, dan metode yang akan diproses sehingga menciptakan
pelayanan dan pengelolaan asuhan keperawatan yang optimal. Tujuan manajemen
keperawatan itu sendiri yaitu untuk meningkatkan dan mempertahankan kulaitas
pelayanan keperawatan bagi kepuasan klien.
Dalam suatu manajemen terdapat suatu proses yang mengubah input menjadi
output dimana input meliputi manusia, uang, materi dan metode. Selanjutnya input ini
akan diproses dengan melewati beberapa tahap seperti perencanaan, pengambilan
keputusan, pengorganisasian, ketenagaan dan pengarahan sehingga dapat dicapai output
yang diinginkan. Adapaun output yang diinginkan yaitu efisiensi, staf yang kompeten
dan pelayanan yang berkulailtas. Pada manajemen keperawatan kegiatan ini terintegrasi
pada praktik nyata di dalam pengelolaan klien sehingga dihasilkanlah suatu pelayanan
keperawatan yang efektif dan efisien yang dapat diterapkan kepada klien, keluarga klien
dan masyarakat.
Pembelajaran manajemen keperawatan bertujuan untuk mempersiapkan
mahasiswa sebagai agen pembaharu dalam rangka meningkatkan kemampuan perawat
dalam melaksanakan menajemen asuhan keperawatan yang profesional. Dalam rangka
mencapai tujuan tersebut maka Sekelompok Mahasiswa Manajemen Keperawatan
Program Profesi Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia
Maju 2019 yang terdiri dari 10 orang melakukan praktik di lantai 6 ruang perawatan
Amarilis Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok selama satu bulan. Waktu
pelaksanaan terhitung mulai tanggal 18 November 2019 sampai dengan 13 Desember
2019. Praktik profesi keperawatan dilaksanakan di ruang rawat inap Amarilis yang
merawat pasien dengan masalah penyakit infeksi, non infeksi dan bedah.
RSUD Kota Depok yang dibangun pada tahun 2004 di atas lahan seluas 29.378
m2 dan mulai beroperasi sebagai rumah sakit kelas C pada tanggal 17 April 2008.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok merupakan satu-satunya rumah sakit milik
pemerintah yang ada di Kota Depok. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor429/Menkes/Sk/V/2008 tanggal 2 Mei 2008 tentang penetapan kelas RSUD Kota
Depok dan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Nomor503/SK.11968-Yankes/2007 tentang izin sementara menyelenggarakan Rumah
Sakit Kepada Pemerintah Kota Depok, maka RSUD Kota Depok mulai beroperasi
sebagai rumah sakit kelas C pada tanggal 17 April 2008.
Pada awal operasional RSUD Kota Depok merupakan Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kota Depok dan pada 31 Desember 2009
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor : 8 tahun 2008 RSUD Kota Depok telah berdiri
sendiri menjadi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Kota Depok. Pada tahun 2011,
berdasarkan Keputusan Walikota Depok Nomor 903/454/Kpts/Bapp/Huk/2011,
Peraturan Walikota Depok Nomor 46 Tahun 2011, Peraturan Walikota Depok Nomor 47
Tahun 2011 dan Peraturan Walikota Depok Nomor 48 Tahun 2011, RSUD Kota Depok
ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah. Hal ini berarti RSUD Kota Depok
berhak atas pengelolaan keuangan dan pegawainya.
Saat ini kapasitas tempat tidur (TT) RSUD Kota Depok berjumlah 161 tempat
tidur yang terdiri dari 57 tempat tidur perawatan di lantai 7 , 63 tempat tidur perawatan
lantai 6, 10 ( 3 HCU, 7 Isolasi ) tempat tidur lantai 5, 3 tempat tidur perawatan ICU
lantai 4, 9 tempat tidur perawatan NICU lantai 2, dan 19 tempat tidur ruang bersalin.
Seiring dengan meningkatnya jumlah pasien dengan spesialistiknya,maka tahun 2014
kapasitas tempat tidur yang dimiliki oleh RSUD Kota Depok tersebut kini telah
dimanfaatkan secara maksimal.
Sedangkan untuk rawat jalan, RSUD memiliki 12 klinik spesialis yang terdiri dari
penyakit dalam, anak, kebidanan dan kandungan, psikiatri, saraf, anestesi, mata, THT,
paru, gigi dan bedah mulut, serta radiologi.
Visi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok: Mewujudkan RSUD Kota
Depok yang Unggul, Nyaman dan Religius. Misi Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Depok:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan Publik yang profesional dan Transparan
2. Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang kreatif dan Berdaya Saing
Motto Rumah Sakit Umum Daerah Kota DepokMemberikan pelayanan yang
CERIA P (Ceria, Efektif, Ramah, Inovatif, Aman dan Profesional) dan akan melayani
pasien dengan 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Sabar).
Praktik profesi manajemen keperawatan di lantai 6 ruang perawatan Amarilis
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok dimulai dengan pengkajian melalui kuesioner,
observasi dan wawancara untuk mengidentifikasi masalah tan di ruangan. Selanjutnya
mahasiswa melakukan perencanaan dan uji coba untuk menyelesaikan masalah tersebut
bersama-sama dengan staf perawat di ruangan. Hasil pengumpulan data teridentifikasi
beberapa masalah dari M1 (ketenagaan), M2( Sarana dan Prasarana), M3 (asuhan
Keperawatan), M4 (Money), M5 (Keselamatan pasien dan kepuasan pasien). Dari
beberapa masalah yang ditemukan, prioritas masalah utama yang didukung oleh hasil
kuisioner, wawancara dan observasi yaitu Metoda asuhan keperawatan yang belum
optimal, ronde keperawatan yang kurang efektif, dokumentasi yang belum lengkap
terisi, supervisi yang belum sepenuhnya terlaksana, belum diterapkannya hand hygiene
pada keluaraga pasien, belum diterapkan pengisian discharge planning, belum
sepenuhnya dilaksanakan pemberian label pada pasien yang terpasang infus, belum
tersusunnya visi, misi dan motto ruangan, dan terdapat kesenjangan dalam pengadaan
SDM diruang Amarilis.Hal ini dapat disebabkanoleh pemahaman yang kurang tentang
konsep asuhan keperawatan, dan fasilitas yang kurang memadai, motivasi perawat yang
kurang,6 langkah cara mencuci tangan yang belum diterapkan dengan baik dilingkungan
rumah sakit baik itu dokter, perawat, staf penunjang, pasien dan juga keluarga
pasien.Selain masalah utama diatas juga ditemukan beberapa masalah yaitu ketepatan
identifikasi pasien yang belum optimal, komunikasi yang dilakukan belum sepenuhnya
efektif, keamanan obat sudah baik hanya pada saat memberikan asuhan terkait
pemberian obat masih belum optimal, pengurangan resiko infeksi sudah dilakukan
hanya karena keterbatasan sarana dan prasarana menjadi kurang optimal. Sehingga Tim
Mahasiswa Manajemen Keperawatan STIKIM bersama dengan Kepala ruangan dan tim
di ruang rawat Amarilis Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok melakukan
pembaharuan dalam pendokumentasian Asuhan Keperawatan demi kelancaran
Implementasi dan evaluasi asuhan Keperawatan serta beberapa saran yang diberikan
dalam upaya penjaminan mutu perawatan pasien diruang rawat inap perawatan
Amarilis Lantai 6 Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kegiatan praktik profesi manajemen yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam menganalisa dan menerapkan ilmu, konsep dan
teknik-teknik manajemen dalam menjalankan tugas pengelolaan ruang rawat dan
pemberian asuhan keperawatan sehingga akan berdampak pada peningkatkan
pelayanan asuhan keperawatan di lantai 6 ruang Amarilis Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Depok.

2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik profesi manajemen diharapkan mahasiswa mampu :
a. Menjalankan fungsi manajemen yang meliputi proses pengkajian, analisa data,
perencanaan, implementasi dan evaluasi praktik manajemen di lantai 6 ruang
Amarilis Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok.
b. Mengidentifikasi masalah manajemen yang ada di lantai 6 ruang Amarilis
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok. Membuat perencanaan, implementasi
masalah yang menjadi prioritas, dan melakukan evaluasi terhadap masalah
yang ada.
c. Menjalankan peran sebagai agen pembaharu dan model peran penerapan
kepemimpinan serta pengelolaan pelayanan keperawatan yang profesional di
ruangan

C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Penulisan ini dapat menjadi sumber dokumentasi dan rekomendasi.
2. Bagi pelayanan keperawatan
Penulisan ini dapat digunakan sebagai rujukan dan gambaran kondisi ruangan serta
rencana pelaksanaan konsep manajemen di lantai 6 ruang Amarilis Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Depok sehingga pihak pelayanan dapat memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif.
3. Bagi pendidikan
Mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh pada masa pendidikan akademik serta bermanfaat untuk meningkatkan
kualitas pengajaran tentang manajemen keperawatan bagi mahasiswa yang akan
menjalani praktik profesi di masa mendatang.
BAB II
HASIL KAJIAN SITUASI DAN TINJAUAN TEORITIS

A. Input
1. Profil ruangan
Fasilitas Ruang Perawatan Lantai 6 Amarilis Rumah Sakit Umum Daerah,
terdiri dari 63 Tempat Tidur, yang terdiri dari berbagai kelas, mulai dari kelas 3
sampai kelas VIP. Ruang rawat Inap Perawatan lantai 6 di khusus kan untuk pasien
Dewasa dengan kategori kasus penyakit bedah dan maternitasdan kasus pasien anak
serta isolasi
Ruangan yang ada terdiri dari 24 tempat tidur untuk pasien anak,35 tempat
tidur untuk pasien bedah dan maternitas, 2 tempat tidur untuk pasien VIP dan 2
tempat tidur untuk pasien Isolasi.

2. Denah ruangan
3. Struktur organisasi ruangan

Visi, Misi, Motto Ruang Amarilis


Lantai 6
VISI
Menjadikan ruang amarilis sebagai ruang rawat inap yang aman, nyaman, unggul dan
profesional dalam pelayanan berlandaskan asuhan keperawatan yang holistic

MISI
1. Memberikan asuhan keperawatan dan kebidanan yang optimal dengan
mengutamakan mutu pelayanan dan kepuasan pasien
2. Memberikan pelayanan yang profesional tanpa membedakan suku, ras, agama, dan
golongan
3. Menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan dinamis

MOTTO
CARE” : Creative, Active, Responsibility, Empaty
4. Ketenagaan ruangan
a. Pola Tenaga Dan Kualifikasi

NO JABATAN PENDIDIKAN PELATIHAN KETERANGAN


1 Kepala Ruang Ners dg masa -BLS/BTCLS
Perawatan kerja >8th
-Manajemen
- Seminar
Kesehatan

2 Ketua Tim D3 Keperawatan -BLS/BTCLS Katim Tetap


dg masa kerja berjumlah 4 Orang
>5th

3 Pelaksana D3 Keperawatan -BLS/BTCLS Pelaksana berjumlah


D3 Kebidanan 17 Orang
Bidan berjumlah 5
orang
Perawat berjumlah 12
orang

5. Fasilitas ruangan
Adapun fasilitas ruangan Amarilis yaitu :
a. Ruang Isolasi 601
Ruangan terdiri dari 1 tempat tidur yang di pisahkan dengan tirai dan fasilitas
yang tersedia : AC central, bel pasien di tempat tidur, 1 kamar mandi, lemari
nakas di samping tempat tidur.
b. Ruang Isolasi 602
Ruangan terdiri dari 2 tempat tidur yang di pisahkan dengan tirai dan fasilitas
yang tersedia : AC central, bel pasien di setiap tempat tidur, 1 kamar mandi,
lemari nakas di samping tempat tidur.
c. Ruang VIP 607 dan 608
Ruangan terdiri dari 1 tempat tidur masing-masing kamar yang di pisahkan
dengan tirai dan fasilitas yang tersedia : AC central, bel pasien di setiap tempat
tidur, 1 kamar mandi, lemari nakas di samping tempat tidur.
d. Ruang Kelas 1 603, 604, 605
Ruangan terdiri dari 2 tempat tidur masing-masing kamar yang di pisahkan
dengan tirai dan fasilitas yang tersedia : AC central, bel pasien di setiap tempat
tidur, 1 kamar mandi, lemari nakas di samping tempat tidur.
e. Ruang Kelas 3 Kebidanan 609, 610
Ruangan terdiri dari 7 tempat tidur masing-masing kamar yang di pisahkan
dengan tirai dan fasilitas yang tersedia : AC central, bel pasien di setiap tempat
tidur, 1 kamar mandi, lemari nakas di samping tempat tidur.
f. Ruang Kelas 3 Bedah 611
Ruangan terdiri dari 7 tempat tidur masing-masing kamar yang di pisahkan
dengan tirai dan fasilitas yang tersedia : AC central, bel pasien di setiap tempat
tidur, 1 kamar mandi, lemari nakas di samping tempat tidur.
g. Ruang Kelas 3 Anak 612, 613
Ruangan terdiri dari 7 tempat tidur masing-masing kamar yang di pisahkan
dengan tirai dan fasilitas yang tersedia : AC central, bel pasien di setiap tempat
tidur, 1 kamar mandi, lemari nakas di samping tempat tidur.
h. Ruang Kelas 2 Anak 614
Ruangan terdiri dari 5 tempat tidur masing-masing kamar yang di pisahkan
dengan tirai dan fasilitas yang tersedia : AC central, bel pasien di setiap tempat
tidur, 1 kamar mandi, lemari nakas di samping tempat tidur.
i. Ruang Kleas 2 Bedah 615
Ruangan terdiri dari 5 tempat tidur masing-masing kamar yang di pisahkan
dengan tirai dan fasilitas yang tersedia : AC central, bel pasien di setiap tempat
tidur, 1 kamar mandi, lemari nakas di samping tempat tidur.
j. Ruang Kelas 2 Kebidanan 616
Ruangan terdiri dari 5 tempat tidur masing-masing kamar yang di pisahkan
dengan tirai dan fasilitas yang tersedia : AC central, bel pasien di setiap tempat
tidur, 1 kamar mandi, lemari nakas di samping tempat tidur.

B. Proses
a. Fungsi Perencanaan
1) Tujuan jangka pendek dan jangka panjang
Wawancara : Kepala ruangan mengatakan mempunyai rencana jangka panjang dan
jangka pendek. Untuk sasaran pelayanan Ruangan Amarilis dikhususkan untuk rawat
inap pasien bedah, maternitas dan ruang anak. Ruangan Amarilis mempunyai
indikator mutu sesuai dengan kebijakan dari rumah sakit dan dilaporkan secara rutin
kepada PMKP. Tujuan jangka panjang yaitu meningkatkan SDM yang profesional
dan berpendidikan tinggi. Dan untuk fasilitas ruangan ditambah renovasi ruangan
sehingga mendapatkan tata ruang yang lebih baik. Tujuan jangka pendek yaitu
meningkatkan pelayanan yang maksimal untuk kepuasan pasien.
Observasi : Dari hasil pengamatan ada bukti program kerja dan kegiatan apa saja
dalam satu tahun. ada uraian jangka pendek dan panjang Kepala Ruangan
Masalah    : Tidak ada masalah fungsi perencanaan.

2) Pemenuhan Logistik
Wawancara: Kepala ruangan mengatakan untuk pemenuhan kebutuhan logistik
direncanakan dan diajukan sesuai dengan program yang sudah ada. Pengajuan
logistik diajukan dalam bentuk RAB setiap tahunnya, dan permintaan dari ruangan
diajukan setiap bulannya ke bagian pengadaan dengan mengisi formulir. Alur
permintaan barang dimulai dari pengisian formulir permintaan, pengajuan barang dan
pendistribusian barang keruangan yang mengajukan. Untuk pemeliharaan alat - alat
juga direncanakan dalam program kerja dan dilakukan sesuai dengan waktu yang
sudah ditentukan. Untuk kalibrasi alat medik rumah sakit kesdam bekerja sama
dengan laboratorium kalibrasi dari luar. Untuk alat- alat yang tidak membutuhkan
kalibrasi, diilakukan pemeliharaan rutin oleh tekhnisi setiap bulannya.
Observasi : Terdapat form permintaan barang, terdapat form pemeliharaan barang,
uraian alat-alat kesehatan dan bahan habis pakai di ruangan.
Kuesioner : hasil koesioner dari 32 perawat menunjukan 5 perawat (55.6%) perawat
mengatakan fasilitas belum memadai.

M2 (MATERIAL) Fasilitas/Sarana Prasarana

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Memadai 28 87.5 87.5 87.5

Belum Memadai 4 12.5 12.5 100.0

Total 32 100.0 100.0

Masalah   : Tidak Terdapat masalah terkait fasilitas/sarana prasarana


3) Ronde Keperawatan
Wawancara : Kepala ruangan mengatakan ronde sudah dilakukan bersamaan
dengan operan ruangan.
Observasi : Belum dilakukan ronde khusus keperawatan di ruangan.
Kuesioner : hasil koesioner dari 32 perawat menunjukan 30 perawat (93 .8%)
mengatakan ronde keperawatan belum optimal.

M3.3 (Metode) Ronde Keperawatan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Optimal 2 6.2 6.2 6.2

Belum Optimal 30 93.8 93.8 100.0

Total 32 100.0 100.0

Masalah : Pelaksanaan ronde khususnya keperawatan belum dilakukan


optimal.

4) Mengurangi Kejenuhan
Wawancara : Kepala ruangan mengatakan untuk mengurangi tingkat kejenuhan di
ruangan diberikan motivasi.
Observasi : Rotasi tim tidak ada karena tim petugas sudah dibuat sesuai jadwal pada
awal bulan
Masalah : Tidak ada masalah

5) Evaluasi kerja perawat 


Wawancara : Kepala ruangan mengatakan ada program evaluasi kerja perawat yang
dilakukan setiap enam bulan sekali dan penilaian tersebut diberikan kepada bagian
bidang keperawatan. Salah satu evaluasi kerja yaitu dengan audit dokumentasi yang
dilakukan setiap hari oleh kepala ruangan secara acak untuk perawat ruangan .
Observasi : Ada bukti evaluasi penilaian
Masalah : Tidak ada masalah
b. Fungsi Pengorganisasian
1) Struktur Organisasi
Wawancara : Kepala ruangan mengatakan ruang Amarilis sudah memiliki
struktur organisasi. Untuk penghitungan Jumlah tenaga perawat diruangan
disesuaikan berdasarkan kebijakan rumah sakit.
Observasi : Untuk kualifikasi jabatan dari kepala ruangan belum sesuai
dengan ketentuan yang ada, yaitu S1 keperawatan + ners. Untuk penjadwalan
tenaga sudah ada, tenaga terbagi menjadi 3 shift, pagi, sore dan malam.
Masalah : Tidak ada masalah dalam struktur organisasi di ruangan.
2) Metode Keperawatan
Wawancara : Kepala ruangan mengatakan metode keperawatan sudah
ditentukan oleh Rumah Sakit menggunakan Model Praktek Keperawatan
Profesional (MPKP) Tim dari tahun 2014.
Obseravasi : Dari hasil pengamatan ada uraian tentang MPKP TIM di
ruangan.
Masalah : Tidak ada masalah

c. Fungsi Pengarahan
1) Memimpin operan
Wawancara : Kepala ruangan mengatakan selalu memberikan arahan saat
operan, jika kepala ruangan sedang rapat dan terjadi operan maka kepala
ruangan mendelegasikan kepada katim yang bertugas untuk memberikan
arahan selanjutnya
Observasi : Dari hasil pengamatan kepala ruangan selalu memberikan
pengarahan dalam operan.

Instrumen Observasi Pedoman Operan MPKP


Hari/Tanggal : Senin/ 25 November 2019
Shift : Pagi
No Kriteria Ya Tidak

1 Apakah karu dan katim membuka acara dengan salam 1

2 Apakah katim mengoperkan/menyampaikan :

a. identitas pasien 1
b. diagnosa medis 1
c. diagnosa keperawatan
d. tujuan khusus yang sudah dicapai 1
e. tindakan yang sudah dilaksanakan 1
f. hasil asuhan/perkembangan pasien
g. Tindak lanjut untuk shift selanjutnya 1

3 Apakah perawat selanjutnya mengklarifikasi 1


penjelasan yang sudah disampikan

4 Apakah karu memimpin ronde ke ruangan pasien 1

5 Apakah memberi salam kepada pasien, keluarga, serta 1


mengobservasi dan menginspeksi keadaan pasien,
menanyakan keluhan-keluhan pasien (dalam rangka
klarifikasi)

6 Apakah menginformasikan kepada pasien / keluarga 0


nama perawat shift berikutnya pada akhir tugas

7 Apakah karu merangkum hasil operan, memberikan 0


saran tindak selanjutnya

8 Apakah karu memimpin doa bersama dan menutup 0


acara

9 Apakah karu memberikan motivasi sebelum mulai 1


kegiatan

Total 12

Keterangan :
Dilakukan : I
Tidak dilakukan : 0
Nilai Evaluasi Operan :
Jumlah nilai x 100% = 12 x 100% = 80,0%
15 15
Masalah : Tidak ada masalah
2) Timbang terima
Wawancara : Kepala ruangan mengatakan selalu mengikuti timbang terima
pasien setiap shif pagi sesuai dengan jadwal dinas kepala ruangan, kecuali jika
kepala ruangan ada keperluan mendadak.
Observasi : Kepala ruangan selalu mengikuti timbang terima.
Kuesioner : hasil koesioner dari 32 perawat menunjukan 10 perawat (31,2 %)
mengatakan timbang terima telah dilakukan secara optimal.

M3.2 (Metode) Timbang Terima

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Optimal 10 31.2 31.2 31.2

Belum Optimal 22 68.8 68.8 100.0

Total 32 100.0 100.0


Masalah   : belum optimal timbang treima antara kepala ruangan dan katim

3) Pendelegasian
Wawancara : Kepala ruangan mengatakan pendelegasian tugas dilakukan saat
kepala ruangan tidak berada ditempat kepada Kepala Tim (Katim ). Kepala
ruangan melakukan pendelegasian tersebut hanya secara lisan.
Observasi : Dari hasil pengamatan belum ditemukan bukti tertulis
pendelegasian tugas dari Kepala Ruangan ke Kepala Tim .
Kuesioner :
Petunjuk:
Jawablah pernyataan-pernyataan berikut ini dengan memberi tanda Ö pada
kolom sebelah kanan masing-masing pernyataan pada kolom skor:
4: Jika Anda Sangat Setuju terhadap isi pernyataan
3: Jika Anda Setuju dengan isi pernyataan
2: Jika Anda Tidak setuju dengan isi pernyataan
1: Jika Anda Sangat Tidak Setuju terhadap isi pernyataan
Tabel 2.17 Instrumen Evaluasi Pelaksanaan Pendelegasian
Skor
No Kriteria 4 3 2 1
1 Pendelegasian dilakukan kepada staf yang Ö
memiliki kompetensi yang dibutuhkan
dalam menjalankan tugas
2 Tugas yang dilimpahkan dijelaskan Ö
sebelum melakukan pendelegasian
3 Selain pelimpahan tugas, kewenangan juga Ö
dilimpahkan
4 Waktu pendelegasian tugas ditentukan Ö
5 Apabila yang melaksanakan tugas Ö
mengalami kesulitan, Kasie, Karu, Katim
memberikan arahan untuk mengatasi
masalah
6 Ada evaluasi setelah selesai tugas Ö
dilaksanakan
Sub Total 24
Total skor 24
Total skor
Nilai = ---------------------- X 100 = 24/24 X 100 = 100%
Masalah : Tidak ada pendokumentasian pendelegasian tugas dari Kepala
Ruangan kepada Kepala Tim.

4) Supervisi
Wawancara : Kepala ruangan mengatakan supervisi dilakukan kepada
perawat pelaksana minimal 3 kali dalam seminggu secara langsung.
Observasi: Kepala ruangan melakukan supervisi kepada perawat bila terjadi
kesalahan di ruangan secara langsung dan ada pendokumentasian supervisi
yang dilakukan.
Kuesioner : hasil koesioner dari 32 perawat menunjukan 13 perawat (40,6%)
mengatakan supervisi telah dilakukan secara optimal.
M3.5 (Metode) Supervisi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Optimal 13 40.6 40.6 40.6

Belum Optimal 19 59.4 59.4 100.0

Total 9 100.0 100.0

Masalah : Ada masalah pada supervisi kepala ruangan.

d. Fungsi Pengendalian
1) Pengendalian Tenaga Perawat
Wawancara : Kepala ruangan mengatakan dirinya mengatur dan
mengendalikan tenaga keperawatan, membuat jadwal dinas dan evaluasi
tenaga perawat yang biasa dilakukan dalam satu bulan.
Observasi : Kepala ruangan mengatur dan mengendalikan semua kegiatan di
ruangan.
Masalah : tidak ada masalah
2) Pendokumentasian
Wawancara : Kepala ruangan mengatakan selalu mengecek
pendokumentasian tentang tepat atau tidaknya diagnosa dengan hasil
pengkajian pasien yang dilakukan perawat ketua tim dan perawat pelaksana.
Observasi : Kepala ruangan selalu mengecek pendokumentasian yang
dilakukan perawat.
Kuesioner : hasil koesioner dari 32 perawat menunjukan 21 perawat (65.6%)
mengatakan penerapan metode dokumentasi keperawatan telah dilakukan
secara optimal.

M3.8 (Metode) Dokumentasi Keperawatan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Optimal 21 65.6 65.6 65.6

Belum Optimal 11 34.4 34.4 100.0

Total 9 100.0 100.0


Masalah : Tidak ada masalah
Hasil Pengkajian Katim

a. Perencanaan
Wawancara : Berdasarkan hasil wawancara Kepala Tim, tidak ada rencana jangka
pendek (rencana harian, dan rencana bulanan).
Observasi : Dari hasil pengamatan tidak ditemukan uraian rencana jangka pendek.
Masalah : Tidak ada uraian jangka pendek (rencana harian) Kepala Tim.
Pengorganisasian
1) Menyusun jadwal
Wawancara : Kepala tim mengatakan jadwal dinas ruangan setiap bulannya
dibuat oleh kepala ruangan yang disesuaikan dengan kebutuhan ruangan.
Observasi : Dari hasil pengamatan Kepala Tim ikut serta dalam menyusun
jadwal dinas bersama kepala ruangan.
Masalah : Tidak ada masalah pada penyusunan jadwal, yaitu Kepala Tim
dilibatkan dalam penyusunan jadwal dinas.
2) Alokasi pasien
Wawancara : Berdasarkan hasil wawancara Kepala Tim mengatakan selalu
membagi alokasi pasien pada perawat pelaksana.
Observasi : Dari hasil pengamatan terlihat kepala tim membagi alokasi pasien
kepada perawat pelaksana.
Masalah : Tidak ada masalah pada Alokasi pasien.
b. Pengarahan
1) Pre dan Post Conference
 Pre Confrence.
Wawancara : Berdasarkan hasil wawancara semua Kepala Tim mengatakan
memimpin Pre Conference.
Observasi : Dari hasil pengamatan semua Kepala Tim memimpin pre
conference.
Tabel 2.20 Instrumen Observasi Pedoman Pre Confrece MPKP

Hari/Tanggal : Senin / 25 November 2019


Shift : Pagi
No Kriteria Ya Tidak

1 Apakah katim membuka acara dengan salam 1

2 Apakah katim membagi alokasi pasien. 1

3 Apakah katim memberikan masukkan dan tindak 1


lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat ini

4 Apakah katim memberikan reinformance 1

5 Apakah katim menutup acara 1

Total 5

Keterangan :
Dilakukan : I
Tidak dilakukan : 0
Nilai Evaluasi Pre Confrence:
Jumlah nilai x 100% = 5 x 100% = 100%
5 5

 Post Confrence.
Wawancara : Berdasarkan hasil wawancara semua Kepala Tim mengatakan
memimpin Post Conference.
Observasi : Dari hasil pengamatan semua Kepala Tim tidak selalu
memimpin post conference.
Tabel 2.21 Instrumen Observasi Pedoman Post Confrence MPKP

Hari/Tanggal : Senin / 25 November 2019


Shift : Pagi
No Kriteria Ya Tidak

1 Apakah katim membuka acara dengan salam 1

2 Apakah katim menanyakan hasil asuhan masing- 1


masing pasien

3 Apakah katim menanyakan kendala dalam asuhan yang 1


diberikan

4 Apakah Katim mendiskusikan masalah yang telah 0


ditemukan dalam memberikan ASKEP pada pasien dan
mencari upaya penyelesaian masalah

5 Apakah katim menanyakan tindak lanjut, asuhan 1


pasien yang harus dioperkan ke perawat shift

6 Menyimpulkan hasil post conference 0

Total 4

Keterangan :
Dilakukan : I
Tidak dilakukan : 0
Nilai Evaluasi Post Confrence:
Jumlah nilai x 100% = 4 x 100% = 40%
6 6
Masalah : Ada masalah di Post Confrence

2) Motivasi
Wawancara : Berdasarkan hasil wawancara Kepala Tim, mengatakan selalu
memberikan motivasi dalam timnya.
Observasi : Dari hasil pengamatan kepala tim sering memberikan motivasi
dalam timnya.
Masalah : Tidak ada masalah.
3) Pendelegasian
Wawancara : Berdasarkan hasil wawancara semua Kepala Tim mengatakan
melakukan pendelegasian dalam timnya hanya secara lisan.
Observasi : Dari hasil pengamatan pendelegasian dilakukan hanya secara
lisan dan tidak ditemukan bukti pendelegasian.
Kuesioner :
Jawablah pernyataan-pernyataan berikut ini dengan memberi tanda Ö pada
kolom sebelah kanan masing-masing pernyataan pada kolom skor:
4: Jika Anda Sangat Setuju terhadap isi pernyataan
3: Jika Anda Setuju dengan isi pernyataan
2: Jika Anda Tidak setuju dengan isi pernyataan
1: Jika Anda Sangat Tidak Setuju terhadap isi pernyataan
Tabel 2.17 Instrumen Evaluasi Pelaksanaan Pendelegasian

Skor
No Kriteria 4 3 2 1
1 Pendelegasian dilakukan kepada staf yang Ö
memiliki kompetensi yang dibutuhkan
dalam menjalankan tugas
2 Tugas yang dilimpahkan dijelaskan Ö
sebelum melakukan pendelegasian
3 Selain pelimpahan tugas, kewenangan juga Ö
dilimpahkan
4 Waktu pendelegasian tugas ditentukan Ö
5 Apabila yang melaksanakan tugas Ö
mengalami kesulitan, Kasie, Karu, Katim
memberikan arahan untuk mengatasi
masalah
6 Ada evaluasi setelah selesai tugas Ö
dilaksanakan
Sub Total 23
Total skor 23
Total skor
Nilai = ---------------------- X 100 = 23/24 X 100 = 95.8%
Masalah : Ada masalah uraian pendelegasian tugas.
4) Supervisi
Wawancara : Berdasarkan hasil wawancara Kepala Tim mengatakan tidak
sepenuhnya melakukan supervisi pada setiap tindakan yang dilakukan oleh
perawat pelaksana.
Observasi : Dari hasil pengamatan Kepala Tim jarang sekali melakukan
supervisi kepada perawat pelaksana.
Kuesioner : hasil koesioner dari 32 perawat menunjukan 13 perawat (40.6 %)
mengatakan supervisi telah dilakukan secara optimal.

M3.5 (Metode) Supervisi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Optimal 13 40.6 40.6 40.6

Belum Optimal 19 59.4 59.4 100.0

Total 32 100.0 100.0

Masalah : Ada masalah dalam supervisi keperawatan.

c. Pengendalian
1) Observasi Asuhan Keperawatan
Wawancara : Berdasarkan hasil wawancara Kepala Tim mengatakan selalu
mengobservasi pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien.
Observasi : Dari hasil pengamatan Kepala Tim mengobservasi pelaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien.
Kuesioner : hasil koesioner dari 32 perawat menunjukan 21 perawat (65.6%)
mengatakan penerapan metode dokumentasi keperawatan telah dilakukan
secara optimal.

M3.8 (Metode) Dokumentasi Keperawatan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Optimal 21 65.6 65.6 65.6

Belum Optimal 11 34.4 34.4 100.0

Total 32 100.0 100.0


Masalah : Tidak ada masalah
d. Patient Care Delivery
Wawancara : Berdasarkan hasil wawancara semua Kepala tim mengatakan
mampu melaksanakan asuhan kepeawatan pada pasien dengan berbagai diagnosa.
Observasi : Dari hasil pengamatan semua Kepala Tim mampu melakukan asuhan
Masalah : Tidak ada masalah

Hasil Pengkajian Perawat Pelaksana

a. Perencanaan
1) Rencana Jangka Pendek
Wawancara : Sudah ada rencana jangka pendek pasien di dalam catatan
keperawatan
Observasi : Dari hasil pengamatan ada pendokumentasian rencana harian
perawat.
Masalah : Tidak ada masalah.
2) Komunikasi Terapeutik
Wawancara : Semua perawat mengatur melakukan komunikasi terapeutik.
Observasi : Dari hasil pengamatan semua perawat melakukan komunikasi
terapeutik secara optimal.
Masalah : Sudah optimalnya penerapan komunikasi terapeutik.
3) Pendidikan Kesehatan
Wawancara : Tidak ada hasil wawancara
Observasi : Optimalnya pendidikan kesehatan yang diberikan perawat
pelaksana kepada pasien dan keluarga pasien, yang dibuktikan belum diisinya
form discharge planing oleh perawat.
Kuesioner : hasil koesioner dari 32 perawat menunjukan 20 perawat (62.5%)
mengatakan discharge planing telah dilakukan secara optimal.

M3.7 (Metode) Discharge Planing

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Optimal 20 62.5 62.5 62.5

Belum Optimal 12 37.5 37.5 37.5

Total 32 100.0 100.0


Masalah : Sudah optimal pendidikan kesehatan yang diberikan perawat
pelaksana kepada pasien dan keluarga pasien.
b. Pasien Care Delivery
1) Pengkajian Asuhan Keperawatan
Wawancara : Tidak ada hasil wawancara
Observasi : Dari hasil pengamatan tidak semua perawat melakukan
pengkajian secara optimal, hal ini dibuktikan form pengkajian pasien belum
terisi lengkap.
Masalah : Pengkajian asuhan keperawatan yang dilakukan perawat pelaksana
belum optimal.
2) Diagnosa Asuhan Keperawatan
Wawancara : Tidak ada hasil wawancara
Observasi : Dari hasil pengamatan, perawat pelaksana sudah optimal dalam
menentukan diagnosa keperawatan, dengan menggunakan buku panduan
diagnosa keperawatan SDKI dari PPNI mulai di terapkan.
Masalah : Dalam menentukan diagnosa keperawatan optimal.
3) Intervensi/perencanaan Asuhan Keperawatan
Wawancara : Tidak ada hasil wawancara
Observasi : Dari hasil pengamatan, perawat melaksanakan intervensi
berdasarkan buku panduan standar intervensi keperawatan dari PPNI.
Masalah : Tidak ada masalah
4) Implementasi Asuhan Keperawatan
Wawancara : Tidak ada hasil wawancara
Observasi : Dari hasil pengamatan semua perawat pelaksana melakukan
implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
Masalah : Tidak ada masalah
5) Evaluasi Asuhan Keperawatan
Wawancara : Tidak ada hasil wawancara
Observasi : Dari hasil pengamatan sebagian perawat pelaksana belum
melakukan evaluasi keperawatan secara optimal.
Kuesioner : Semua perawat pelaksana menjawab “iya”, sudah melakukan
evaluasi asuhan keperawatan dengan optimal.
Masalah : Sudah optimalnya evaluasi asuhan keperawatan yang dilakukan
perawat pelaksana.
6) Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Wawancara : Tidak ada hasil wawancara
Observasi : Dari hasil pengamatan sebagian perawat pelaksana sudah
melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan secara optimal. Perawat
melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan metode SOAP
sesuai dengan SOP yang berlaku di rumah sakit.
Kuesioner : hasil koesioner dari 32 perawat menunjukan 21 perawat (65.6 %)
mengatakan penerapan metode dokumentasi keperawatan telah dilakukan secara optimal.

M3.8 (Metode) Dokumentasi Keperawatan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Optimal 21 65.6 65.6 65.6

Belum Optimal 11 34.4 34.4 100.0

Total 32 100.0 100.0


Masalah : sudah optimalnya pendokumentasian asuhan keperawatan.

7) Pelaksanaan Patient Safety


 Ketepatan identifikasi pasien
 Peningkatan Komunikasi yang efektif
 Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert
medications)
 Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
 Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
 Pengurangan Risiko pasien jatuh
Wawancara : Tidak ada hasil wawancara
Observasi : Dari hasil pengamatan, tampak terlihat beberapa pasien post
operasi belum terpasang gelang kuning sebagai penanda patien resiko jatuh
dan tempat tidur pasien tersebut belum ada penanda resiko jatuh.

Kuesioner : Dari total 32 perawat, 22 perawat (68.8%) berpendapat


Pelaksanaan Pasien Safety sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
(SOP), sedangkan 10 berpendapat Pelaksanaan Pasien Safety belum sesuai
dengan Standar.
PASIEN SAFETY

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Optimal 22 68.8 68.8 68.8

Belum Optimal 10 31.2 31.2 100.0

Total 32 100.0 100.0


Masalah : Sudah optimalnya pelaksanaan sasaran patient safety yang sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
Tahapan Proses Pengkajian yang Berdasarkan 5M

1. MAN
a. Jenjang pendidikan perawat Ruang Rawat Inap Amarilis adalah : Sarjana
S1 Keperawatan + Ners 3 orang, S1 keperawatan 1 orang, Diploma III
keperawatan/kebidanan 28 orang
b. Jumlah tenaga keperawatan sebanyak 32 orang dengan satu kepala
ruangan, katim 5 orang, 28 orang tenaga perawat pelaksana.
c. Jumlah tenaga perawat pada shift pagi sebanyak 8 orang, shift sore dan
malam sebanyak 6 orang.
d. Hubungan kerja di Ruang Rawat Inap Amarilis antara Perawat, dokter,
pekarya, ahli gizi dan tata usaha terjalin dengan baik.

2. Material
a. Tersedianya sarana dan prasarana untuk petugas dan pasien, walaupun
untuk petugas belum maksimal karena kepala ruangan tidak mempunyai
ruangan sendiri, kamar mandi petugas dicampur dengan tempat alat
kesehata dan obat obatan & instrument lainnya.
b. Setiap kamar dilengkapi dengan AC, meja nakes, bed, dan kamar mandi.
c. Tersedianya peralatan kesehatan seperti trolley emergency. AED.
d. Tersedia buku SOP

3. METHOD
a. Penerapan MPKP
Penerapan MPKP di ruang rawat inap Amarilis sudah berjalan dari tahun
2014 dan ada uraian MPKP di ruangan, penerapannya sudah cukup
optimal.
b. Timbang Terima
Timbang terima sudah diterapkan dengan optimal di ruangan setiap
pergantian shift pagi, sore dan malam yang diikuti semua perawat di
ruangan disertai dengan pre conference dan post conference.
c. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan belum diterapkan di ruangan.
d. Pengelolaan Logistik dan Obat
Kebutuhan alat kesehatan seperti bahan habis pakai dan obat-obatan
sudah terpenuhi di ruangan sesuai dengan kebutuhan dan ada uraiannya di
ruangan.
e. Penerimaan Pasien Baru
Penerimaan pasien baru di ruangan sudah cukup baik, dimulai dengan
pengkajian, pemeriksaan tanda-tanda vital, menjelaskan tata tertib di
ruangan serta fasilitas yang ada di ruangan.
f. Discharge Planning
Adanya format discharge planning atau perencanaan pulang untuk pasien
yang telah dijadikan acuan di ruangan, sehingga memudahkan perawat
dalam mempersiapkan pasien pulang.
g. Supervisi
Kepala ruangan sering melakukan supervisi langsung kepada perawat
pelaksana yang dilakukan minimal 2 kali dalam seminggu, terutama
kepada perawat yang baru.
h. Dokumentasi
Adanya format pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi keperawatan yang telah dijadikan acuan di ruangan, sehingga
memudahkan perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan,
tetapi dalam pelaksanaan pendokumentasiannya sudah optimal.

4. Money
a. Ada dana operasional ruangan
b. Ada pendanaan alat habis pakai langsung dari RS

5. Mutu Pelayanan Asuhan Keperawatan


a. Pasien Safety
Pelaksanaan pasien safety di ruangan sudah optimal.
b. Kenyamanan
Lingkungan ruangan cukup bersih sehingga memberikan kenyamanan
untuk petugas dan pasien.
c. Kecemasan
Semua petugas di ruangan berusaha untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan kepada pasien, sehingga mengurangi tingkat kecemasan pasien
dan keluarga.
d. Perawatan Diri
Semua petugas tampak bersih dan rapi sehingga enak untuk dilihat,
begitupun untuk pasien terlihat bersih karena perawat selalu
menganjurkan keluarga untuk menjaga kebersihan pasien.
e. Pengetahuan dan Perilaku Pasien
Pengetahuan yang dimiliki perawat sudah cukup baik, Rumah Sakit
mempunyai target perawat harus S1 semua, walaupun masih dalam
proses, perilaku pasien sejauh ini masih kooperatif perawat mampu
mengatasinya dengan baik.

C. Output
1. Indikator mutu umum RS (BOR, LOS, TOI, BTO)
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui
tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator
berikut bersumber dari sensus harian rawat inap :
a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to
inpatient bed count days in a period under consideration”.Sedangkan menurut
Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu.Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.Nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus:
BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X Jumlah hari
dalam satu periode)) X 100%
Analisa :
BOR yang didapat di ruang Amarilis pada bulan Juli 2019 yaitu 29,52%.
Berdasarkan hasil tersebut rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur di RSUD
Depok lantai 6 ruang Amarilis dilihat dari parameter BOR dikarenakan sudah ada
beberapa rumah sakit di wilayah kota depok yang menerima jaminan bpjs.
Sehingga masyarakat lebih memilih rumah sakit yang lebih dekat dari rumah
tempat tinggal mereka.
b. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
ALOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay
of inpatient discharged during the period under consideration”. ALOS menurut
Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat
dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut.Secara umum nilai ALOS
yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus:
ALOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

Analisa :
Nilai rata- rata ALOS di ruang perawatan Amarylis pada bulan Juli 2019 yaitu
3,78 hari. Berdasarkan hasil tersebut nilai rata rata rawat inap pasien tergolong
kurang ideal dikarenakan berhubungan dengan pemberi jaminan pelayanan
(BPJS/KIS) dan pasien yang dirawat diruang Amarilis tidak ditemukan
komplikasi sehingga tidak membutuhkan perawatan rawat inap yang lebih lama.

c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)


TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur
tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur
kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari
Rumus
TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah pasien keluar
(hidup +mati)
Analisa :
TOI di ruang perawatan Amarilis pada bulan Juli 2019 adalah 3,69 hari.
Berdasakan hasil tersebut kurang idealnya penggunaan tempat tidur dikarenakan
rata rata pasien diruangan tidak memerlukan perawatan rawat inap yang lama
sehingga tempat tidur tidak terisi sesuai kisaran TOI.
d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)
BTO menurut Huffman (1994) adalah “...the net effect of changed in
occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah
frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur
dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.Idealnya dalam satu tahun, satu tempat
tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus:
BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat tidur
Analisa :
BTO ruang perawatan Amarilis pada bulan Juli 2019 adalah 5,41
BTO dalam 1 tahun adalah 64,02. Berdasarkan hasil tersebut frekuensi
pemakaian tempat tidur Ruang Amarilis ideal dikarenakan semakin tinggi angka
BTO bearti semakin banyak pasien yang menggunakan tempat idur yang tersedia,
hal ini tentu merupakan kondisi yang menguntungkan bagi pihak rumah sakit
karena tempat tidur yang tersedian tidak menganggur dan menghasilkan
pemasukan untuk pihak rumah sakit.

2. Audit dokumentasi (instrumen A depkes)


Audit dokumentasi asuhan keperawatan adalah kegiatan mengevaluasi
dokumen asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh perawat pelaksana. Dari
hasil observasi audit dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkan Instrumen A
Depkes diambil sampel sebanyak 10 berkas rekam medis dokumen asuhan
keperawatan dari pengkajian hingga catatan keperawatan.
Table 2.1 Hasil Presentase
Pendokumentasian
No. Aspek yang dinilai Jumlah RM Tidak
Lengkap
Lengkap
1. Pengkajian 10 67,5% 32,5%
2. Diagnosa 10 70% 30%
3. Perencanaan 10 50,8% 49.2%
4. Tindakan 10 70% 30%
5. Evaluasi 10 90% 10%
6. Catatan Asuhan 10 100% 0%
Keperawatan
3. Indikator penyakit (IDO, dekubitus, pasien jatuh)
a. IDO
Infeksi Daerah Operasi (IDO) atau Infeksi Tempat Pembedahan (ITP)/ Surgical
Site Infection (SSI) adalah infeksi pada luka operasi atau organ/ruang yang
terjadi dalam 30 hari paska operasi atau dalam kurun 1 tahun apabila terdapat
implant. Sumber bakteri pada IDO dapat berasal dari pasien, dokter dan tim,
lingkungan, dan termasuk juga instrumentasi (Hidayat NN, 2009).
b. Dekubitus
Dekubitus atau luka tekan merupakan masalah serius yang sering terjadi pada
pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, cedera
tulang belakang atau penyakit degneratif. Adanya dekubitus yang tidak
ditangani dengan baik dapat mengakibatkan masa perawatan pasien menjadi
panjang dan peningkatan biaya RS.
c. Pasien Jatuh
Pasien dikategorikan beresiko jatuh apabila memiliki satu atau lebih faktor
beresiko jatuh pada saat pengkajian.
Analisa :
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan untuk penilaian indikator
mutu pelayanan keperawatan sudah ada formulir, hasil dan telah adanya Standar
Pelayanan Minimal (SPM).
d. Indikator pelayanan (kepuasan pasien/perawat)
Kepuasan pasien berhubungan dengan mutu pelayanan RS.Dengan
mengetahui tingkat kepuasan pasin, manajemen RS dapat melakukan peningkatan
mutu pelayanan. Presentase pasien yang menyatakan puas terhadap pelayanan
berdasarkan hasil survei dengan instrumen yang baku (Indikator Kinerja Rumah
Sakit, Depkes RI tahun 2005).
Analisa :
Berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada 20 pasien / keluarga pasien
didapatkan hasil : Puas sebanyak 80,3% dan 19,7% mengatakan kurang puas atas
pelayanan petugas di Ruang Amarilis Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok.
A. Analisa Data
Analisa SWOT di Ruangan Amarilis RS UMUM DAERAH KOTA DEPOK

Strenght Weakness Opportunity Threatened

1. Rumah sakit memiliki Visi, Misi, Nilai 1. Pelaksanaan model MPKP sudah 1. Adanya kesempatan 1. Adanya tuntutan
sebagai acuan melaksanakan kegiatan dilaksanakan tetapi belum melanjutkan pendidikan masyarakat yang tinggi
pelayanan. optimal atau masih dalam ke jenjang yang lebih untuk pelayanan yang
2. Jenis ketenagaan katergori cukup dalam hal tinggi. lebih professional.
Jenjang pendidikan perawat Ruang pelaksanaan asuhan keperawatan 2. Adanya kerjasama 2. Makin tingginya
Rawat Inap Amarilis adalah : kepada pasien. dengan pendidikan kesadaran masyarakat
 Sarjana S1 Keperawatan + Ners 3 2. Belum dilakukan konferensi keperawatan dan akan hukum
orang, kasus keperawatan di ruangan. digunakan sebagai 3. Makin tingginya
 S1 keperawatan 1 orang, 3. Ronde keperawatan belum lahan praktek untuk kesadaran masyarakat
 Diploma III dilaksanakan. keperawatan klinik. akan pentingnya
keperawatan/kebidanan 28 orang. 4. Keterbatasan waktu yang dimiliki 3. Pembayaran jasa kesehatan.
3. Hubungan kerja di Ruang Rawat Inap perawat untuk pelaksanaan ronde. pelayanan Umum dan 4. Adanya tuntutan yang
Amarilis antara Perawat, dokter, 5. Belum optimalnya pelaksanaan BPJS langsung lebih tinggi dari
pekarya, ahli gizi dan tata usaha terjalin pre dan post confrence. dilakukan transaksi di masyarakat untuk
dengan baik. Kasir RSUD Kota mendapatkan peleyanan
4. Sudah ada model penugasan yang 6. Tidak ada pendokumentasian Depok sesuai dengan keperawatan yang
dilaksanakan yaiatu modifikasi tim- pendelegasian tugas dari Kepala rincian tindakan professional
primer (MPKP) Ruangan kepada Kepala Tim 4. RSUD Kota Depok 5. Meningkatnya
5. Supervisi sudah dilakukan oleh kepala memberikan kesadaran masyarakat
ruang kesejahteraan pegawai tentang tanggung jawab
6. Terlaksananya komunikasi yang berupa jasa pelayanan dan tanggung gugat
adekuat antar perawat dan tim tiap bulan. perawat sebagai
kesehatan lain. 5. Adanya izin/tugas pemberi asuhan
7. Kebutuhan alat kesehatan seperti bahan belajar dari keperawatan.
habis pakai dan obat-obatan sudah pimpinan/direktur.
terpenuhi di ruangan sesuai dengan 6. Adanya kerjasama
kebutuhan dan ada uraiannya di dengan rumah sakit
ruangan. lain.
8. Adanya formulir pendokumentasian
obat yang diterima disetiap status
pasien.
9. Supervisi telah dilaksanakan secara
rutin dan terjadwal 2 kali dalam
seminggu.
10. Kepala ruang memimpin kegiatan
operan pada pagi hari. Operan
dilaksanakan secara rutin setiap shift.
11. Adanya format discharge planning atau
perencanaan pulang untuk pasien yang
telah dijadikan acuan di ruangan,
sehingga memudahkan perawat dalam
mempersiapkan pasien pulang.
12. Perawat memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasien/keluarga
selama dirawat.
13. Format asuhan keperawatan tersedia.
14. Kelengkapan dokumentasi asuhan
keperawatan di ruang Amarilis 100%.
BAB III

PERMASALAHAN DAN RENCANA KEGIATAN

A. Perumusan Masalah
Permasalahan :
No Masalah

1 Tidak ada pendokumentasian pendelegasian tugas dari Kepala Ruangan kepada Kepala Tim

2 Belum optimalnya diadakannya supervisi oleh Kepala Ruangan atau Katim

3 Belum optimalnya pelaksanaan pre dan post confrence.

4 Pelaksanaan ronde keperawatan belum optimal dilakukan.

5 Belum optimalnya identifikasi pasien

B. Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah


1) Penentuan Prioritas Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang didapatkan kami memprioritaskan tiap masalah
yang didapatkan dengan memperhatikan beberapa aspek berikut ini:
a. Magnitude adalah kencenderungan besar dan seringnya masalah terjadi
b. Severity adalah besaranya kerugian yang ditimbulkan dari masaalah.
c. Manageability adalah berfokus pada keperawatan sehingga dapat diatur
perubahannya.
d. Nersingconcern adalah melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat.
e. Affordability adalah ketersediaan sumber daya.
Nilai yang diberikan pada setiap aspek yaitu 1 sampai 5 dengan :
Nilai 1= Sangat Kurang Penting
Nilai 2 = Kurang Penting
Nilai 3 = Cukup Penting
Nilai 4 = Penting
Nilai 5 = Sangat Penting

No Masalah Aspek Yang Dinilai Total Ranking


Mg Sv Mn Nc Af

Patient safety (Identifikasi


pasien) yang sesuai dengan
1
Standar Operasional
Prosedur (SOP).

Pendokumentasian
pendelegasian tugas dari
2
Kepala Ruangan kepada
Kepala Tim

Belum optimalnya
3 penilaian klasifikasi pasien
di ruangan

Belum optimalnya
4. pelaksanaan pre dan post
confrence.

Pelaksanaan ronde
5 keperawatan belum
dilakukan.

Adapun prioritas masalah yang telah didapatkan adalah :


1 PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN
2 Belum optimalnya pelaksanaan pre dan post confrence
3 Pendokumentasian pendelegasian tugas dari Kepala Ruangan kepada Kepala Tim
2) Alternatif Pemecahan Masalah
Priorirtas alternatif pemecahan masalah diselesaikan dengan menggunakan pembobotan
berdasarkan CARL, meliputi aspek-aspek :
1. Capillity (C) adalah kemampuan kedua belah pihak antara mahasiswa residensi dan
rumah sakit untuk melaksanakan alternatif.
2. Assesability (A) kemampuan dalam melaksanakan alternatif.
3. Readnese(R )adalah kesiapan untuk melaksanakan alternatif.
4. Leverage (L) adalah daya ungkit alternatif dalam menyelesaikan masalah.
Masing – masing aspek diberikan penilaian dengan rentang 1- 4 dengan pemaknaan:
Nilai 1= tidak mampu
Nilai 2 = cukup mampu
Nilai 3 = mampu
Nilai 4 = sangat mampu

Alternatif Pemecahan Masalah di Ruangan Amarilis

Alternatif Pemecahan
No C A R L Skor Ranking
Masalah

Adapun Prioritas pemecahan masalah yang telah didapatkan adalah :


1 ..
2 ..
3 .
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam praktek keperawatan
Profesional, Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.
Rantung, dkk. (2013). Perbedaan pendokumentasian asuhan keperawatan ruang SP2KP dan
non-SP2KP di Irna A dan Irna F RSUP dr.Kondou Manado, Jurnal Keperawatan, Vol 1, No.1,
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/2241.
Ridha, A. (2014). Hubungan kepuasan kerja perawat dengan Sistem pemberian pelayanan
keperawatan profesional (SP2KP) di RSUP dr.M.Djamil Padang. SKRIPSI. Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas.
Rohmiyati, A. (2009). Studi Fenomenologi : Pengalaman Perawat dalam menerapkan MPKP
di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondhohutomo Semarang, Journal Ners Indonesia. RSUP
dr.M.Djamil. (2012). Modul : Pelatihan Sistem pengembangan Praktik Keperawatan profesional.
Padang : Bagian Diklit.
Sitorus & Panjaitan. (2011). Manajemen Keperawatan : Manajemen Keperawatan di Ruang
rawat. Jakarta: Agung Seto.
Sitorus, R. (2006). Model praktik keperawatan profesional di Rumah sakit. Jakarta : EGC.
Suarly & Bachtiar. (2009). Manajemen keperawatan dengan Pendekatan praktik. Jakarta : Erlangga.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitati, dan Kombinasi (Mixed

Anda mungkin juga menyukai